PENDAHULUAN
2.1 Tonisitas
Tonisitas larutan dapat ditentukan dengaan menggunakan beberapa cara
seperti dangan menggunakan metode hemolisis, pengarug berbahai larutan obat
diperiksa berdasarkan efek yang timbul ketika disuspensikan dengan darah.
Dalam menentukan pengukuran tonisitas, Husa dan rekannya menyimpulkan
bahwa suatu larutan yang hipotonis akan membebaskan oksihemoglobin dalam
perbandingan yang sama dalam perbandingan yang sama dengan jumlah sel-sel
yang dihemolisisnya. Atas dasar tersebut dapat ditentukan factor van’t Hoff, untuk
kemudian dibandingkan dengan nilai yang diperoleh dari data krioskopik,
koefisien keaktifan dan koefisien osmosis. Metode untuk menentukan sifat
koligatif larutan, metode ini didasarkan atas pengukuran peubahan temperature
yang naik dari perbedaan tekanan uap sampel terisolasi yang ditempatkana dalam
sebuah ruang kelembapan yang tetap ( Martin, 1990 ).
Suatu larutan dikatakan isotonis terhadap cairan lainnya bila memiliki
tekanan tekakan osmosa yang sama. Bila cairan yang satu tekanan osmosanya
lebih tinggi dari pada yang lain, maka cairan yang lebih tinggi dikatakan
hipertonis terhadap yang lebih rendah. Sebaliknya cairan yang memiliki tekanan
osmosa yang lebih rendah disebut hipotonis terhadap caitan yang lebiih tinggi
tekanan oamosanya ( Mirawati, 2014 ).
Keterangan :
Liso = harga tetapan
m = berat zat terlarut
v = volume larutan
Contoh soal :
Antazolin Hidroklorida 0,5%
Benzalkonium klorida 0,01%
NaH2PO4 0,055%
Na2HPO4 1,04%
Aqua pro injeksi ad 75 mL
(E Antazolin HCl = 0,23 ; E Benzalkonium = 0,16)
Jawaban :
Tidak ada data ekivalensi NaCl untuk dapar fosfat, maka digunakan
metode Liso
Liso NaH2PO4 = 3,4, BM : 141,96
3,4
E = 17 141,96= 0,41
2.4 Osmosis
Osmosis adalah perpindahan zat ke larutan lain melalui semipermiabel
biasanya terjadi dari larutan yang konsentrasi yang kurang pekat ke larutan
dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedangkan solven
larutannya. Air merupakan solven, sedangkan garam adalah solut. Proses osmosis
penting dalam mengatur keseimbangan cairan eksta dan intra sel.
Sistem reverse osmosis menggunakan pompa untuk menghasilkan tekanan
yang lebih tinggi dari tekanan osmosis untuk mendorong air dari tekanan tinggi
melalui membran semipermiabel menuju ke daerah yang mempunyai tekanan
yang rendah.
Semakin tinggi konsentrasi zat terlarut dalam larutan, semakin rendah
konsentrasi air dalam larutan itu. Membran sel relatif inpermeabel terhadap zat
terlarut tapi sangat permeabel terhadap air, maka air berdifusi melintasi membran
sel menuju daerah dengan konsentrasi zat terlalu tinggi. Jika satu zat terlarut
seperti natrium atau klorida ditambahkan kedalam cairan ekstraseluler, maka air
akan berdifusi dari sel ke ruang ekstraseluler.
Besar tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah osmosis disebut dengan
tekanan osmotik. Tekanan osmotik bukan merupakan tekanan yang menimbulkan
difusi akhir air melalui membran. Sebaliknya tekanan osmotik sama dengan besar
tekanan yang harus diberikan untuk mencegah difusi akhir melalui membran.
Semakin tinggi tekanan osmotik suatu larutan konsentrasi zat terlarut semakin
tinggi dan konsentrasi air semakin rendah. Jika tekanan osmotik berbanding
langsung terhadap konsentrasi partikel yang aktif secara osmotik dalam cairan dan
berbanding terbanding terhadap konsentrasi air.
Contoh soal :
lar. Dextrose 6%
Osmolaritas
𝑔 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
M osmole/liter = 𝑥 1000 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑜𝑛
𝐵𝑀 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
60
= 198 𝑥 1000 𝑥 1
= 303,030 m Osmole/L
DAFTAR PUSTAKA