Tax avoidance atau penghindaran pajak berarti transaksi atau pengaturan yang dilakukan
oleh wajib pajak untuk meminimalisir jumlah pajak terutang secara sah. Selain itu, Tax
avoidance mempunyai arti sebagai pemanfaatan secara legal dari rezim pajak untuk memperoleh
keuntungan, dengan mengurangi jumlah pajak yang terutang dengan cara tersebut berdasarkan
domestiknya.
Dari sudut pandang pemerintah tax avoidance cenderung tidak dapat diterima karena merupakan
suatu bentuk pengurangan pajak. Berbeda dengan tax planning yang dapat diterima oleh
pemerintah. Namun perkembangannya, perencanaan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak
cenderung agresif sehingga memberikan dampak risiko yang signifikan terhadap penerimaan
pajak. Oleh karena itu, OECD pada tahun 2013 menerbitkan BEPS (Base Erosion Profit
Shifting) dan rencana aksi BEPS yang bertujuan untuk mengatasi risiko perencanaan pajak secara
agresif. Sedangkan tax evasion merupakan suatu upaya untuk tidak membayar pajak secara
illegal. Berikut table perbedaan tax avoidance, tax planning, dan taxevasion.
Upaya negara dalam menghadapi skema unacceptable tax avoidance atau tax planning
yang diatur dalam peraturan perundang- undangan perpajakan sebagai berikut:
1. Specific Anti Avoidance Rule (SAAR), yaitu ketentuan antti penghindaran pajak yang
bersifat khusus untuk mencegah suatu skema transaksi penghindaran pajak tertentu
seperti skema penghindaran pajak dalam bentuk:
a) Transfer pricing
b) Thin capitalization
c) Treaty shopping
d) Controlled foreign corporation (CFC)
2. General Anti Avoidance Rule (GAAR), yaitu ketentuan anti penghindaran pajak yang
bersifat mum untuk mencegah transaksi yang semata- mata dilakukan oleh subjek pajak
untuk tujuan penghindaran pajak atau transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis.