Kasus:
Tn. X umur 50 tahun memeriksakan diri pada hari Senin, tanggal 6 April 2020, pukul
08.00 WIB di Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya. Tn. X mengeluh mudah haus, sering
BAK, dan mudah lelah. Tn. X mengatakan nafsu makannya agak kurang selama 7 hari ini
dan hanya mampu menghabiskan ¼ porsi dari makanan yang disediakan. Tn. X
mengatakan ibunya mempunyai riwayat Diabetes Melitus Tipe 2. Tn. X juga mengeluh
mudah merasa lelah. Tn. X tinggal serumah bersama isteri dan satu orang anaknya di dekat
Pasar Rajawali. Tn. X tampak bingung saat ditanya tentang kondisi penyakitnya dan
penanganannya. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu yaitu 250 mg/dl. Berat badan Tn. X
saat ini 50 kg dan tinggi badannya 168 cm, TD 120/80 mmHg, Nadi 72 x/mnt teratur, RR
14 x/mnt, dan Suhu 36,5C. Kulit tampak kering dan turgor agak kurang. Besok harinya
Selasa, tanggal 7 April 2020, Tn. X dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil
> 160 mg/dl, dan gula darah 2 jpp > 240 mg/dl.
Pertanyaan:
1. Identifikasi analisa data pada kasus di atas!
Data Fokus
Masalah Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
Nomor
Diagnosis Tujuan/ Kriteria Hasil
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan
4. Dokumentasikan implementasi keperawatan pada kasus tersebut!
TTV:
TD 120/80 mmHg,
Nadi 72 x/mnt
teratur,
RR 14 x/mnt, dan
Suhu 36,5C.
DS : Gangguan pemenuhan intake makanan yang kurang
- Klien mengatakan nutrisi
nafsu makannya
agak kurang selama
7 hari ini dan hanya
mampu
menghabiskan ¼
porsi dari makanan
yang disediakan
DO :
Berat badan klien
saat ini 50 kg dan
tinggi badan 168 cm.
TTV:
TD 120/80 mmHg,
Nadi 72 x/mnt
teratur,
RR 14 x/mnt, dan
Suhu 36,5C.
DS : Defisit pengetahuan kurang terpapar informasi
Klien tinggal serumah
bersama isteri dan satu
orang anaknya di dekat
Pasar Rajawali
DO :
Klien tampak bingung
saat ditanya tentang
kondisi penyakitnya dan
penanganannya
Hasil pemeriksaan gula
darah sewaktu yaitu 250
mg/dl, gula darah puasa
> 160 mg/dl, dan gula
darah 2 jpp > 240
mg/dl.
2. Diangnosa
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah bd gangguan toleransi glukosa darah dd
nilai gula darah sewaktu yaitu 250 mg/dl, gula darah puasa > 160 mg/dl, dan
gula darah 2 jpp > 240 mg/dl.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
3. Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi dd px tampak bingung saat
ditanya tentang kondisi penyakitnya dan penanganannya
3. Intervensi
No. Tujuan/ Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
Diagnosis
Keperawa
tan
Dx : 1 Tujuan : 1. Monitor kadar 1. Mengetahui
Setelah dilakukan tindakan glukosa darah tindak lanjut
asuhan keperawatan 2. Monitor tanda dan perawatan yang
diharapkan kadar glukosa gejala diberikan
darah dalam batas normal hiperglikemia 2. Mengetahui
3. Monitor keton tindak lanjut
Kriteria hasil : dalam urine perawatan yang
1. Kadar glukosa darah 4. Monitor status diberikan
dalam batas normal cairan 3. Mencegah
2. Tidak ada tanda dan 5. Kolaborasi terjadinya
gejala pemberian komplikasi lebih
hiperglikemia/hipogli rehidrasi cairan lanjut
kemia 6. Kolaborasi 4. Mengurangi
pemberian insulin faktor-faktor
yang dapat
menyebabkan
gula darah tidak
stabil
5. Meningkatkan
kepatuhan pasien
mengenai
intervensi yang
diberikan
6. Meningkatkan
kepatuhan pasien
mengenai
intervensi yang
diberikan
Dx : 2 Tujuan : 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk
Setelah dilakukan tindakan dan kebiasaan mengetahui
asuhan keperawatan makan. tentang keadaan
diharapkan Gangguan 2. Anjurkan pasien dan kebutuhan
pemenuhan nutrisi dapat untuk mematuhi nutrisi pasien
berkurang/teratasi diet yang telah sehingga dapat
diprogramkan diberikan
Kriteria hasil : tindakan dan
3. Timbang berat
1. Berat badan dan pengaturan diet
badan setiap
tinggi badan ideal. yang adekua
seminggu sekali.
2. Pasien mematuhi 2. Kepatuhan
4. Identifikasi
dietnya. terhadap diet
perubahan pola
dapat mencegah
3. Kadar gula darah makan.
komplikasi
dalam batas 5. Kerja sama dengan
terjadinya
normal. tim kesehatan lain
hipoglikemia/hip
4. Tidak ada tanda- untuk pemberian
erglikemia
tanda insulin dan diet
hiperglikemia/hipo 3. Mengetahui
diabetik
glikemia. perkembangan
berat badan
pasien ( berat
badan merupakan
salah satu
indikasi untuk
menentukan
diet ).
4. Mengetahui
apakah pasien
telah
melaksanakan
program diet
yang ditetapkan.
5. Pemberian
insulin akan
meningkatkan
pemasukan
glukosa ke dalam
jaringan sehingga
gula darah
menurun,pemberi
an diet yang
sesuai dapat
mempercepat
penurunan gula
darah dan
mencegah
komplikasi
Dx : 3 Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Untuk
Setelah dilakukan tindakan pengetahuan memberikan
asuhan keperawatan pasien tentang informasi yang
diharapkan pengetahuan penyakit, tepat pada pasien
klien bertambah dengan prognosa, dan dan menghindari
pengobatannya kejemuan
Kriteria hasil : 2. Lakukan informasi.
1. Klien menunjukkan pemberian 2. Memberikan
peningkatan pendidikan informasi yang
pengetahuan kesehatan secara akurat dan
mengenai penyakit bertahap dan bermakna bagi
2. Klien menunjukkan sesuai rencana pasien dan bagi
perubahan perilaku pada satuan acara perawat dapat
3. Adanya dukungan pembelajaran mengetahui
dari keluarga (SAP). perkembangan
3. Diskusikan pengetahuan
bersama pasien pasien dengan
tentang pasti.
penyakitnya. 3. Memberikan
4. Tinjau ulang pengetahuan
program dasar dimana
pengobatan. pasien cepat
membuat
pertimbangan
dalam memilih
gaya hidup
4. Pemahaman
tentang semua
aspek
penggunaan obat
meningkatkan
penggunaan yang
tepat.
4. Implementasi
No Tanggal/Ja No. Pelaksanaan/Tindakan Evaluasi Nam
. m Diagnosis Keperawatan Tindakan/Respo a
Keperawata ns Klien Mhs
n
1. Dx : 1 1. Memonitor kadar 1. Klien tampak
glukosa darah tenang, hasil
2. Memonitor tanda dan gula darah
gejala hiperglikemia sewaktu yaitu
3. Memonitor keton 250 mg/dl,
dalam urine gula darah
4. Memonitor status puasa > 160
cairan mg/dl, dan
5. Berkolaborasi gula darah 2
pemberian rehidrasi jpp > 240
cairan mg/dl
6. Berkolaborasi 2. Klien
pemberian insulin mengatakan
sering haus,
lapar, sering
kecing
3. Klien tampak
terlihat lelah
4. Klien tampak
mengerti
2. Dx : 2 1. Mengkaji status 1. Klien
nutrisi dan mengatakan
kebiasaan makan. nafsu
2. Menganjurkan makannya
pasien untuk agak kurang
mematuhi diet 2. Klien tampak
yang telah lelah
diprogramkan 3. Hasil BB: 50
3. Menimbang berat kg
badan setiap 4. Klien
seminggu sekali. kooperatif
4. Mengidentifikasi
perubahan pola
makan.
5. Bekerja sama
dengan tim
kesehatan lain
untuk pemberian
insulin dan diet
diabetik
3. Dx : 3 1. Mengkaji tingkat 1. Klien tampak
pengetahuan pasien tenang
tentang penyakit, 2. Klien
prognosa, dan kooperatif
pengobatannya 3. Klien mampu
2. Melakukan pemberian menjawab
pendidikan kesehatan beberapa
secara bertahap dan pertanyaan
sesuai rencana pada yang
satuan acara diberikan
pembelajaran (SAP).
3. Berdiskusikan
bersama pasien
tentang penyakitnya.
4. Meninjau ulang
program pengobatan.
5. Evaluasi
No.
Nama
Tanggal/Jam Diagnosis Catatan Perkembangan (S.O.A.P./ S.O.A.P.I.E.R)
mhs
Keperawatan
Dx : 1 Subjective:
a. Pasien mengatakan tidak merasakan tanda dan
gejala hiperglikemia/hipoglikemia
b. Pasien mengatakan dapat mengontrol kadar
gula darahnya
c. Pasien mengatakan mengetahui tanda dan
gejala diabetes melitus
Objective:
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal
b. tidak tampak tanda hiperglikemia/hipoglikemia
Assesment:
Masalah Teratasi
Plan:
Intervensi dihentikan
Dx : 2 Subjective:
a. Klien mengatakan dapat mematuhi ajuran diet
yang diberikan
b. Klien mengatakan nafsu makan bertambah
c. Klien mengatakan dapat mengatur pola makan
dengan baik
Objective:
a. Berat badan berkurang
b. IMT berkurang
Assesment:
Masalah teratasi
Plan:
Intervensi dihentikan
Dx : 3 Subjective:
Klien mengatakan mengerti dan paham apa yang
disampaikan
Objective:
1. Tampak klien tenang
2. Tampak klien termotivasi setelah diberikan
pendidikan kesehatan
3. TTV dalam batas normal
Assesment:
Masalah Teratasi
Plan:
Intervensi dihentikan
Sub Pokok Bahasan : Mengenal Tanda dan gejala Diabetes Melitus Tipe 2
Sasaran : Tn.X
Tempat : Puskesmas Kayon Palangka Raya
Waktu : 30 menit
I. LATAR BELAKANG
Prevalensi diabetes melitus meningkat secara global teristimewa menjadi
perhatian di negara Asia. Perkiraan secara global 366 juta individu yang
diabetes melitus. Perkiraan di tahun 2020 penyakit ini merujuk kepada
kematian dari 7 orang dari setiap 10 orang di negara berkembang.
II. TUJUAN
III. SASARAN
Tn. X usia 50 Tahun
IV. MATERI
(Terlampir)
V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Media
Media yang digunakan dalam Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitus ini
adalah:
a. Leaflet
Menjelaskan komplikasi
Diabetes Melitus tipe 2
3. 10 Evaluasi :
VIII. PENGORGANISASIAN
Pamateri : Muhammad Sidik
IX. EVALUASI
1. Prosedur: Pre test dan post test
2. Jenis Test: Lisan
3. Butir Soal:
a. Jelaskan pengertian Diabetes Melitus tipe 2
b. Jelaskan penyebab terjadinya Diabetes Melitus tipe 2
c. Sebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus tipe 2
d. Sebutkan komplikasi Diabetes Melitus tipe 2
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian
Diabetes melitus atau merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah.(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, DM adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. (Fadma dkk, 2014).
Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat sekresi
insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. (Slamet, Suyono dkk,
2009).
Diabetes melitus tipe 2 – yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung
insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa
– merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Penyakit diabetes
melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana
terdapat defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas. Gejala
klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih, dan lapar terus-menerus.
Diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai
normal. Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon
insulin secara normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang membantu
gula (glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi energi.
Pasien diabetes tipe 2 dapat merasakan berbagai gejala, beberapa di antaranya
adalah timbulnya bagian tubuh yang menghitam, luka sulit sembuh, hingga
penglihatan kabur. Namun, gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu lama untuk
dapat muncul dan dirasakan penderitanya. Bahkan, kondisi ini berpotensi besar tidak
disadari hingga komplikasi terjadi.
a) Sering kecing
b) Mudah lapar dan haus
c) Berat badan menurun
d) Cepat lelah dan mengantuk
e) Luka sulit sembuh
f) Penglihatan kabur dan sering berganti kacamata
g) Gatal –gatal sekitar kemaluan
h) Melahirkan bayi 4 kg
i) Impoten
j) Kesemutan
D. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan
kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu: (Restiyana, 2015)
a) Komplikasi akut
1. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal
(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
2. Hiperglikemi, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara
lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis.
b) Komplikasi Kronis
1. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
2. Komplikasi mikrovaskuler, seperti neuropati (kerusakan syaraf) dikaki
yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan
untuk dilakukan amputasi kaki. Retinopati diabetikum yang merupakan
salah satu penyebab utama kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh
darah kecil diretina. Nefropati yang merupakan penyebab gagal utama
pada ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Sidartawan Soegondo dkk. 2009. Buku Penatalaksanaan Diabetes melitus Terpadu.
Jakarta:FKUI
Fatimah, Restiyana N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Lampung diunduh dari www.e-
jurnal.com/2015/05/diabetes-melitus-tipe-2.htmlpada tanggal 09 April 2020
Richardo Betteng dkk. 2015. Analisis Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2. Di unduh
dari . http://id.portalgaruda.org/ . Pada tanggal 09 April 2020
Anonim. 2014. Faktor-faktor resiko DM. Pengertian, Penyebab dan Pencegahan Diabetes
Melitus. Di unduh dari http://www.sehatdengaherbal.com/pengertian-penyebab-gejala-
dan-cara-pencegahan-penyakit-diabetes-melitus/ . Pada tanggal 09 April 2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).
Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar
glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).
Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)
Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta
yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat
menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang
kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan
kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya
atau tidak diproduksi.
Faktor Resiko :
a. Riwayat Keluarga
b. Obesitas
c. Usia
d. Kurangnya Aktivitas Fisik
e. Suka Merokok
f. Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
g. Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
h. Masa Kehamilan
i. Ras Tertentu
j. Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
k. Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia
Klasifikasi :
1) Diabetes Tipe I
2) Diabetes Tipe II
3) Diabetes Gestasional
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM
pada kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian
dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok
resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang
tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM DM
Belum pasti DM
Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200
Kadar glukosa
darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126
5. Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit.
5. MANIFESTASI KLINIS
Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai
ke air kemih.
Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).
Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas,
mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan
khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang
air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).
6. PENATALAKSANAAN
1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan
penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin.
Selain itu, untuk mencapai pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM
dibutuhkan perubahan perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:
c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman
dan teratur
Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan
makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang
cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak
jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber
zat tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun
penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan
karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan
karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar
dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat
kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti
gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang
tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar gula darah.
Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila makan makanan
yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang mengandung banyak serat
makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti
apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan
& mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein hewani &
protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh
karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau
telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu
dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati
rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat
membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang
sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas
tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga
merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber
vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah
sehari. Susumerupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat, dan
vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau
rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1
penuh takar susu.
3. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan
berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali
gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak.
c. Golongan Glitazone
Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin
yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada
mereka dengan gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.
5. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal
dengan pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress
berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang
berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.
7. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A. Pengkajian
Sirkulasi :
Eliminasi :
Nutrisi :
Neurosensori :
Nyeri :
Pembengkakan perut, meringis.
Respirasi :
Keamanan :
Seksualitas :
Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat
secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Berikan perawatan kulit dengan teratur dan Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
sungguh-sungguh menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi
kulit dan infeksi.
D. Implementasi Keperawatan
E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28).
DAFTAR PUSTAKA
CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:
Hotma Purmoharjo, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Endokrin, EGC, Jakarta.
Marylinn E. Doenges, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC Jakarta.