PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi merupakan hal yang fundamental bagi kehidupan manusia.
Dengan berkomunikasi manusia dapat menyampaikan gagasan dan
mentransferkan pesannya kepada khalayak luas dengan tujuan mempengaruhi
perilaku orang lain untuk mengambil keputusan tertentu. Upaya
penyebarluasan informasi ini tidak hanya diperlukan di kehidpan sehari-hari
saja, namun juga memiliki peranan penting dalam bidang kesehatan.
Komunikasi dalam bidang ini berfungsi untuk mendorong individu maupun
kelompok masyarakat agar dapat mengambil keputusan tepat demi
mendapatkan kondisi yang sehat fisik, mental dan sosial. Proses penyampaian
mengenai isu-isu kesehatan oleh komunikator kepada komunikan adalah
biasa dikenal dengan komunikasi kesehatan. Sebagai usaha yang sistematis
dalam mempengaruhi perilaku kesehatan ini memanfaatkan 2 metode
komunikasi yaitu komunikasi antarpribadi dan komunikasi massa. Tujuan
utama dari dilakukannya komunikasi kesehatan ini yaitu adanya perubahan
perilaku kesehatan dalam masyarakat, dimana perilaku masyarakat yang sehat
akan berpengaruh pada meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.
Di Indonesia banyak penyakit yang sudah menjadi masalah kesehatan
bagi masyarakat, salah satunya HIV/AIDS. Kasus HIV/AIDS yang terjadi
diibaratkan seperti fenomena gunung es, sebab apa yang terlihat diatas itu
hanya Nampak kecil, sementara kondisi dibawah yang lebih besar justru tidak
terdeteksi. Karenanya setiap tahun umlah penderita mengalami peningkatan
dan tidak sedikit yang meninggal. Laporan Kemeneterian Kesehatan sejak
pertama kali kasus HIV ditemukan pada tahun 1987hingga bulan SSeptember
2014, tercatat sebanyak 150.296 orang telah teinfeksi HIV, dimana 55.799
orang diantaranya telah pada tahap AIDS.
Program penanggulangan HIV/AIDS yang ada yaitu melalui pengamatan
darah, komunikasi-komunikasi dan edukasi (KIE) telah berjalan cukup baik,
namun program pelayanan dan dukungan tersebut masih sangat terbatas,
1
khususnya program konseling dan tes sukarela atau biasa dikenl dengan
Voluntary Counselling and Testing (VCT). Di Negara maju, VCT sudah
menjadi komponen utama dalam program penanggulangan HIV/AIDS,
namun di Negara berkembang seperti Indonesia, VCT belum merupakan
strategi yang besar (Rikmawati, 2011).
Membangun kedekatan dengan pasien HIV mutlak diperlukan agar suatu
hubungan tumbuh dan berkembang yang dilakukan dengan jalan menanmkan
kepercayaan pada diri oasien HIV kepada dokter/konselor sampai timbul
keterbukaan dalam proses komunikasi dalam pelaksanaan HIV voluntary
counseling and testing antara dokter dan pasien, kemudian ditemukan
penggunaan komunikasi antar pribadi yang oada akhirnya menimbulkan
perasaan empati, keakraban dan keterbukaan antara dokter danpasien. Tujuan
akhir dari proram VCT iniadalah agar pasien HIV tersebut dapat mandiri
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri dan mempunyai motivasi dan
semangat yang kuat untuk bertahan hidup.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi VCT ?
2. Apa saja tujuan VCT ?
3. Siapa saja sasaran VCT ?
4. Apa saja sarana prasarana VCT ?
5. Bagaimana prinsip pelayanan VCT ?
6. Apa saja jenis konseling dalam VCT ?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi VCT.
2. Mengetahui tujuan dilakukannya program VCT.
3. Mengetahui sasaran program VCT.
4. Mengetahui sarana dan prasarana VCT.
5. Mengetahui prinsip pelayanan pada VCT.
6. Mengetahui jenis-jenis konseling pada VCT.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi VCT
3
untuk mendukung perilaku hidup sehat
c. Memastkan pengobatan yang efektif sedini mungkin termasuk
alternatif pemecahan berbagai masalah.
Tujuan khusus VCT bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA):
a. Meningkatkan jumlah ODHA yang mengetahui dirinya terinfeksi
HIV. Saat ini sangat sedikit orang di Indonesia yang diketahui
terinfeksi HIV. Kurang dari 2,5% orang yang diperkirakan telah
terinfeksi HIV mengetahui bahwa dirinya terinfeksi.
b. Mempercepat diagnosis HIV. Sebagian besar ODHA di Indonesia
baru mengetahui dirinya terinfeksi setelah mencapai tahap
simtomatik dan masuk ke dengan diagnosis lebih dini, ODHA
mendapat kesempatan untuk melindungi diri dan pasangannya,
serta melibatkan dirinya dalam upaya penanggulangan HIV dan
AIDS di Indonesia.
c. Meningkatkan penggunaan layanan kesehatan dan mencegah
terjadinya infeksi lain pada ODHA. ODHA yang belum mengetahui
dirinya terinfeksi HIV tidak dapat mengambil manfaat profilaksis
terhadap infeksi oportunistik, yang sebetulnya sangat murah dan
efektif. Selain itu mereka juga tidak dapat memperoleh terapi
antiretroviral secara lebih awal, sebelum sistem kekebalan tubuhnya
rusak total dan tidak dapat dipulihkan kembali.
d. Meningkatkan kepatuhan pada terapi antiretroviral. Agar virus tidak
menjadi resisten dan efektifitas obat dapat dipertahankan diperlukan
kepatuhan yang tinggi terhadap pengobatan. Kepatuhan tersebut
didorong oleh pemberian informasi yang lengkap dan pemahaman
terhadap informasi tersebut, serta dukungan oleh pendamping.
b. Meningkatkan jumlah ODHA yang berperilaku hidup sehat dan
melanjutkan perilaku yang kurang berisiko terhadap penularan
HIV dan infeksi menular seksual (IMS) Jika sebagian besar
ODHA tahu status HIV-nya, dan berperilaku hidup sehat agar
tidak menulari orang lain, maka rantai epidemik HIV akan
terputus (Ditjen P2PL, 2003).
4
3 Sasaran VCT
c. Sangat cemas
d. Terpajan risiko dan menduga diri terinfeksi dengan atau tanpa gejala
sakit
e. Pasangan atau anak meninggal dunia
5
f. Berencana menikah atau berencana untuk hamil
g. Sedang hamil
h. Berganti pasangan
6
2) Ruangan tertutup dan suara tidak dapat didengar dari ruang lain
untuk menjaga kerahasiaan
3) Satu alur dengan pintu masuk dan keluar yang berbeda
7
Keterampilan yang diperlukan dalam memberikan konseling adalah :
1) Mendengarkan aktif dan mengamati
2) Mengajukan pertanyaan dan menghayati
3) Merangkum dan menyimpulkan
4) Membangun relasi dalam persetujuan pelayanan
5) Menggali dan memahami masalah penyebab dan kebutuhan
6) Mengenal altermnatif penyelesaian masalah, memberi pertimbangan
8
d. Testing merupakan salah satu komponen VCT
6. Tahapan konseling
Konseling mwerupakan proses interaksi antara konselor dank lien yang
membutuhkan kematangan kepribadian pada konselor dan memberikan
dukungan mental emosional kepada klien. Proses konseling mencakup upaya-
upaya yang realistic dan terjangkau serta dapat dilaksanakan. Proses konseling
yang baik mampu :
9
orang lain melalui konseling, dapat berempati dan mendengarkan dengan penuh
perhatian, memahami proses infeksi HIV dan infeksi oportunistik, dapat
menyimpan rahasia (P2PL, 2003).
7. Jenis Konseling HIV dalam VCT Menurut Tujuan
10
menghadapi keadaan dan kondisi psikologis klien yang terbebani
masalah gangguan kesehatan fisik dan jiwanya.
f. Konseling berkelanjutan
Agar klien terbantu menghadapi keadaan dan kondisi
psikologis yang terbebani masalah gangguan kesehatan fisik dan
jiwanya.
g. Konseling bagi yang menghadapi kematian
11