Anda di halaman 1dari 49

TUGAS MATA KULIAH

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA


PRASEKOLAH DAN USIA SEKOLAH

Fasilitator:

Eka Mishbahatul Mar’ah Has S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Cindy Triand S.R 131711133051

Irawati Dewi 131711133069

Alvira Eka N. W. 131711133107

Qoulam Mir R. M 131711133126

Utari Suciati 131711133129

Nadiya Sahara A 131711133145

Della Yolina 131711133148

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya
kami dari saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
dengan materi Keperawatan Kelurga : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Anak Usia Pra Sekolah dan Usia Sekolah dalam bentuk makalah. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Eka Mishbahatul Mar’ah
Has S.Kep., Ns., M.Kep

Terima kasih kepada Ibu Eka Mishbahatul Mar’ah Has S.Kep., Ns., M.Kep
sebagai dosen pengampu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.

Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini, dapat bermanfaat dan menjadi sumber pengetahuan


bagi pembaca. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan
kiranya pembaca dapat memakluminya. Sekian dan terima kasih.

Surabaya, 11 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1. Latar Belakang...................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3

1.3. Tujuan................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4

2.1 Batasan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah dan
Prasekolah......................................................................................................................4

2.2 Tugas Keluarga dengan Tahap dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Sekolah dan Prasekolah..................................................................................................5

2.3 Masalah pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah dan
Prasekolah....................................................................................................................15

2.4 Pengkajian Fokus pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Prasekolah dan Usia Sekolah.......................................................................................17

2.5 Masalah Keperawatan yang sering muncul (3 besar)........................................22

2.6 Intervensi Keperawatan....................................................................................22

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................26

3.1 Kasus................................................................................................................26

3.2 Pengkajian Keperawatan Keluarga...................................................................26

3.3 Analisa Data.....................................................................................................34

3.4 Skoring Masalah Keperawatan.........................................................................35

3.5 Kriteria Hasil dan Intervensi.............................................................................36

BAB IV PENUTUP.........................................................................................................42

4.1 Kesimpulan......................................................................................................42

4.2 Saran................................................................................................................43

iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................44

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keluarga adalah suatu unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (DEPKES, 1998 dalam
Sudiharto, 2007). Studi yang diakukan oleh Harmoko (2012) menyebutkan
bahwa keluarga memiliki delapan tahap perkembangan. Tahap pertama
yaitu keluarga pasangan baru (beginning family), tahap kedua keluarga
dengan kelahiran anak pertama (child bearing family), tahap ketiga
keluarga dengan anak usia prasekolah (families with preschool ), tahap
keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with children), tahap
kelima keluarga dengan anak remaja (families with teenagers), tahap
keenam keluarga dengan anak dewasa (launching center families), tahap
ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families) dan tahap
kedelapan keluarga usia lanjut.
Tahap perkembangan keluarga mempunyai tugas perkembangannya
masing - masing. Pada tahap ketiga yaitu tahap perkembangan pra sekolah
dimulai saat kelahiran anak berusia 3 tahun dan berakhir saat anak berusia
5 tahun. Pada tahap ini mempunyai tugas perkembangan yaitu pemenuhan
kebutuhan anggota keluarga, membantu anak besosialisasi, termasuk
meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya yang sehat, beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang
lain juga terpenuhi, mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan, pembagian waktu, individu, pasangan dan anak,
merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak
(Setiadi, 2008).
Pada tahap keempat yaitu tahap perkembangan sekolah dimulai saat
usia anak 6 tahun sampai berusia 12 tahun. keluarga dengan tahap
perkembangan usia anak sekolah mempunyai tugas antara lain
mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan

1
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual dan menyediakan aktivitas
untuk anak (Padila, 2012).
Keluarga dengan usia anak pra sekolah dan usia sekolah mempunyai
masalah kesehatan yang sering terjadi. Masalah kesehatan yang sering
terjadi pada tahap perkembangan anak pra sekolah adalah gangguan
perkembangan bicara dan bahasa, masaah mental, kognitif, dimana
perkembangan ini fokus pada ketrampilan berfikir, memecahkan masalah
dan mengingat. Pada gangguan perkembangan kognitif ini dapat
berdampak pada ketidakmampuan untuk mengembangkan ketrampilan
berfikir pada anak. Sedangakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada tahap perkembangan anak usia sekolah antara lain kesulitan belajar,
gangguan tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan
anak, penyalahgunaan zat hingga penyakit menular / infeksi.
Penyakit menular/infeksi pada anak usia sekolah banyak disebabkan
oleh perilaku hidup bersih sehat yang tidak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kebiasaan bermain yang kontak dengan tanah, perilaku buang
sampah sembarangan, perilaku jajan tidak sehat dan kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku kesehatan yang
berisiko menimbulkan penyakit menular/infeksi. Perilaku kesehatan
cenderung berisiko adalah hambatan kemampuan untuk mengubah gaya
hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status kesehatan (Herdman
& Kamitsuru, 2014).
Begitu pentingnya tahapan anak usia prasekolah dan sekolah
tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan dan
penanganan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi. Sebagai perawat,
maka penyelesaian masalah adalah melalui pemberdayaan orang tua dan
anak dalam mengidentifikasi masalah kesehatan dan merancang intervensi
untuk meminimalkan masalah kesehatan pada anak, pada anak usia
sekolah dapat melibatkan guru dan sekolah dalam melakukan intervensi.

2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan tahap perkembangan


anak usia prasekolah dan usia sekolah

1.3. Tujuan
1. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia prasekolah dan usia sekolah

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Batasan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah dan
Prasekolah
1. Definisi Keluarga
a. Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi,
seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan
sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan
emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005).
b. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall
dan Logan, 1986 dalam Friedman, 1998).
c. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI,1988).
2. Definisi Anak Usia Pra sekolah
a) Potter (2005) menyebutkan bahwa periode pra sekolah merupakan
periode usia antara 3-6 tahun dimana anak menyempurnakan
penguasaan terhadap tubuh dan merasa cemas menunggu awal
pendidikan formal. (Reknoningsih, Wahyu. 2014.)
b) Woong (2008) menjelaskan bahwa anak usia pra sekolah adalah
anak yang berusia antara 3-6 tahun yang memiliki karakteristik
sendiri dalam segi pertumbuhan dan berkembangnya dengan
kematangan mental, amosiaonal, social, dan fisik. (Reknoningsih,
Wahyu. 2014.)

3. Definisi Anak Usia Sekolah

4
a) Wong (2009) mengatakan anak usia sekolah merupakan anak
berusia 6 sampai 12 tahun.Periode ini merupakan periode dimana
anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan
orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-
dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
b) Untario, 2004 mengatakan anak usia sekolah adalah anak yang
berada pada usia-usia sekolah dengan usia 6-12 tahun. Masa usia
sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia enam hingga kirakira usia duabelas tahun. Karakteristik utama
usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan
dalam intelegensi, kemampuan dalam berbahasa, perkembangan
kepribadian dan perkembangan fisik

2.2 Tugas Keluarga dengan Tahap dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Sekolah dan Prasekolah
Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah dimulai
saat kelahiran anak pertama berusia 3 tahun dan berakhir saat anak berusia 6
tahun (Patmonodewo, 2008). Keluarga dengan tahap perkembangan anak
usia prasekolah memiliki tugas antara lain membantu anak untuk
bersosialisasi; beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga, pembagian waktu untuk
individu, pasangan, dan anak; pembagian tanggung jawab anggota keluarga;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak (Friedman, 2010).

Menurut Robert J. Havighurst, tugas perkembangan anak usia


prasekolah adalah sebagai berikut:

5
1. Toilet Training, hakikat tugas yang harus dipelajari anak yaitu buang air
kecil dan buang air besar yang bisa diterima secara sosial.toilet training
yang berhasil dapat membentuk anak yang berhati-hati, dapatmenguasai
dirinya, mendapatkan pandangan jauh kedepan dan dapat berdiri sendiri.
Tentang toilet training Havighurst berpendapat: “Toilet training is the first
moral training that child received. The stamp of the first moral training
that child later character”

2. Belajar membedakan jenis kelamin, serta dapat bekerja sama dengan jenis
kelamin lain. Melalui observasi, maka anak akan melihat tingkah laku
yang berbeda jenis kelamin satu dengan lain

3. Belajar mencapai stabilitas fisologis, manusia pada waktu lahir sangatlah


labil jika dibanding fisik orang dewasa, anak akan cepat sekali merasakan
perubahan dari panas ke dingin, oleh karena itu anak harus belajar
menjaga keseimbangan terhadap perubahan.

4. Pembentukan konsep-konsep yang sederhana tentang realitas fisik dan


sosial

5. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, krluarga, dan orang lain,
menghubungkan diri sendiri secara emosional

6. Belajar membedakan mana yang baik dan buruk serta mengembangkan


kata hati

Perlu disadari bahwa keluarga dengan anak usia prasekolah memiliki


masalah kesehatan yang sering terjadi, seperti kesulitan belajar, gangguan
tingkah laku, gangguan pola tidur, perawatan gigi yang tidak adekuat,
penganiayaan anak, hingga penyakit menular/infeksi. Keluarga dengan anak
usia prasekolah juga memiliki masalah ketidakmampuan menjadi orang tua
seperti: menghalangi minat dan kegiatan anak, memberikan contoh yang
buruk, mudah jengkel dan marah, sedikit rasa kasih sayang terhadap anak,
melarang anak bergaul dengan teman, harapan terhadap anak tidak relatif,
dan membuat suasana rumah tegang atau tidak menyenangkan hingga pola
asuh anak yang kurang baik (Soekanto daman Winnetou, 2011).

6
Berikut merupakan pola asuh yang efektif yang dapat diberikan
kepada anak usia prasekolah:

1. Tidak boleh mengabaikan anak

2. Tidak boleh membandingkan anak satu sama lain, karena setiap anak
mempunyai tingkaj laku dan karakteristik yang berbeda

3. Orang tua harus mengembangkan motorik halus dan kasar seperti


memperluas kemampuan bahasa, berbicara, membaca, menyanyi, daling
tolong menolong

4. Orang tua dapat memahami karakteristik anak

5. Ciptakan kondisi yang kondusif saat memberikan stimulasi dan upaya


pendidikan sesuai kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan
anak tercapai dengan optimal.

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga yang
memiliki anak usia sekolah mempunyai tugas perkembangan dimana pada
tahap ini keluarga membantu anak untuk bersosialisasi terhadap lingkungan
diluar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas, mendorong anak untuk
mencapai perkembangan daya intelektual. Menyediakan aktifitas untuk
anak, menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut sertakan
anak. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga (Setiadi, 2008)

1. Menyediakan Tempat Tinggal yang Cocok dan Memperhatikan


Kesehatan Anak

Keluarga dengan anak usia sekolah mencari tempat tinggal yang


sesuai dengan kemampuan mereka. Mereka lebih menyukai rumah yang
dapat diperluas dan memungkinkan penggunaan energi secara efisien yang

7
dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam penelitiannya
membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan,
keluarga mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang
stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin
tinggal di area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan
anak-anak dan juga orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini
biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya
masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan
tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi
tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan
mempunyai rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah
sendiri selalu meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah
keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap
berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan
tempat tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin
tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa
bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda
paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau
pemulihan dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan
bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun.
Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR)
adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai
SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui
dokter keluarga atau melalui Departemen Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan
tanggung jawab keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar

8
pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan gigi pada anak. Oleh karena
itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan gigi anak
pada dokter gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang
sering memerlukan monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-
anak usia sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih
banyak mengalami kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan
biasanya kematian paling tinggi adalah karena kecelakan kendaraan motor.
Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan permanen,
kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa
keluarga. Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah
sesuatu yang normal dalam beberapa keluarga dan cukup banyak
persentase orang tua yang mengaku menendang, menggigit, memukul
dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau
senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta
dan dukungan tetapi sering menerima pukulan dari orang tua mereka.
Orang dewasa yang mengalami abuse pada waktu anak-anak lebih
cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri. Physical
abuse biasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga
kaya menggunakan abuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi
bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka.
Child abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang membantah,
menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi dan
kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan
meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan organisasi
nasional yang siap membantu mengatasi kekerasan dengan melakukan
pertemuan secara teratur dan menggunakan sarana telepon untuk orang tua
yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada
semua kelas sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12
tahun. Anak yang menjadi korban incest biasanya takut untuk

9
menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah penarikan
diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik
khususnya masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk korban
incest dan keluarganya dapat ditemukan di tempat layanan perlindungan
anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s centers. Untuk mencegah incest
dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah dan di
sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi
banyak keluarga yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu
membiayai biaya rumah sakit dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari
pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi
kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah

Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk


makan, kemudian untuk rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga.
Keempat item utama tersebut kira-kira membutuhkan 65,1 % dari semua
uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga. Belum lagi
untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-
anak. Kebanyakan ibu bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan
pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang mereka miliki.
Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi
mereka dapat membantu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan
keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu
ketika anakberada di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani
anak-anak. Split shifts memungkinkan banyak ibu yang bekerja sementara
suami berada di rumah. Kesuksesan ibu bekerjatergantung pada
pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya, dukungan suami,
usia anak, kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang
lain. Pekerjaan ibu biasanya harus disesuaikan secara efektif terhadap

10
situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat
kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan
istri yang mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta
serangkaian perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi
dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai
kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk
istri adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan
tinggal di rumah, mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di
lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan
yang keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si
rumah sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali
ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar adalah
perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu
untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada
perembangan anak atau dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi
ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami istri,
komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi
masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan.
(Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu
menjaga keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga
sepenuhnya atau istri yang bekerja ditemukansama-sama puas secara
dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat
dalam pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan
teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di
samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari merasa
bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan
makan malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara
menunggu orang tuanya pulang ke rumah.

11
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah

Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu,


tetapi juga bagi ayah dan anak yang lebih tua.
a. Partisipasi Anak

Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan,


tergantung bagaimana keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan
apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Anak laki-laki dan perempuan
dapat saling membantu untuk memasak dan membersihkan rumah.
Seperti perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah
seperti mencuci piring, mengurus pekarangan, mobil dan hewan
peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak dalam
mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time,
partisipasi anak rendah.
b. Bantuan dari Suami

Studi dari 1212 pasangan di Philadelphia, menemukan bahwa


pasangan kulit hitam menyukai pembagian kerja dalam rumah tangga
daripada pasangan kulit putih (Ericksen, Yancey, & Ericksen 1979).
Terdapat 2 istilah yang harus dibedakan. Pertama Role-sharing,
bahwa tanggungjawab tugas dilaksanakan oleh pasangan suami istri.
Suami menganggap mengerjakan segala tugas tanpa harus ada nasihat
atau pengingat dari istri. Istilah kedua yaitu task sharing, bahwa
pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar tentang peran-peran
dari pasangan yang menikah. Task sharing, suami membantu istrinya
jika hanya seorang istri membutuhkan pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara
keluarga business class & working class. 45 persen keluarga yang
menganggap istri memiliki tanggung jawab penuh terhadap tugas
rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih banyak
daripada suami sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan suami
istri saling berbagi tugas, laki-laki yang lebih banyak mengurus

12
rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk
dalam studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat
keputusan ketika anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat
penting, karena dapat membantu anak bersikap disekolah seperti
halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan saudara kandung
(Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri dapat
ditingkatkan dengan saling berbagi tugas dalam menjaga anak dan
rumah tangga.

4. Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:


a.       diterima dalam anggota suatu kelompok
b.      mengembangkan sense-nya sebagai social being
c.       berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan
status
d.      antisipasi terhadap harapan dan reaksi dari orang lain
e.       persiapan untuk peran masa depan yang mereka harapkan
Sosialisasi bermanfaat untuk tiap anggota keluarga dalam
mengembangkan skills, attitude dan potensi seseorang di masyarakat.
Sosialisasi berlangsung terus menerus dalam kehidupan sebagai suatu peran
baru di setiap situasi baru atau kelompok yang individu tersebut baru
memasukinya. Anak-anak usia sekolah lebih mengembangkan hubungan
dengan orang lain daripada dengan keluarganya sendiri.
Rasa kedekatan dengan relatives of the family dapat dicapai dengan
cara saling mengunjungi, menulis surat, liburan bersama, reuni keluarga, dll.
Anak-anak usia sekolah dapat berkunjung ke keluarganya yang lain di saat
anak tersebut sudah bisa menjaga dirinya, siap menghadapi tantangan dan
tertarik dengan situasi yang baru. Anak usia sekolah senang berteman
dengan berbagai jenis orang. Saat anak tersebut berhadapan dengan teman

13
yang berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan
datang. “undesirable friends” menurut orangtua:
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua
mempercayai anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda
ras, etnik, dan kelas sosial dapat memiliki pengalaman lebih banyak
daripada anak yang hanya berhubungan dengan “orang-orang satu jenis”
dengannya, karena dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka
dalam hidup bermasyarakat. Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan
orangtua-guru dan kegiatan lain yang ditekuni oleh anaknya.
5. Komunikasi di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah

Keluarga adalah sebuah sarana komunikasi untuk anak usia sekolah.


Kebanyakan anak senang menceritakan pengalaman mereka, banyak
bertanya, dan mengekspresikan sesuatu. Studi longitudinal mengindikasikan
masalah awal seperti destructiveness, temper tantrums dan overactivity
menurun secara cepat di usia sekolah.
Komunikasi orangtua-anak didukung saat anak merasa bebas
menanyakanatau berbicara hal personal tentang masalah pubertas yang
dialami dan tentang peer mereka.
Diskusi tentang sex education:
1. Apa yang terjadi di dalam tubuh
2. perbedaan antara 2 sex
3. perbedaan yang dirasakan antar teman sejenis saat beranjak dewasa
4. bagaimana menerima dan dapat nyaman dengan situasi menstruasi
pada perempuan dan seminal emissions pada laki-laki
5. bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan
meningkatnya fungsi glandular
6. kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang
akan datang

14
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan
anaknya akan menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua
terhadap perasaan real mereka sama baiknya pada anak dapat memunculkan
ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear(takut), anxiety (cemas),
resentment, anger(marah), dan cemburu.
Siblings, Beberapa keuntungan memiliki siblings:

1. kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya


2. seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3. perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
4. sibling dapat menjadi feedbacker
5. dapat saling tukar barang
6. jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai
mekanisme bagi anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang
hidup antar siblings. Anak yang pertama lahir dapat memiliki orangtua yang
seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang unik dalam keluarga. Anak
yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak toleransi.
Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada
memberi dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir.
Dalam studi tentang selfesteem anak tengah memiliki tingkat yang rendah
selfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang
dikondisikan kembali oleh anggota keluarga pada saat ia berada di luar
seperti sekolah dibandingkan ia harus meluapkan emosi di luar rumah yang
akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya komunikasi
maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah
atau energi negatif lainnya dengan energi yang positif.

2.3 Masalah pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia


Sekolah dan Prasekolah
2.3.1. Masalah Kesehatan pada Anak Usia Prasekolah

15
a. Masalah kesehatan fisik

Pada tahap ini, anak usia prasekolah memiliki keinginan yang besar
untuk mengeksplorasi dunia sekelilingnya, sehingga banyak terjadi
kecelakaan seperti jatuh,luka bakar,keracunan dan kecelakaan-
kecelakaan lainnya yang dapat menjadi penyebab utama kematian
dan cacat.
Pada tahap ini, anak usia prasekolah seringkali menderita penyakit
infeksi menular karena paparan spesifik virus dan bakteri meningkat.

b. Masalah kesehatan psikososial

Masalah kesehatan psikososial keluarga anak usia prasekolah yang


utama adalah hubungan perkawinan. Beberapa studi menunjukkan
bahwa terjadinya turunnya kepuasan yang dialami oleh banyak
pasangan selama tahun-tahun ini dan perlunya penanganan untuk
masalah ini untuk memperkokoh dan memberikan semangat lagi
pada unit yang vital ini. Selain itu, terjadi persaingan diantara kakak-
adik

c. Masalah-masalah kesehatan lain yang penting adalah keluarga


berencana, kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan, masalah-
masalah pengasuhan anak seperti membatasi lingkungan (disipin),
penganiayaan dan menelantarkan anak, keamanan di rumah dan
masalah-masalah komunikasi keluarga

2.3.2. Masalah Kesehatan yang Dialami Anak Usia Sekolah

Penyakit menular pada anak sekolah antara lain (IKAPI,2013):

1. ISPA atau Infeksi Saluran Pernapasan Atas- umumnya kerana


virus. 
2. Infeksi saluran cerna (diare dengan atau tanpa muntah biasanya
akan sembuh dalam beberapa hari.

16
3. Infeksi virus lain, seperti campak, gondongan, cacar air atau rubela.
4. Infeksi kulit, termasuk kutu rambut. 
5. Infeksi telinga akibat infeksi virus/ ISPA, seperti flu berat.
Anak sekolah rentan mengalami kecelakaan karena aktivitas fisik dan
interaksi anak sangat tinggi (Nugraheni, 2018). Hasil suvey WHO (dalam
Nugraheni, 2018) pada 8 provinsi di Indonesia tahun 2003, angka cidera
pada anak sekolah sebesar 28,27%, kondisi tersebut berimplikasi pada
angka kematian pada anak sekolah, baik di perkotaan maupun pedesaan di
Indonesia. Faktor penyebab kejadian kecelakaan yang tinggi adalah
human error karena kurangnya pemahaman terhadap aspek keselamatan.
Anak usia sekolah rawan terkena penyakit, oleh karena perlu diterapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah, antara lain:

1. Cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan air mengalir 


2. Mengkonsumsi jajanan sehat di sekolah 
3. Menggunakan jamban bersih dan sehat 
4. Personal hygine yang baik 
5. Olahraga yang teratur dan terukur 
6. Memberantas jentik nyamuk
7. Tidak merokok di sekolah 
8. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan 
9. Membuang sampah pada tempatnya.
Anak usia sekolah memiliki potensi sebagai agen perubahan dalam
mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun
masyarakat dimana perilaku anak yang ditanamkan disekolah akan dibawa
mereka ke rumah dan diharapkan dapat mempengaruhi perilaku keluarga
mereka. 

2.4 Pengkajian Fokus pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak


Usia Prasekolah dan Usia Sekolah
1. Pengkajian yang berhubungan dengan keluarga

a. Data umum

17
- Identitas : nama KK, alamat, komposisi keluarga ( nama, seks,
hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan ).
- Tipe keluarga : mengenai jenis dan tipe keluarga
- Suku bangsa : mengkaji asal / suku bangsa keluarga.
- Agama : agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
- Status social ekonomi keluarga, ditentukan oleh penghasilan
seluruh anggota keluarga
- Aktivitas rekreasi keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga

- Tahap perkembangan keluarga saat ini : tahap perkembangan


keluarga ditentukan oleh usia anak tertua dari keluraga inti.
- Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : tugas
keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi
keluarga.
- Riwayat kesehatan keluarga inti : riwayat kesehatan keluarga
inti. Riwayat kesehatan masing – masing anggota keluarga,
perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit.
- Riwayat kesehatan keluarga suami istri yang menjelaskan
riwayat kesehatan generasi diatas, tentang riwayat penyakit
keturunan , upaya generasi tersebut tentang upaya
penanggulangan penyakit, upaya kesehatan yang diperhatikan
sampai saat ini.

c. Lingkungan

- Karakteristik rumah : tentang rumah yang dihuni keluarga


meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan,
jumlah ventilasi, perletakan perabot rumah, sarana pembuangna
air limbah dan MCK, sarana air bersih danh minum yang
digunakan.

18
- Karakteristik lingkungan : karakteristik dari tetangga, dan
komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal
- Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas
keluarga dan anggita keluarga, mungkin keluarga sering
berpindah tempat.
- Hubungan keluarga dengan lingkungan : menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang adadan sejauh mana keluarga
berinteraksi
d. Struktur keluarga

- Struktur peran yang menjelaskan peran masing – masing


anggota keluarga secara formal maupun informal baik
dikeluarga maupun dimasyarakat.
- Nilai atau norma keluarga yang dianut oleh keluarga.
- Pola komunikasi keluarga, bagaimana cara keluarga
berkomunikasi, siapa pengambil keputusan utama dan
bagaimana peran anggota keluarga dalam menciptakan
komunikasi.
- Struktur kekuatan keluarga, kemampuan keluarga untuk
mempengaruhi dan mengendalikan anggota keluarga untuk
mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga

- Fungsi afeksi, gambaran diri anggota keluarga, perasaan


memiliki dan dimiliki anggota keluarga , dukunagn anggota
keluarga, hubungan psikososial dalam anggota keluarga,
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
- Fungsi sosialisasi, hubungan anggota keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar tentang disiplin, nilai, norma budaya
dan perilaku yang berlaku dikeluarga dan masyarakat.
- Fungsi perawatan kesehatan, mengetahui kemampuan keluarga
untuk mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan,

19
merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan,
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

f. Stres dan koping keluarga

- Stressor jangka pendek dan panjang : Stressor jangka pendek


adalah stressor yang dialami keluarga dan penyesuaian lebih
kurang 6 bulan. Stressor jangka panjang memerlukan waktu
penyesuaian lebih 6 bulan.
- Kemamapuan keluarga berespon terhadap stressor
- Strategi koping
- Strategi adaptasi disfungsional
g. Pemeriksaan kesehatan

h. Harapan keluarga

Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga


terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Pengkajian yang berhubungan dengan anak prasekolah

a. Identitas anak
b. Riwayat kehamulan sampai kelahiran
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini ( pola perilaku dan kegiatan sehari – hari )
e. Pertumbuhan dan perkembangan saat ini ( termasuk kemampuan
yang telah dicapai)
f. Periksaan kesehatan

3. Pengkajian fokus anak prasekolah

a. Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama dirumah dan


adakah sarana stimulasinya
b. Sudahkah anak dikutkan kegiatan play group

20
c. Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan
anak setiap hari
d. Siapakah orang – orang yang setiap hari dengan anak.
e. Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
f. Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini
g. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

4. Pengkajian anak usia sekolah

a. Bagaimana karakteristik teman bermain

b. Bagaimana lingkungan bermain


c. Berapa lama anak menghabiskan waktunya disekolah
d. Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah
sarana yang dimilikinya
e. Bagaimana temperamen anak saat ini
f. Bagaiman pola anak jika menginginkan sesuatu barang
g. Bagaimana pola orang tua menghadapi permintaan anak
h. Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini
i. Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah
j. Sudahkah memperoleh imiunisasi ulangan selama disekolah
k. Pernahkah mendapat kecelakaan selama disekolah atau dirumah
saat bermain
l. Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini
m. Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya
n. Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya
o. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga

2.5 Masalah Keperawatan yang sering muncul (3 besar)


Masalah keperawatan yang sering muncul pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia prasekolah dan anak usia sekolah berdasarkan
SDKI, 2017:

21
1. Aktual

Gangguan proses keluarga berhubungan dengan perubahan status


sosial kesehatan anggota keluarga dibuktikan dengan keluarga tidak
mampu beradaptasi terhadap situasi, keluarga tidak mampu
memenuhi kebutuhan fisik/emosional/spiritual anggota keluarga
(D.0120)

2. Risiko

Risiko gangguan perlekatan dibuktikan dengan ketidakmampuan


orang tua memenuhi kebutuhan anak (D.0127)

3. Potensial

Kesiapan peningkatan menjadi orang tua berhubungan dengan


perilaku upaya peningkatan kesehatan dibuktikan dengan tampak
adanya dukungan emosi dan pengertian pada anak atau anggota
keluarga, anak atau anggota keluarga mengungkapkan harapan yang
realistis, kebutuhan fisik dan emosi anak/anggota keluarga terpenuhi
(D.0122)

2.6 Intervensi Keperawatan


NO DIAGNOSA INTERVENSI

1. Gangguan proses Dukungan koping kluarga (1.09260)


keluarga (D.0120)
1. Memahami masalah

a. identifikasi respon emosional


terhadap kondisi saat ini

2. Mengambil keputusan

a. Hargai Dan dukung mekanisme


koping adaptif yang digunakan

3. Merawat anggota keluarga

22
a. dengarkan masalah, perasaan dan
pertanyaan keluarga

4. Modifikasi lingkungan

a. bersikap sebagai pengganti


keluarga untuk menenangkan
pasien atau jika keluarga tidak
dapat memberikan perawatan

5. Askes fasilitas kesehatan

a. informasikan fasilitas perawatan


kesehatan yang tersedia

2. Risiko Gangguan 1. Memahami masalah


Perlekatan (D.0127)
a. identifikasi informasi yang akan
disampaikan

b. identifikasi kesiapan menerima


informasi

2. Mengambil keputusan

a. melibatkan pengambil keputusan


dalam keluarga untuk menerima
informasi

3. Merawat anggota keluarga

a. lakukan penguatan potensi pasien


dan keluarga untuk menerima
informasi

4. Modifikasi lingkungan

a. dahulukan menyampaikan
informasi baik (positif) sebelum

23
menyampaikan informasi kurang
baik (negatif) terkait kondisi pada
pasien

5. Askes fasilitas kesehatan

a. fasilitasi akses pelayanan pada


saat dibutuhkan

b. berikan informasi berupa alur,


leaflet atau gambar untuk
memudahkan pasien mendapatkan
informasi kesehatan

3. Kesiapan Peningkatan Promosi proses efektif keluarga (1.13496)


Menjadi Orang Tua
1. Memahami masalah
(D.0122)
a. identifikasi tipe proses keluarga

b. identifikasi masalah atau


gangguan dalam proses keluarga

2. Mengambil keputusan

a. pertahankan Interaksi yang


berkelanjutan dengan anggota
keluarga

3. Merawat anggota keluarga

a. susun jadwal aktivitas perawatan


Mandiri di rumah untuk
mengurangi gangguan rutinitas
keluarga

b. motivasi anggota keluarga untuk


melakukan aktivitas bersama
seperti makan bersama diskusi

24
bersama keluarga

4. Modifikasi lingkungan

a. diskusikan dukungan sosial dari


sekitar keluarga

5. Askes fasilitas kesehatan

a. fasilitasi anggota keluarga


melakukan kunjungan Rumah
Sakit

25
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Ny. N (32 th) tinggal berdua bersama anaknya yg berusia 8 th dan 8 orang
bersama anak kosnya. Ny. N merupakan ibu tunggal dikarenakan suaminya
meninggal 4 th yg lalu dan bekerja sebagai wiraswasta. Karena kesibukan Ny.
N, beliau kurang memperhatikan lingkungan rumahnya sehingga terdapat
barang-barang yang tidak teratur dan tidak rapi serta mengingat dengan luas
rumah yg tidak sesuai. Akan tetapi, meskipun sebagai orangtua tunggal beliau
sangat menjaga anaknya dengan baik, baik dari segi kesehatan maupun
finansial. Meskipun masih usia sekolah, anak Ny N telah mendapatkan
beragam prestasi di bidang akademik dan juga memiliki ketertarikan di bidang
non akademik. Terbukti dengan banyaknya penghargaan terlihat saat
berkunjung ke rumah Ny N. Saat kami melakukan kunjungan (home visit),
beliau menyampaikan bahwa dia sangat mengatur kehidupan anaknya.
Dikarenakan anaknya adalah salah satu anak yang berprestasi di sekolahnya,
anaknya selalu dijadwalkan untuk belajar setiap hari kecuali pada hari minggu.
Pada hari minggu, anaknya akan bermain dengan saudaranya di tempat
saudaranya. Sehingga hal tersebut berdampak pada kegiatan sosial anaknya
dengan teman lingkungan rumahnya yg sangat kurang. 

3.2 Pengkajian Keperawatan Keluarga

26
Nama Puskesmas Puskesmas Mulyorejo No. Register 012xxxx

Nama Perawat Perawat X Tanggal Pengkajian 01 Maret 2020

A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Ny. N Bahasa sehari-hari Indonesia dan bahasa jawa

Alamat Rumah & Telp Mulyorejo Utara & 0815xxxxxxxx Yankes terdekat, Jarak -Puskesmas Mulyorejo
-Praktek dokter (500m)
Pekerjaan Wiraswasta Alat transportasi Motor

Agama & Suku Islam & Jawa Status Kelas Sosial Diatas UMR >4.200.000

DATA ANGGOTA KELUARGA


No Nama Hub Umur JK Suku Pendidikan Pekerjaan Status Gizi (TB, TTV Status
dgn Terakhir Saat Ini BB, BMI) (TD, N, S, P) Imunisasi
KK Dasar
1. Ny. N Istri 32 Wanita Jawa D3 Wiraswasta 155cm, 73kg, 30,4kg/m2 (130/70, 82, 37,2, 20) Lengkap
2
2 An. A Anak 8 Laki- Jawa TK Pelajar 130cm, 42kg, 24,9kg/m Tidak dikaji Lengkap
laki
LANJUTAN
Status Kesehatan
No Nama Alat Bantu/ Protesa Riwayat Penyakit/ Alergi
Saat ini
1. Ny. N Tidak ada Sehat Tidak ada
2 An. A Tidak ada Sehat Alergi

Analisis Masalah Kesehatan INDIVIDU : Tidak ada

B. TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA


Tahap Perkembangan Klg Saat Ini keluarga dengan anak usia sekolah

Tugas Perkembangan Keluarga : Dapat dijalankan √ Tdk Dpt Dijalankan

Bila Tdk dijalankan, sebutkan : Tidak dapat dijalankan karena ibu kurang membantu sosialisasi anak
dengan tetangga, sekolah dan lingkungan

C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : √ Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : √ Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg : √ Tdk ada konflik nilai Ada Konflik

Pengambilan keputusan dalam keluarga : Ny. N

D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : √ Berfungsi Tdk Berfungsi

Fungsi Sosial : √ Berfungsi Tdk Berfungsi

Fungsi Ekonomi : √ Baik Kurang Baik

E. POLA KOPING KELUARGA


Mekanisme koping : √ Efektif Tidak Efektif
Stressor yg dihadapi keluarga : Ibu ada trauma dan anakmudah sakit

DATA PENUNJANG KELUARGA

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga

 Kondisi Rumah  Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Ya
27
Type rumah : permanen/semi permanen*  Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya
Lantai :tanah/plester/ keramik, lainnya
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa*  jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :

 Ventilasi : Ya/ Tidak* tidak ada balita

Baik (10-15% dari luas lantai): ya/ tidak*


Jendela setiap hari dibuka: ya/ tidak*
 Menggunakan air bersih untuk makan & minum:
Ya / Tidak*

Pencahayaan Rumah :

Baik/ Tidak*
 Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Ya / Tidak*

 Saluran Buang Limbah :


Tertutup/terbuka*
 Mencuci tangan dengan air bersih & sabun :

Ya / Tidak*
Air Bersih :

Sumber air bersih: sumur/PAM/sungai/lain-lain*,


 Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya :
sebutkan PDAM
Ya / Tidak*
Kualitas air: tidak berbau, tidak berasa, jernih

 Menjaga lingkungan rumah tampak bersih


 Jamban Memenuhi Syarat :
ya / tidak
Kepemilikan jamban : ya/tidak*
Terlalu banyak barang dan tidak sesuai dengan luas
Jenis jamban : leher angsa/cemplung*
rumah
Jarak septic tank dengan sumber air : 11m

 Mengkonsumsi lauk dan pauk tiap hari :


Ya / Tidak*
 Tempat Sampah:

Kepemilikan tempat sampah ;Ya/Tidak*


Jenis : Tertutup/Terbuka *
 Menggunakan jamban sehat :

Ya / Tidak*
 Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak *

 Memberantas jentik di rumah sekali seminggu :


Ya / Tidak* (menguras, mengubur, menutup)

 Makan buah dan sayur setiap hari : Ya/ Tidak*

 Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya/ Tidak*

Tidak merokok di dalam rumah : Ya/ Tidak*

 Penggunaan alkohol dan zat adiktif : ya/ tidak

28
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA

1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada Tidak karena ibu selalu sigap saat ada anaknya sakit

2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya Tidak

3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak

4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
Ya  Tidak

5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
Ya  Tidak

6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Keluarga Tetangga

Kader Tenaga kesehatan, yaitu Dokter praktik

7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:


Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya

Perlu berobat ke fasilitas yankes

Tidak terpikir

8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan
upaya peningkatan kesehatan),

Ya Tidak,jelaskan mengkonsumsi madu, sayur, buah secara teratur

9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
Ya Tidak, jelaskan ibu selalu tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan saat anaknya sakit

10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya  Tidak, jelaskan
Membawanya berobat segera saat sakit

11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan dengan mengkonsumsi madu dan makanan sehat

12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
Ya Tidak, jelaskan tidak ada keluarga

13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
Ya  Tidak, jelaskan melalui info dari kader kesehatan

29
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas √ Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana √ Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar √
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran √
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran √ Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif √
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II

Kemandirian IV
Kemandirian III √

30
Pengkajian Fisik Keluarga

Anggota 1 2 3 4 5 Gangg.Keseimb tidak tidak


Keluarga
Nyeri spesifik: Sistem 1 2 3 4 5
pencernaan:
Lokasi Pundak Tidak Intake cairan Tidak Tidak
kurang
Tipe Kaku/ Tidak Mual/muntah Tidak Tidak
nyeri
tumpul
Durasi 1 bulan Tidak Nyeri perut Tidak Tidak

Intensitas Hilang Tidak Muntah darah Tidak Tidak


timbul
Status mental: 1 2 3 4 5 Flatus Tidak Tidak

Bingung Tidak Tidak Distensi Tidak Tidak


abdomen
Cemas Tidak Tidak Colostomy Tidak Tidak

Disorientasi Tidak Tidak Diare Tidak Tidak

Depresi Tidak Tidak Konstipasi Tidak Tidak

Menarik diri Tidak Tidak Bising usus Tidak Tidak

Sistem 1 2 3 4 5 Terpasang Tidak Tidak


integumen: Sonde
Cianosis Tidak Tidak Sistem 1 2 3 4 5
persyarafan:
Akral Dingin Tidak Tidak Nyeri kepala Tidak Tidak

Diaporesis Tidak Tidak Pusing Tidak Tidak

Jaundice Tidak Tidak Tremor Tidak Tidak

Luka Tidak Tidak Reflek pupil Tidak Tidak


anisokor
Mukosa mulut Tidak Tidak Paralisis : Tidak Tidak
kering
Lengan kiri/
Lengan
kanan/ Kaki
kiri/
Kaki kanan
Kapiler refil Tidak Tidak Anestesi daerah Tidak Tidak
time lebih 2
perifer
detik
Sistem 1 2 3 4 5 Riwayat 1 2 3 4 5
Pernafasan pengobatan
Stridor Tidak Tidak Alergi Obat Tidak amoxicillin

Wheezing Tidak Tidak Jenis obat yang Tidak Tidak

dikonsumsi
Ronchi Tidak Tidak

Akumulasi Tidak Tidak


sputum

31
Sistem 1 2 3 4 5
perkemihan:
Disuria Tidak Tidak

Hematuria Tidak Tidak

Frekuensi Tidak Tidak

Retensi Tidak Tidak

Inkontinensia Tidak Tidak

Sistem 1 2 3 4 5
muskuloskeletal
Tonus otot Tidak Tidak
kurang
Paralisis Tidak Tidak

Hemiparesis Tidak Tidak

ROM kurang Tidak Tidak

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan 1 2 3 4 5
Laboratoriu
m
GDP/2JPP/acak Tidak Tidak

Asam Urat Tidak Tidak

Cholesterol Tidak Tidak

Hb Tidak Tidak

32
Lampiran

3.3 Analisa Data


Data Masalah Keperawatan

33
DS : Kesiapan peningkatan
proses keluarga
1. Ny. N mengatakan sering berkonsultasi
(D.0123)
dengan dokter masalah-masalah
kesehatan

2. Ny. N mengatakan selalu memberikan


yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan

DO :

1. Ny. N menunjukkan minat melakukan


aktivitas sehari-hari yang positif untuk
keluarganya

DS : Ansietas (D.0080)

1. Ny. N mengatakan bahwa dia sangat


mengatur kehidupan anaknya

2. Ny. N mengatakan memiliki pengalaman


buruk di masa lalu yaitu perilaku
kekerasan pada kakaknya

DO :

1. Klien terlihat cemas

2. Berorientasi pada masalalu

DO: Kesiapan Peningkatan


Menjadi Orang Tua
1. Ny N sangat menjaga anaknya dengan
(D.0122)
baik, baik dari segi kesehatan maupun
finansial.

DS:

1. Meskipun masih usia sekolah, anak Ny

34
N telah mendapatkan beragam prestasi di
bidang akademik dan juga memiliki
ketertarikan di bidang non akademik

2. Terlihat beragam penghargaan


kepunyaan anaknya di rumah

3.4 Skoring Masalah Keperawatan


N Diagnosa I II III IV Total
o Keperawatan
skor

1 Ansietas Krisis Hanya Cukup Masalah


atau sebagian 2/6*1 berat, harus =11/6
keadaan 1/3*2 segera
sejahtera =2/6 ditangani
1/6*1 =2/3 2/3*1

=1/6 =2/3

2 Kesiapan Krisis Dengan Tinggi Ada


peningkatan atau mudah 3/6*1 masalah, = 14/6 
proses keadaan 2/3*2 tetapi tidak
keluarga sejahtera =3/6 perlu segera
1/6*1 =4/3 ditangani
1/3*1
=1/6
=1/3

3 Kesiapan Keadaan Dengan tinggi Ada 14/6


peningkatan sejahtera mudah masalah,
menjadi 3/6*1 tetapi tidak
orang tua 1/6*1 2/3*2 perlu segera
= 3/6
= 1/6 =4/3 ditangani

1/3*1

=1/3
Keterangan

35
I: sifat masalah

II: kemungkinan masalah dapat diubah

III: potensial masalah dapat diubah

IV: menonjolnya masalah

Prioritas Diagnosa

1. Kesiapan peningkatan proses keluarga (D.0123)

2. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua (D.0122)

3. Ansietas (D.0080)

3.5 Kriteria Hasil dan Intervensi


No Diagnosa Outcome (SLKI) Intervensi (SIKI)
(SDKI)

1. Kesiapan Setelah dilakukan 1. Mengenal masalah kesehatan


peningkatan tindakan  Promosi keutuhan keluarga
proses keluarga keperawatan 1x24 (1.13490)
(D.0123) jamm, diharapkan: a. Identifikasi pemahaman
keluarga terhadap
Proses keluarga
masalah
(L.13123)
b. Identifikasi mekanisme
- minat keluarga koping keluarga
melakukan aktivitas 2. Keputusan yang tepat
yg positif  Dukungan pengambilan
meningkat (5) keputusan (1.09265)
a. Fasilitasi
- ketepatan peran
pengambilan keputusan
keluarga pada tahap
secara kolaboratif
perkembangan
b. Fasilitasi menjelaskan
meningkat (5) 
keputusan kepada orang
-aktivitas lain, jika perlu

36
mendukung 3. Merawat anggota keluarga
keselamatan  Promosi keutuhan keluarga
anggota keluarga (1.13490)
meningkat (5)  a. Anjurkan anggota keluarga
mempertahankan
keharmonisan keluarga
 Promosi proses efektif
keluarga (1.134996)
a.Motivasi keluarga untuk
untuk melakukan aktivitas
Bersama, seoerti makan
Bersama
4. Modifikasi lingkungan
 Promosi proses efektif
keluarga (1.134996)
a. Identifikasi
kebutuhan perawatan
mandiri di rumah untuk
klien dan tetap beradaptasi
dengan pola hidup keluarga
5. Memanfaatkan faskes
 Promosi keutuhan keluarga
(1.13490)
a. Rujuk untuk konseling,
jika perlu
 Promosi proses efektif
keluarga (1.134996)
a. Fasilitasi anggota
keluarga melakukan
kunjungan rumah sakit

37
2. Kesiapan Setelah dilakukan Promosi proses efektif keluarga
Peningkatan tindakan (1.13496)
Menjadi Orang keperawatan 1 x 24
1. Memahami masalah
Tua (D.0122) jam, diharapkan:
a. identifikasi tipe proses
keluarga
Penampilan peran
b. identifikasi masalah atau
(L.13119)
gangguan dalam proses
- Dukungan sosial keluarga
meningkat (5)
2. Mengambil keputusan
- Perilaku cemas
a. pertahankan Interaksi yang
menurun(5)
berkelanjutan dengan
anggota keluarga

3. Merawat anggota keluarga

a. susun jadwal aktivitas


perawatan Mandiri di rumah
untuk mengurangi gangguan
rutinitas keluarga

b. motivasi anggota keluarga


untuk melakukan aktivitas
bersama seperti makan
bersama diskusi bersama
keluarga

4. Modifikasi lingkungan

a. diskusikan dukungan sosial


dari sekitar keluarga

38
5. Askes fasilitas kesehatan

a. fasilitasi anggota keluarga


melakukan kunjungan
Rumah Sakit
3. Ansietas Setelah dilakukan 1. Mengenal masalah
(D.0080) tindakan kesehatan
keperawatan 1x24  Reduksi ansietas (1.09314)
jam, diharapkan: a. Identifikasi saat tingkat
ansietas berubah (mis.
Tingkat ansietas
kondisi, waktu, stressor)
(L.09093)
b. Motivasi mengidentifikasi
- verbalisasi situasi yang memicu
khawatir akibat kecemasan
kondisi yang 2. Keputusan yang tepat
dihadapi menurun  Reduksi ansietas
(5) a. Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
- perilaku gelisah
menurun (5)  Terapi relaksasi (1.09326)
a. Memilih salah satu teknik
relaksasi dan

Tingkat agitasi menganjurkannya agar

(L.09092) sering diulang


 Konseling (1.10334)
- kegelisahan
a. Anjurkan untuk menunda
menurun (5)
pengambilan keputusan saat
stress
3. Merawat anggota keluarga
 Terapi relaksasi (1.09326)
a. Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang
b. Anjurkan rileks

39
c. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
d. Anjurkan sering
mangulangi teknik yang
dipilih
 Reduksi ansietas (1.09314)
a. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
b. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
c. Latih teknik relaksasi
4. Modifikasi lingkungan
 Terapi relaksasi (1.09326)
a. Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
 Reduksi ansietas (1.09314)
b. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
c. Memanfaatkan faskes
 Terapi relaksasi (1.09326)
a. Mengajarkan kepada
caregiver atau keluarga
untuk mengoptimalkan
faskes untuk memeriksa
ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, suhu
dan kemampuan koping

40
41
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Keluarga dengan anak usia prasekolah dan prasekolah adalah keluarga
yang memiliki anggota keluarga (anak) usia antara 306 tahun (prasekolah)
dan usia 6-12 tahun (usia sekolah). Keluarga dengan tahap perkembangan
anak usia prasekolah memiliki tugas antara lain membantu anak untuk
bersosialisasi; beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga, pembagian waktu untuk
individu, pasangan, dan anak; pembagian tanggung jawab anggota keluarga;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak. Sedangkan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
antara lain membantu anak untuk bersosialisasi terhadap lingkungan di luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas, mendorong anak untuk mencapai
perkembangan daya intelektual, menyediakan aktifitas untuk anak,
menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut sertakan anak,
Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.

Keluarga dengan tahap perkembangan anak usia prasekolah dan usia


sekolah memiliki masalah terutama dalam hal kesehatan. Masalah kesehatan
yang dapat dialami anak usia prasekolah dapat berupa masalah kesehatan
fisik, kesehatan psikososial, dan lain-lain. Sedangkan pada anak usia sekolah
biasanya dapat ditemukan masalah kesehatan berupa ISPA, infeksi
pencernaan, infeksi virus lain, infeksi kulit, dan infeksi telinga. Oleh karena
itu diharapkan keluarga mampu mengambil dan menjalan perang serta
tugasnya dalam sehingga dapat menjadi keluarga yang sejahtera.

42
4.2 Saran
Masih banyak hal yang harus diperhatikan dalam asuhan keperawatan
keluarga untuk anak usia prasekolah dan anak usia sekolah. Untuk pemberian
pelayanan keperawatan dalam lingkup keluarga fokus pelayanan sebaiknya
tidak hanya diberikan kepada pasien namun juga kepada keluarga pasien.

43
DAFTAR PUSTAKA

Agrina, Agrina, and Reni Zulfitri. "Efektifitas Asuhan Keperawatan Keluarga


terhadap Tingkat Kemandirian Keluarga Mengatasi Masalah Kesehatan di
Keluarga." Sorot, vol. 7, no. 2, 2012, pp. 81-89, doi:10.31258/sorot.7.2.2003.

Eka Irmilia, Herlina, Yesi Hasneli. “Hubungan Peran Orang Tua Terhadap
Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah.” Jom 2, no. 1 (2015): 551–
557.

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

H Zaidin Ali, MBA SKM. "Pengantar Keperawatan Keluarga." EGC. 2010

Kholifah, Siti N, dan NS. Wahyu Widagyo. Keperawatan Keluarga dan


Komunitas. 2016. Kementrian kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Selatan.

Livana PH, dan Rina Anggraeni.2018. pendidikan kesehatan Tentang


Perkemangan psikososial Sebagai Upaya Pencegahan Kekerasan Fisik dan
Veral pada Anak Usia Sekolah di Kota Kendal. Jurnal Ners dan Kebidanan,
Volume 5, No. 2, Agustus 2018 DOI: 10.26699/jnk.v5i2.ART.p097–104

Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Nuha Medica

Reknoningsih, Wahyu. 2014. Skripsi efektivitas Terapi Kelompok Teraupetik Pra


Sekolah terhadap perkembangan Inisiatif anak Usia Pra Sekolah dengan
Pendekatan Model Konseptual Hildegard Peplau. Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga Edisi Pertama.


Yogyakarta : Graha ilmu.

Walansendow,Paulina I. M., Mulyadi, dan Rivelino Hamel. 2016. Faktor-faktor


yang Mempengaruhi Tingkat Prestasi Anak usia Sekolah di SD GMIM
Tumpengan Sea Dua Kecamatan Pineleng. e-journal Keperawatan (e-Kp)
Volume 4 Nomor 2, November 2016.

44
Yesi Hasneli Eka Irmilia, Herlina, “Hubungan Peran Orang Tua Terhadap
Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah,” Jom 2, no. 1 (2015): 551–
557.

45

Anda mungkin juga menyukai