Pemanfaatan Bahan Tahan Api
Pemanfaatan Bahan Tahan Api
Oleh :
Kelompok 6
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK PERTAMBANGAN
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2018 M / 1439 H
PEMANFAATAN BAHAN TAHAN API
A. PENDAHULUAN
Bahan tahan api atau umumnya dikenal sebagai bahan tahan panas
merupakan suatu bahan yang dapat mempertahankan bentuk dari setiap sifatnya
dengan kata lain tidak mengalami proses degradasi atau bahkan penurunan kualitas
dikarenakan adanya suhu yang tinggi. Bahan tahan panas merupakan material
paduan yang dikembangkan untuk aplikasi pada suhu yang sangat tinggi dengan
penekanan yang tinggi terhadap sifat-sifat seperti tensile, thermal, vibratory atau
shock dan ketahanan terhadap oksidasi.
Selain itu, material tahan panas dapat di definiskan sebagai material yang
mampu menahan beban pada suhu operasi mendekati titik lelehnya, mampu
menahan degradasi mekanik selama waktu tertentu, serta tidak mudah bereaksi
dengan lingkungan pada suhu operasi yang tinggi. Zirkon merupakan mineral ikutan
pada batuan beku, terutama pada batuan beku dalam (plutonik) yang kaya akan
sodium seperti granit dan syenit.
Tingkat ketersedian sumber daya pada pasir zirkon di Indonesia cukup
memadai untuk dilakukan penambangan, yaitu di Kalimantan Barat sebanyak
167.141.100 ton, Kalimantan Tengah sekitar 2.615.509 ton dan Bangka Belitung
sebesar 445.848 ton. Pasir zirkon yang pada awalnya dianggap limbah dari proses
pengolahan emas dan bijih timah, namun seiring perkembangan teknologi, ternyata
mineral tersebut saat ini banyak digunakan oleh berbagai industri hilir, antara lain
industri keramik, frit, bata tahan api dan pengecoran logam.
Komoditas ini penting dan menjadi perhatian para pelaku usaha dan
pemerhati zirkon terutama sebagai komoditas mineral bukan logam yang dilarang
untuk diekspor dalam bentuk bahan mentah. Saat ini belum tersedia data mengenai
proyeksi produksi, konsumsi, ekspor, impor dan harga pada tahun 2014 – 2022.
Untuk mengetahui prospek pemanfaatan zirkon sampai tahun 2022 dilakukan
dengan menggunakan model regresi dan laju pertumbuhan per tahun.
Selama beberapa tahun ke depan teknologi untuk pengolahan zirkon di
Indonesia diharapkan mengalami perkembangan yang baik sehingga menemukan
cara untuk memanfaatkannya. Data yang digunakan untuk menghitung dan
menganalisis pemanfaatan zirkon Indonesia diperoleh dari berbagai sumber dan
hasil wawancara. Berdasarkan hasil analisis dari ke empat jenis industri pengguna
akhir pasir zirkon, ternyata kebutuhan zirkonium silikat dalam negeri akan
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini terlihat dari kebutuhan
zirkonium silikat dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2022 yang jumlahnya
diperkirakan mencapai 1.235.171 ton. Jumlah ini berdasarkan asumsi laju
pertumbuhan per tahun industri keramik 12,50%, industri frit 15,50%, pasir cetak
untuk pengecoran logam 8,57% dan bata tahan api 4,19%.
B. GEOLOGI
i. Asal Mula
Nama kimia : ZrSiO₄, Zirconium Silicate
Kelas : Silikat
Sub Kelas : Nesosilicates
Penggunaan : spesimen mineral dan batu-permata
Nama zirkon berasal dari bahasa Persia "zargun" yang artinya warna
keemasan. Mineral utama yang mengandung unsur zirkonium adalah
zirkon/zirkonium silika (ZrO₂.SiO₂) dan baddeleyit/zirkonium oksida (ZrO₂). Kedua
mineral ini dijumpai dalam bentuk senyawa dengan hafnium. Zirkon adalah batu
alami yang memiliki kecermelangan (brilliance) cukup tinggi dan kilauan (luster)
seperti batu berlian. Cubic zirconia adalah batu buatan manusia dengan unsur
kimiawi berbeda. Bila keduanya diasah dengan baik dan tanpa warna akan mirip
dengan batu berlian.
Zircon terbentuk sebagai mineral ikutan (accessory mineral) pada batuan
yang mengandung Na-feldpar, seperti batuan beku asam (granit dan syenit) dan
batuan metamorf (gneiss dan skiss). Secara ekonomis, zircon ditemukan dalam
bentuk butiran (ukuran pasir), baik yang terdapat pada sedimen sungai maupun
sedimen pantai. Pada umumnya zircon terkosentrasi bersama-sama mineral titanium
(rutil dan ilmenit), monazite dan mineral berat lainnya. Di Indonesia zircon
merupakan sedimen sungai yang terdapat di daratan dan lepas pantai. Mineral ini
dijumpai bersama-sama dengan mineral kasiterit, dan electrum (Au, Ag) sebagai
mineral utama, ilmenit, magnesit, monazite, xenotim, pyrite, mineral sulfida lainnya
dan kuarsa. keseluruhan mineral ini pada umumnya berasal dari batu granit yang
telah mengalami pelapukan dan transportasi.
ii. Mineralogi Zirkon
Nama zirkon telah merebak baru-baru ini dalam kaitan dengan pengenalan
suatu yang mirip dengan intan. Sehingga sebagai catatan, zirkon (zirconium silikat,
ZrSiO₄) tidaklah yang sama material Cubic Zirconia material permata tulen yang
tiruan (zirconium oksida, ZrO₂). Zirkon telah digunakan sebagai sebagai alat untuk
pertimbangan tidak bersalah dan yang jahat seperti intan. Zirkon menyerupai intan di
api dan kilau dari zirkon yang tidak berwarna dapat menipu tukang emas
berpengalaman dan telah mengira itu intan. Zirkon dapat membuat suatu batu-
permata sangat menarik dan yang bisa usahakan.
Sebagai spesimen mineral, zirkon adalah mineral yang sangat luar biasa di
kebanyakan toko batu karang sebab spesimen yang menarik dan jarang. Kristal
khas yang sederhana zirkon adalah suatu prisma bersudut empat mengakhiri
dengan empat piramida yang bersisi pada akhir masing-masing. Prisma mungkin
kekurangan dan kristal dapat lihat octahedral. Kristal yang lebih rumit mempunyai
wajah dari suatu lebih sedikit dengan susah payah menundukkan prisma yang
meruncingkan penghentian. Juga suatu prisma yang sekunder boleh memancung
prisma yang utama dengan memotong/terputus tepi nya dan memproduksi suatu
panampang-lintang yang bersegi delapan melalui/sampai kristal. Ada bahkan suatu
delapan piramida yang bersisi (benar-benar suatu ditetragonal dipyramid) itu boleh
memodifikasi empat piramida yang bersisi. Kristal zirkon dapat meninggalkan suatu
kristal yang sangat sederhana melainkan secara kompleks format yang faceted.
Tabel 1
Pendeskripsian Mineral Pembawa
Pendeskripsian Zircon Baddeleyit
Kristal Ditetragonal Monoklin
Dipiramidal Prismatik
Warna Putih bening hingga Gelap
kuning,kehijauan,coklat
kemerahan,dan kuning
kecoklatan
Kilap Lilin Logam
Belahan Tidak sempurna Beraturan
Kekerasan 7-5 6,5
Berat jenis 4,6-4,7 5,8
Indeks refraksi 1,92-1,96 2,19
Hilang pijar 0,1% -
Titik lebur 2500 c 2500c
Sumber: Mineralogy 2nd Edition
Konsentrat
Tambang
(30-45% Sn)
Pemisahan Gravitasi
(Siklon, klasifier, shaking, table,
dan Jiy)
Pengeringan
(rotary dryer)
Pemisahan Listrik
(high tension separator)
Pemisahan Magnit
(rapid magnetik separator)
Magnetik Non-Magnetik
Pemisahan Gravitasi
( air table)
Konsentrat Tailing
Zircon Kuarsa
Gambar 2
Diagram Alir Pengolahan Zirkon
Sedangkan dalam proses pengolahannya, zirkon termasuk sangat kompleks
karena selain memisahkannya dari mineral pengganggu tetapi juga dipisahkan dari
mineral berat lainnya. Terdapat beberapa tahapan pengolahan zircon diantaranya:
1. Fusi kaustik (Caustic fusion)
Fusi kaustik zirkon dilakukan dengan mereaksikan zirkon dengan sodium hidroksida
berlebih pada suhu 650°C. Reaksi yang terjadi:
ZrSiO4 + 4NaOH Na2ZrO3 + Na2SiO3 + 2H2O
Atau sodium karbonat pada suhu 1000°C. Reaksi yang terjadi:
ZrSiO4 + Na2CO3 Na2ZrSiO5 + CO2
2. Klorinasi
Proses ini adalah proses yang digunakan oleh produsen logam zirkonium di
Amerika dan Perancis. Pasir zirkon yang sudah digerus dimasukkan ke dalam
sistem fluidisasi karboklorinasi. Klorin berfungsi sebagai gas fluidisasi. Reaksi yang
terjadi bersifat endotermik.
ZrSiO4 + 4C + 4Cl2 ZrCl4 + SiCl4 + 4CO
3. Penguraian termal
Penguraian termal zirkon dilakukan dengan menggunakan busur api plasma.
Proses ini menghasilkan droplet zirkonium oksida dalam cairan silika. Pendinginan
cepat dilakukan untuk mencegah penggabungan kembali kedua oksida tersebut
sehingga dihasilkan campuran kristal zirkonium oksida dan silikon oksida.
ZrSiO4 liquid ZrO2 + SiO2
4. Fusi florosilikat (Fluorosilicate fusion)
Pada proses ini dihasilkan kalium heksaflorozirkonat, sesuai dengan reaksi
berikut ini:
ZrSiO4 + K2SiF6 K2ZrF6 + 2SiO2
Produk fusi yang dihasilkan digerus kemudian garam floridanya dilarutkan
dengan air panas yang sudah diasamkan. Larutan panas hasil pelarutan kemudian
disaring untuk memindahkan silika lalu didinginkan sehingga dihasilkan kristal kalium
heksaflorozirkonat.
5. Fusi batu kapur (Lime fusion)
Fusi zirkon ini menggunakan batu kapur atau dolomite dan akan
menghasilkan kalsium zirkonat dan kalsium atau magnesium silikat sesuai dengan
reaksi sebagai berikut:
2ZrSiO4 + 5CaCO3 2CaZrO3 + (CaO)3(SiO2)2 + CO2
Saat pendinginan, produk fusi dipisahkan menjadi serbuk kalsium silikat yang
sangat halus dan kristal kalsium zirkonat yang kasar, yang bisa diambil secara
mekanik. Kalsium zirkonat yang larut dalam asam bisa diubah menjadi garam
zirkonium atau zirkonium oksida.
6. Karbidisasi
Proses ini dilakukan dengan cara mencampurkan pasir zirkon dengan kokas
yang kemudian diumpankan kedalam tungku listrik. Reaksi yang terjadi di dalam
tungku listrik adalah sebagai berikut:
ZrSiO4 + 3C Zr(C, N, O) + SiO + 3CO
7. Fusi suhu tinggi (High temperature fusion)
Pada proses ini dihasilkan fused zirkonia atau fused alumina-zirkonia-silika
(AZS) yang dilakukan dengan melebur langsung zirkon dengan menggunakan tanur
busur listrik (Electric arc furnace).
Masalah yang muncul dalam penguraian mineral zirkon secara langsung
adalah dibutuhkan temperatur yang sangat tinggi untuk menguraikannya menjadi
zirkonia. Penelitian ini dibuat untuk mengembangkan proses Alkali fusion sebagai
alternatif proses pemurnian zirkon dengan tujuan meningkatkan keefisienan proses
pemurnian mineral zirkon yang akan mengurangi biaya produksi yang dibutuhkan
dan juga harga kristal zirkonia murni.
Proses alkali fusi diawali dengan pencampuran zirkon dengan NaOH pada
temperatur 700 derajat C selama 2 jam, dilanjutkan dengan proses pemisahan
seperti leaching dan sentrifugasi, pembuatan presipitat melalui penambahan basa,
kemudian dilanjutkan dengan tahap kalsinasi selama 2 jam pada temperatur 900
derajat C.
D. SPESIFIKASI DAN PENGGUNAAN
Kualitas zircon yang terdapat di pasaran dibagi dalam tiga kelompok
berdasarkan penggunaannya, yaitu premiun grade (ceramic grade), standar grade
(foundry grade), dan intermediate grade.
Tabel 2
Kualitas Zircon dan Penggunaannya (Zircon Qualities and Applications)
Parameter Kualitas Premium Intermediate Standar
ZrO2 + (HfO2), % min. 66,00 65,50 65,00
TiO2, % mak. 0,10 0,30 0,25
Fe2O3, % mak. 0,05 0,07 0,15
Penggunaan Refraktori gelas Refraktori baja Refraktori
Zirconium silikat Keramik basa
Keramik bermutu Foundri Foundri
tinggi
Sumber : 9 th Industrial Minerals International Congress.
Ukuran butir zircon yang pada umumnya digunakan terdiri atas milled zircon
(+200 mesh atau + 300 mesh) dan micronized zircon (1.5 mikron atau 10 mikron),
tetapi dalam pemasaran ukuran ini tidak begitu penting.
Berbeda dengan zircon, baddeleyit yang dipasarkan mempunyai kandungan
ZrO2 lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh unsur utama mineral ini sudah dalam
bentuk ZrO2. Oleh karena itu, penggunaan baddeleyit eebenarnya lebih baik
dibandingkan zircon. Akan tetapi jumlah baddeleyit yang ada di pasaran sangat
terbatas, hal ini disebabkan oleh cadangan baddeleyit sangat jarang dijumpal di
alam. Produsen baddeleyit terbesar adalah perusahaan PMC (Palabora Mining Co )
dan Foskor (Phosphate Development Corp.) di Afrika Selatan.
Penggunaan zircon sangat bervariasi, baik sebagai mineral industri (non-
logam) maupun mineral logam. Pasaran zircon dunia sebagian besar digunakan
sebagai mineral industrl, yaitu untuk pasir cetak (foundri), bata tahan api (refraktorl),
kerarnik dan gelas, kimla zirconium, dan lain-lain .
Lain-lain
Selain ke tiga kegunaan zircon di atas, beberapa kegunaan baru zircon
lainnya yang diperkirakan mendorong perkembangan konsumsi di masa mendatang,
seperti zirconia, PSZ, kimia zirconium, logam zirconium, abrasif dan lain-lain.
Secara bersama-sama, penggunaan zircon untuk tujuan diatas
mempengaruhi pertumbuhan konsumsi zircon raba-raba 6,4% per tahun. Secara
keseluruhan total konsumsi zircon dunia mengalami peningkatan. Tingkat
pertumbuhan konsumsi tersebut rata-rata 3,1% per tahun. Pada tahun 2000,
konsumsi zircon dunia diperkirakan mencapai 1.398 ribu ton.
DAFTAR PUSTAKA
1. Benbow. J., Skee J Industry Minerals, Adding Value Provide the Key,
Industrial Minerals, Oktober 2003
2. Berry, L.G. and Mason, B., Mineralogy, W.H. Freeman and Company,
London, 1959 di Digit tahun 2009.
3. Hardjono, I. 2012. “Mineralogi”. Publikasiilmiah.ums.ac.id. Diunduh pada 29
Desember 2018 pukul 21:44 WIB.
4. Perkins, Dexter. 2002. “Mineralogy 2nd edition”. Prentice Hall, New Jersey,
483 p. Bloss, D.D., 2002
5. Sukandarrumidi. 2018. “Geologi Mineral Logam”. Gadjah Mada University
Press. Diunduh pada 29 Desember 2018 pukul 22:13 WIB.