Indikator Pelayanan Kesehatan Di RS

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 23

INDIKATOR MUTU PELAYANAN KESEHATAN

DI RUMAH SAKIT

Disusun Oleh :
1. Khoirun Nafis ( P1337420616007 )
2. Ari Firmanto ( P1337420616020 )
3. Kurnilam Nur C. ( P1337420616016 )
4. Nastiti Drian U. ( P1337420616029 )
5. Muh. Zaenal A. ( P1337420616000 )
6. Arinda Putri H. ( P1337420616000 )
7. Rizka Puji L. ( P1337420616045 )
8. Dina Arifa R. ( P1337420616000 )
9. Evi Lailiya ( P1337420616051 )
10. Aghustina Pigome ( P1337420616053 )

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. bahwa penulis telah
menyelesaikan Makalah Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan dengan
membahas mengenai Indikator Mutu.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah
ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga
kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan,
khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.

Semarang, Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Kata Pengantar.................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan................................................................................................... 2
C. Manfaat ................................................................................................ 2
BAB II ISI
A. Pengertian............................................................................................. 3
B. Macam-macam Indikator Mutu............................................................ 5
C. Ukuran Indikator Mutu......................................................................... 10
D. Kriteria Indikator Mutu ....................................................................... 12
E. Indikator Mutu di Rumah Sakit ........................................................... 13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 18
B. Saran..................................................................................................... 18
Daftar Pustaka................................................................................................... 19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang
amat penting untuk segera diwujudkan sebagai upaya peningkatan kualitas
hidup dalam masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.
Di tengah krisis multidimensi yang melanda di beberapa daerah, terdapat
banyak masalah terjadi yang membuat masyarakat kebingungan untuk
memajukan bangsa ini. Satu per satu masalah muncul, mulai dari bencana
alam sampai penyebaran wabah penyakit. Isu yang paling mengancam saat ini
adalah masalah kesehatan nasional. Masalah kesehatan nasional yang dihadapi
bangsa kita sekarang adalah penyebaran wabah penyakit, pelayanan kesehatan
yang buruk, serta kurangnya biaya pengadaan fasilitas kesehatan padahal
kesehatan nasional merupakan fondasi penting dalam memajukan bangsa ini
dari keterpurukan. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah sistem pelayanan
kesehatan Indonesia sudah memadai dalam menangani masalah kesehatan
Indonesia.
Salah satu tujuan dari pembangunan kesehatan di Indonesia adalah upaya
memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan. Pelayanan berkualitas ini harus
dapat dilaksanakan di seluruh sarana pelayanan kesehatan pemerintah dan
swasta, sehingga diharapkan masyarakat akan lebih berminat untuk
memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mulai dari tingkat puskesmas,
rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Rumah sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan masyarakat yang padat modal, padat teknologi
dan padat karya yang dalam pekerjaan sehari-harinya melibatkan sumber daya
manusia dengan berbagai keahlian. Jangkauan dan kualitas pelayanan

1
kesehatan sangat bergantung pada kapasitas dan kualitas tenaga di institusi
pelayanan kesehatan.
Kualitas pelayanan rumah sakit dapat diketahui dari penampilan
profesional personil rumah sakit, efisiensi dan efektivitas pelayanan serta
kepuasan pasien. Kepuasan pasien ditentukan oleh keseluruhan pelayanan
seperti pelayanan admisi, dokter, perawat, makanan, obat-obatan, sarana dan
peralatan, fasilitas dan lingkungan fisik rumah sakit. Untuk mengukur mutu
pelayanan kesehatan diperlukan suatu indikator tertentu yang perlu dipenuhi
oleh setiap institusi pelayanan kesehatan agar dapat menjalankan pelayanan
secara optimal.

B. Tujuan
Berdasarkan latar belakang diatas makalah ini bertujuan untuk mengetahui
secara umum tentang indikator mutu pelayanan kesehatan sehingga kita dapat
melakukan tindakan sesuai protap dan ketentuan yg berlaku.

C. Manfaat
Adapun manfaat penulisan dari makalah tentang indikator mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit adalah:
1. Untuk mengetahui apa saja indikator pelayanan kesehatan yang ada di
institusi kesehatan terutama rumah sakit.
2. Dapat mengoptimalkan kinerja pelayan kesehatan di rumah sakit.
3. Mengetahui aspek apa saja yang berhubungan dengan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

2
BAB II
ISI

A. Pengertian
1. Pengertian Mutu
Mutu adalah keseluruhan karakteristik barang atau jasa yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan konsumen,
baik kebutuhan yang dinyatakan maupun kebutuhan yang tersirat. Menurut
beberapa pakar, definisi terhadap mutu adalah sebagai berikut:
a. Mutu adalah “Fitness for Use”, atau kesesuaian dengan tujuan atau
manfaatnya (J.M.Juran).
b. Mutu adalah kesesuaian terhadap kebutuhan yang meliputi
availability, delivery, reliability, maintainability dan cost
effectiveness (Philip B. Crosby).
c. Mutu harus bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan
mendatang (Deming, 1982)

Dalam pelaksanaan konsep mutu, mutu dipengaruhi oleh beberapa


faktor-faktor yang fundamental yang dikenal dengan 9M, yakni men,
money, materials, machines and menchanization, modern information
methods, markets, management, motivation dan Mounting Product
Requirement.
Berdasarkan penelitian Zeithaml, Berry dan Parasuraman dimensi
mutu secara umum yang diterapkan pada perusahaan jasa dikelompokkan
menjadi:
a. Realibility (keandalan) yakni berkaitan dengan kemampuan
perusahaan untuk memberikan layanan yang akurat dan konsisten
dengan yang telah dijanjikan.
b. Responsiveness (daya tanggap) yaitu kesediaan dan kemampuan
karyawan untuk membantu pelanggan, merespon permintaan, dan
menyediakan pelayanan yang cepat dan tepat.

3
c. Assurance (jaminan) mencakup pengetahuan dan keramah-tamahan
karyawan dan kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan
dan keyakinan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya.
d. Empaty (empati); meliputi pemahaman pemberian perhatian secara
individual kepada pelanggan, kemudahan dalam melakukan
komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan dan masalah
pelanggan.
e. Tangible (berwujud); meliputi penampilan fisik dari fasilitas,
peralatan, karyawan dan alat-alat komunikasi.

Dimensi-dimensi mutu pelayanan harus diramu dengan baik,


meskipun hal itu tidak semudah yang dibayangkan. Dapat saja terjadi
kesenjangan antara organisasi dan pelanggan, karena perbedaan persepsi
mereka tentang wujud pelayanan

2. Mutu Pelayanan Kesehatan


Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat
memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan
tingkat kepuasaan rata-rata dan penyelenggaraannya sesuai dengan standar
dan kode etik profesi. Menurut Kemenkes RI, mutu pelayanan kesehatan
meliputi kinerja yang menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan, tidak saja yang dapat menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai
dengan kepuasan rata-rata penduduk tetapi juga sesuai dengan standar dan
kode etik profesi yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang
menentukan mutu pelayanan kesehatan adalah kelayakan, kesiapan,
kesinambungan, efektivitas, kemanjuran, efisiensi, penghormatan dan
perhatian, keamanan dan ketepatan waktu.
Pandangan terhadap mutu layanan kesehatan memiliki perspektif
yang berbeda bagi setiap komponen, perbedan tersebut dapat terlihat
sebagai berikut:

4
a. Perspektif Pasien, adalah layanan yang dapat memenuhi kebutuhan
yang dibutuhkan dan diselenggarakan dengan sopan, tepat waktu dan
tanggap.
b. Perspektif Pemberi Layanan Kesehatan (provider), adalah
ketersediaan peralatan, prosedur kerja, kebebasan profesi dalam setiap
melakukan layanan kesehatan sesuai dengan teknologi kesehatan
mutakhir dan bagaimana keluaran (outcome) atau hasil layanan
kesehatan itu.
c. Perspektif Penyandang Dana, adalah suatu layanan yang efisien dan
efektif.
d. Perspektif Pemilik Sarana Layanan Kesehatan, adalah layanan yang
menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional
dan pemeliharaan dengan tarif pelayanan masih terjangkau.
e. Perspektif Administrator Layanan Kesehatan, adalah layanan yang
bermutu jika mampu menyusun prioritas dan dapat menyediakan apa
yang menjadi kebutuhan dan harapan pasien/masyarakat.

3. Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan


Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam
pemantauan suatu proses tertentu. Indikator dalam layanan kesehatan
adalah suatu ukuran penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan
kesehatan Indikator dibuat untuk memantau bagian kritis dari layanan
kesehatan.
Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
mengukur terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan.
Indikator mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah
ditetapkan oleh suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan.

B. Macam-macam Indikator Mutu


Indikator mutu pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa macam.
Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan

5
suatu proses tertentu. Indikator mutu pelayanan kesehatan adalah suatu ukuran
penatalaksanaan pasien atau keluaran dari layanan kesehatan. Indikator dibuat
untuk memantau bagian kritis dari layanan kesehatan.
 Indikator mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat dibedakan atas 2
jenis, yakni:
1. Indikator Persyaratan Minimal
Indikator persyaratan minimal, menunjukkan pada ukuran terpenuhi
atau tidaknya standar masukan, lingkungan atau proses.
Indikator ini dapat dibagi lagi menjadi 3, yaitu:
a. Indikator Masukan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar masukan
seperti ukuran tenaga pelaksana, sarana serta dana yang tersedia di
dalam suatu organisasi kesehatan. 
Apabila hasil penilaian terhadap ketiga unsur masukan ini tidak sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan
yang bermutu akan sulit diselenggarakan.
b. Indikator Lingkungan, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar
lingkungan seperti ukuran kebijakan, organisasi serta manajemen yang
dianut oleh organisasi kesehatan. 
Apabila hasil penilaian terhadap ketiga unsur masukan ini tidak sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan
yang bermutu akan sulit diselenggarakan.
c. Indikator Proses, ukuran terpenuhi atau tidaknya standar proses yang
merujuk pada tindakan medis dan tindakan non medis yang dilakukan
oleh suatu institusi kesehatan.
Apabila hasil penilaian terhadap kedua unsur masukan ini tidak sesuai
dengan indikator yang telah ditetapkan, maka pelayanan kesehatan
yang bermutu akan sulit diselenggarakan.

2. Indikator Penampilan Minimal


Indikator Penampilan Minimal, menunjuk pada ukuran terpenuhi atau
tidaknya standar penampilan minimal pelayanan kesehatan yang

6
diselenggarakan. Indikator penampilan minimal ini disebut dengan
indikator keluaran (output/outcome).

Masing-masing indikator memiliki fungsi pengukuran yang berbeda, jika


yang ingin diukur adalah faktor-faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan
kesehatan (penyebab) maka yang dipergunakan adalah indikator persyaratan
minimal. Tetapi jika yang diukur adalah mutu pelayanan kesehatan (akibat)
maka yang dipergunakan adalah indikator keluaran (penampilan).
Indikator mutu pelayanan kesehatan lazimnya dibedakan atas 2 macam,
yaitu:
1. Indikator yang Menunjuk pada Penerapan Aspek Medis Pelayanan
Kesehatan
Yaitu baik yang berkaitan dengan kode etik profesi ataupun yang telah
diatur dalam standar pelayanan profesi.
Sebagai contoh yaitu, pelayanan di rumah sakit. Berikut ini jenis-jenis
indikator mutu pelayanan rumah sakit:
a. Indikator Pelayanan Non Bedah, terdiri dari:
1) Angka Pasien dengan Dekubitus;
2) Angka Kejadian Infeksi dengan jarum infus.
3) Angka Kejadian penyulit/infeksi karena Transfusi Darah.
4) Angka Ketidak Lengkapan Catatan Medis.
5) Angka Keterlambatan Pelayanan Pertama Gawat Darurat.
b. Indikator Pelayanan, yang terdiri dari
1) Angka Infeksi Luka Operasi.
2) Angka Komplikasi Pasca Bedah.
3) Waktu tunggu sebelum operasi  effektif.
4) Angka Appendik normal.
c. Indikator Ibu Bersalin dan Bayi, terdiri dari
1) Angka Kematian Ibu karena Eklampsia Kasus Rujukan dan Bukan
Rujukan.

7
2) Angka Kematian Ibu karena Perdarahan Kasus Rujukan dan Bukan
Rujukan.
3) Angka Kematian Ibu karena Sepsis Kasus Rujukan dan bukan
Rujukan.
4) Angka Kematian Bayi dengan BB Lahir <= 2000 gram Kasus
Rujukan dan Bukan Rujukan.
d. Indikator Mutu Pelayanan Medis
1) Angka infeksi nosokomial
2) Angka kematian kasar (Gross Death Rate)
3) Kematian pasca bedah
4) Kematian ibu melahirkan ( Maternal Death Rate-MDR)
5) Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate-IDR)
6) NDR (Net Death Rate di atas 48 jam)
7) ADR (Anasthesia Death Rate)
8) PODR (Post Operation Death Rate)
9) POIR (Post Operative Infection Rate)
e. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS
f. Unit cost untuk rawat jalan
1) Indikator mutu yang berkaitan dengan tingkat kepuasan pasien
2) Jumlah keluhan dari pasien/keluarganya
a) Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri dari
b) Jumlah dan pesentase kunjungan rawat jalan/inap menurut
jarak PS dengan asal pasien
 Jumlah pelayanan dan tindakan medik
 Jumlah tindakan pembedahan
 Jumlah kunjungan SMF spesialis
 Pemfaatan oleh masyarakat
 Contact rate
 Hospitalization rate
 Out patient rate

8
 Emergency out patient rate
g. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien
h. Indikator tambahan
i. Angka Kematian di IGD (IGD).
j. Angka Perawatan Ulang (Rekam Medis).
k. Angka Infeksi RS.
l. Reject Analisis (Radiologi).
m. Angka Ketidaksesuaian Penulisan Diet (Gizi).
n. Angka Keterlambatan waktu pemberian makan (Gizi).
o. Angka Kesalahan Pembacaan Hasil (laboratorium).
p. Angka Waktu Penyelesain Resep (Farmasi).
q. Angka Kesalahan Pemberian Obat (Farmasi).
r. Angka Banyaknya Resep yang Tidak Terlayani (Farmasi).

Mutu pelayanan medis dan kesehatan di RS sangat erat kaitannya


dengan manajemen RS (quality of services) dan keprofesionalan kinerja
SMF dan staf lainnya di RS (quality of care). Keduanya merupakan
outcome dari manajemen manjaga mutu di RS (quality assurance) yang
dilaksanakan oleh gugus kendali mutu RS. Dalam hal ini, gugus kendali
mutu dapat ditugaskan kepada komite medik RS karena mereka adalah staf
fungsional (non struktural) yang membantu direktur RS dengan
melibatkan semua staf SMF RS.

2. Indikator yang Menunjuk pada Penampilan Aspek Nonmedis Pelayanan


Kesehatan
Pelayanan kesehatan disebut sebagai bermutu, apabila aspek nonmedis
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kode etik serta
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan. Contohhnya yaitu sebagai
berikut:

9
a. Pengetahuan klien, makin tinggi tingkat pengetahuan klien akan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, makin tinggi mutu
pelayanan kesehatan.
b. Kemantapan klien, makin tinggi kemantapan klien terhadap pelayanan
yang diselenggarakan, makin tinggi mutu pelayanan kesehatan.
c. Kepuasaan klien, makin tinggi tingkat kepuasaan klien terhadap
pelayanan nonmedis yang diselenggarakan, makin tinggi mutu
pelayanan kesehatan.

Karena aspek medis dan aspek nonmedis dalam pelayanan kesehatan


sangat beraneka ragam, maka indikator pelayanan kesehatan yang bermutu
banyak macamnya. Aalah kewajiban bagi setiap penyelenggara pelayanan
untuk menetapkan serta menjabarkan indikator pelayanan kesehatan bermutu
yang dipandang paling sesuai.
Indikator dalam pelayanan kesehatan sebenarnya hanya menunjuk pada
indikator keluaran, namun karena pelayanan kesehatan pada dasarnya
merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan
proses, menyebabkan ukuran pelayanan kesehatan yang bermutu sering
dikaitkan pula dengan ketiga indikator tersebut.

C. Ukuran Indikator Mutu


Menurut Donabedian, pengukuran mutu pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan menggunakan tiga variabel:
1. Standar Input (struktur) yaitu segala sumber daya yang diperlukan untuk
melakukan pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas,
peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi, dan lain-lain.
Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan input yang
bermutu pula. Hubungan struktur dengan mutu pelayanan kesehatan
adalah dalam perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan
kesehatan.

10
2. Standar Proses menentukan kegiatan apa yang harus dilakukan agar
standar pelayanan kesehatan dapat dicapai. Proses akan menjelaskan apa
yang dikerjakan, untuk siapa, siapa yang mengerjakan, kapan dan
bagaimana standar layanan kesehatan dapat dicapai.
3. Standar keluaran (Outcome) adalah hasil layanan kesehatan yang telah
dilaksanakan sesuai standar layanan kesehatan dan ini sangat penting.
Kriteria outcome yang umum digunakan antara lain :
a. Kepuasan pasien
b. Pengetahuan pasien
c. Fungsi pasien
d. Indikator kesembuhan, kematian, komplikasi

Tabel 1
Ukuran Indikator Mutu

Struktur Proses Keluaran


SDM Anamnesis Tingkat kepatuhan
Perbekalan Pemeriksaan fisik meningkat
Peralatan Pemeriksaan Tingkat kesembuhan
Bahan penunjang medis meningkat
Fasilitas Peresepan obat Tingkat kematian
Kebijaksanaan Merujuk pasien menurun
Standar Tingkat kesakitan
menurun
Tingkat kecacatan
menurun
Tingkat kepuasan pasien
meningkat

Untuk setiap standar pelayanan kesehatan dapat dibuat beberapa kriteria


atau indikator. Kelompok jaminan mutu pelayanan kesehatan harus memilih
indikator yang terbaik dan mudah digunakan untuk menunjukkan pencapaian
standar pelayanan kesehatan dan mudah digunakan.

11
D. Kriteria Indikator Mutu
Suatu indikator mutu yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan
khusus. Salah satu cara untuk menentukan kriteria menggunakan prinsip
AMOUR, yaitu Achievable, Measurable, Observable, Understandabe dan
Reasonable.
1. Achievable
Suatu kriteria harus dapat dicapai. Kenyataanya kita harus selalu dapat
bekerja di antara keinginan dan kemampuan dalam mencapai tujuan.
Kelompok jaminan mutu layanan kesehatanpun dalam menyusun standar
layanan kesehatan dan kriteria tetap dibatasi oleh keinginan untuk
membuat yang terbaik dan realitas dilapangan.
2. Measureable
Kriteria harus dapat diukur. Suatu standar layanan kesehatan mungkin
dinyatakan tanpa ukuran, tetapi indikator harus menyebutkan suatu
ukuran.
3. Observable
Suatu kriteria harus dapat diamati. Suatu kejadian yang diamati harus
mampu dideteksi oleh panca indera. Jika suatu kriteria yang tidak dapat
diamati, kita tidak dapat menentukan apakah kriteria itu tercapai atau
tidak.
4. Understandable
Suatu kriteria harus dimengerti oleh siapa yang akan menggunakannya.
Terminologi yang tidak jelas harus dihindarkan, misalnya jumlah petugas
kesehatann yang “memadai” atau menu yang “sesuai”.
5. Reasonable
Suatu kriteria harus layak atau masuk akal, penting diperhatikan bahwa
profesi layanan kesehatan yang tidak terlibat dalam penyusunan standar
layanan kesehatan pasti memiliki “standar pribadi”, tentunya bukan
standar layanan kesehatan yang resmi.

12
E. Indikator Mutu di Rumah Sakit
Tabel 2
Indikator Mutu di Rumah Sakit
No JENIS PELAYANAN INDIKATOR
1 Gawat Darurat Kemampuan menangani life saving
anak dan dewasa
Jam buka pelayanan gawat darurat
Pemberi pelayanan
kegawatdaruratan yang
bersertifikat yang masih berlaku
ATLS/BTLS/ACLS/PPGD
Kesediaan tim penanggulangan
bencana
Waktu tanggap pelayanan dokter di
gawat darurat
Kepuasan pelanggan
Tidak adanya pasien yang
diharuskan membayar uang muka
Kematian pasien ≤ 24 jam
Tidak adanya pasien yang
diharuskan membayar uang muka
2 Rawat Jalan Dokter pemberi Pelayanan di
Poliklinik Spesialis
Ketersediaan pelayanan
Jam buka pelayanan
Waktu tunggu di rawat jalan
Kepuasan pelanggan
a. Penegakan diagnosis TB
melalui pemeriksaan
mikroskopis TB
b. Terlaksananya kegiatan
pencatatan dan pelaporan TB di
Rumah Sakit
3 Rawat Inap Pemberi pelayanan di Rawat Inap

Dokter penanggung jawab pasien


rawat inap

13
Ketersediaan Pelayanan Rawat Inap
Jam Visite Dokter Spesialis
Kejadian infeksi pasca operasi
Kejadian infeksi nosokomial
Tidak adanya kejadian pasien
jatuh yang berakhir kecacatan /
kematian
Kematian pasien > 48 jam
Kejadian pulang Paksa
Kepuasan pelanggan
Rawat inap TB :
a. Penegakan Dianogsis TB
melalui pemeriksaan mikroskopis
TB.
b. Terlaksananya kegiatan
pencatatan dan pelaporan TB di
rumah sakit
Ketersediaan pelayanan rawat inap
di rumah sakit yang memberikan
pelayanan jiwa
Tidak adanya kejadian kematian
pasien gangguan jiwa karena bunuh
diri
Kejadian re-admission pasien
gangguan jiwa dalam waktu ≤ 1
bulan
Lama hari perawatan pasien
gangguan jiwa
4 Bedah Sentral (Bedah Waktu tunggu operasi elektif
saja ) Kejadian Kematian di meja operasi
Tidak adanya kejadian operasi
salah sisi
Tidak adanya kejadian operasi
salah orang
Tidak adanya kejadian salah
tindakan pada operasi
Tidak adanya kejadian
tertinggalnya benda asing / lain
pada tubuh pasien setelah
operasi.
Komplikasi anastesi karena
overdosis, reaksi anastesi, dan
salah penempatan endotracheal

14
tube.
5 Persalinan dan Kejadian kematian ibu karena
Perinatalogi (kecuali persalinan
rumah sakit khusus
diluar rumah sakit Pemberi pelayanan persalinan
ibu dan Anak) normal
Pemberi pelayanan dengan
persalinan penyulit
Pemberi pelayanan persalinan
dengan tindakan operasi

Kemampuan menangani BBLR 1500 gr


- 2500 gr
Pertolongan Persalinan melalui
seksio cesaria
Keluarga Berencana :
 Persentase KB (Vasektomi &
tubektomi) yang dilakukan oleh
tenaga kompeten dr. Sp.OG,
dr.Sp.B, dr.Sp.U, dokter umum
terlatih.
 Persentase peserta KB mantap
yang mendapatkan konseling KB
mantap oleh bidan terlatih.

Kepuasan Pelanggan
6 Intensif Rata-rata Pasien yang kembali ke
perawatan intensif dengan kasus
yang sama < 72 jam
Pemberi pelayanan Unit intensif
7 Radiologi Waktu tunggu hasil pelayanan
thorax foto.

Pelaksana ekspertisi
Kejadian kegagalan pelayanan
Rontgen
Kepuasan pelanggan.
8 Laboratorium Patologi Waktu tunggu hasil pelayanan
Klinik laboratorium.
Pelaksana ekspertisi
Tidak adanya kesalahan pemberian
hasil pemeriksaan laboratorium.
Kepuasan pelanggan.
9 Rehabilitasi Medik Kejadian Drop Out pasien terhadap

15
pelayanan rehabilitasi medik yang
direncanakan
Tidak adanya kejadian kesalahan
tindakan rehabilitasi medik
Kepuasan pelanggan.
10 Farmasi Waktu tunggu pelayanan
a. Obat jadi
b. Obat Racikan
Tidak adanya Kejadian kesalahan
pemberian obat.
Kepuasan pelanggan.
Penulisan resep sesuai
formularium
11 Gizi Ketepatan waktu pemberian makanan
kepada pasien
Sisa makanan yang tidak termakan
oleh pasien.
Tidak adanya kejadian kesalahan
pemberian diet
12 Tranfusi Darah Kebutuhan darah bagi setiap
pelayanan tranfusi
Kejadian reaksi tranfusi
13 Pelayanan GAKIN Pelayanan terhadap pasien GAKIN
yang datang ke RS pada setiap
unit pelayanan
14 Rekam Medik Kelengkapan pengisian rekam medik
24 jam setelah selesai pelayanan
Kelengkapan Informed Concent
setelah mendapatkan informasi
yang jelas.
Waktu penyediaan dokomen rekam
medik pelayanan rawat jalan
Waktu penyediaan dokumen rekam
medik rawat Inap
15 Pengelolaan Limbah Buku mutu limbah cair

Pengelolaan limbah padat


infeksius sesuai dengan aturan.
16 Administrasi dan Tindak lanjut penyelesaian hasil
manajemen pertemuan direksi
Kelengkapan laporan
akuntabilitas kinerja

16
Ketepatan waktu pengusulan
kenaikan pangkat
Ketepatan waktu pengurusan gaji
berkala
Karyawan yang mendapat pelatihan
minimal 20 jam setahun.
Cost recovery
Ketepatan waktu penyusunan
laporan keuangan
Kecepatan waktu pemberian
informasi tentang tagihan pasien
rawat inap
Ketepatan waktu pemberian
imbalan (insentif ) sesuai
kesepakatan waktu
17 Ambulance/ Kereta Waktu pelayanan ambulance /
Jenazah kereta jenazah
Kecepatan memberikan pelayanan
ambulance/kereta jenazah di rumah
sakit
Response time pelayanan ambulance
oleh masyarakat yang membutuhkan
18 Pemulasaraan Jenazah Waktu tanggap (response time)
pelayanan pemulasaraan jenazah
19 Pelayanan Kecepatan waktu menanggapi
pemeliharaan sarana kerusakan alat
rumah sakit Ketepatan waktu pemeliharaan alat
Peralatan laboratorium dan alat
ukur yang di gunakan yang
digunakan dalam pelayanan
terkalibrasi tepat waktu sesuai
dengan ketentuan kalibrasi
20 Pelayanan Laundry Tidak adanya kejadian linen yang
hilang
Ketepatan waktu penyediaan linen
untuk ruang rawat inap
21 Pencegahan dan Adanya anggota tim PPI yang
Pengendalian Infeksi terlatih
( PPI ) Tersedia APD disetiap instalasi /
departement
Kegiatan pencatatan dan pelaporan
infeksi nosokomial / HAI (health
care associated infections) di
rumah sakit (minimum 1 parameter)

17
18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan sebelumya, maka dapat disimpulkan:
1. Indikator mutu adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur
terpenuhi atau tidaknya suatu standar yang telah ditetapkan. Indikator
mutu dibuat mengikuti dengan standar mutu yang telah ditetapkan oleh
suatu organisasi, termasuk organisasi pelayanan kesehatan.
2. Macam-macam indikator mutu terbagi menjadi 2, yaitu indikator
persyaratan minimal yang terdiri dari indikator masukan, indikator
lingkungan dan indikator proses; dan indikator penampilan minimal yang
disebut juga dengan indikator keluaran.
3. Ukuran indikator mutu dapat dilihat dari 3 aspek yaitu, struktur, proses
dan keluarannya.
4. Kriteria indikator mutu terdiri dari Achievable, Measurable, Observable,
Understandabe dan Reasonable.
5. Indikator mutu di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit ataupun
keperawatan memiliki kompleksitas yang mengikuti bentuk pelayanan
yang diberikannya.

B. Saran
1. Dibutuhkan analisis standar terlebih dahulu ketika
menentukan indikator apa yang akan digunakan.
2. Indikator mutu dapat dicapai jika terdapat sinergisitas
tenaga kerjanya, sehingga perlu ada analisis lebih lanjut.

19
DAFTAR PUSTAKA

Avedis Donabedian, M.D,MPH. Explorations in Quality Assesment and


Monitoring. The definition of Quality and Approaches to its Assesment.
Health Administration Press. Ann Arbor, Michigan,1980, halaman 79-90.
Azwar, Azrul. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
harapan.
Jalal, Abdul. 2007. Hubungan Mutu Pelayanan Keperawatan dengan Kepuasan
Pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/5/jtptunimus-gdl-s1-2008-abduljalal-
223-1-abstrak.pdf (diakses pada tanggal 6 Mei 2014 pukul 15.30).
Pohan, Imbalo S. 2006. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan : Dasar dasar
Pengertian dan Penerapan. Jakarta : ECG.

20

Anda mungkin juga menyukai