Makalah Luka Autoimun
Makalah Luka Autoimun
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul Luka autoimun atau gangguan dermatologi
Makalah ini berisikan pembahasan Luka autoimun atau gangguan dermatologi.
Dalam penyusunan Makalah ini kami telah berusaha memberikan yang terbaik
dengan dukungan dari berbagai sumber atau literatur yang ada. Untuk itu kami
menghaturkan terima kasih kepada:
a. Orang tua yang telah memberikan dukungan finansial serta motivasi dalam
proses pendidikan.
b. Dosen pembimbing bapak
c. Teman kelompok yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini,
serta pihak-pihak lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
maka dari itu kritik serta saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat
kami perlukan demi kesempurnaan penulisan berikutnya. Harapan kami dengan
adanya makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
1. Tujuan Umum............................................................................................2
2. Tujuan Khusus...........................................................................................2
C. Ruang lingkup...............................................................................................2
D. Metode Penulisan..........................................................................................2
E. Sistematika Penulisan...................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI.................................................................................................4
A. Definisi..........................................................................................................4
B. Jenis...............................................................................................................4
C. Etiologi..........................................................................................................5
D. Manifestasi klinis..........................................................................................9
E. Patofisiologi................................................................................................10
F. Pervalensi dan Insiden................................................................................10
G. Penataksanaan.............................................................................................11
H. Penataksanaan Luka Autoimun/ Gangguan Dermatologi...........................12
BAB III..................................................................................................................14
PENUTUP..............................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tanda dan gejala yang tampak dari disebabkan oleh kelainan
autoimun pada sistem kulit adalah termasuk rasa gatal dan menggaruk yang
menetap, lesi, luka, lepuh, dan kerusakan kulit lainnya serta kehilangan
pigmen kulit. Terdapat dua kasus penyakit autoimun yang sering ditemukan
yaitu Discoid lupus erythematosus (DLE) dan Pemphigus. Discoid lupus
1
2
C. Ruang lingkup
E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih terarahnya penjelasan dan pembahasan maka sistematika
penulisan disusun atas empat bab, yaitu:
BAB III : Penutup yang terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit normal akibat
proses patalogis yang berasal dari internal, eksternal dan mengenai organ
tertentu (Sinaga, 2012). Menurut Lostapa dkk. (2016), luka adalah rusaknya
kesatuan jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang
rusak atau hilang. Luka secara umum terdiri dari luka yang disengaja dan luka
yang tidak disengaja.Sedangkan menurut De Jong (2004) Luka adalah hilang
atau rusaknya sebagian jaringan atau tubuh.Keadaan ini dapat disebabkan oleh
trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan
listrik, gigitan hewan dll.
F. Jenis
4
5
DLE adalah bentuk dari penyakit lupus, kondisi kulit kronis yang
ditandai dengan luka, peradangan dan jaringan parut. Lupus eritematosus
merupakan penyakit inflamasi autoimun kronik yang muncul dengan
berbagai gejala klinis. Spektrum penyakit lupus eritematosus sangat
bervariasi, mulai dari hanya terbatas pada kulit (lupus eritematosus diskoid
atau LED) hingga melibatkan manifestasi sistemik yang dapat mengancam
kelangsungan hidup (lupus eritematosus sistemik atau SLE). Penyakit
lupus yang menyebabkan gangguan dengan kondisi kulit merah, muncul
ruam pada wajah, kulit kepala atau area tubuh lainnya.
Discoid lupus eritematosus (DLE) merupakan dermatosis kronis
yang meninggalkan luka parut, menyebabkan atrofi jaringan, dan
bersifat fotosensitif. DLE dapat muncul pada pasien sistemik lupus
eritematosus (SLE). Beberapa pasien memiliki lesi subakut kutan
lupus eritematosus(SCLE), beberapa pasien lainnya memiliki ruam yang
berkelanjutan. Penyakit DLE hanya mempengaruhi kulit dan tidak
menyebabkan penyakit sistemik (British Association of Dermatologist,
2011).
2. Pemfigus
Istilah pemphigus dari kata pemphix (Yunani) berarti melepuh atau
gelembung.Pemphigus ialah kumpulan penyakit kulit autoimun berupa
bula yang timbul dalam waktu yang lama, menyerang kulit dan membran
mukosa yang secara histopatologik ditandai dengan bula interepidermal
akibat proses akantolisis. Lepuhan tersebut mudah pecah dan
meninggalkan bekas luka yang rentan terinfeksi.
Pemfigus secara esensial bisa dibagi menjadi tiga tipe utama yaitu:
vulgaris, foliaceus, dan paraneplastis. Pada pemfigus vulgaris lepuh terjadi
pada bagian yang lebih dalam dari epidermis, tepat diatas lapisan basal,
dan pada pemfigus foliaceus, yang jga disebut pemfigus superfisial, lepuh
berada pada lapisangranular. Walaupun lepuh pada pemfigus
paraneoplastis dan pefigus vulgaris terjadi padatingkatan epitelium
skuamuous terstratifikasi yang sama, namun pemfigus
6
G. Etiologi
1. Discoid lupus erythematosus (DLE)
Beberapa literatur menyatakan adanya faktor endogen dan faktor eksogen
sebagai predisposisi terjadinya SLE, berikut faktor endogen:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik meningkatkan adanya penemuan autoimun
dibandingkan dengan populasi lain. Kecenderungan meningkatnya
SLE yang terjadi pada anak kembar identik menggambarkan adanya
kemungkinan faktor genetik yang berperan dalam penyakit ini. Gen-
gen yang memiliki resiko tinggi terjadinya SLE terutama Human
Leukocyte Antigen-DR2 ( HLA-DR2) yang memunjukan sel-sel yang
mampu memiberikan antigen zat asing ke sel darah putih. HLA-DR3
yang mengurus geii struktural yang memproduksi berbagai jenis unsur
penting pada darah dan jaringan sel lupus. dan biasa terdapat linkage
SLE pada kromosom.
b. Faktor stress
Stress yang berlebihan meruakan pemicu aktifnya lupus. Odapus
akan merasa dalam lingkaran, karena ia sakit karena stress dan lupus
merupakan penyakit kronik yang menyebabkan seseorang akan lebih
rentan untuk merasa rendah diri, terbatas aktifitasnnya, dan jauh dari
pergaulan. Hal ini dapat bisa membuat Odapus stress dan membuat
daya tahan tubuh menurun sehingga menimbulkan infeksi. Demam
akan memperparah Lupus karena seorang yang membawa "gen" lupus
bisa memicu proses melalui virus dan bakteri yang berkembang karena
daya tahan tubuh menurun.
c. Faktor Endokrin
Faktor hormonal seks mempunyai peran penting dalam
perkembagan dan penelitian klinis pada SLE, Pada perenmpuan
7
H. Manifestasi klinis
1. Discoid lupus erythematosus (DLE)
Manifestasi klinis dari SLE sangat bervariasi. penyakit ini bisa timbul
mendadak disertai tanda-tandanya terkena berbagai sistem organ dalam
tubuh. seperti kulit. persendian. ginjal. jantung. paru-paru, dan sistem
saraf. Tahap awal DLE ditandai kehilangan pigmen kulit, kulit menjadi
merah, dan luka pada hidung. Palatum-nasale yang seharusnya kasar
menjadi halus, selain itu dapat terjadi erosi, ulserasi, dan luka pada
palatum nasale, nostril, cuping hidung, sekitar mata dan telinga. Bekas-
bekas luka dapat ditemukan pada kasus kronis dan parah.
2. Lesi Pemphigus
Pemfigus menunjuk pada sekelompok penyakit autoimun melepuh
pada kulit dan membran mukosa. Sebagian besar pasien pada mulanya
ditemukan dengan lesi oral yang tampak sebagai erosi yang bentuknya
10
ireguler yang terasa nyeri, mudah berdarah dan sembuhnya lambat. Bula
pada kulit akan membesar, pecah dan meninggalkan daerah-daerah erosi
yang lebar serta nyeri yang disertai dengan pembentukan krusta dan
perembasan cairan. Bau yang menusuk dan khas akan memancar dari bula
dan serumyang merembas keluar. Kalau dilakukan penekanan yang
minimal akan terjadi pembentukan lepuh atau pengelupasan kulit yang
normal (tanda Nikolsky). Kulit yangerosi sembuh dengan lambat sehingga
akhirnya daerah tubuh yang terkena sangat luas,superinfeksi bakteri sering
terjadi. .
I. Patofisiologi
1. Membersihkan luka
Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,
memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari
terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris. Pencucian
luka yang seksama 2 hingga 3 kali sehari akan membuang sekret yang
tercemar bakteri. Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam
pembersihan luka yaitu:
a) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk
membuang jaringan mati dan benda asing.
b) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.
c) Berikan antiseptic
d) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian
anastesi local.
e) Bila perlu lakukan penutupan luka.
2. Penutupan luka
13
14
15
M. Saran
Bagi mahasiswa keperawatan setelah pemabahasan materi yang berhubungan
dengan Luka autoimun atau gangguan dermatologi mahasiswa bisa memahami
dan juga dapat menerapkan dalam penataksanaan asuhan keperawatan pada
klien dengan Luka autoimun atau gangguan dermatologi. Serta dalam
penyusuna makalah selanjutnya serta lebih memperbanyak untuk mencari
referensi terbaru dan buku-buku terbaru untuk melengkapi makalah
berikutnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuni, I. S., Setiani Dewi, T., Herawati, E., & Zakiawati, E. (2016).
Profil lesi oral pada penderita penyakit autoimun. Majalah Kedokteran Gigi
Indonesia , 147-154.