Fasilitator:
Disusun Oleh:
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya akhirnya
kami dari saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga
dengan materi Keperawatan Kelurga : Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Anak Usia Pra Sekolah dan Usia Sekolah dalam bentuk makalah. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Eka Mishbahatul Mar’ah
Has S.Kep., Ns., M.Kep
Terima kasih kepada Ibu Eka Mishbahatul Mar’ah Has S.Kep., Ns., M.Kep
sebagai dosen pengampu yang telah membimbing dalam penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan dalam penyusunan makalah ini baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya.
Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini. Untuk itu kritik
dan saran sangat penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.3. Tujuan................................................................................................................3
2.1 Batasan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah dan
Prasekolah......................................................................................................................4
2.2 Tugas Keluarga dengan Tahap dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Sekolah dan Prasekolah..................................................................................................5
2.3 Masalah pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah dan
Prasekolah....................................................................................................................15
2.4 Pengkajian Fokus pada Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Prasekolah dan Usia Sekolah.......................................................................................17
3.1 Kasus................................................................................................................26
BAB IV PENUTUP.........................................................................................................42
4.1 Kesimpulan......................................................................................................42
4.2 Saran................................................................................................................43
iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................44
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual dan menyediakan aktivitas
untuk anak (Padila, 2012).
Keluarga dengan usia anak pra sekolah dan usia sekolah mempunyai
masalah kesehatan yang sering terjadi. Masalah kesehatan yang sering
terjadi pada tahap perkembangan anak pra sekolah adalah gangguan
perkembangan bicara dan bahasa, masaah mental, kognitif, dimana
perkembangan ini fokus pada ketrampilan berfikir, memecahkan masalah
dan mengingat. Pada gangguan perkembangan kognitif ini dapat
berdampak pada ketidakmampuan untuk mengembangkan ketrampilan
berfikir pada anak. Sedangakan masalah kesehatan yang sering terjadi
pada tahap perkembangan anak usia sekolah antara lain kesulitan belajar,
gangguan tingkah laku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan
anak, penyalahgunaan zat hingga penyakit menular / infeksi.
Penyakit menular/infeksi pada anak usia sekolah banyak disebabkan
oleh perilaku hidup bersih sehat yang tidak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Kebiasaan bermain yang kontak dengan tanah, perilaku buang
sampah sembarangan, perilaku jajan tidak sehat dan kebiasaan tidak
mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku kesehatan yang
berisiko menimbulkan penyakit menular/infeksi. Perilaku kesehatan
cenderung berisiko adalah hambatan kemampuan untuk mengubah gaya
hidup/perilaku dalam cara yang memperbaiki status kesehatan (Herdman
& Kamitsuru, 2014).
Begitu pentingnya tahapan anak usia prasekolah dan sekolah
tersebut, oleh karena itu perlu dilakukan upaya pencegahan dan
penanganan terhadap masalah kesehatan yang dihadapi. Sebagai perawat,
maka penyelesaian masalah adalah melalui pemberdayaan orang tua dan
anak dalam mengidentifikasi masalah kesehatan dan merancang intervensi
untuk meminimalkan masalah kesehatan pada anak, pada anak usia
sekolah dapat melibatkan guru dan sekolah dalam melakukan intervensi.
2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3. Tujuan
1. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan keluarga dengan tahap
perkembangan anak usia prasekolah dan usia sekolah
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Batasan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak Usia Sekolah dan
Prasekolah
1. Definisi Keluarga
a. Keluarga merupakan orang yang mempunyai hubungan resmi,
seperti ikatan darah, adopsi, perkawinan atau perwalian, hubungan
sosial (hidup bersama) dan adanya hubungan psikologi (ikatan
emosional) (Hanson 2001, dalam Doane & Varcoe, 2005).
b. Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan,
kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan,
mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga (Duvall
dan Logan, 1986 dalam Friedman, 1998).
c. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal
di suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan
(Departemen Kesehatan RI,1988).
2. Definisi Anak Usia Pra sekolah
a) Potter (2005) menyebutkan bahwa periode pra sekolah merupakan
periode usia antara 3-6 tahun dimana anak menyempurnakan
penguasaan terhadap tubuh dan merasa cemas menunggu awal
pendidikan formal. (Reknoningsih, Wahyu. 2014.)
b) Woong (2008) menjelaskan bahwa anak usia pra sekolah adalah
anak yang berusia antara 3-6 tahun yang memiliki karakteristik
sendiri dalam segi pertumbuhan dan berkembangnya dengan
kematangan mental, amosiaonal, social, dan fisik. (Reknoningsih,
Wahyu. 2014.)
4
a) Wong (2009) mengatakan anak usia sekolah merupakan anak
berusia 6 sampai 12 tahun.Periode ini merupakan periode dimana
anak-anak dianggap mulai bertanggungjawab atas perilakunya
sendiri dalam hubungan dengan orang tua, teman sebaya, dan
orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-
dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada
kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu.
b) Untario, 2004 mengatakan anak usia sekolah adalah anak yang
berada pada usia-usia sekolah dengan usia 6-12 tahun. Masa usia
sekolah sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia enam hingga kirakira usia duabelas tahun. Karakteristik utama
usia sekolah adalah mereka menampilkan perbedaan-perbedaan
individual dalam banyak segi dan bidang, diantaranya perbedaan
dalam intelegensi, kemampuan dalam berbahasa, perkembangan
kepribadian dan perkembangan fisik
2.2 Tugas Keluarga dengan Tahap dengan Tahap Perkembangan Anak Usia
Sekolah dan Prasekolah
Tahap perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah dimulai
saat kelahiran anak pertama berusia 3 tahun dan berakhir saat anak berusia 6
tahun (Patmonodewo, 2008). Keluarga dengan tahap perkembangan anak
usia prasekolah memiliki tugas antara lain membantu anak untuk
bersosialisasi; beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga, pembagian waktu untuk
individu, pasangan, dan anak; pembagian tanggung jawab anggota keluarga;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak (Friedman, 2010).
5
1. Toilet Training, hakikat tugas yang harus dipelajari anak yaitu buang air
kecil dan buang air besar yang bisa diterima secara sosial.toilet training
yang berhasil dapat membentuk anak yang berhati-hati, dapatmenguasai
dirinya, mendapatkan pandangan jauh kedepan dan dapat berdiri sendiri.
Tentang toilet training Havighurst berpendapat: “Toilet training is the first
moral training that child received. The stamp of the first moral training
that child later character”
2. Belajar membedakan jenis kelamin, serta dapat bekerja sama dengan jenis
kelamin lain. Melalui observasi, maka anak akan melihat tingkah laku
yang berbeda jenis kelamin satu dengan lain
5. Belajar kontak perasaan dengan orang tua, krluarga, dan orang lain,
menghubungkan diri sendiri secara emosional
6
Berikut merupakan pola asuh yang efektif yang dapat diberikan
kepada anak usia prasekolah:
2. Tidak boleh membandingkan anak satu sama lain, karena setiap anak
mempunyai tingkaj laku dan karakteristik yang berbeda
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-
ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri
mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 2010). Keluarga yang
memiliki anak usia sekolah mempunyai tugas perkembangan dimana pada
tahap ini keluarga membantu anak untuk bersosialisasi terhadap lingkungan
diluar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas, mendorong anak untuk
mencapai perkembangan daya intelektual. Menyediakan aktifitas untuk
anak, menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut sertakan
anak. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga (Setiadi, 2008)
7
dekat dengan sekolah dan job security. Hauenstein dalam penelitiannya
membagi populasi menjadi dua macam yaitu :
a. High stress neighborhoods à ditandai dengan crowded, susunan,
keluarga mengalami kesulitan membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods à kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang
stabil, jalan-jalan yang aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin
tinggal di area yang tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan
anak-anak dan juga orang dewasa. Yang sering tinggal di area seperti ini
biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan punya
masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan
tempat tinggal yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi
tantangan terutama dalam situasi ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan
mempunyai rumah sendiri. Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah
sendiri selalu meningkat dari waktu ke waktu. Adanya biaya pindah
keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap
berada di tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan
tempat tinggal mereka. Pada waktu biaya untuk tempat tinggal semakin
tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli sebuah rumah tanpa
bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda
paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk
mencegah adanya penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau
pemulihan dari kecelakaan. Banyak sistem sekolah yang mengharuskan
bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka ke sekolah tiap tahun.
Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR)
adalah imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai
SMA. Oleh karena itu, adalah tanggung jawab keluarga untuk menemui
dokter keluarga atau melalui Departemen Kesehatan Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan
tanggung jawab keluarga. Pemberian fluoride secara rutin besar
8
pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan gigi pada anak. Oleh karena
itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan gigi anak
pada dokter gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang
sering memerlukan monitor dan modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-
anak usia sekolah. Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih
banyak mengalami kecelakaan dibandingkan anak perempuan dan
biasanya kematian paling tinggi adalah karena kecelakan kendaraan motor.
Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan permanen,
kelumpuhan serta kehilangan waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa
keluarga. Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah
sesuatu yang normal dalam beberapa keluarga dan cukup banyak
persentase orang tua yang mengaku menendang, menggigit, memukul
dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau
senjata. Hasil penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta
dan dukungan tetapi sering menerima pukulan dari orang tua mereka.
Orang dewasa yang mengalami abuse pada waktu anak-anak lebih
cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri. Physical
abuse biasanya terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga
kaya menggunakan abuse sebagai “accident”. Banyak keluarga ekonomi
bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada anak mereka.
Child abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang membantah,
menantang atau mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi dan
kehilangan kontrol dan menggunakan metode disiplin yang lebih keras dan
meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan organisasi
nasional yang siap membantu mengatasi kekerasan dengan melakukan
pertemuan secara teratur dan menggunakan sarana telepon untuk orang tua
yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada
semua kelas sosek serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12
tahun. Anak yang menjadi korban incest biasanya takut untuk
9
menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah penarikan
diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik
khususnya masalah urine atau pelvic yang sakit. Bantuan untuk korban
incest dan keluarganya dapat ditemukan di tempat layanan perlindungan
anak, pusat krisis perkosaan atau woman’s centers. Untuk mencegah incest
dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah dan di
sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi
banyak keluarga yang mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu
membiayai biaya rumah sakit dan membayar dokter. Sebanyak 83 % dari
pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi
kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
10
situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak sakit, mendapat
kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan
istri yang mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta
serangkaian perkembangan dan keahlian serta memerlukan kompetensi
dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka mempunyai
kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk
istri adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan
tinggal di rumah, mengakhiri pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di
lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan
yang keduanya mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si
rumah sedangkan yang lain pulang pergi kerja selama seminggu, kembali
ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang besar adalah
perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu
untuk keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada
perembangan anak atau dalam masalah perkawinan. Ini mungkin terjadi
ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami istri,
komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi
masalah, fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan.
(Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu
menjaga keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga
sepenuhnya atau istri yang bekerja ditemukansama-sama puas secara
dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat
dalam pekerjaan ibu, mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan
teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu kerjakan. Anak yang bekerja di
samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga sehari-hari merasa
bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan
makan malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara
menunggu orang tuanya pulang ke rumah.
11
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
12
rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk
dalam studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat
keputusan ketika anak di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat
penting, karena dapat membantu anak bersikap disekolah seperti
halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan saudara kandung
(Feldman & Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri dapat
ditingkatkan dengan saling berbagi tugas dalam menjaga anak dan
rumah tangga.
4. Sosialisasi
13
yang berbeda tipe, mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan
datang. “undesirable friends” menurut orangtua:
a. anak mengganggu teman mainnya yang lain jenis
b. teman lain suka menyerang
c. bermain bersama tapi tidak sesuai aturan
Keterlibatan keluarga dalam masyarakat berfungsi saat orang tua
mempercayai anaknya untuk mandiri. Anak yang dari latar belakang beda
ras, etnik, dan kelas sosial dapat memiliki pengalaman lebih banyak
daripada anak yang hanya berhubungan dengan “orang-orang satu jenis”
dengannya, karena dapat menghilangkan komponen pendidikan mereka
dalam hidup bermasyarakat. Orangtua sebaiknya ikut aktif dalam pertemuan
orangtua-guru dan kegiatan lain yang ditekuni oleh anaknya.
5. Komunikasi di Dalam Keluarga dan Anak Usia Sekolah
14
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan
anaknya akan menjaga komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua
terhadap perasaan real mereka sama baiknya pada anak dapat memunculkan
ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear(takut), anxiety (cemas),
resentment, anger(marah), dan cemburu.
Siblings, Beberapa keuntungan memiliki siblings:
15
a. Masalah kesehatan fisik
Pada tahap ini, anak usia prasekolah memiliki keinginan yang besar
untuk mengeksplorasi dunia sekelilingnya, sehingga banyak terjadi
kecelakaan seperti jatuh,luka bakar,keracunan dan kecelakaan-
kecelakaan lainnya yang dapat menjadi penyebab utama kematian
dan cacat.
Pada tahap ini, anak usia prasekolah seringkali menderita penyakit
infeksi menular karena paparan spesifik virus dan bakteri meningkat.
16
3. Infeksi virus lain, seperti campak, gondongan, cacar air atau rubela.
4. Infeksi kulit, termasuk kutu rambut.
5. Infeksi telinga akibat infeksi virus/ ISPA, seperti flu berat.
Anak sekolah rentan mengalami kecelakaan karena aktivitas fisik dan
interaksi anak sangat tinggi (Nugraheni, 2018). Hasil suvey WHO (dalam
Nugraheni, 2018) pada 8 provinsi di Indonesia tahun 2003, angka cidera
pada anak sekolah sebesar 28,27%, kondisi tersebut berimplikasi pada
angka kematian pada anak sekolah, baik di perkotaan maupun pedesaan di
Indonesia. Faktor penyebab kejadian kecelakaan yang tinggi adalah
human error karena kurangnya pemahaman terhadap aspek keselamatan.
Anak usia sekolah rawan terkena penyakit, oleh karena perlu diterapkan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah, antara lain:
a. Data umum
17
- Identitas : nama KK, alamat, komposisi keluarga ( nama, seks,
hubungan keluarga, pendidikan, pekerjaan ).
- Tipe keluarga : mengenai jenis dan tipe keluarga
- Suku bangsa : mengkaji asal / suku bangsa keluarga.
- Agama : agama dan kepercayaan keluarga yang dianut yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
- Status social ekonomi keluarga, ditentukan oleh penghasilan
seluruh anggota keluarga
- Aktivitas rekreasi keluarga.
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan
18
- Karakteristik lingkungan : karakteristik dari tetangga, dan
komunitas setempat, yaitu tempat keluarga bertempat tinggal
- Mobilitas geografis keluarga menggambarkan mobilitas
keluarga dan anggita keluarga, mungkin keluarga sering
berpindah tempat.
- Hubungan keluarga dengan lingkungan : menjelaskan mengenai
waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang adadan sejauh mana keluarga
berinteraksi
d. Struktur keluarga
19
merawat anggota keluarga, memodifikasi lingkungan,
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
h. Harapan keluarga
a. Identitas anak
b. Riwayat kehamulan sampai kelahiran
c. Riwayat kesehatan bayi sampai saat ini
d. Kebiasaan saat ini ( pola perilaku dan kegiatan sehari – hari )
e. Pertumbuhan dan perkembangan saat ini ( termasuk kemampuan
yang telah dicapai)
f. Periksaan kesehatan
20
c. Berapa lama waktu yang dimiliki orang tua untuk berkumpul dengan
anak setiap hari
d. Siapakah orang – orang yang setiap hari dengan anak.
e. Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini
f. Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini
g. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga
21
1. Aktual
2. Risiko
3. Potensial
2. Mengambil keputusan
22
a. dengarkan masalah, perasaan dan
pertanyaan keluarga
4. Modifikasi lingkungan
2. Mengambil keputusan
4. Modifikasi lingkungan
a. dahulukan menyampaikan
informasi baik (positif) sebelum
23
menyampaikan informasi kurang
baik (negatif) terkait kondisi pada
pasien
2. Mengambil keputusan
24
bersama keluarga
4. Modifikasi lingkungan
25
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Kasus
Ny. N (32 th) tinggal berdua bersama anaknya yg berusia 8 th dan 8 orang
bersama anak kosnya. Ny. N merupakan ibu tunggal dikarenakan suaminya
meninggal 4 th yg lalu dan bekerja sebagai wiraswasta. Karena kesibukan Ny.
N, beliau kurang memperhatikan lingkungan rumahnya sehingga terdapat
barang-barang yang tidak teratur dan tidak rapi serta mengingat dengan luas
rumah yg tidak sesuai. Akan tetapi, meskipun sebagai orangtua tunggal beliau
sangat menjaga anaknya dengan baik, baik dari segi kesehatan maupun
finansial. Meskipun masih usia sekolah, anak Ny N telah mendapatkan
beragam prestasi di bidang akademik dan juga memiliki ketertarikan di bidang
non akademik. Terbukti dengan banyaknya penghargaan terlihat saat
berkunjung ke rumah Ny N. Saat kami melakukan kunjungan (home visit),
beliau menyampaikan bahwa dia sangat mengatur kehidupan anaknya.
Dikarenakan anaknya adalah salah satu anak yang berprestasi di sekolahnya,
anaknya selalu dijadwalkan untuk belajar setiap hari kecuali pada hari minggu.
Pada hari minggu, anaknya akan bermain dengan saudaranya di tempat
saudaranya. Sehingga hal tersebut berdampak pada kegiatan sosial anaknya
dengan teman lingkungan rumahnya yg sangat kurang.
26
Nama Puskesmas Puskesmas Mulyorejo No. Register 012xxxx
A. DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga Ny. N Bahasa sehari-hari Indonesia dan bahasa jawa
Alamat Rumah & Telp Mulyorejo Utara & 0815xxxxxxxx Yankes terdekat, Jarak -Puskesmas Mulyorejo
-Praktek dokter (500m)
Pekerjaan Wiraswasta Alat transportasi Motor
Agama & Suku Islam & Jawa Status Kelas Sosial Diatas UMR >4.200.000
Bila Tdk dijalankan, sebutkan : Tidak dapat dijalankan karena ibu kurang membantu sosialisasi anak
dengan tetangga, sekolah dan lingkungan
C. STRUKTUR KELUARGA
Pola Komunikasi : √ Baik Disfungsional
Peran Dalam Keluarga : √ Tdk Ada Masalah Ada Masalah
Nilai/Norma KLg : √ Tdk ada konflik nilai Ada Konflik
D. FUNGSI KELUARGA
Fungsi Afektif : √ Berfungsi Tdk Berfungsi
Kondisi Rumah Jika ada Bunifas, Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan : Ya
27
Type rumah : permanen/semi permanen* Jika ada bayi, Memberi ASI ekslusif : Ya
Lantai :tanah/plester/ keramik, lainnya
Kepemilikan rumah : sendiri / sewa* jika ada balita, Menimbang balita tiap bln :
Pencahayaan Rumah :
Baik/ Tidak*
Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri:
Ya / Tidak*
Ya / Tidak*
Air Bersih :
Ya / Tidak*
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah
Anggota Keluarga (8m2/orang) Ya/Tidak *
28
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit: Ada Tidak karena ibu selalu sigap saat ada anaknya sakit
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya : Ya Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya :
Ya Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya bila tidak diobati/dirawat :
Ya Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Keluarga Tetangga
Tidak terpikir
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota keluarganya secara aktif : (bagaimana bentuk tindakan
upaya peningkatan kesehatan),
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
Ya Tidak, jelaskan ibu selalu tanggap dan tahu apa yang harus dilakukan saat anaknya sakit
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya: Ya Tidak, jelaskan
Membawanya berobat segera saat sakit
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan dengan mengkonsumsi madu dan makanan sehat
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan :
Ya Tidak, jelaskan tidak ada keluarga
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya :
Ya Tidak, jelaskan melalui info dari kader kesehatan
29
KEMANDIRIAN KELUARGA
Kriteria :
1. Menerima petugas puskesmas √ Kemandirian I : Jika memenuhi kriteria 1&2
2. Menerima yankes sesuai rencana √ Kemandirian II : jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
3. Menyatakan masalah kesehatan secara benar √
Kemandirian III : jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
4. Memanfaatkan faskes sesuai anjuran √
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran √ Kemandirian IV : Jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif √
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kategori :
Kemandirian I Kemandirian II
Kemandirian IV
Kemandirian III √
30
Pengkajian Fisik Keluarga
dikonsumsi
Ronchi Tidak Tidak
31
Sistem 1 2 3 4 5
perkemihan:
Disuria Tidak Tidak
Sistem 1 2 3 4 5
muskuloskeletal
Tonus otot Tidak Tidak
kurang
Paralisis Tidak Tidak
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan 1 2 3 4 5
Laboratoriu
m
GDP/2JPP/acak Tidak Tidak
Hb Tidak Tidak
32
Lampiran
33
DS : Kesiapan peningkatan
proses keluarga
1. Ny. N mengatakan sering berkonsultasi
(D.0123)
dengan dokter masalah-masalah
kesehatan
DO :
DS : Ansietas (D.0080)
DO :
DS:
34
N telah mendapatkan beragam prestasi di
bidang akademik dan juga memiliki
ketertarikan di bidang non akademik
=1/6 =2/3
1/3*1
=1/3
Keterangan
35
I: sifat masalah
Prioritas Diagnosa
3. Ansietas (D.0080)
36
mendukung 3. Merawat anggota keluarga
keselamatan Promosi keutuhan keluarga
anggota keluarga (1.13490)
meningkat (5) a. Anjurkan anggota keluarga
mempertahankan
keharmonisan keluarga
Promosi proses efektif
keluarga (1.134996)
a.Motivasi keluarga untuk
untuk melakukan aktivitas
Bersama, seoerti makan
Bersama
4. Modifikasi lingkungan
Promosi proses efektif
keluarga (1.134996)
a. Identifikasi
kebutuhan perawatan
mandiri di rumah untuk
klien dan tetap beradaptasi
dengan pola hidup keluarga
5. Memanfaatkan faskes
Promosi keutuhan keluarga
(1.13490)
a. Rujuk untuk konseling,
jika perlu
Promosi proses efektif
keluarga (1.134996)
a. Fasilitasi anggota
keluarga melakukan
kunjungan rumah sakit
37
2. Kesiapan Setelah dilakukan Promosi proses efektif keluarga
Peningkatan tindakan (1.13496)
Menjadi Orang keperawatan 1 x 24
1. Memahami masalah
Tua (D.0122) jam, diharapkan:
a. identifikasi tipe proses
keluarga
Penampilan peran
b. identifikasi masalah atau
(L.13119)
gangguan dalam proses
- Dukungan sosial keluarga
meningkat (5)
2. Mengambil keputusan
- Perilaku cemas
a. pertahankan Interaksi yang
menurun(5)
berkelanjutan dengan
anggota keluarga
4. Modifikasi lingkungan
38
5. Askes fasilitas kesehatan
39
c. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
d. Anjurkan sering
mangulangi teknik yang
dipilih
Reduksi ansietas (1.09314)
a. Latih kegiatan pengalihan
untuk mengurangi
ketegangan
b. Latih penggunaan
mekanisme pertahanan diri
yang tepat
c. Latih teknik relaksasi
4. Modifikasi lingkungan
Terapi relaksasi (1.09326)
a. Ciptakan lingkungan tenang
dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu
ruang nyaman
Reduksi ansietas (1.09314)
b. Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
c. Memanfaatkan faskes
Terapi relaksasi (1.09326)
a. Mengajarkan kepada
caregiver atau keluarga
untuk mengoptimalkan
faskes untuk memeriksa
ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, suhu
dan kemampuan koping
40
41
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Keluarga dengan anak usia prasekolah dan prasekolah adalah keluarga
yang memiliki anggota keluarga (anak) usia antara 306 tahun (prasekolah)
dan usia 6-12 tahun (usia sekolah). Keluarga dengan tahap perkembangan
anak usia prasekolah memiliki tugas antara lain membantu anak untuk
bersosialisasi; beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi; mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga, pembagian waktu untuk
individu, pasangan, dan anak; pembagian tanggung jawab anggota keluarga;
merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi tumbuh kembang
anak. Sedangkan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah
antara lain membantu anak untuk bersosialisasi terhadap lingkungan di luar
rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas, mendorong anak untuk mencapai
perkembangan daya intelektual, menyediakan aktifitas untuk anak,
menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikut sertakan anak,
Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
42
4.2 Saran
Masih banyak hal yang harus diperhatikan dalam asuhan keperawatan
keluarga untuk anak usia prasekolah dan anak usia sekolah. Untuk pemberian
pelayanan keperawatan dalam lingkup keluarga fokus pelayanan sebaiknya
tidak hanya diberikan kepada pasien namun juga kepada keluarga pasien.
43
DAFTAR PUSTAKA
Eka Irmilia, Herlina, Yesi Hasneli. “Hubungan Peran Orang Tua Terhadap
Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah.” Jom 2, no. 1 (2015): 551–
557.
44
Yesi Hasneli Eka Irmilia, Herlina, “Hubungan Peran Orang Tua Terhadap
Perkembangan Psikososial Anak Usia Sekolah,” Jom 2, no. 1 (2015): 551–
557.
45