Anda di halaman 1dari 15

Laporan praktikum

ELEKTRONIKA DAYA

Nama : Putri Rebecca Hutagaol


NPM : 1706036873
Kelompok : 17
Rekan Kerja : Rizky Herambang

No. Percobaan : 5 dan 6


Nama Percobaan : Inverters dan Inverters 3 Fasa

Asisten : M. Aqil

Laboratorium konversi energi listrik


Departemen teknik elektro
Universitas indonesia
Depok
2020

A. Dasar Teori

 Dasar Elektronika Daya


Definisi elektronika daya : aplikasi divais semikonduktor, rangkaian elektronika untuk
melakukan konversi dan control tegangan/arus dengan daya yang besar. Berbagai macam
peralatan dan aplikasi nyata di industri yang menggunakan sumber listrik memiliki kapasitas daya
yang sangat besar seperti motor listrik, pemanas, pendingin, fun, kompresor, pompa, conveyor
dan aplikasi -aplikasi lainnya. Elektronika daya mulai populer setelah berbagai pengaturan secara
A. Dasar Teori

- Transistor
Terdiri dari 3 jenis, yaitu BJT, MOSFET dan IGBT
- Thyristor
Terdiri dari 13 sub jenis

Salah satu aplikasi elektronika daya adalah sebagai switch

Karakteristik Ideal Switching


- Keadaan ON
Switchingnya ditutup, atau rangkaian berfungsi sebagai short circuit, memiliki 4 katrakteristik dari
On state yaitu arus forward yang melewati divais akan tak hingga, voltage drop mendekati nol, Ron
mendekati dari ON ke OFF state atau kebalikannya, ada 4 parameter waktu yaitu delay time, rise
time, storage time, dan fall time.

Jenis Rangkaian Elektronika daya


o Dioda Rectifier
Berfungsi sebagai penyearah, konversi tegangan AC menjadi tegangan DC yang fixed
(tetap) Komponennya diode.
o AC – DC Converter
Konversi tegangan AC ke DC dengan level yang berbeda (bisa diatur), komponennnya
diode dan thyristor.
o AC – AC Converter
Konversi tegangan AC ke AC dengan level yang berbeda (frekuensi), komponen TRIAC.
o DC – DC Converter
Konversi tegangan DC ke DC dengan lvel yang berbeda, komponen transistor.
o DC – AC Converter
Konversi tegangan DC ke AC dengan level yang berbeda, komponen transistor.
o Static Switches
Proses suatu sinyal pulse yang diubah ubah untuk mengatur kecepatan switching
 Inverter dan cara mendapatkan variable tegangan output

Inverter merupakan koverter yang merubah DC ke AC dengan fungsi untuk mengubah


tegangan masukan DC menjadi teganagn AC simetris dengan besar dan frekuensi yang diinginkan.

nol dan power loss rendah.


- Keadaan OFF
Kebalikan dari ON state, disini rangkaian berfungsi open circuit, karakteristiknya berkebalikan
dengan ON state
- Transient
Peralihan
Cara untuk mendapatkan variable tegangan output dari inverter: Tegangan sinusoidal / AC.
Tegangan output AC dapat bernilai tetap (220 Volt) dan dapat dibuat bervariasi. Cara pertama untuk
mendapat tegangan sesuai yang diinginkan adalah dengan dengan memvariasikan tegangan input
DC. Cara kedua adalah denga mempertahan kan gain inverter ( perbandingkan antara tegangan AC
yang diinginkan dengan tegangan Dc yang merupakan tegangan input) agar memiliki nilai yang
konstan. Pada suatu kondisi dimana tegangan input DC benilai tetap, output tetap dapat divariasikan
dengan mengatur gain dengan Pulse Width Modulation (PWM). Block Diagram Inverter:
A. Dasar Teori

Keterangan: Dengan tegangan input DC tertentu dapat dihasilkan tegangan AC yang diinginkan
menggunakan inverter.

Kualitas dari inverter yang dipengaruhi oleh harmonisa dapat ditentukan melalui performance
parameter. Performance parameter terdiri dari Harmonic factor of nth harmonic, Total Harmodic
distortion, distortion factor dan lowest order harmonic.

Komponen switching yang digunakan inverter.terdiri dari MOSFET, BJT, IGBT. Yang paling sering
digunakan adalah MOSFET.

 harmonic dan performance parameter

Harmonic atau harmonisa merupakan tegangan atau arus yang memiliki frekuensi dengan
besarnya beberapa kali lipat dari frekuensi fundamental system.

Keterangan gambar: Harmonic mempengaruhi gelombang fundamental dan


menghasilkan gelombang baru yang terpengaruh distorsi dari gelombang harmonic tersebut.

Harmonisa dapat diakibatkan oleh adanya beban nonlinear. Harmonisa dapat menyebabkan hal
hal yang tidak diingin kan pada rangkaian seperti overheating pada peralatan,terjadinya arus atau
tegangan yang lebih tinggi dari seharusnya yang dapat menyebabkan berkurangnya factor daya dari
rangkaian. Dapat diatasi dengan filter yang memiliki komponen raktid (kapasitif dan induktif).

 Single phase half bridge inverter (rangkaian, cara kerja, output, switch state)

Rangkaian single phase half bridge inverter:

Pada rangkaian:

o Digunakan kapasitor untuk membagi tegangan dari DC


o Diode dan Fet sebagai swirching
o Digunakan 2 switch, 2 macam copper
o Rangakain pengganti: coper diganti dengan switch
1. Kondisi pertama : switch 1 = 0 (off) switch 2=0 (off), hal ini akan membuat tidak ada
arus yang mengalir ke beban sehingga menyalahi aturan KCL.
A. Dasar Teori

2. Kondisi kedua dimana switch 1=0 (off) dan switch 2= 1(on), arus dapat mengalir dari
sisi negative load dan Kembali ke souce, sehingga tegangan pada source bernilai
−VS
.
2

3. Kondisi logika ke 3 switch 1 = 1 (on) dan switch 2=0 (off), hal ini dapat membuat
VS
arus mengalir masuk ke sisi positif load sehingga nilai tegangannya adalah .
2

4. Kondisi ke empat ada kedua swrch dalam keadaan on, hal ini mebuat arus
mengalir tidak melalui load yang diinginkan, tidak ideal dan menyalahi
aturan KVL

Oleh karena itu digunakan kondisi ke 2 dann kondisi ke 3.

Hasil: Switch state:


A. Dasar Teori
B.

 single phase full bridge inverter (rangkaian, cara kerja, output, switch state)
Rangkaian:

o Terdapat 4 pasang coper ( 2 di bridge kiri dan 2 di brige kanan


o Rangkaian pengganti: diode dan FET diganti dengan switch
Pada pengkondisian ini berlaku hukum complimentary (merupakanhukum yang
menyatakan pada 1 bridge yang sama tidak diperbolehkan keduanya ada pada keadaan menyala
yang besamaan, karena akan menyalahi hukum kirchof. )Hal ini menyebabkann jika s1 bernilai 1
maka s4 bernilai logika 0

1. Kondisi logika pertama, s1=1, s2=1, s3=0 , s4=0


Arus akan mengalir melalui switch 1 melewati sisi positif load, switch 2 dan Kembali
ke sumber, sehingga didapatkan tegangan sebesar VS

2. Kondisi logika pertama, s1=1, s2=0, s3=1 , s4=0


Arus akan mengalir dan aka nada short circuit yang menyebabkan tidak adanya
tegangan pada load

3. Kondisi logika pertama, s1=0, s2=0, s3=1 , s4=1


Arus mengalir melewati switch 3, melewati sisi negtif load dan melewati switch 4
dan menuju sumber, sehingga tegangannya akan bernilai -VS
A. Dasar Teori

4. Kondisi logika pertama, s1=0, s2=1, s3=0 , s4=1


Tidak ada arus yang mengalir ke load sehingga ilia tegangan bernilai 0

Hasil:

Keterangan: Ketika s1 dan s2 menyala tegangan yang akan muncul pada load
sebesar Vs, saat s3 dan s4 menyala nilai tegangan load bernilai -VS. Ketika s2 dan s3
menyala tegangan akan 0.

Hal unik dapat terjadi Ketika s1 s2 s3 dan s4 menyala bersamaan , maka dapat
dipilih tegangan sebesar VS atau -VS

 Perbedaan antara single phase full bridge dan single phase half bridge inverter
Pada single phase full bridge dapat didapatkan 3 nilai tegangan, yaitu VS, -VS dan 0, sedangkan
VS VS
pada single phase half bridge akan didapatkan 2 nilai tegangan yaitu . Atau - .
2 2

 three phase inverter 180° conduction mode (Rangkaian, cara kerja, output, switching state)
Rangkaian :

Terdapat 6 switch dimana switch diwakili oleh mosfet pada rangkaian dibawah. Rangkaian
diatas disederhanakan menjadi rangkaian kedua. Dari rangkaian ini didapatkan skema pengontrolan dari
inverter tiga fasa yang kita inginkan Terdapat 6 switch dimana switch diwakili oleh mosfet (ataupun
igbt) pada rangkaian dibawah. Rangkaian diatas disederhanakan menjadi rangkaian kedua. Dari
rangkaian ini didapatkan skema pengontrolan dari inverter tiga fasa yang diinginkan
A. Dasar Teori

Pada keadaan konduksi 180˚ maka masing-masing switch akan berkonduksi selama 180˚ antara
satu dengan yang lainnya, antar fasa akan berkonduksi sebesar 120˚agar mendapatkan output tiga fasa
yang seimbang. Dapat dilihat dibawah merupakan skema pengontrolan infeverter 3 fasa, T1 akan
berkonduksi selama 180 derajat makan switch 4 atau T4 akan ON dan antar Fasanya akan berkonduksi
120 – 300 derajat. Setelahnya T6 akan berkonduksi, T3 akan mulai berkonduksi 120 derajat maka T5
akan dimulai dari 240 derajat dan akan berkonduksi selama 180 derajat.

Dapat diperhatikan bahwa skema pengontrolan pada kondisi 0 sampai 60 derajat T1, T5 dan T6 dalam
keadaan ON. arus akan mengalir dari sumber DC menuju ke T1 dan T5 yang ON secara parallel, T1 akan
masuk ke beban A, arus T5 akan masuk ke C lalu ke beban dan juga ke netral, setelah itu arus akan
masuk ke beban lalu ke not B lalu ke T6 lalu masuk ke sumbu negative VDC.Hasil dari arus tadi bisa
dibuat rangkaian sederhananya menjadi seperti dibawah ini :

Dengan voltage divider dapat ditemukan tegangna fasa pada A B C D. hasil kemudian dapat di plot.

Skema pengtrolan pada kondisi 60 derajat sampai 120 derajat, T1, T6, dan T2 dalam keadaan ON

diperhatikan bahwa skema pengontrolan pada kondisi 0 sampai 60 derajat T1, T5 dan T6 dalam
keadaan ON

arus akan mengalir dari sumber DC menuju ke T1 dan T5 yang ON secara parallel, dimana T1
akan masuk ke beban A, arus T5 akan masuk ke C lalu ke beban dan juga ke netral, setelah itu arus akan
masuk ke beban lalu ke not B lalu ke T6 lalu masuk ke sumbu negative VDC. Hasil dari arus tadi bisa
dibuat rangkaian sederhananya menjadi seperti dibawah ini, kemudian dilakukan voltage divider :
A. Dasar Teori

Skema pengtrolan pada kondisi 60 derajat sampai 120 derajat, T1, T6, dan T2 dalam keadaan ON

Arus pada sisi 1hanya akan melewati T1, dan beban akan masuk ke netral, ari netral arus akan mengalir pada T6
dan T2 yang dalam keadaan ON dan akan masuk dari sisi negatif dari VDC.

Skema pengontrolan pada kondisi 120 derajat sampai 180 derajat, T2, T3, dan T1 dalam keadaan ON

Arus akan mengalir melalui sitch T1 dan T3,


melewati beban lalu menuju ke kondisi
netral , arus akan menuju beban mengalir
pada T2 dan lalu masuk ke sumbu negative
VDC

Seluruh hasil di plot pada tabel wave formdan dibandingkan tegangan fasa dan tegangan linenya.

VAB = VAn − VBn

𝑉𝐵𝐶 = 𝑉𝐵𝑛 − 𝑉𝐶𝑛

𝑉𝐶𝐴 = 𝑉𝐶𝑛 − 𝑉𝐴𝑛

Vphase Vline
A. Dasar Teori

 Three Phase inverter 120° conduction mode


Rangkaian:

T1 dimulai dari 0 derajat maka T3 akan dimulai pada 120 derajat selama itu akan diam selama 60
derajat lalu kaan berkonduksi lagi selama 120 derajat, dan T5 akan mulai berkonduksi pada 240 derajat
dan berkonduksi selama 120 deraja lalu akan diam selama 60 derajat.

Skema pengtrolan pada kondisi 0 derajat sampai 60 derajat, T1 dan T6 dalam keadaan ON

Arus akan mengalir pada sisi atas dan hanya akan melwati T1 lalu ke beban dan masuk kedalam
kondisi netral dari kondisi netral karena tidak adanya switch yang menyala ke not C maka akan menjadi
short circuit lalu akan mengalir ke T6 dan masuk ke negative VDC.

Skema pengtrolan pada kondisi 60 derajat sampai 120 derajat, T1 dan T2 dalam keadaan ON

Arus akan mengalir pada sisi atas yang melewati T1 masuk ke netral, lalu arus akan mengalir ke T2 dan
masuk ke negative VDC.
A. Dasar Teori

Skema pengtrolan pada kondisi 120 derajat sampai 180 derajat, T2 dan T3 dalam keadaan ON

Arus akan mengalir pada sisi atas yang melewati T3 lalu ke netral, dari netral arus akan mengalir
ke T2 lalu ke sisi negative VDC.

Seluruh hasil di plot pada tabel wave formdan dibandingkan tegangan fasa dan tegangan linenya

VAB=VAn−VBn
VBC=VBn−VCn
VCA=VCn−VAn

Vline
Vphase

 perbedaan antara three phase inverter 180° dan 120° conduction mode
o perbedaannya hanya terletak pada lama konduksinya (pada mode 120° lamanya adalah 120°,
dan pada mode 180° lamanya adalah 180°), sementara pertukaran antar fasanya tetap 120
derajat.
o Sedangkan pada hasilnya:
Pada Three Phase Inverter 180°pada tegangan fasa dimiliki 3 pulse signal setiap ½ cycle (sampai
π ) dan tegangan line nya didapatkan 1 pulse signal per ½ cyclenya
Pada Three phase inverter 120° pada tegangan fasa hanya dimiliki 2 pulse signal setuiap ½ cycle
(sampai π ) dan tegangan line nya didapatkan 3 cycle sampai dengan π
1. Pengolahan Data

A. Inverter Tiga Fasa (180 Conduction Mode)


1. Rangakaian Inverter 3 Fasa

2. Nilai VP/Tegangan Phasa (VP1, VP2, VP3) yang didapat pada grafik pada setiap level sinyalnya.
VP1 (level signal: 16,0,-16)

VP2 (level signal: 16, 0 , -16)

VP3 (level signal: 16, 0 , -16)


2. Analisis

B. Case Study

 Hasil Modifikasi

VP1 (level signal 12,0,-12)

VP2 (level signal 12,0,-12)

VP3 (level signal 12,0,-12)

 Modifikasi yang dilakukan pada rangkaian agar mode konduksi berubah menjadi mode konduksi
120° adalah dengan mengubah lama konduksinya menjadi 120° , sementara pertukaran antarfasa
tetap 120° agar seimbang. Pada rangkaian, switching point perubahannya menjadi:
 G1:0 120.
 G2:60 180.
 G3:120 300.
 G4:180 300
 G5:240 360.
 G6:300 420
2. Analisis

 Analisis kesesuaian dengan teori


o Sesuai dengan teori yang ada, perbedaan dari 3 phase inverter 180° dan 3 phase inverter 120°
hanya terletak pada lama konduksinya (pada mode 120° lamanya adalah 120°, dan pada mode
180° lamanya adalah 180°), sementara pertukaran antar fasanya tetap 120 derajat. Oleh karena
itu, untuk memodifikasinya hanya perlu mengganti nilai pada switching pointnya.
Pada hasil tegangan output yang dihasilkan pada Simulink, jika dibandingkan dengan teori maka
serupa dengan tegangan Vphase yang telah dibahas pada teori:
o Pada Three Phase Inverter 180°pada tegangan fasa dimiliki 3 pulse signal setiap ½ cycle
(sampai π ) dan tegangan line nya didapatkan 1 pulse signal per ½ cyclenya
o Pada Three phase inverter 120° pada tegangan fasa hanya dimiliki 2 pulse signal setuiap
½ cycle (sampai π ) dan tegangan line nya didapatkan 3 cycle sampai dengan π
Dapat dilihat perbandingannya:
1. Pada Three Phase Inverter (180° conduction mode)
Pada teori:

VAB = VAn − VBn

𝑉𝐵𝐶 = 𝑉𝐵𝑛 − 𝑉𝐶𝑛

𝑉𝐶𝐴 = 𝑉𝐶𝑛 − 𝑉𝐴𝑛

Vphase Vline

Hasil simulasi:

2. Pada The Pada Three Phase Inverter (120° conduction mode)


Pada Teori:

VAB = VAn − VBn

𝑉𝐵𝐶 = 𝑉𝐵𝑛 − 𝑉𝐶𝑛

𝑉𝐶𝐴 = 𝑉𝐶𝑛 − 𝑉𝐴𝑛

Vline
Vphase
2. Analisis

Hasil simulasi:

 analisis terhadap pengaruh besarnya sumber VDC dengan output VP yang dihasilkan:
sumber VDC yang merupakan besarnya tegangan input yang akan mempengaruhi
besar arus yang mengalir pada rangkaian. Rangkaian yang terpengaruh lamanya
konduksi (180° conduction mode maupun 120° conduction mode) membuat switch
yang berada dalam kondisi on juga berbeda (Ke tiga komponen pensakelaran akan
konduksi selama 180° maupun 120° dengan pasangan konduksi yang juga berbeda-
beda.) mempengaruhi level VP .
 analisis terhadap perbedaan nilai output yang didapatkan pada mode konduksi 120°
dan 180°
o Pada Three Phase Inverter (180° conduction mode)
Tegangan AC pada output memiliki Vmax sebesar 16volt. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada yaitu besarnya Vphase (Vmax positive) nya bernilai
sebesar :
2V DC 2 ×24
 = =16 Volt (rentang -16 dan 16 Volt)
3 3
o Pada Three Phase Inverter (120° conduction mode)
Tegangan AC pada output memiliki Vmax sebesar 12volt. Hal ini sesuai
dengan teori yang ada yaitu besarnya Vphase (Vmax positive) nya bernilai
sebesar :
V DC 24
 = =12 Volt (rentang -12 dan 12 Volt)
2 2
o Nilai output yang berbeda ini timbuk karena adanya perbedaan lama
konduksi, sehingga rangkaian selama cyclus berjalan juga dipengaruhi oleh
perbedaan ini
o Sehingga dapat dikatakan bahwa inverter dapat mengubah signal DC
menjadi AC dengan fungsi untuk mengubah tegangan masukan DC menjadi
tegangan AC simetris dengan besar dan frekuensi yang diinginkan.
Kesimpulan

 hasil gelombang keluaran berupa AC dengan masukan DC (inverter) 1 phasa dapat dilihat dengan
mensimulasikan nya pada perangkat lunak seperti MATLAB
 Grafik output dari Inverter dapat di diketahui dengan memahami switch state serta waveform
 hasil gelombang keluaran berupa AC dengan masukan DC (inverter) 3 phasa dapat dilihat dengan
mensimulasikan nya pada perangkat lunak seperti simulink dengan penyederhanaan rangkaian dan
menggunakan switch yang diwakili MOSFET
 Inverter 3 phasa terdiri dari 2 jenis yang bergantung pada lamanya durasi konduksi, sehingga
berpengaruh kepada kondisi komponen pensaklaran dan besar tagangan pada suatu waktu sehingga
dapat mengubah tegangan masukan DC menjadi tegangan AC yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai