Anda di halaman 1dari 36

Studi Kasus DM tipe 2 Tanpa Komplikasi

Kasus:
Tn. X umur 50 tahun memeriksakan diri pada hari Senin, tanggal 6 April 2020, pukul
08.00 WIB di Puskesmas Kayon Kota Palangka Raya. Tn. X mengeluh mudah haus, sering
BAK, dan mudah lelah. Tn. X mengatakan nafsu makannya agak kurang selama 7 hari ini
dan hanya mampu menghabiskan ¼ porsi dari makanan yang disediakan. Tn. X
mengatakan ibunya mempunyai riwayat Diabetes Melitus Tipe 2. Tn. X juga mengeluh
mudah merasa lelah. Tn. X tinggal serumah bersama isteri dan satu orang anaknya di dekat
Pasar Rajawali. Tn. X tampak bingung saat ditanya tentang kondisi penyakitnya dan
penanganannya. Hasil pemeriksaan gula darah sewaktu yaitu 250 mg/dl. Berat badan Tn. X
saat ini 50 kg dan tinggi badannya 168 cm, TD 120/80 mmHg, Nadi 72 x/mnt teratur, RR
14 x/mnt, dan Suhu 36,5C. Kulit tampak kering dan turgor agak kurang. Besok harinya
Selasa, tanggal 7 April 2020, Tn. X dilakukan pemeriksaan gula darah puasa dengan hasil
> 160 mg/dl, dan gula darah 2 jpp > 240 mg/dl.

Pertanyaan:
1. Identifikasi analisa data pada kasus di atas!
Data Fokus
Masalah Kemungkinan Penyebab
(Subjektif dan Objektif)
       
       
       

2. Buatlah daftar diagnosis keperawatan berdasarkan kasus tersebut! (minimal 3 diagnosis


keperawatan)

3. Susunlah rencana keperawatan pada kasus tersebut berdasarkan diagnosis keperawatan


yang sudah dibuat!

Nomor
Diagnosis Tujuan/ Kriteria Hasil
Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan

           
 
         
           
4. Dokumentasikan implementasi keperawatan pada kasus tersebut!

No.Diagnosis Pelaksanaan/Tindakan Evaluasi


No. Tanggal/jam Keperawatan Keperawatan Tindakan/Respons Klien Nama mhs

           

           

           

5. Dokumentasikan catatan perkembangan (S.O.A.P./S.O.A.P.I.E.R.) pada kasus tersebut!

Nomor Diagnosis Nama mhs


Tanggal/Jam Catatan Perkembangan (S.O.A.P./ S.O.A.P.I.E.R)
Keperawatan
                             
             
             
             

6. Buatlah Satuan Acara Penyuluhan (SAP) pada Tn. X tersebut!

7. Buatlah Laporan Pendahuluan tentang Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan


Diabetes Melitus Tipe 2 Tanpa Komplikasi yang meliputi Konsep Dasar Diabetes
Melitus Tipe 2 Tanpa Komplikasi dan Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Pasen
dengan Diabetes Melitus Tipe 2 Tanpa Komplikasi!

***Selamat Mengerjakan & Semoga Sukses***


JAWABAN

1. Identifikasi Analisa Data

Data Fokus Masalah Kemungkinan Penyebab


(Subjektif dan Objektif)
DS : Ketidakstabilan kadar gula Gangguan toleransi glukosa
 klien juga mengeluh darah darah, dengan nilai gula
mudah lelah, mudah darah sewaktu yaitu 250
haus, dan sering mg/dl, gula darah puasa >
kencing. 160 mg/dl, dan gula darah 2
 klien mengatakan jpp > 240 mg/dl.
ibunya mempunyai
riwayat Diabetes
Melitus Tipe 2
DO :
- hasil pemeriksaan
gula darah sewaktu
yaitu 250 mg/dl, gula
darah puasa > 160
mg/dl, dan gula
darah 2 jpp > 240
mg/dl.

 TTV:
 TD 120/80 mmHg,
 Nadi 72 x/mnt
teratur,
 RR 14 x/mnt, dan
Suhu 36,5C.
DS : Gangguan pemenuhan intake makanan yang kurang
- Klien mengatakan nutrisi
nafsu makannya
agak kurang selama
7 hari ini dan hanya
mampu
menghabiskan ¼
porsi dari makanan
yang disediakan
DO :
 Berat badan klien
saat ini 50 kg dan
tinggi badan 168 cm.
 TTV:
 TD 120/80 mmHg,
 Nadi 72 x/mnt
teratur,
 RR 14 x/mnt, dan
Suhu 36,5C.
DS : Defisit pengetahuan kurang terpapar informasi
 Klien tinggal serumah
bersama isteri dan satu
orang anaknya di dekat
Pasar Rajawali
DO :
 Klien tampak bingung
saat ditanya tentang
kondisi penyakitnya dan
penanganannya
 Hasil pemeriksaan gula
darah sewaktu yaitu 250
mg/dl, gula darah puasa
> 160 mg/dl, dan gula
darah 2 jpp > 240
mg/dl.

2. Diangnosa
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah bd gangguan toleransi glukosa darah dd
nilai gula darah sewaktu yaitu 250 mg/dl, gula darah puasa > 160 mg/dl, dan
gula darah 2 jpp > 240 mg/dl.
2. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
3. Defisit pengetahuan bd kurang terpapar informasi dd px tampak bingung saat
ditanya tentang kondisi penyakitnya dan penanganannya

3. Intervensi
No. Tujuan/ Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
Diagnosis
Keperawa
tan
Dx : 1 Tujuan : 1. Monitor kadar 1. Mengetahui
Setelah dilakukan tindakan glukosa darah tindak lanjut
asuhan keperawatan 2. Monitor tanda dan perawatan yang
diharapkan kadar glukosa gejala diberikan
darah dalam batas normal hiperglikemia 2. Mengetahui
3. Monitor keton tindak lanjut
Kriteria hasil : dalam urine perawatan yang
1. Kadar glukosa darah 4. Monitor status diberikan
dalam batas normal cairan 3. Mencegah
2. Tidak ada tanda dan 5. Kolaborasi terjadinya
gejala pemberian komplikasi lebih
hiperglikemia/hipogli rehidrasi cairan lanjut
kemia 6. Kolaborasi 4. Mengurangi
pemberian insulin faktor-faktor
yang dapat
menyebabkan
gula darah tidak
stabil
5. Meningkatkan
kepatuhan pasien
mengenai
intervensi yang
diberikan
6. Meningkatkan
kepatuhan pasien
mengenai
intervensi yang
diberikan
Dx : 2 Tujuan : 1. Kaji status nutrisi 1. Untuk
Setelah dilakukan tindakan dan kebiasaan mengetahui
asuhan keperawatan makan. tentang keadaan
diharapkan Gangguan 2. Anjurkan pasien dan kebutuhan
pemenuhan nutrisi dapat untuk mematuhi nutrisi pasien
berkurang/teratasi diet yang telah sehingga dapat

diprogramkan diberikan
Kriteria hasil : tindakan dan
3. Timbang berat
1. Berat badan dan pengaturan diet
badan setiap
tinggi badan ideal. yang adekua
seminggu sekali.
2. Pasien mematuhi 2. Kepatuhan
4. Identifikasi
dietnya. terhadap diet
perubahan pola
dapat mencegah
3. Kadar gula darah makan.
komplikasi
dalam batas 5. Kerja sama dengan
terjadinya
normal. tim kesehatan lain
hipoglikemia/hip
4. Tidak ada tanda- untuk pemberian
erglikemia
tanda insulin dan diet
hiperglikemia/hipo 3. Mengetahui
diabetik
glikemia. perkembangan
berat badan
pasien ( berat
badan merupakan
salah satu
indikasi untuk
menentukan
diet ).
4. Mengetahui
apakah pasien
telah
melaksanakan
program diet
yang ditetapkan.
5. Pemberian
insulin akan
meningkatkan
pemasukan
glukosa ke dalam
jaringan sehingga
gula darah
menurun,pemberi
an diet yang
sesuai dapat
mempercepat
penurunan gula
darah dan
mencegah
komplikasi
Dx : 3 Tujuan : 1. Kaji tingkat 1. Untuk
Setelah dilakukan tindakan pengetahuan memberikan
asuhan keperawatan pasien tentang informasi yang
diharapkan pengetahuan penyakit, tepat pada pasien
klien bertambah dengan prognosa, dan dan menghindari
pengobatannya kejemuan
Kriteria hasil : 2. Lakukan informasi.
1. Klien menunjukkan pemberian 2. Memberikan
peningkatan pendidikan informasi yang
pengetahuan kesehatan secara akurat dan
mengenai penyakit bertahap dan bermakna bagi
2. Klien menunjukkan sesuai rencana pasien dan bagi
perubahan perilaku pada satuan acara perawat dapat
3. Adanya dukungan pembelajaran mengetahui
dari keluarga (SAP). perkembangan
3. Diskusikan pengetahuan
bersama pasien pasien dengan
tentang pasti.
penyakitnya. 3. Memberikan
4. Tinjau ulang pengetahuan
program dasar dimana
pengobatan. pasien cepat
membuat
pertimbangan
dalam memilih
gaya hidup
4. Pemahaman
tentang semua
aspek
penggunaan obat
meningkatkan
penggunaan yang
tepat.

4. Implementasi
No Tanggal/Ja No. Pelaksanaan/Tindakan Evaluasi Nam
. m Diagnosis Keperawatan Tindakan/Respo a
Keperawata ns Klien Mhs
n
1. Dx : 1 1. Memonitor kadar 1. Klien tampak
glukosa darah tenang, hasil
2. Memonitor tanda dan gula darah
gejala hiperglikemia sewaktu yaitu
3. Memonitor keton 250 mg/dl,
dalam urine gula darah
4. Memonitor status puasa > 160
cairan mg/dl, dan
5. Berkolaborasi gula darah 2
pemberian rehidrasi jpp > 240
cairan mg/dl
6. Berkolaborasi 2. Klien
pemberian insulin mengatakan
sering haus,
lapar, sering
kecing
3. Klien tampak
terlihat lelah
4. Klien tampak
mengerti
2. Dx : 2 1. Mengkaji status 1. Klien
nutrisi dan mengatakan
kebiasaan makan. nafsu
2. Menganjurkan makannya
pasien untuk agak kurang
mematuhi diet 2. Klien tampak
yang telah lelah
diprogramkan 3. Hasil BB: 50
3. Menimbang berat kg
badan setiap 4. Klien
seminggu sekali. kooperatif
4. Mengidentifikasi
perubahan pola
makan.
5. Bekerja sama
dengan tim
kesehatan lain
untuk pemberian
insulin dan diet
diabetik
3. Dx : 3 1. Mengkaji tingkat 1. Klien tampak
pengetahuan pasien tenang
tentang penyakit, 2. Klien
prognosa, dan kooperatif
pengobatannya 3. Klien mampu
2. Melakukan pemberian menjawab
pendidikan kesehatan beberapa
secara bertahap dan pertanyaan
sesuai rencana pada yang
satuan acara diberikan
pembelajaran (SAP).
3. Berdiskusikan
bersama pasien
tentang penyakitnya.
4. Meninjau ulang
program pengobatan.

5. Evaluasi
No.
Nama
Tanggal/Jam Diagnosis Catatan Perkembangan (S.O.A.P./ S.O.A.P.I.E.R)
mhs
Keperawatan
Dx : 1 Subjective:
a. Pasien mengatakan tidak merasakan tanda dan
gejala hiperglikemia/hipoglikemia
b. Pasien mengatakan dapat mengontrol kadar
gula darahnya
c. Pasien mengatakan mengetahui tanda dan
gejala diabetes melitus

Objective:
a. Kadar glukosa darah dalam batas normal
b. tidak tampak tanda hiperglikemia/hipoglikemia

Assesment:
Masalah Teratasi

Plan:
Intervensi dihentikan
Dx : 2 Subjective:
a. Klien mengatakan dapat mematuhi ajuran diet
yang diberikan
b. Klien mengatakan nafsu makan bertambah
c. Klien mengatakan dapat mengatur pola makan
dengan baik
Objective:
a. Berat badan berkurang
b. IMT berkurang
Assesment:
Masalah teratasi

Plan:
Intervensi dihentikan
Dx : 3 Subjective:
Klien mengatakan mengerti dan paham apa yang
disampaikan

Objective:
1. Tampak klien tenang
2. Tampak klien termotivasi setelah diberikan
pendidikan kesehatan
3. TTV dalam batas normal
Assesment:
Masalah Teratasi

Plan:
Intervensi dihentikan

1. Satuan Acara Penyuluhan

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus Tipe 2

Sub Pokok Bahasan : Mengenal Tanda dan gejala Diabetes Melitus Tipe 2

Sasaran : Tn.X
Tempat : Puskesmas Kayon Palangka Raya

Hari/Tanggal : April 2020

Waktu : 30 menit

Penyuluh : Mahasiswa Sarjana Keperawatan Poltekkes Palangka Raya

I. LATAR BELAKANG
Prevalensi diabetes melitus meningkat secara global teristimewa menjadi
perhatian di negara Asia. Perkiraan secara global 366 juta individu yang
diabetes melitus. Perkiraan di tahun 2020 penyakit ini merujuk kepada
kematian dari 7 orang dari setiap 10 orang di negara berkembang.

Indonesia, masuk ke dalam peringkat 6 angka kejadian diabetes melitus


terbanyak di dunia.Dalam Diabetes Atlas 2000 (International Diabetes
Federation) tercantum perkiraan penduduk Indonesia diatas 20 tahun sebesar
125 juta dan dengan asumsi prevalensi DM 4,6%, diperkirakan pada tahun 2000
berjumlah 5,6 juta. Berdasarkan pola perambahan penduduk seperti ini,
diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk
berusia diatas 20 tahun da dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4,6% akan
didapatkan 8,2% juta pasien diabetes.
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen
genetik dan linkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya penyakit
tersebut.Pengaruh faktor genetik terhadap penyakit ini dapat terlihat jelas
dengan tingginya penderita diabetes yang berasal dari orang tua yang memiliki
riwayat diabetes melitus sebelumnya. Diabetes melitus tipe 2 sering juga di
sebut diabetes life style karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor
lingkungan meliputi usia, obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik,
dan gaya hidup penderita yang tidak sehat juga bereperan dalam terjadinya
diabetes ini.Perkembangan diabetes melitus tipe 2 yang lambat, sering kali
membuat gejala dan tanda-tandanya tidak jelas.

II. TUJUAN

A. Tujuan Instruksional Umum (TIU)


Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, Tn. X diharapkan
mampu mengenal tanda dan gejala mengenai diabetes Melitus.

B. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)


Setelah proses penyuluhan kesehatan tentang Diabetes Melitus, diharapkan Tn.
X mampu :
1. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus tipe 2
2. Menjelaskan penyebab terjadinya diabetes mellitus tipe 2
3. Menyebutkan tanda dan gejala diabetes mellitus tipe 2
4. Menyebutkan Komplikasi Diabetes Melitus tipe 2

III. SASARAN
Tn. X usia 50 Tahun

IV. MATERI
(Terlampir)

V. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

VI. MEDIA
1. Media
Media yang digunakan dalam Penyuluhan Kesehatan Diabetes Melitus ini
adalah:

a. Leaflet

VII. KEGIATAN PENYULUHAN

No. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN


PESERTA
1. 3 Pembukaan :

Menit  Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam


mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Menyebutkan materi yang akan
 Memperhatikan
diberikan
2. 15 Pelaksanaan :

menit  Menggali pengetahuan Tn. X  Memperhatikan


tentang Diabetes Melitus tipe  Memperhatikan
2  Bertanya dan
 Menjelaskan pengertian menjawab
Diabetes Melitus tipe 2 pertanyaan yang
diajukan
 Menyebutkan penyebab
 Memperhatikan
terjadinya Diabetes Melitus
tipe 2  Bertanya dan
menjawab
 Menyebutkan tanda dan gejala
pertanyaan yang
Diabetes Melitus tipe 2
diajukan

 Menjelaskan komplikasi
Diabetes Melitus tipe 2
3. 10 Evaluasi :

Menit  Menanyakan kepada Tn. X  Menjawab


tentang materi yang telah pertanyaan
diberikan, dan reinforcement
kepada Tn. X yang dapat
menjawab pertanyaan.
4. 2 Terminasi :

Menit  Mengucapkan terimakasih atas  Mendengarkan


peran serta peserta.
 Mengucapkan salam penutup
 Menjawab salam

VIII. PENGORGANISASIAN
Pamateri : Muhammad Sidik
IX. EVALUASI
1. Prosedur: Pre test dan post test
2. Jenis Test: Lisan
3. Butir Soal:
a. Jelaskan pengertian Diabetes Melitus tipe 2
b. Jelaskan penyebab terjadinya Diabetes Melitus tipe 2
c. Sebutkan tanda dan gejala Diabetes Melitus tipe 2
d. Sebutkan komplikasi Diabetes Melitus tipe 2

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian
Diabetes melitus atau merupakan penyakit gangguan metabolik menahun
akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak menggunakan
insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur
keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa
dalam darah.(Kementerian Kesehatan RI, 2014).
Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, DM adalah suatu
kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. (Fadma dkk, 2014).

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat sekresi
insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin. (Slamet, Suyono dkk,
2009).
Diabetes melitus tipe 2 – yang dahulu disebut diabetes melitus tidak tergantung
insulin (non-insulin-dependent diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes onset dewasa
– merupakan kelainan metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang
tinggi dalam konteks resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif. Penyakit diabetes
melitus jenis ini merupakan kebalikan dari diabetes melitus tipe 1, yang mana
terdapat defisiensi insulin mutlak akibat rusaknya sel islet di pankreas. Gejala
klasiknya antara lain haus berlebihan, sering berkemih, dan lapar terus-menerus.
Diabetes tipe 2 adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah melebihi nilai
normal. Tingginya kadar gula darah disebabkan tubuh tidak menggunakan hormon
insulin secara normal. Hormon insulin itu sendiri adalah hormon yang membantu
gula (glukosa) masuk ke dalam sel tubuh untuk diubah menjadi energi.
Pasien diabetes tipe 2 dapat merasakan berbagai gejala, beberapa di antaranya
adalah timbulnya bagian tubuh yang menghitam, luka sulit sembuh, hingga
penglihatan kabur. Namun, gejala-gejala tersebut membutuhkan waktu lama untuk
dapat muncul dan dirasakan penderitanya. Bahkan, kondisi ini berpotensi besar tidak
disadari hingga komplikasi terjadi.

    Bukan DM Belum pasti DM DM


(mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥ 200 
darah sewaktu
(mg/dl)
Darah <90 90-199 ≥ 200 
kapiler
Kadar glukosa Plasma vena <100 100-125 ≥126 
darah puasa
Darah <90 90-99 ≥100 
(mg/dl)
kapiler
Kadar glukosa < 140 140-199 ≥ 200
darah 2 jam
(mg/dl)

B. Penyebab Diabetes Tipe 2


Diabetes tipe 2 penurunan sekresi itu disebabkan oleh kurangnya fungsi sel
beta yang progresif akibat glukotoksisitas , lipotoksisitas, tumpukan amilod dan
faktor-faktor lain yang disebabkan oleh resistensi insulin disamping faktor usia dan
genetik.
Diabetes tipe 2 disebabkan oleh resistensi (kebal) terhadap insulin.
Menyebabkan kadar gula darah menjadi tinggi, penyebabnya karena pola gaya hidup
yang tidak sehat

C. Tanda dan gejala

a) Sering kecing
b) Mudah lapar dan haus
c) Berat badan menurun
d) Cepat lelah dan mengantuk
e) Luka sulit sembuh
f) Penglihatan kabur dan sering berganti kacamata
g) Gatal –gatal sekitar kemaluan
h) Melahirkan bayi 4 kg
i) Impoten
j) Kesemutan

D. Komplikasi
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan
kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori,
yaitu: (Restiyana, 2015)

a) Komplikasi akut
1. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal
(< 50 mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita DM tipe 1
yang dapat dialami 1-2 kali per minggu, kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan.
2. Hiperglikemi, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara
lain ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik (KHNK) dan
kemolakto asidosis.
b) Komplikasi Kronis
1. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak (pembekuan darah
pada sebagian otak), mengalami penyakit jantung koroner (PJK), gagal
jantung kongetif, dan stroke.
2. Komplikasi mikrovaskuler, seperti neuropati (kerusakan syaraf) dikaki
yang meningkatkan kejadian ulkus kaki, infeksi dan bahkan keharusan
untuk dilakukan amputasi kaki. Retinopati diabetikum yang merupakan
salah satu penyebab utama kebutaan, terjadi akibat kerusakan pembuluh
darah kecil diretina. Nefropati yang merupakan penyebab gagal utama
pada ginjal.

DAFTAR PUSTAKA
Sidartawan Soegondo dkk. 2009. Buku Penatalaksanaan Diabetes melitus Terpadu.
Jakarta:FKUI

Fatimah, Restiyana N. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2. Lampung diunduh dari www.e-
jurnal.com/2015/05/diabetes-melitus-tipe-2.htmlpada tanggal 09 April 2020

Richardo Betteng dkk. 2015. Analisis Faktor Resiko Diabetes Melitus Tipe 2. Di unduh
dari . http://id.portalgaruda.org/ . Pada tanggal 09 April 2020

Anonim. 2014. Faktor-faktor resiko DM. Pengertian, Penyebab dan Pencegahan Diabetes
Melitus. Di unduh dari http://www.sehatdengaherbal.com/pengertian-penyebab-gejala-
dan-cara-pencegahan-penyakit-diabetes-melitus/ . Pada tanggal 09 April 2020
LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS TIPE 2


1. PENGERTIAN DIABETES MELITUS

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang
ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat, jika
telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai dengan
hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit vaskular
mikroangiopati (Sylvia & Lorrain, 2006).

Diabetes mellitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar
glukosa darah yang tinggi yang disebabkan jumlah hormone insulin kurang atau jumlah
insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi kurang efektif (Sarwono, 2006).

Diabetes Melitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai


kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai
komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada
membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Mansjoer dkk, 2007)

Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005, diabetus merupakan


suatu kelompok panyakit metabolik dengan karakterristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan kehilangan
toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008)

DM merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kelainan kadar


glukosa dalam darah atau hiperglikemia yang disebabkan defisiensi insulin atau akibat
kerja insulin yang tidak adekuat (Brunner & Suddart, 2002).

2. ETIOLOGI DIABETES MELITUS

Faktor-faktor penyebab diabetes melitus antara lain genetika, faktor keturunan


memegang peranan penting pada kejadian penyakit ini. Apabila orang tua menderita
penyakit diabetes mellitus maka kemungkinan anak-anaknya menderita diabetes
mellitus lebih besar.

Virus hepatitis B yang menyerang hati dan merusak pankreas sehingga sel beta
yang memproduksi insulin menjadi rusak. Selain itu peradangan pada sel beta dapat
menyebabkan sel tidak dapat memproduksi insulin.
Faktor lain yang menjadi penyebab diabetes melitus yaitu gaya hidup, orang yang
kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kegememukan dan
kesalahan pola makan. Kelainan hormonal, hormon insulin yang kurang jumlahnya
atau tidak diproduksi.

 Faktor Resiko :

a. Riwayat Keluarga
b. Obesitas 
c. Usia
d. Kurangnya Aktivitas Fisik
e. Suka Merokok
f. Suka Mengkonsumsi Makanan Berkolesterol Tinggi
g. Penderita Hipertensi Atau Tekenan Darah Tinggi
h. Masa Kehamilan
i. Ras Tertentu
j. Tekanan Stres Dalam Jangka Waktu Yang Lama
k. Sering Mengkonsumsi Obat-Obatan Kimia

Klasifikasi :

American Diabetes Assosiation (2005) dalam Aru Sudoyo (2006)


mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi :

1) Diabetes mellitus tipe 1

Dibagi dalam 2 subtipe yaitu autoimun, akibat disfungsi autoimun dengan


kerusakan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti autoimun dan tidak
diketahui sumbernya.

2) Diabetes mellitus tipe 2

Bervariasi mulai yang predominan resisten insulin disertai defisinsi insulin


relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resisten
insulin.

3) Diabetes mellitus Gestasional

Faktor resiko terjadinya diabetes mellitus gestasional yaitu usia tua,etnik,


obesitas, multiparitas, riwayat keluarga, dan riwayat gestasional
terdahulu.Karena terjadi peningkatan sekresi beberapa hormone yang
mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan
adalah suatu keadaan diabetogenik.

4) Diabetes mellitus tipe lain :

a) Defek genetik fungsi sel beta

b) Defek genetik kerja insulin : resisten insulin tipe A,leprechaunism,


sindrom rabson mandenhall, diabetes loproatrofik, dan lainnya.

c) Penyakit eksokrin pankreas : pankreastitis, trauma / pankreatektomi,


neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus,
dan lainnya.

d) Endokrinopati : akromegali, sindron cushing, feokromositoma,


hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, dan lainnya.

e) Karena obat atau zat kimia : vacor, pentamidin, asam nikotinat,


glukokortikoid, hormon tiroid, diazoxic,agonis β adrenergic, tiazid, dilantin,
interferon alfa, dan lainnya.

f) Infeksi : rubella konginetal, dan lainnya.

g) Immunologi (jarang) : sindrom “stiff-man” , antibody antireseptor


insulin, dan lainnya.

h) Sindroma genetik lain : sindrom down, sindrom klinefilter, sindrom


turner, sindrom wolfram’s, ataksia friedriech’s, chorea Huntington, sindrom
Laurence/moon/biedl, distrofi miotonik,porfiria, sindrom pradelwilli, dan
lainnya (ADA, 2005).

3. PATOFISIOLOGI DIABETES MELITUS

Menurut Brunner & Sudddart (2002) patofisiologi terjadinya penyakit diabetes


mellitus tergantung kepada tipe diabetes yaitu :

1) Diabetes Tipe I

 Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel


pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan). Jika konsentrasi
glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua
glukosa yang tersaring keluar akibatnya glukosa tersebut diekskresikan dalam urin
(glukosuria). Ekskresi ini akan disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami
peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).

2) Diabetes Tipe II

Resistensi insulin menyebabkan kemampuan insulin menurunkan kadar gula


darah menjadi tumpul. Akibatnya pankreas harus mensekresi insulin lebih banyak
untuk mengatasi kadar gula darah. Pada tahap awal ini, kemungkinan individu
tersebut akan mengalami gangguan toleransi glukosa, tetapi belum memenuhi
kriteria sebagai penyandang diabetes mellitus. Kondisi resistensi insulin akan
berlanjut dan semakin bertambah berat, sementara pankreas tidak mampu lagi terus
menerus meningkatkan kemampuan sekresi insulin yang cukup untuk mengontrol
gula darah. Peningkatan produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa oleh
otot dan lemak berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah
makan. Akhirnya sekresi insulin oleh beta sel pankreas akan menurun dan kenaikan
kadar gula darah semakin bertambah berat.

3) Diabetes Gestasional

Terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya.


Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat sekresi hormone-hormon plasenta.
Sesudah melahirkan bayi, kadar glukosa darah pada wanita yang menderita
diabetes gestasional akan kembali normal. (Brunner & Suddarth, 2002).

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan resiko tinggi DM.
Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah tinggi, riwayat
keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi >4.000 g, riwaya DM
pada kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan dengan
pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar gula darah puasa (Tabel 53.1), kemudian
dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) standar. Untuk kelompok
resiko tinggi yang hasil penyaringannya negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang
tiap tahun. Bagi pasien berusia 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan setiap 3 tahun.

Tabel 53.1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM DM
Belum pasti DM

Kadar glukosa
darah sewaktu
Plasma vena <110 110-199 >200

Darah kapiler <90 90-199 >200

Kadar glukosa
darah puasa
Plasma vena <110 110-125 >126

Darah kapiler <90 90-10 >110

Cara pemeriksaan TTGO, adalah :

1.      Tiga hari sebelum pemeriksaan pasien makan seperti biasa.

2.      Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak.

3.     Pasien puasa semalam selama 10-12 jam.

4.      Periksa glukosa darah puasa.

5.      Berikan glukosa 75 g yang dilarutkan dalam air 250 ml, lalu minum dalam
waktu 5 menit.

6.      Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.


7.      Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

A. Pemeriksaan hemoglobin glikosilasi


Hemoglobin glikosilasi merupakan pemeriksaan darah yang mencerminkan kadar
glukosa darah rata-rata selama periode waktu 2 hingga 3 bulan. Ketika terjadi
kenaikan kadar glukosa darah, molekul glukosa akan menempel pada hemoglobin
dalam sel darah merah.
Ada berbagai tes yang mengukur hal yang sama tetapi memiliki nama yang
berbeda, termasuk hemoglobin A1C dan hemoglobin A1. Nilai normal antara
pemeriksaan yang satu dengan yang lainnya, serta keadaan laboratorium yang satu
dan lainnya, memilikmi sedikit perbedaan dan biasanya berkisar dari 4% hingga
8%.
B. Pemeriksaan urin untuk glukosa
Pada saat ini, pemeriksaan glukosa urin hanya terbatas pada pasien yang tidak
bersedia atau tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah. Prosedur
yang umum dilakukan meliputi aplikasi urin pada strip atau tablet pereaksi dan
mencocokkan warna pada strip dengan peta warna.
C. Pemeriksaan urin untuk keton
Senyawa-senyawa keton (atau badan keton) dalam urin merupakan sinyal yang
memberitahukan bahwa pengendalian kadar glukosa darah pada diabetes tipe I
sedang mengalami kemunduran. Apabila insulin dengan jumlah yang efektif mulai
berkurang, tubuh akan mulai memecah simpana lemaknya untuk menghasilkan
energi. Badan keton merupakan produk-sampingan proses pemecahan lemak ini,
dan senyawa-senyawa keton tersebut bertumpuk dalam darah serta urin.

5. MANIFESTASI KLINIS

Gejala awalnya berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang
tinggi.Jika kadar gula darah sampai diatas 160-180 mg/dL, maka glukosa akan sampai
ke air kemih.

Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk
mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Karena ginjal menghasilkan air
kemih dalam jumlah yang berlebihan, maka penderita sering berkemih dalam jumlah
yang banyak (poliuri).
Akibat poliuri maka penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak
minum (polidipsi). Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih, penderita
mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini penderita
seringkali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagi).

Dengan memahami proses terjadinya kelainan pada diabetes melitus tersebut diatas,
mudah sekali dimengerti bahwa pada penderita diabetes melitus akan terjadi keluhan
khas yaitu lemas, banyak makan, (polifagia) , tetapi berat badan menurun, sering buang
air kecil (poliuria), haus dan banyak minum (polidipsia).

Penyandang diabetes melitus keluhannya sangat bervariasi, dari tanpa keluhan


sama sekali, sampai keluhan khas diabetes melitusseperti tersebut diatas. Penyandang
diabetes melitus sering pula datang dengan keluhan akibat komplikasi seperti kebas,
kesemutan akibat komplikasi saraf, gatal dan keputihan akibat rentan infeksi jamur
pada kulit dan daerah khusus, serta adapula yang datang akibat luka yang lama sembuh
tidak sembuh (Sarwono, 2006).

Penderita Diabetes militus  umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini


meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1.  Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)

2.  Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)

3.  Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)

4.  Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)

5.  Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya

6.  Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki

7.  Cepat lelah dan lemah setiap waktu

8.  Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba

9.  Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya

10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

6. PENATALAKSANAAN

1. Edukasi
Edukasi pada penyandang diabetes meliputi pemahamantentang perjalanan
penyakit DM, perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan,
penyulit/komplikasi DM dan risikonya, dan cara penggunaan obat diabetes/insulin.
Selain itu, untuk mencapai pengelolaan diabetes yang optimal pada penyandang DM
dibutuhkan perubahan perilaku agar dapat menjalani pola hidup sehat meliputi:

a. Mengikuti pola makan sehat

b. Merningkatkan kegiatan jasmani

c. Menggunakan obat diabetes dan obat–obatan pada keadaan khusus secara aman
dan teratur

d. Melakukan pemantauan gula darah mandiri

e. Melakukan perawatan kaki secara berkala

f. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut


seperti hipoglikemia

2. Diet atau perencanaan makan

Perencanaan makan menggambarkan apa yang dimakan, berapa banyak, dan kapan
makan. Dietisien atau ahli diet dapat membantu membuat perencanaan makan yang
cocok. Makanan sehari- hari hendaknya cukup karbohidrat, serat, protein,rendah lemak
jenuh, kolesterol, sedangkan natrium dan gula secukupnya. Karbohidrat adalah sumber
zat tenaga dan zat gizi utama yang menyebabkan kadar gula darah naik.Namun
penyandang diabetes tidak usah takut mengkonsumsi karbohidrat. Kebutuhan
karbohidrat pada penyandang diabetes antara 45-65% kebutuhan kalori dengan asupan
karbohidrat tersebar dalam sehari, hindari makan karbohidrat dalam jumlah besar
dalam satu kali makan. Sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah karbohidrat
kompleks seperti nasi, roti, mie, dan kentang. Batasi karbohidrat sederhana seperti
gula, kue, tarcis, dodol, sirup, dan madu. Serat merupakan bagian dari karbohidrat yang
tidak dapat diserap tubuh, rendah lemak serta berpengaruh baik untuk kadar gula darah.
Pada umumnya gula darah setelah makan akan naik lebih lambat bila makan makanan
yang mengandung banyak serat. Makanan berikut yang mengandung banyak serat
makanan adalah havermout, kacangkacangan,sayur-sayuran, dan buah-buahan seperti
apel, jeruk, pir, sirsak, jambu biji dan lain-lain. Protein digunakan untuk pertumbuhan
& mengganti jaringan tubuh yang rusak. Sumber protein terdiri dari protein hewani &
protein nabati. Sumber protein hewani utama adalah ikan atau ayam tanpa kulit oleh
karena rendah kandungan lemaknya. Sumber protein lemak sedang seperti daging atau
telur sebagai pengganti protein rendah lemak dapat dikonsumsi kira-kira 3x seminggu.
Sedangkan sumber protein tinggi lemak seperti otak, merah telur, dan jerohan perlu
dibatasi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan seperti kacanghijau, kacang
merah, kacang tanah, kacang kedele, tahu, & tempe. Kebanyakan makanan nabati
rendah kandungan lemaknya dan mengandung lemak tidak jenuh tinggi sehingga dapat
membantu menurunkan kolesterol darah. Sayuran merupakan bahan makanan yang
sehat, tinggi kandungan vitamin, mineral, dan serat. Sayuran boleh dimakan bebas
tanpa dibatasi dan dianjurkan mengkonsumsi aneka ragam sayuran. Buah-buahan juga
merupakan makanan yang sehat, selain berkalori juga merupakan sumber
vitamin,mineral, dan serat. Dianjurkan makan buah 2 sampai 3 buah
sehari. Susumerupakan sumber protein, dan mengandung lemak, karbohidrat, dan
vitamin serta kalsium Penyandang diabetes dianjurkan minum susu yang tanpa atau
rendah lemak. Bagi yang menyukai susu dapat menggantikan 1 lauk hewani dengan 1
penuh takar susu.

3. Latihan jasmani

Kegiatan jasmani sehari–hari dan latihan secara teratur 3-4 kali seminggu selama
kurang lebih 30 menit. Tujuan latihan jasmani untuk menjaga kebugaran,menurunkan
berat badan, dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga akan memperbaiki kendali
gula darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak.

4. Intervensi obat oral farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan


jasmani. Terapi farmakologis terdiri dari obat oral & bentuk suntikan insulin. Saat ini
terdapat 5 macam obat tablet yang beredar di pasaran untuk menurunkan kadar gula
darah. Beberapa obat yg sering digunakan adalah:

a. Golongan insulin sekretagok

Obat ini bekerja dengan cara merangsang pankreas untuk menghasilkan


insulin. Obat ini merupakan pilihan utama pada penyandang diabetes dengan berat
badan kurang atau normal. Obat golongan ini terdapat 2 jenis yaitu: golongan
sulfonilurea dan glinid.
b. Golongan Biguanid

Obat yang termasuk golongan biguanid hanyalah metformin. Obat ini


terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk. Penggunaan obat ini
dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal & hati. Metformin sebaiknya
diberikan pada saat atau sesudah makan karena dapat menyebabkan mual & iritasi
pada lambung.

c. Golongan Glitazone

Cara kerja obat ini adalah dengan membantu tubuh menggunakan insulin
yang tersedia sehingga lebih efektif. Penggunaan obat ini dikontraindikasikan pada
mereka dengan gagal jantung, penyakit hati akut, diabetes tipe 1, dan kehamilan.

d. Golongan Penghambat Alpha Glukosidase (Acarbose)

Obat ini bekerja dengan cara menghambat penyerapan glukosa di usus


sehingga mempunyai efek menurunkan gula darah sesudah makan. Obat ini hanya
mempengaruhi konsentrasi gula darah setelah makan. Efek samping yang sering
terjadi pada penggunaan obat ini adalah perut kembung, sering buang angin, dan
mencret.

e. Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) inhibitor

Pengobatan dengan golongan ini merupakan pendekatan baru pengelolaan


DM. Obat ini menghambat pelepasan glukagon, yang pada gilirannya
meningkatkan sekresi insulin, menurunkan pengosongan lambung, dan
menurunkan kadar glukosa darah. Beberapa obat golongan ini sudah masuk di
Indonesia sejak tahun 2007 antara lain vildagliptin dan sitagliptin.

5. Insulin

Insulin diperlukan pada keadaan seperti penurunan berat badan yang cepat,
komplikasi akut DM (hiperglikemia berat yang disertai ketosis, ketoasidosis diabetik,
hiperglikemia hiperosmolar nonketotik, hiperglikemia dengan asidosis laktat), gagal
dengan pengobatan obat diabetes oral dosis optimal, kehamilan dengan DM, stress
berat (infeksi sistemik, operasi besar, stroke, dll), gangguan fungsi ginjal dan hati yang
berat, dan adanya kontra indikasi/alergi terhadap obat diabetes oral.
7. ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELITUS
A. Pengkajian

Pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin Diabetes Mellitus


dilakukan mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat kesehatan,
keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa lalu, pemeriksaan fisik, pola
kegiatan sehari-hari.

Hal yang perlu dikaji pada klien degan Diabetes Mellitus :

Aktivitas dan istirahat :


Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat dan
tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan koma.

Sirkulasi :

Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri, kesemutan pada


ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan bola mata
cekung.

    Eliminasi :

Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan pucat.

Nutrisi :

Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.

Neurosensori :

Sakit kepala, mengatakan seperti mau muntah, kesemutan, lemah otot,


disorientasi, letargi, koma dan bingung.

Nyeri :

Pembengkakan perut,  meringis.

Respirasi :

Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.

Keamanan :

Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.

Seksualitas :

Adanya peradangan pada daerah vagina, serta orgasme menurun dan terjadi
impoten pada pria.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
C. Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : Mendemonstrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine tepat
secara individu, dan kadar elektrolit dalam batas normal.

Intervensi Keperawatan Rasional


Pantau tanda-tanda vital. Hypovolemia dapat dimanifestasikan oleh
hipotensi dan takikardia.

Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi,


Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor
atau volume sirkulasi yang adekuat.
kulit, dan membran mukosa.

Memberikan perkiraan kebutuhan akan


Pantau masukan dan keluaran, catat berat
cairan pengganti, fungsi ginjal, dan
jenis urine.
keefektifan dari terapi yang diberikan.

 Memberikan hasil pengkajian yang terbaik


Timbang berat badan setiap hari. dari status cairan yang sedang berlangsung
dan selanjutnya dalam memberikan cairan
pengganti.

Tipe dan jumlah dari cairan tergantung pada


derajat kekurangan cairan dan respons
Berikan terapi cairan sesuai indikasi. pasien secara individual.

2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan


ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
Tujuan : Mencerna jumlah kalori/nutrien yang tepat
Menunjukkan tingkat energi biasanya
Berat badan stabil atau bertambah

Intervensi Keperawatan Rasional


Tentukan program diet dan pola makan Mengidentifikasi kekurangan dan
pasien dan bandingkan dengan makanan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
yang dapat dihabiskan oleh pasien.

Timbang berat badan setiap hari atau sesuai


Mengkaji pemasukan makanan yang
indikasi.
adekuat (termasuk absorbsi dan
utilisasinya).

Identifikasi makanan yang


disukai/dikehendaki termasuk kebutuhan
Jika makanan yang disukai pasien dapat
etnik/kultural.
dimasukkan dalam perencanaan makan,
kerjasama ini dapat diupayakan setelah
pulang.

Libatkan keluarga pasien pada perencanaan


makan sesuai indikasi. Meningkatkan rasa keterlibatannya;
memberikan informasi pada keluarga untuk
memahami nutrisi pasien.

Berikan pengobatan insulin secara teratur


 Insulin reguler memiliki awitan cepat dan
sesuai indikasi.
karenanya dengan cepat pula dapat
membantu memindahkan glukosa ke dalam
sel.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.

Tujuan : Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko


infeksi.

Mendemonstrasikan teknik, perubahan gaya hidup untuk mencegah


terjadinya infeksi.

Intervensi Keperawatan Rasional


Observasi tanda-tanda infeksi dan Pasien mungkin masuk dengan infeksi yang
peradangan. biasanya telah mencetuskan keadaan
ketoasidosis atau dapat mengalami infeksi
nosokomial.

Tingkatkan upaya untuk pencegahan dengan


Mencegah timbulnya infeksi silang.
melakukan cuci tangan yang baik pada
semua orang yang berhubungan dengan
pasien termasuk pasiennya sendiri.

 Pertahankan teknik aseptik pada prosedur


Kadar glukosa yang tinggi dalam darah akan
invasif.
menjadi media terbaik bagi pertumbuhan
kuman.

Berikan perawatan kulit dengan teratur dan Sirkulasi perifer bisa terganggu yang
sungguh-sungguh menempatkan pasien pada peningkatan
resiko terjadinya kerusakan pada kulit/iritasi
kulit dan infeksi.

 Membantu dalam memventilasi semua


 Lakukan perubahan posisi, anjurkan batuk daerah paru dan memobilisasi sekret.
efektif dan nafas dalam.

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, dimana tindakan


yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi mencakup : melakukan,
membantu dan mengarahkan kinerja aktivitas sehari – hari, memberikan arahan
keperawatan untuk mencapai tujuan yang berpusat pada klien dan mengevaluasi kinerja
anggota staf dan mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang relevan dengan
perawat kesehatan berkelanjutan dari klien. Selain itu juga implementasi bersifat
berkesinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari proses keperawatan.
Komponen implementasi dari proses keperawatan mempunyai lima tahap yaitu :
mengkaji ulang klien, menelaah dan memodifikasi rencana asuhan yang sudah ada,
mengidentifikasi  area bantuan, mengimplementasikan intervensi keperawatan dan
mengkomunikasikan intervensi perawat menjalankan asuhan keperawatan dengan
menggunakan beberapa metode implementasi mencakup supervise, konseling, dan
evaluasi dari anggota tim perawat kesehatan lainnya.

Setelah implementasi, perawat menuliskan dalam catatan klien deskriptif singkat


dari pengkajian keperawatan. Prosedur spesifik dan respon dari klien terhadap asuhan
keperawatan. Dalam implementasi dari asuhan keperawatan mungkin membutuhkan
pengetahuan tambahan keterampilan keperawatan dan personal.

E. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
berkesinambungan, dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan
lainnya. (Lynda Juall Capenito, 1999:28).

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth. 2001.Buku Saku Patofisiologi.Jakarta: EGC

Guyton. 1996. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit . Jakarta: EGC

CIrianto, Kus. 2004.Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Bandung:
Hotma Purmoharjo, SKp, 1994, Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Sistem
Endokrin, EGC, Jakarta.
Marylinn E. Doenges, dkk, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Endokrin, EGC Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai