Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL I

EVOLUSI DALAM PERSPEKTIV


FAHAM KRISTIANI
(dari Dongeng ke Kebenaran)
Prot. Dr. Louis Leahy, S.J.
Stat Pengajar Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta

Seja~
Paus Yohanes
Paulus II mengingatkan, dalam
suatu pidato kepada Akademi Pontifikal
Ilmu-ilmu Alamiah beberapa bulan yang laIu,
bahwa evolusidan darwinisme tidak beroposisi dengan
faham kristiani, maka hampir semua mass media Indonesia
melaporkan dan mengomentari "peristiwa" ini. Tetapi sering kali
laporan-laporan itu kurang eksak, bahkankadang-kadang meng-
ulangi beberapa deviasi historis yang masih terlalu umum dalam
mentalitas populer. Misalnya, dalam rangka pembicaraan ka-
sus evolusi itu dan darwinisme, terbit di Jakarta setidak-tidaknya
dua karangan populer yang mengambil kesempatan itu untuk
menulis, bahwa "Galileo dihukum mati oleh pengadilan
Gereja", dan bahwa: ~~Galileo was stretched on the rack"
Suatu falsifikasi historis sebesar itu tidak bisa
ditolerir. Galileo tak pernah disiksa
oleh siapa pun, apalagi dijatuhi
hukuman mati.

Pembetulan Tentang Hal Galileo minggu kemudian harian jakal1a Post


Kalimat terakhir dan artikel terse- (12 Jan. 1997) pada gilirannya menipu
but berbunyi : "Karena penemuannya itu- para pembacanya dengan suatu versi dari
la~ (heliosentlislne, sebagai ganti geosen- dongeng yang sarna dengan menulis:
trlsme), Galileo kemudian dihukum nlati Calileo ''was stretcl1ed on tIle rack'"
oleh pe nzadilal1 Gereja (InkuisisD tahun (altikel beliudul "Tile Ancient Battle
1663. Padahal, Galileo benar." Beberapa betu'een l.~cience SlId Religion":? dan
JURNAl FIL)AFAT, JULI 1997 50
diambil dari harian The Guarditm). surat kepada Ch1i.stine de Lorraine
Tetapi mengapa kami bel'bicara (I615) yang bisa dikatakan sema.cam
tentang Galileo dalam sebuah artikel ul'aian pendek ermeneutik biblis." (Pidato
yang bertemakan evolusi ? - Karena, Yohanes Paulus II di Akademi Pontifikal
pertama, kedua karangan tersebut juga IImu-ilmu AJamiah? 31 Oktober, 1992). -
menimbulkan kembali isu Galiloo tetapi Mungkin tidak ada banyak orang yang
secara salah pada kesempatan pidato tahu bahwa Galileo bersahabat erat de-
Paus tentang evolusi ; dan kedua, karena ngan PJiUS Urbanus VIII 0623-1644) se-
Galiloo, seperti halnya dengan Darwin, perti dilap::wkan oleh majalah Newsweek
merupakan suatu contoh dimana nampak (8 Pebruari, 1993, hIm.52).
dengan jelas betapa penting kontekstu- Juga Galiloo mempersulit situasinya
alisasi historis untuk mengerti masalah- karena dia kelim dalam beberapa hal
masalah sekompleks itu, seperti akan lain, misalnya mengenai "gerakan
nampak dalam garis-garis yang pasang" (tide movements) dimana dia
menyusul. bemposisi dengan Kepler dan Copemic,
Sehubungan dengan "kasus" Gali- dua toko raksasa yang mendahuluinya.
leo itu, mungkin ada gunanya mencatat
bebel'apa fakta yang mensituasikannya Evolusi : Beberapa Data Dasariah
dalam konteks historis konkret yang Pembahan yang membuat suatu
menel'anginya. Waktu Galileo memperta- jenis makluk maju ke suatu del'ajat lebih
hankan penemuannya mengenai helio- tinggi disebut makro-evoJusi, dan itulah
sentrisme, seJuruh dunia i1miah (para yang dimaksudkan pada umumnya de-
ahli astmnomia, fisika dan matematika) gan kata : evolusi. Jadi, untuk menjelas-
berlawanan dengan Galileo, karena, kan cal'a evolusi, hams membedakan
menurut mereka, pendapat itu masih mikro-evoJusi dan maJ..TO evoJusi,
kurang bukti. Oleh sebab itu, kardinal meskipun Profesor Glinka. tidak setuju
Roberto Bellarmino, S\J., tahun 1616, dengan distinksi itu.
"menggarisbawahi bahwa gerakan bumi Mikro-evolusi adalah evolusi yang
adalah suatu perkiraan yang sampai te1jadi dalam suatu spesies tertentu, atau
sekarang belum dibul.'tikan; tetapi dia yang dihasilkan oleh peranakan dengan
dengan jelas mengakui kemungkinan, spesies-spesies dekat. Evolusi jenis ini
bahwa pada suatu ketika pel'kiraan itu dibenarkan seratus persen, karena diada-
bisa dibuktikan: dan jika itu terjadi, maka kan tiap hari oleh manusia di tempat-
katanya Kitab Suci akan perlu diterang- tempat pembiakan atau di laboratorium
kan secara lain (daripada. dengan geo- tumbuh-tumbuhan, untuk memperbaiki
sentrime" (Majalah 111eoJogica/ Studies benih-benih.
57 (I996) n.2, him. 355, dalam suatu Makro-evolusi, seperti baru dicatat
resensi tentang bul.'U yang berjudul Gali- di alas, adalah perubahan yang membuat
leo and the Church). suatu jenis makhluk naik ke derajat lebih
Namun demikian, Gereja sudah tinggi: Misalnya seekor ikan dijadikan
mengakui bahwa para toolO$ zaman itu ulal', seekor ular menjadi bumng, dll...
kurang bijaksana. Bahkan, Yohanes Pau- Perubahan semacam itu memuat nam-
lus II minta maaf alas nama Gereja, dan paknya organ-organ barn, seperti kaki-
berkata : "Secara paradoksal, Galiloo, o- kaki, sayap-sayap, paru-pam. Di sini, ti-
rang yang beriman dengan tulus hati itu, dak boleh berbicara tentang fal.'1a-fakta
nampak lebih tajam pikiran daripada la- "yang disaksikan", karena manusia tidak
wan-lawan teolO$inya. Dia (Galileo) pernah menyaksikan peralihan seeker
menulis kepada Benetto Castelli ikan ke seekor ular, atau seeker ular ke
Meskipun kitab Suci tidak bisa keliru, na- bentuk seekor bumng. Walaupun
mun beberapa penafsir dan komentator demikian, ilmu biologi molel.'Ulermem-
da1i. Kitab Suci tersebut toh bisa keliru benarkan dengan l.'Uat bahwa pernbah-
dalam banyak hal. Juga dikenal sepucuk an-perubahan semacam itu memang

JURNAl fIL)AfAT. JUU 1997 51


mungkin berkat mutasi -mutasi dalam macam kebuntuan dan regresi. Nanlun
"kode" genetis atau waktuperkembang- demikian, jika dilihat dalam keseluruh-
an embrioner. annya, ~volusi itu menampakkan suatu
Sesudah Jean-Baptiste de Monet La- galis yang naik dengan luar biasa, bukan
mark, seorang Perancis (1744 -1829, dan hanya dari segi keanekaan makhIuk-
terutama sesudah Charles Robert Darwin, makhluknya dalam duma tumbuh-tum-
seorang Ingglis (1809-1882), ilmu bi- buhan selia dunia hewa ni, tetapi juga
ologi berusaha untuk menemuka:n dan lebih lagi dan pihak kesempurnaan
cara/bagainlananya evol usi. Faktor-fak- semakin besar dalam hidup hewani, yang
tor yang dipergunakanpada abad XIX mencapai puncaknya dengan hOJll0 sapi-
bisa mempertanggungjawabkan, untuk ens sapiens.
sebagian besar, mikro-evolusi saja. La.. .
mark menonjolkan penganlh lingkllnglll1 Ev~lusi Dalam Perspektif Faham Kristi-
dan adaptasi makhluk-makhluk hidup am
pada lingkungan tersebut. Dalwill meng- Jikalau Yohanes Paulus II berkata
garisbawahi seleksi a181nial] lewat bahwa tidak ada konflik apa pun antara
"stluggle for Iife" . evolusi dan faham Kristiani (terutama fa-
Untuk menjelaskan lnakro-eVLJIllSl; ham penciptaan), beliau menyebut nama
ilmu biologilah yang harus dipergu- Dalwin, karena nama itulah yang masih
nakan. Ilmu tersebut sudah mengenal paling <terlalu) representatif dali evolusi
kemajuan spektakuler sejak menerangi pada orang banyak biasa. Dati bagian
peranan radikal dali kode gelletis yang benal" yang masih ada dalam dalwinisme
tergores dalam ibu-sel dali lnakhluk disebut tidak bel"lawanan dengan faham
hidup; kode ini mengendalikall seluruh K1istiani. Tempi itu tidak beralti bahwa
perkembangan dari organisme. Di derajat Paus menyamakan evolusi dengan dal"-
itulah prosesus-prosesus esensial dari winisme. Seperti .kami catat di depan,
evolusi, terutama makro-evolusi, harus dalwinisme itu, jika tidak diperlengkapi
diletakkan, karena modi fi kasi -mooifikasi secara fundamental dengan hukum-hu-
dari kode genetislah yang bisa memper- kum alamiah lain, telutanla dengan bi-
tanggungjawabkan lahirnya struktur- ologi (DNA "kode genetis"), sudah dile-
struktur organis yang baru. Tetapi masih wah, karena terlalu simplistis.
perlu mencali klillsa-kausa dali mutasi- Tambahan lagi : kalau Paus mengi-
mutasi baru itu. Dan sarna sekali tidak ngatkan kepada Vmat Klistiani bahwa ti-
memuaskan mengandalkan mutasi-mu- dak ada konflik antara evolusi dan
tasi yang tetjadi secara kebetulan saja agama, beliaru sarna sekali tidak kira
untuk menjelaskan gerakan menaik, dan bahwa dengan demikian dia mengucap-
, finalitas evidell yang mewarnai gerakan kan sesuatu yang balu, seakan-akan baru
itu. saja dan untuk pertama kali Magisterium
Peranan dali ilmu biologi itulah resmi dari Gereja tidak berkebaratan ten-
yang belum dikenal wak.'1u Dalwin mem- tang evolusi.. Jadi ada dua pendapat
bicarakan masalah evolusi. Dan kekura- populer yang perlu dipersalahkan,
ngan itulah juga yang membuat darwin- karena nlerupakan dua kekelilllan. Keke-
isme kolot kalau tidak diperlengkapi se- liruan -peltama, identifikasi evolusi de-
cara dasariah dengan apa yang baru ngan dalWinisme sebagai pendapat dari
kami catat di depan, dan yang seririg fahatTI Klistiani pada umulnnya dan dati
disebut neo-dalwinisme. Paus Y'ohanes Paulus II baru-baru it'li.
Evolusi tersebut memerlukall ba- Dan kekeliruan kedua, melaporkan pi-
nyak miliar tahun, dan menyajikan dato Paus yang terakhir ini sedemikian
kepada si ahli paleontologi suatu jumlah lupa, sehingga membuat si pembaca kira
tak terhitung dali spesies di antara mana bahwa pengakuandan penerimaan posi-
banyak sekali sudah letlyap, karena se- tit' evolusi dari pihak Gereja adalah se-
jarah kehidupan terkena bernlacam- suatu yang balu. Padahal pengakuan
JURNAL FILSAFAT. JULI 1997 52
tersebut sudah tel:jadi setidak-tidaknya bolis dan figuratifnya. Pesan itu jelas
sejak 60 tahun. Bukankah pidato Yohanes sekali : Allah adalah r>encipta dari selnua
Paulus II itu mengingatkan Ensiklik Pius yang ada. )adi, jikalau spesies-spesies
XII Humani Gellc11s (1950) yang mengu- berasal-usuI satu dari yang lain sejak
capkan pendapat itu yang sudah umum bentuk-bentuk pertama dati kehidupan,
waktu itu dalam duma Klistiani yang itu berarti bahwa evolusi adalah cara
berdeviasi arah fundamentalisme yang dipilih oleh Allah untuk membuat
? semua makhluk berada masing-masing,
Sehubungan dengan ini, majalah termasuk manusia dalam dimensi biolo-
Pera~cis L'Actua.1ite ReJigieuse, (N.150, gisnya. Semua makhluk tel'gantung pada
15 decelnbre 1996) menerbitkan suatu Allah yang memberikan semua kepada
artikel yang beljudul "Evolution bien mereka, baik eksistensi ~aupun dina-
comprise" (Evolusi dalam attinya yang misnle evolutifnya. Adapun mengenai
sejati). Artikel ini mengomenteli de- hukum-hukum alamiah lewat mana
klarasi Yohanes Paulus II yang baru kami evolusi itu betfungsi, itu adalah urusan
sillyalir. Secara lebih persis, dilaporkan sains yang kompetell untuk mencali dan
bahwa: Tanggal 23 Oktober 1996, pada menemukan hukum-hukurn itu dan
kesempatan Sidang Plenarium dali menilai lxilx)t eksplikatifnya (Mellulut
Akademi Pontifikal Ilmu . . ilmu Elnpiris, Nouvelle Ellcyclopedie Cat11o/ique THEO,
Paus nlenghadapi tema evolusionisme. Palis: Fayard, 1989, hlm.692).
Beliau setuju juntuk nlengakuibahwa te- Kalaubegini, Inengapa, pada per-
ori evolusi adalah "bukan hanya suatu mulaan teoli evolusi kebanyakan dunia
hifX'tesa saja", tetapi suatu fakta. Namun religius menolakllya ?
beliau meniadakan teoli-teori yang Walw evolusi disajikan kepada
"menganggap roh menusiawi (dimensi dunia untuk peliama kali, sebagai pen-
spitituil manusia) sebagai akibat dari jelasan tentang perkembangan Inatel;
gaya-gaya materi s8ja, atau menganggap sampai munculnya hidup dan lalu mUI'-
roh tersebut tidak lebih dalipada suatu culnya manusia, maka ahli-ahli sains
epifenomen dari Inateri itu". Kardinal cenderung Ulltuk melihat dalam faham
Carlo Maltini, uskup agung Milano, Ita- balu ini sesuatu yang berlawanan dengan
lia, heran sekali melihat bagaimana pi- fan.!lnl penciptaan alam semesta oleh AI-
dato ponti fi kal itu mengakibatkan JaIl. Mengapa? Terutama karena pada
"keheranan" bagitu besar dalanl be- akhir abad yang lalu dan bagian
berapa lingkungan : "Saya tidak mene- J)ertama abad kita ini, 'saintisme'lah yang
mukan apa pun yang baru dalam teks masih meraiai duma sains. Tidak
pontifikal itu. Hipotesa evolusionis sudah mengherankan kalau K. Marx dalam
diakui oIeh Pius XII tahun 1950 (...). Paus ikIim matelialis kasar ini, mengambil
hanya mengingatkan bahwa : karena kesempatan teol; evolusi Ulltuk menulis :
penciptaan direalisir (dibuat) menurut "Penciptaan bumi telah digoncangkan
suatu prosesus evolutif, maka prosesus itu dengan keras oleh eV,olusi, yaitu ilmu
pantas diindahkan, tetapi dengatl tetap yang menggalnbarkan terbentuk dan
sadar bahwa nilai-nilai Ktistiani, - ialah teljadinya bumi sebagai suatu proses,
dimensi spirituil manusia dan takdir suatu peltumbuhan kehidupan sendiri.
(destination) kekalnya - tidak tergantung Peliulnbuhan spontan adalah sanggahan
pada penemuan-penemuan saintifik." praktis satu-satunya terhadap teoli
(Hlm.12) J)enciptaan" (Marx, 1884, 245).
Pendeknya: Dewasa ini, kesulitan- Dan banyak penganut materialisme
kesulitan teologis (di depan sains) sud~h lain Inenlpergunakan evolusi sebagai se-
lenyap. Berkat kenmjuan dalam ekseges.ls, buah Sel\jata untuk tnenyerang agama.
berkat distinksi jenis-jen.is literer, kIta Pelldeknya kecendelullgan umum zaman
tahu bagaimana i-nenemukan pesan reli- itu, adalah untuk memandang evolusi le-
gius Kitab Suci di bawah rumusan sim- \vat kacamata sempit dati 'saintisme'dan

JURNAl FILS"AFAT. ·)UU 1997 53


dengan demikian menyamakannya de- Pencipfa. - " Cukup jelas bahwa suatu
ngan suatu bentuk matelialisme. ltulah interpretasi evolusionis dari teisme sama
alasan mengapa kebanyakan penganut sekali koheren; bahkan, menururt saya,
agama merasa perlu menolak evolusi itu, interpretasi itu jauh lebih meyakinkan,
yang selalu ditafsirkan seakan-akan dati pihak l'aSional dan religius, daripada
harus matelialis dan menyangkal Allah. interpretasi naturalistik, yakni evolusi
Namun deniikian pantas meneatat bahwa tanpa Allah." (Gelkey, 1983, 68). Pro-
"dogma 'saintisme' tak pernah disokong feool' Emelitus Bonansea mengueapkan
(didukung) oleh tokoh-tokoh yang me- pendapat yang sama: "Mengenai ajaran
mang besar dalam bidang sains eksak." peneiptaan, bukan hanya tidak ada kon-
Tetapi sayang sekali, "itulah sesuatu flik antara sains dan agama, tetapi
yang tidak dikenal oleh kebanyakan 0- sebaliknya sains 'de facto' mendukung
rang." (Jaki, 1986, 137). ajaran peneiptaan." (Bonansea, 1979,
Tetapi syukur kekaeauan itu, akibat354).
kekurangan refleksi filosofis sudah lewat.Mengapa ? Karena dunia ini, lewat
Dan peranan Teilhard de Chardin dalam evolusi, meneerminkan suatu inteligibili-
debat itu bukan keeil. Namun masih ba- tas yang semakin eemerlang.
nyak orang kurang tahu bagaimana "Perkembangan evolusi tidal<. berlang-
evolusi dan faham peneiptaan perartiku- sung dalam sembarang arah. Dia ber-
lasi satu sama lain. Sehingga dilema salahlangsung ke arah suatu sh'Uh.'tur yang
masih beredar dalam bentuk yang makin lama makin kompleks C..), meng-
belikut: atau evoJusl~ atau penciptaan. - al'ah pada mateli yang kompleks, pada
Evolusi adalah suatu gagasan ilmiah, se- kehidupan dan kesadaran C..). Terdapat
dangkan peneiptaan termasuk bidang pre-adaptasi pada suatu sintesis, suatu
filosofis dan teologis. }adi, masalah atau 'keeenderungan' untuk mengintegrasikan
evolusi, atau penciptaan adalah masaIah diIi dalam suatu bentuk baru, lebih
semu. Seorang yang bel'agama dan yang tinggi; ke arah suatu pembentukan."
juga tidak mau menyangkal faIda evolusi (Tresmontant, 1965, 101). Akibatnya,
yang dipastikan dengan begitu banyak menurut Jean Dorst, Profesor titularis de-
bukti (meskipun bagaimana fakta evolusi paltemen 2oologi (Universitas Palis)
berlangsung dan menurut atul'an-aturan yang dipimpinnya seiama sepuluh tahun :
mana jauh dari jelas) akan mengakui ·"rata teltib dum:1 adallzh eviden.
baik evolusi maupun peneiptaan. Hal Tata tertib itu diberikLln kepada
tersebut bisa dilukiskan sebagai betikut : dunia oleh suatu Kekuasaan supe-
rangkaian data yang terikat satu sarna rior yang saya namakan Tulum.
lain seeara evolutif merupakan semaeam Dan di sinilah iaman bertemu de-
garis horizontal, tiap titik dari garis ter- ngan sains. [man itu,jauh d81ipllda
sebut diikatkan dengan Sang Pencipta beroposisi dengan sains, sebaliknya
berkat suatu hubungan vertikaL memperlengkapinya lewat sllatu
Hubungan vertikal itu adalah ikatan pen- pengertian lebih sederhana fentang
eiptaan. Tidak ada pertentangan apa pun dunia. Penyusunan dunia kehidu-
antal'a kedua jenis garis itu. pan selama beberapa miliar tahun
tidak bisa dibayangkan tanpa Sllatu
Evolusi, Cermin Inteligibilitas yang Ce- rencana; dan karena itlilah saya
merlang terpLlksa mengakui eksistensi sllatu
Kekuata/l tertinggi. Penyusunan
Tetapi justru berdasarkan VISI dunia makhluk-makhluk hidup ti-
evolusionis alam semesta tidak eukup dak bisa dimengerti seClZnl lain"
menyadari ketiadaan perlawanan antara
(Dors~. 1989, 54).
evolusi dan agama (terutama dali segi fa-
ham peneiptaan) ; harus ditambahkan Seluruh evolusi itu adalah sesuatu
bahwa : Adanya e.vlusi membuaf lebih yang 'dipikirkan'. Dan hasilnya adalah
jelas Iagi perIunya Allah sebagai Sang makhluk-makhluk hidup "yang me-
JURNAl fIL)AfAT. JULI 1997 54
ngandung dalam dirinya sendili suatu penciptaan. ltulah suatu extrapolasi yang
kuantitas besar inteligensi, lebih besar bukan hanya melampaui batas-batas
daripada yang dituntut untuk membang- metodologis dali sains, tetapi terutama
un suatu katedral. Inteligensi itu sesuatu yang disangkal oleh hukum
dinamakan 'informasi' (yang tel~ores tnatetnatika. Alam semesta adalah ber-
dalam strul...'1ur tnateli), tetapi itu tidak miliar-miliar kali terlalu muda dan
mengubah kodrat tnasalahnya. Inteligensi kurang luas untuk menjelaskan, lewat
tersebut adalah syarat 'sine qua non' ke- kebetulan murni, munculnya satu protein
hidupan. Dad mana inteligensi itu? Soal pun saja! Namun tidak disangkal adanya
itu menarik baik bagi para ahli biologi, 1<ebetulan. Yang disangkal adalah ke-
maupun bagi para filsuf. Dan ilmu betulan sebagai faktor dasatiah evolusi.
pengetahuanempiris tidak bisa (tidak Sebaliknya, finalisasi begitu kuat se-
berkompeten) untuk memecahkannya" hingga, jika tetjadi secara kebetulan
(Grasse, 1973, 15). Dan karena mateIi suatu kombinasi itu akan dipakai dan
senditi tidak berpikir, padahal dia 'dimanfaatkan' lewat integrasinya dalam
didiami oleh plinsip-plinsip dinamis, program yang sudah sedang direalisasi-
'ide-ide', program-program pengor- kan. Dengan kata lain, kebetulan pun
ganisasi, yang mengadakan pemilihan, difinalisasikan.
seleksi, membuat perhitungan, membuka Dalam komentarnya tentang selu-
jalan secara 'inteligen', - maka tnateli itu ruh masalah evolusi menurut Darwin
hanya dapat mengembalikan kita pada dan iklim intelektuil yang mewarnai
suatu pemilihan, suatu kebijaksanaan zamannya, M.A. Corey, ahli hubungan
pengatur yang transenden. Dengan filosofis antal-a sains dan agama, menulis:
demikian, alam semesta bisa dilihat seba- "Akan bodoh sekali jika disangkal
gai semacam paltisipasi, suatu pengung- finalitas ilahi ('YIivine teleology'') hanya
kapan teljeltna dali Pikiran dan Kebijak- karena kira-kira kita sudah menemukan
sanaan transenden ilahi. Bukankah inilah bagian dati alat-alat alamiah yang
altinya yang begitu seling nampak dalam dipet~nakan oleh Tuhan untuk
banyak mazmur, tentang langit dan bumi mengadakan alam semesta. Bahkan, ciri
yang "enarrant Gloriam Dei?" teleologis (finalistis) dllnia lebih lUlJllpak
(meneetiterakan kemuliaan Allah). lagi dengan teod evolusi karena teori itu
Inteligibilitas alam semesta meru- berdasarkan seleksi kodrati ('(natural
pakan "suatu al~umen untuk pembelaan selection"'), dan demikian
teisme, karena itu membuktikan bahwa memperlihatkan bahwa dinamisme-dina-
di belakang hukum-hukumnya (patfems) misme natUl-alistik sungguh ditentukan
terdapat suatu Inteligensi Pencipta". untuk mengakibatkan sebuah hasil termi-
Demikianlah pendapat singkat J. Polking- nal sebagai tujuannya." (Corey, 1993,
horne, ahli Matetnatika Fisika, dosen di 24-25).
Camblidge, anggota Royak Society, lalu Pantas ditambahkan di sini penda-
memperoleh gelar do1...10r Teologi untuk pat sama dati Erasmus Dalwin (l 731 -
memperdalam relasi antara sains dan 1820), kakek Charles Dalwin: "Bisa ter-
agama, tentang inteligibilitas alam se- jadi, bahwa dunia dibuat tahap demi ta-
mesta sebagai petunjuk Sang Pencipta hap, berdasarkan titik-tolak yang keeil
(Polkinghorne, 1989, 23I). sekali ("very small beginnings'') lewat
aktivitas prinsip-p1111sip batin yang ada
Mitos "Kebetulan" dalam mateIi, dalipada dengan mela-
Dalwin berpendapat bahwa pen- hirkan dunia ini sekaligus dan tiba-tiba
jelasannya menggantikan finalitas dalam keseluruhannya. Bukan main ce-
(rencana-rencana, proyek-proyek, tu- merlang dan bagus sekali, gagasan itu,
juan-tujuan) dalam alam semesta dengan ialah kekuatan Tuhan yang tak terbatas,
kebetulan yang menjelaskan semua, yang menciptakan sebab-sebab dari ha-
seakan-akan teoli itu menggeser faham sil-hasil, dalipada menciptakan langsung
JURNAl. fILS"AfAT. JULI 1997 55
hasil-hasil sendili satu demi satu." (Ibid., dUllia yang lebih luas, suatu dunia di
25). mana kedua-duanya dapat tumbuh de-
n&an subur-' (Yohanes Paulus II, Sura!
Pendapat Baru 111 kepada G. ~ Coyne, S../., Direktor Obser-
Menalik sekali melihat bagaimana vatorium Vatikan, 1 Juni, 1988).
aliran pikiran positif itu tentang evolusi
sudah mewarnai banyak .cendekiawan LAMPIRAN
Kt"istiani sedini sedini 1920-1930 teru- Rumusan Suatu Keberatan
tama dalaln kaum ahli filsafat dan te- Faham Penciptaan Ktistiani ber-
ologi. Misalnya, A.-D. Sertillanges, O.P., dasarkan Kitab Suci. Tetapi, menu rut
yang bersahabat erat dengan Henli suatupendapat tertentu, kalau pembi-
Bergson, menulis: "jika hipotesa evolusi caraan tentang relasi antara Evolusi dan
memang benar, maka Allall "dibuktikan" faham Penciptaan memakai bab-bab
dua kali : suatu kali lewat adan.ya dunia pertama Kitab Kejadian sebagai sumber
. . _.. ,._........, dan suatu kali lagi lewatevolusi faham itu, maka debatnya tidak relevan
(...). Jika evolusi memang ada - dan lagi, menurut pendapat tersebut, karena
memang begitulah situasi ... lnaka evolusi alasan yang berikut :
itu membuktikan, selain kekuasaan rak- "Para penulis bab-bab peltalna dali
sasa Allah, juga diskresiNya yang murah Kitab Kejadian, katanya, sarna sekali tidak
hati yang berkatnya Dia beltindak lewat mau membicarakan asal-usul dunia
katyaNya senditi sesudah Dia menjadi . . (Cosmos). Preokupasi mereka terbatas
kan karya itu dinamis dan kuasa." padasituasi historis dan beberapa konflik
(Sertillanges, 1930, 27-28). sosio-politik yang restriktif sekali zanlan
Jadi 66 tahun yang lalu evolusi itu." - Yang menalik sekali dalam rangka
sudah tidak dilihat sebagai ancaman amu pendapat illi adalah detil-detil konkret
keberatan terhadap faham penciptaan. yallg dijelaskan dan yang mell1pakan ba-
Sebaliknya, terutama herkat pengaruh han histOlis yang sangat bermanfaat.
Teilhard de Chardin, evolusi dilihat seba-
gai cara konkret bagaimana penciptaan Jawaban
diwujudkan dalam waktu dan spasi oleh Kalau, berdasarkan data-data
Sang Pencipta yang tidak berdimensi histotis tersebut, ditarik kesimpulan
temporal dan spasiaL Oleh sebab itu, bahwa diskusi tentang telna Evolusi dan
bagi Allah, "satu hari adalah sarna de- faham renciptaan sepelti digalllbarkan
ngan seribu tahun, dan selibu tahun dalam Kitab Suci tidak relevan, saya tidak
adalah sarna dengan satu hali". setuju, karena :
1. Lepas dari Kitab Kejadian, Tu-
*** hall sebagai Creator ll?liJm o111niuln, visi-
"Gereja menghargai ilmu-ihnu alamiah bi/iul11 et invisibiliulll merupakan suatu
dalam bidang mereka masing-masing unsur dasatiah dali seluruh faham Ktisti-
dan tidak mellganggap mereka sebagai ani dan semua bentuk lain dari
suatu bahaya tempi sebaliknya sebagai Monoteisme. Dan juga, lepas dari Kitab
suatu wahyu yang mengesankan sekali Kejadian, "konflik" semu yang nlengkha-
dati Allah Pencipta" (Yohanes Paulus II, watirkan begitu banyak orang antara fa-
Pidato kepada para anggota CERN, 15 ham Penciptaan dan Evolusi, sanla ben-
Jurri, 1982).. tuknya, apakah fahanl itu telikat pada
. "Sains dapat memurnikan agama Kitab Kejadian atau pada bagian il1i atau
darl kesalahan (kekeliruan) dan ketakha- bagian itu dati Kitab Suci. Bentuk
agama dapat menlurnikan sains "konflik" tetap sarna, yalah : Asal dan
pemberhalaan (idolatri) dan dali perkembangan alam semesta lewat
hal-!'al m~t1ak yang semu. Masing- Evolusi dikirakan melliadakal1 perlullya
maSltlg salns dan agama dapat me- kegiatan transenden ilam Sang Pencipta
masukkan satu sarna lain ke dalam suatu sebagai asal-usul dari seluruh alam se-
JURNAl FILS-AFAT. JUU 1997 56
.
mesta, seperti diajati oleh Kitab Suci da- using the imagery familIar to ~he
latter - deduce from theIr own }fl-
lam keseluruhannya.
2. Semua massa media yang tellectulll, social, and religious
membicarakan masalah Evolusi dan situation" (Kahner, 1983, 103).
Agama hampir selalu membuat referensi Tetap dipakai istilah: "creation nar-
pada bab-bab peltama dari ~tab Ke- ratives". Itulah yang diandaikan, .~la~
jadian. Sehingga memang pentmg mem- dibicarakan pendapat faham Kl'lstiam
hersihkan Kitab tersebut dati interpre- terhadap Evolusi dan relasinya dengan
tasi-interpretasi yang salah. dol'trin Penciptaan, dan kalau pada ke-
3. Seluruh Tradisi, sebagai ko- sempatan ini, Kitab Kejadian direferensi-
sumber Revelasi faham Kristiani, dengan kan.
Kitab Suci, di bawah pengaruh Roh Oalam Pesan Pontifjkal kepada Tim
Kudus lewat Magisterium yang konstan ObservatoJium Astronomi Vatikan, 1 Juni
dan umum dan lewat retleksi teologis 1988, Yohanes Paulus ,II berkata:. .
Para teolo~ besar, selalu mengikatkan "Jika kosmologl-kosmologl Tlnlur
faham penciptaan
¢
"lam sem~ta"" out 5't' Dekat kuno dapat dimurnikan dan
nothing" dengan kedua lUlratlf J<.ltab lI.e- diasimilasikan ke dalam bab-bab
jadian. peltama Kejadian, mungkinkah
Sarna halnya dengan beberapa teks dari kosmologi kontemporer (zaman
Paus Johanes-Paulus II, jikalau beliau ini) mempunyai sesuatu untuk
berbicara tentang pembacaan salah Kitab diberikan kepada refleksi-refleksi
Suci, dan tentang perlunya suatu katekese kita tentang penciptaan ? Apakah
yang bisa dimengelti dalam kebudayaan pandangan evolusionis menyajikan
'saintifik' zaman ini. Juga puluhan teks cahaya yang bisa digu~kan unfl:tk
Oenzinger mengenai faham otentik Pen- menerangi antropolO$~ teologls?
ciptaan tetap berpaling pada Kitab Ke- maka pribadi manUSla sebagal
jadian. . . imago Dei, masalah Ktistologi : dan
K. Rahner meringkaskan taham ltu bahkan pengembangan aJaran
sebagai berikut : , , sendiri ? Apakah, jika ada, im-
"71le two creatIOn nal1lltlVes plikasi -implikasi eskatolO$is kos-
(Cen 1:1-2; 2:4b-25), the one mologi kontemporer, terutama
(from the pJiestly writings and kalau diingat masa depan tak ter-
much more recent) more con- hingsa alam semesta kita ? Oapat-
cerned with the world, the other kah metode teologis memanfaatkan
(fium the Yahwist tradition and dengan penuh .b~a~ tilikan-~likan
older) with man, set forth in dra- dali metodolO$l Iltnlah dan filsafat
matic and picturesque fashioll our ilmu ?"
primordi'll metaphysical and re.-
ligious experience : the creatureiJ.- 4. Oi bawah semua itu, terdapat
ness of the world and man, theIr dua "~ways of thinJ.:ing". Suatu
origin in a spiritual, wise, free Cod "biblisisme" te11entu cenderung untuk
who wilIs his creature's good, membatasi jangkauan teologi~ dari .Kitab
(optimistically) rejecting anyabso- Suci pada cakrawala sadar pS.lkolO$lS dan
lute dualism, etc... hiStOlis saja dali para penuhsny~. Pada-
71le creation na17lltives do not hal, jangkauan (u.nivt:rsa~) dan }'esan
"repoI1" the way in whic!l creation biblis, di bawah msplrasl R,?h Kudus?
happened at the beginning, but yang tetap aktif dalam Gere,Ja sebagal
state the fact of creation, which the umat Allah sangat melampal:'l ba~-ba­
human authors - working under tas dali ke~daran eksplisit pslkolO$lS da.n
the guidance of divine jJ]umination historis para penulis suel. Dan pe~lS
with the aid of existing popular karena itulah, ~eolO$i dallamd~~:;:;\~~
theological reflecion and therefore luasaannya hdak bo1e 1 11
JURNAI.. fIL~AFAT. JULI 1997
kepada suatu analisis fal1:ual teks Kitab CoSIII0logy 81ld Vlcology
Suci saja. Itulah, menurut saya, pusat se- (Edinbul-gh / New York).
luruh debat, antara ilmu teologi faham Grasse, P.P., 1973· L'EvoJutio11 dll
Kristiani resmi (dengan suatu dasar Vivant (Pal;s: Albin Michel).
filosofis) dan suatu alirail biblis yang Jaki, S.L~, 1986 Chance or Reality 811d
cenderung untuk mencul;gai refleksi Other Essays (LamhanILondon:
filosofis dan teologis yang tidak terdapat University of Amel;ca Press).
langsung secara harafiah dalam Kitab Marx, K., 1884 Naziollal Ekononlie Ulld
Suci. Phi/osopllic, dalam Die Fruschriften
Suatu contoh, antara puluhan yang (Stuttgart: Edisi Landshut, 1953).
lain: alergi para ahli KS jenis tersebut, Polkinghorne,J., 1989, "Conception de la
terhadap gagasan "jiwa", yang "asit18 foi d'un physicien", dalam bunga
pacta antropologi biblis" dan disangkal rampai Le Savant et /a Foi (Palis:
karena dikategorikan sebagai aberasi flammarion) .
(korupsi) Yunani; padahal Magistelium Rahner / Vorglimer, 1983, C011cise
mengintegrasikan gagasall tersebut da- T/leologica1 Dictionaly (London:
lam corpus doktlinalnya sejak pernlulaan Burns & Dates).
sebagai suatu dimensi ontologis yang Seltillanges, A.D., 1930, CatecllL~Jl1e des
perlu diakui dalam manusia yang bukan illCrLJyal1ts (Paris: f1alnnlalion).
materiel saja ..., apa pun asal gagasan Siker, J.S. (Ed.) 1994 HOl11111osexuB1ity ill
"iiwa" itu (Yunani atau lain). Tanlbahan tlle Cllllrcil. Botll . 4. )ldes of tile De-
lagi, banyak ahli KS selalu menyanlakan bate (Louisville: Westnlil1ster John
gagasan "jiwa" dengan platonisme, KJ10x Pl~SS). ~
meskipun Gereja tetap menjelaskan ba- Tl~smontant, C., 1985 Essai Sllr la CO/l-
gaimana konsepsi Ktistiani tentang Jlaisstll1Ce de Dieil (Paris: Cert).
"jiwa" sarna sekali berbeda dengan pla-
torusme.
Pendeknya : ~1t is likewise esse11lia!
to recognize that tile Scriptures are 110t
properly understood wIlen tileyare inter-
preted in a way wl1lch contradicts tile
CJll1Jcll:S- JivilIg Tradition. To be correct,
tilC infclpretaJio11 ofSclipture JI1Usf be ill
substantial accord Jvitll fllat Traditio/I."
(Siker,.,.s"., 1994), 40).

REFERENSI

Bonansea, BM., 1979, God and Atlleisnl.


A PlliJosop/lieal Approacl1 to tilC
Plvblenl of God (Washington D.C.:
Catholic Utuvel"sity of Amel;ca
Press).
Corey, M.A., 1993, God ll/ld tI,e New
COSJIIO/ogy (Lanham : RO\Vnlan &.
Littlefield Publishers Inc.).
Drost, J., 1989, "Quelques retlexions sur
la biologie a la lumiere de la foi",
dalam bunga rampai Le Savallt ef ia
Foi (Paris: l1atnmal;oll).
Gilkey, L., 1983, "The Creationist Issue",
dalanl majalah COllCiliuJl1, telltang
JURNAl Fll~AfAT. JULI 1997 58

Anda mungkin juga menyukai