Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PROSES IMUNITAS: AUTOIMUNITAS

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Patofisiologi yang Diampu oleh: Dosen Septian Mugi Rahayu, Ners, M.Kep

Oleh:

Kelompok 6

Apri Santoso : 2022-01-14401-003

Destian Wahyuda : 2022-01-14401-005

Raudah : 2022-01-14401-030

Nanda : 2022-01-14401-024

Septi Rohimah : 2022-01-14401-034

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Autoimunitas ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Autoimunitas Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempuma. Oleh sebab itu kami
berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan di masa depan.

Senin, 06 Maret 2023

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN.......................................................................................................................3

2.1 Definisi Penyakit Autoimun..................................................................................................3

2.2 Penyebab terjadinya dan faktor yang berperan dalam penyakit autoimunitas........................4

2.3 Faktor pencetus penyakit autoimun.......................................................................................7

2.4 Pembagian Penyakit Autoimunitas........................................................................................8

2.5 Penyakit Autoimunitas.........................................................................................................10

2.6 Pengobatan penyakit autoimun........................................................................................14

2.7 Pengobatan medis..............................................................................................................14

BAB 3 PENUTUP..............................................................................................................................16

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................16

3.2 Saran....................................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................17

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Makin banyak saja orang yang mengidap penyakit autoimun, seperti psoriasis,
lipus, rheumatoid arthritis, dan lainnya. Telah diidentifikasi adasekitar 80-an jenis
penyakit autoimun dan di masa depan dipastikan bakal bertambah dengan penyakit
autoimun baru, beberapa diantaranya cukupterkenal seperti yang telah dsebutkan.
Penyakit-penyakit tersebut bukandisebabkan serangan kuman penyakit, namun
disebabkan kekacauan padasistem imun. sistem imun merupakan pertahanan tubuh
yang sifatnya alami.Dimiliki oleh setiap individu, jika individu yang bersangkutan
sehat, berartisistem imun yang dimilikinya berfungsi dengan baik (Waluyo S
danMarhaendara B, 2014).
Tubuh manusia di lengkapi oleh seperangkat peralatan yang luar biasahebat,
namanya adalah sistem imun. Sistem imun yang berfungsi dengan baik,akan mampu
menghambat serangan penyakit bahkan menghancurkan bibit- bibit penyakit yang
masuk ke dalam tubuh. Apa yang terjadi jika sistem imuntidak berfungsi secara efektif?
Sistem imun gagal menjalankan tugasnyamemproteksi tubuh dari infeksi-infeksi.
Bahkan bisa terjadi sistem imun berbalik menyerang tubuh sendiri memunculkan
berbagai alergi dan penyakitautoimun (Waluyo S dan Marhaendara B, 2014). Penyakit
autoimun adalah penyakit yang dapat mengenai mukosa oral dan kulit atau organ lain,
akibatkesalahan tubuh dalam mengenali sel diri sendiri (self) menjadi antigen.Sistem
kekebalan yang seharusnya berfungsi sebagai pelindung tubuhmengalami kelainan
sehingga tidak dapat membedakan antara benda asingyang harus dimusnahkan dengan
jaringan tubuh sendiri yang bermanfaatuntuk kelangsungan hidup (Greenberg MS,
2008 ).
Sekitar 40 tahun lalu, mulai muncul berbagai kesimpulan yang berkaitan dengan
penemuan-penemuan dari penyakit autoimun. Para peneliti menemukan bahwa ada
sejumlah hal/kejadian dimana respons imun“diperintah” untuk melakukan sesuatu
terhadap tubuhnya sendiri. Yaiturespons imun menyerang sel-sel tubuhnya (host)
sendiri. Host ini bisa hewanatau manusia. Itulah yang disebut autoimunitas
(autoimmunitu). Jadiautoimunitas adalah respons imun yang diperintahkan untuk
menyerangdirinya sendiri (Waluyo S dan Marhaendara B, 2014).

1
2

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa itu autoimun ?
b. Bagaimana terjadinya dan faktor yang berperan dalam dalam penyakit autoimun ?
c. Bagaimana pembagian autoimun ?
d. Apa contoh penyakit autoimun dan penjelasannya ?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui definisi dari autoimun.
b. Untuk mengetahui bagiamana terjadinya dan faktor yang berperan dalam penyakit
autoimun.
c. Untuk mengetahui bagaimana pembagian autoimun.
d. Untuk mengetahui penyakit autoimun dan penjelasannya.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Penyakit Autoimun

Penyakit autoimun adalah respon imun yang mengakibatkan kerusakan pada


jaringan tubuh sendiri serta mengganggu fungsi fisiologis tubuh(Bratawidjaya, 2012).
Penyakit autoimun adalah penyakit yang disebabkanoleh adanya kekacauan dalam
sistem imun tubuh. Secara normal sistem imunkita memproduksi protein yang disebut
antibodi yang memproteksi tubuh dariserangan penyaki. Sedangkan autoimun berarti
sistem imun kita tidak dapatmembedakan antara si penyerang dan jaringan sehat tubuh.
Akibatnya sistemimun juga menyerang sel-sel dan jaringan tubuh sendiri yang sehat.
Inilah yangmenimbulkan penyakit autoimun (Waluyo S dan Marhaendara B, 2014).
Sistem imun telah diketahui berfungsi menjaga tubuh terhadap serangan jasad
renik asing yang membahayakan tubuh. Termasuk di dalamnyamikro
organisme,parasite (misalnya cacing), sel-sel kanker, bahkan jaringanatau organ yang
ditranspantasi. Zat asing yang menimbulkan respons imun disebut antigen. Antigen
adalah molekul yang bisa saja berada didalam sel atau permukaan sel tubuh (seperti
bakteri, virus, atau sel-sel kanker). Beberapa jenis antigen, seperti benang sari bunga
atau molekul makanan, selalu ada disekitar kita. Bahkan sel-sel dalam jaringan tubuh
kita juga mempunyai antigen. Namun secara normal sistem imun bereaksi hanya
terhadap antigen asing atau dinilai berbahaya bagi tubuh. Namun bisa saja terjadi salah
persepsi (malfunction), sistem imun menginterprestasikan jaringan tubuh sendiri
sebagai benda asing yang berbahaya lalu memproduksi antibodi yang disebut
autoantibodies atau sel-sel imun yang menargetkan dan menyerang sel-selkhusus atau
jaringan tubuh. Efek semacam itu menimbulkan masalah autoimunatau penyakit
autoimun (Waluyo S dan Marhaendara B, 2014).
Beberapa contoh penyakit autoimun yang terkenal, misalnya rheumatoid arthritis,
systemic lupus erythematosus (lupus), dan vasculitis. Beberapa penyakit lainnya yang
dipercaya berhubungan dengan autoimunitas adalah glomerulonephritis, Addition
disease, mixed connective tissue disease, polymyositis, Sjogren’s syndrome,
progressive systemic sclerosis, dan beberapakasus infertilitas (Waluyo S dan
Marhaendra B, 2014).
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang masalah autoimun :
a. Kekacauan autoimun dapat dipicu oleh banyak faktor.

3
4

b. Gejalanya bervariasi tergantung pada bagian tubuh yang mengalamikekacauan.


c. Beberapa tes darah dilaboratorium dibutuhkan untuk memastikan adanyamasalah
autoimun.
d. Masalah autoimun ditangani dengan obat-obatan yang menekan aktivitassistem
imun (Waluyo dan Marhaendra, 2014).
2.2 Penyebab terjadinya dan faktor yang berperan dalam penyakit autoimunitas

a. Penyebab
Reaksi autoimun dapat terjadi oleh berbagai faktor:
 Suatu substansi dalam tubuh yang secara normal berada dalam suatu area yang
spesifik (dan karena itu tersembunyi dari sistem imun) tiba-tiba terlepas
kedalam aliran darah. Misalnya suatu pukulan pada mata bisa menyebabkan
cairan mata terlepas masuk ke aliran darah. Cairan mata tersebut menstimulasi
sistem imun yang tidak mengenalinya dan menganggap mata sebagai substansi
asing lalu menyerangnya.
 Suatu substansi normal pada tubuh berubah oleh virus, obat-obatan,cahaya
matahari, atau radiasi. Substansi yang berubah itu tampil sebagai benda asing
bagi sistem imun. Contoh: suatu virus dapatmenginfeksi tubuh dan mengubah
sel-sel tubuh. Maka sel-sel yangterinfeksi virus tersebut menstimulasi sistem
imun untuk menyerangnya.
 Suatu substansi asing yang menyerupai substansi tubuh masuk kedalamtubuh.
Maka sistem imun tanpa ‘berfikir panjang’ menganggapsubstansi tubuh yang
asli sebagai substansi asing yang mirip dengannya. Maka diseranglah substansi
tubuh asli tersebut. Bakteriyang menyebabkan sakit tenggorokan memiliki
antigen yang miripantigen yang ada dalam sel-sel jantung manusia. Meskipun
jarangterjadi, namun bisa saja sistem imun menyerang jantung setelah
iamenyerang bakteri ditenggorokan (reaksi ini adalah bagian dari
demamrematik).
 Sel-sel yang mengontrol produksi antibodi, misalnya limfosit B (salahsatu jenis
dari sel putih) bisa salah produksi lalu memproduksi antibodiabnormal yang
menyerang beberapa sel tubuh.
Keturunan bisa menjadi salah satu faktor kekacauan autoimun.Kondisi rentan
terhadap kekacauan autoimun, dapat diturunkan ataudiwariskan. Orang yang rentan
mudah mendapat serangan penyakitautoimun jika ada yang memicu, mislanya infeksi
5

virus atau kerusakan jaringan tubuh. Faktor hormonal juga bisa menjadi pemicu, karena
itu banyak penyakit autoimun yang lebih banyak diderita oleh wanita.
Ada 2 tipe autoimunitas yaitu organ-specific type dan non-organ- spesific type.
Proses autoimun memberikan hasil yang bervariasi. Kerusakanyang lambat pada sel-sel
atau jaringan yang spesifik, stimulasi pada organsehingga terjadi pertumbuhan yang
berlebihan, atau gangguan pada fungsiorgan. Organ dan jaringan sering kali
terpengaruh/dirusak juga kelenjar endokrin seperti tiroid, pankreas, dan adrenal;
komponen darah seperti sel-sel darah merah; connective tissues,kulit, otot dan sendi.
Pasien bisamenderita penyakit pada beberapa organ spesifik pada saat yang sama.
 Pada tipe organ-spesifik, proses autoimun langsung menyerang hanyasatu organ.
Misalnya Hashimoto’s thyroiditis (kelenjar tiroid), pernicious anemia (perut),
Addison’s disease (kelenjar adenal), dandiabetes tipe 1 (pankreas).
 Pada tipe non-organ-spesifik, aktivitas autoimun lebih luas keseluruhtubuh.
Misalnya rheumatoid arthritis, sistemik lupus eritematosus (SLE,lupus),Dan
dermatomyositis.
Gejala dan Diagnosis
Kekacauan autoimun atau penyakit autoimun bisa menyebabkan demam. Namun
sebenarnya gejala penyakit ini tergantung pada bagian tubuh yang diserangnya.
Beberapa penyakti autoimun menyerang tipe-tipe tertentu jaringan disaentero tubuh
misalnya pembuluh darah, tulang rawan, atau kulit. Penyakit autoimun lainnya
menyerang organ khusus. Sebenarnya setiap organ tubuh termaksud ginjal, paru,
jantung, dan otak dapat menjadi target serangan. Akibatnya terjadi radang dan
kerusakan jaringan yang menimbulkan rasa sakit, sendi-sendi terasa sakit, rasa lemah,
rasa gatal, penyakit kuning (jaundice), sulit bernafas, udema (akumulasi cairan),
delirium, bahkan kematian.
Tes darah yang mengindikasikan adanya radang bisa menjadi pertanda adanya
penyakit autoimun. Misalnya erythrocyte sedimentation (ESR) seringkali meningkat
karenaprotein yang diproduksi sebagai respons inflamasi ada dalam darah. Seringkali
jumlah sel darah merah berkurang (anemia) karena inflamasi menurunkan produksi sel
darah merah.
Inflamasi/radang mempunyai banyak penyebab, kebanyakan bukanlah autoimun.
Karenanya, dokter sering kali menganjurkan tes darah untuk mendeteksi antibodi yang
berbeda yang terdapat pada orang-orang yang mempunyai penyakit autoimun khusus.
6

Contoh dari antibodi itu adalah antinuclear antibodies yang tipikal ditemukan pada
penyakit lupus, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated peptide (anti-CCP)
antibodies yang secara tipikal ada pada rheumatoid arthritis. Namun bahkan antibodi
kadang ditemukan pada orang-orang yang tidak mempunyai penyakit autoimun. Karena
itu dokter biasanya menggunakan kombinasi hasil tes dan tanda-tanda serta gejala-
gejala untuk memutuskan apakah ada penyakit autoimun pada tubuh seorang pasien.
Pengobatan pada penyakit autoimun yang pertama penting adalah koreksi pada
masalah defisiensi yang dialami pasien sehubungan dengan penyakitnya. Misalnya
memberikan hormon yang tidak diproduksi oleh kelenjar hormon misalnya tiroksin
pada penyakit autoimun tiroid atau insulin pada diabetes tipe I autoimun. Pada maslah
autoimun yang menyangkut darah, pengobatan meliputi penggantian komponen darah
dengan cara transfusi yang kedua penting adalah kontrol reaksi autoimun dengan cara
menekan sistem autoimun. Namun perlu diingat agar ada keseimbangan dengan
kemampuan tubuh untuk memerangi penyakit karena banyak obat yang digunakan
untuk mengontrol reaksi autoimun juga memengaruhi kemampuan tubuh untuk
melawan penyakit, khususnya infeksi. Obat yang digunakan umumnya adalah
kortikosteroid. Pada kondisi yang lebih parah digunakan obat untuk menekan sistem
imun (immunosuppressant) seperti azathioprine, chlorambucil, cyclophosphamide,
cyclosporine, maicopenolate, dan methotrexate, seringkali diberikan kepada pasien
penyakit autoimun dengan cara diminum untuk jangka panjang. Obat-obattan ini tidak
saja menekan reaksi autoimun tapi juga meningkatkan kemampuan tubuh untuk
melindungi diri dari substansi asing yang masuk (termaksud mikroorganisme yang
menyebabkan infeksi dan sel-sel kanker). Konsekuensinya, risiko infeksi tertentu dan
kanker meningkat. Kortikosteroid seperti prednison, biasanya diberikan dengan cara
diminum (by mouth). Obat ini meredakan inflamasi/radang, namun juga menekan
sistem imun. Kortikosteroid yang diberikan dalam jangka panjang mempunyai banyak
efek samping. Jika memungkinkan, sebaiknya kortikosteroid diberikan dalam jangka
pendek ketika serangan mulai atau gejala memburuk namun kadang kortikosteroid
terpaksa digunakan dalam jangka waktu tak terbatas. Ada penyakit autoimun tertentu
(misalnya multiple eschlerosis dan kelainan tiroid) juga diobati dengan obat-obat bukan
immunosuppressant dan kortikosteroid. Pengobatan untuk meredakan gejala memang
diperlukan, mengingat gejala penyakit autoimun bisa parah dan mematikan.
Obat-obat seperti etanercept, inlfiximab, dan adalimmab yang digunakan untuk
menghambat tumor necrosis faktor (TNF), yaitu substansi yang menyebabkan inflamasi
7

dalam tubuh, ternyata efektif untuk mengobati rhematoid arthritis. Tapi obat-obat
tersebut berbahaya jika digunakan untuk penyakit autoimun yang lain. Abatacept
menghambat aktivasi sejenis sel darah putih (T cell) dan digunakan untk mengobati
rhematoid arthritis. Rituximab pertama-tama digunakan untuk membunuh sel darah
putih kanker, bekerja dengan cara menghabiskan sejenis sel darah putih (B lympocyte)
dari tubuh. Obat efektif untuk rhematoid arthritis dan masih dalam evaluasi untuk
beberapa jenis penyakit autoimun.
Plasma pheresis dipakai untuk mengobati beberapa jenis penyakit autoimun.
Darah diambil dan disaring untk menghilangkan antibodi yang abnormal. Kemudian
darah yang sudah bersih dimasukan kembali kepembuluh darah pasien. Beberapa
penyakit autoimun berubah tanpa dapat dijelaskan asal mulanya. Namun pada
umumnya penyakit autoimun adalah penyakit kronik yang mmebutuhkan pengobatan
seumur hidup untk mengontrol gejalanya. Prognosisnya bervariasi tergantung pada
masalahnya.
Penyakit autoimun bisa menyerang siapa pun, namun orang-orang yang berisiko
lebih besar di serang autoimun, seperti :
a. Wanita pada usia melahirkan (childbearing years).
b. Mereka yang mempunyai riwayat keluarga menderita penyakit autoimun.
c. Mereka yang berada pada suatu lingkungan tertentu, misalnya selalu terekspos
sinar matahari, selalu berada di lingkungan yang mudah mencetuskan penyakit
autoimun,misalnya lingkuangan kimia, lingkungan yang terinfeksi virus, bakteri.
d. Mereka yang berasal dari ras atau etnik tertentu. Beberapa penyakit autoimun
lebih sering di dapati atau kondisinya parah pada ras atau golongan etnik tertentu,
misalnya peranakan Afrika – Amerika atau Hispanik (Amerika latin).
2.3 Faktor pencetus penyakit autoimun

1. Faktor lingkungan

Clue pertama melibatkan fenomena imun yang di sebut “atopy”. Paling sedikit
5% populasi penduduk dunia mendapat “warisan” berupa kecenderungan untuk
memperoduksi kadar IgE, yang mampu menimbulkan reaksi jika bersinggungan
dengan substansi umum seperti benang sari bunga (pollen) dan zat kimia yang di
tambahkan pada makanan (food additivees). Alergi atopik (atopikc allergic) yang di
timbulkannya berupa gatal-gatal atau bersin-bersin.
2. Faktor imunitas
8

Alergi, autoimmunity, dan immunodeficiency. Alergi adalah suat reaksi yang


tidak nyaman terhadap non-mikroba dan antigen lingkngan yang “tidak berbahaya”.
Sedangkan autoimmmunity adalah respon imun terhadap jaringan tubuh sendiri.
Immunodeficiency adalah tidak memiliki (lock of) daya tahan tubuh. Ketiga hal
tersebt akhir-akhir ini banyak menimbulkan berbagai macam penyakit, tertama
dinegara-negara Barat.
3. Faktor genetik

Individu-individu tertent secara genetik cenderung rentan terhadap penyakit-


penyakit autoimun. Kecenderungan ini besar atau kecilnya tegantung pada
penyaktinya, namun pada umumnya keluarga dekat lebih besar mendapat “warisan”
penyakit autoimun yang serupa.
4. Faktor Utama

Faktor utama pada perkembangan autoimunitas adalah gen kerentanan yang


diturunkan serta pemicu lingkungan, misalnya infeksi. Dikatakan bahwa gen
kerentanan mengganggu jalur toleransi diri sehingga menyebabkan limfosit T dan B
yang bersifat autoreaktif akan tetap ada. Rangsangan lingkungan dapat
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan serta peradangan dan mengaktifkan
limfosit autoreaktif tersebut menyebabkan berkemvbangnya sel T efektor dan
autoantibodi yang bertanggung jawab untuk penyakit autoimun. Sel-sel atau jaringan
dapat mengalami perubahan antigenic sebagai akibat dari pengaruh fisik, kimia, atau
biologis. Perubahan atau neoantigen tersebut dapat menimbulkan respon imun.
Neoantigen dapat muncul dalam berbagai cara. Antigen fisik seperti irradiasi dapat
menyebabkan perubahan antigenik. Beberapa bahan kimia, termasuk obat-obatan
dapat bergabung dengan sel dan jaringan dan mengubah sifat antigenic mereka
(Kalim H.,dkk, 2019)
2.4 Pembagian Penyakit Autoimunitas

Pada hakikatnya autoimun menyerang siapapun, pria dan wanita, tua, muda,
remaja maupun anak-anak. Baagian tubuh yang diserangnya pun bermacam-macam,
bisa sendi, otot, saraf, kulit, pencernaan, darah dan sebagainya. Akibatnya gejalanya
bisa fisik (rasa sakit, mual, pusing dan lain-lain) maupun emosional (frustasi, stress,
mudah tersinggung, lelah yang berkepanjangan, lemas, dan sebaginnya). Penyebabnya
sampai sekarang belum diketahui, namun pnencetusnya diperkirakan bisa humoral,
obat-obatan, infeksi bakteri maupun virus, diwariskan, dan sebagainya. Ada sekitar
9

80-an jenis penyakit autoimun yang setiap tahun menurut para ahli bisa bertambah
jenisnya. Penyakit autoimun sebenarnya termasuk dalam self remittance disease,
artinya penderita bisa sembuh dengan sendirinya dalam tempo sekitar enam bulan,
asalkan tidak terjadi infeksi pada tubuh si penderita. Begitu banyaknya jenis penyakit
autoimun, sehingga bermacam-macam pula penggolongannya seperti :
1) Penyakit autoimun yang mencederai darah
a. Lupus
b. Antiphospholipid antibody syndrome
c. Vasculitis
d. Autoimun hemolytic anemia
2) Penyakit autoimun pada kulit
a. Scleroderma
b. Psoriasis
c. Dermatomyositis
d. Epidermalysis bullose
e. Bollous pemphigoid
3) Penyakit autoimun pada golongan gastrointestinal
a. Celiac disease
b. Crohn’s disease
c. Inflammatory bowel disease (IBDs)
4) Penyakit autoimun pada sendi, otot, dan saraf
a. Polymyalgia
b. Multiple sclerosis
c. Rheumatoid arthritis
d. Fibromyalga
e. Myasthenia gravis
f. Gulillan barre syndrome
5) Penyakit autoimun yang hanya menyerang satu organ
a. Autoimun hepatitis
b. Hashimoto’s thyroiditis
c. Graves disease
d. Diabetes tipe 1
e. Addition’s disesase
f. Sjogren’s syndrome
10

(Waluyo S dan Marhaendara B, 2014).

2.5 Penyakit Autoimunitas

Penyakit autoimun kini mulai diakui sebagai ancaman yang serius bagi kesehatan
manusia terutama wanita. Penelitian di Amerika Serikat menunjukkan sekitar 10 juta
penduduk menderita penyakit autoimun yang jumlahnya sekitar 80-an jenis dan sekitar
75% pasien penyakit autoimun adalah wanita. Kesimpulannya saat ini bahwa penyakit
autoimun sangat mengancam wanita, karena termasuk dalam 10 penyakit berbahaya
yang menyebabkan kematian bagi wanita segala usia sampai usia 45 tahun. Berikut ini
penyakit autoimun di Amerika Serikat (data tahun 1996 dari Jacobson DL. et al. Clin
Immunol Immunopathol, 84: 223-243, 1997). Dalam buku (Waluyo S dan Marhaendara
B. Penyakit - penyakit Autoimun Tidak menular tapi bisa Mematikan, 2014).
Ada banyak penyakit autoimun namun hanya beberapa yang dibahas dalam
makalah ini seperti :
1. Lupus
Lupus adalah penyakit autoimun sistemik kronik, ditandai dengan
terbentuknya berbagai macam antibodi yang membentuk kompleks imun dan
menimbulkan reaksi inflamasi pada berbagai organ di dalam tubuh. Penyebabnya
sampai sekarang belum diketahui, diduga diawali dengan faktor pencetus yang
terdapat di lingkungan, yang akhirnya menimbulkan gangguan respon imun pada
penderita dengan gen yang susceptible. Faktor lingkungan sebagai faktor pencetus
antara lain, infeksi, sinar ultraviolet, pemakaian antibiotic, stress mental atau fisik dan
obat-obatan. Dikarenakan penyakit ini sering muncul pada etnik-etnik tertentu atau
pada satu kelompok keluarga (Soetomo 2015).
Nama sesungguhnya adalah Systemic lupus erythematosus (SLE), merupakan
kondisi dimana sistem imun menyerang jaringan sehat tubuhnya sendiri. Sifatnya
kronik dan bisa menyerang tiap organ tubuh, seperti kulit, sendi, dan/atau organ-organ
dalam, seperti ginjal, paru, dan lain-lainnya. Kronik berarti gejalanya muncul lebih
lama dari enam bulan bahkan bisa bertahun-tahun. “Yang diserang adalah sejumlah
organ yang berbeda-beda mulai dari ujung sampai dasar tubuh. Misalnya otak,
jantung, paru, sendi-sendi, ginjal dan lain-lain”. kata dr. Limanni. Sekitar 1,5 juta
penduduk Amerika Serikat mengidap lupus.
11

Lupus dapat meyebabkan inflamasi pada pembuluh darah. Bisa disebut


vasiculitis yang menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. “Karena itu para
dokter memperkirakan bahwa pasien lupus mempunyai risiko lebih tinggi untuk
menderita penyakit arteri coroner,” ujar dr. Limanni.
2. Multiple sclerosis
Penyakit ini menyebabkan masalah autoimun di sistem saraf tengah, yaitu
saraf otak dan saraf tulang belakang (spinal cord). Gejala MS termasuk luka pada
jaringan pelindung di sekitar sel-sel saraf. Lapisan pelindung ini disebut myelin
sheath, yang jika mengalami kerusakan akan menyebabkan impuls saraf menjadi
lambat atau berkurang. Inilah sebabnya MS dianggap sebagai kondisi autoimun-
sistem imun tubuh menyerang myelin shath melalui inflamasi atau peradangan.
Gejala MS tidak sama pada setiap penderita, bervariasi dalam hal
keparahannya, mulai dari mati rasa atau kebas pada kaki dan/atau tangan sampai
kelumpuhan. Penyakit ini cenderung progresif, artinya makin lama makin parah.
Namun tingkat keparahannya sangat bervariasi. Penyebab MS masih belum diketahui
dengan pasti, namun umumnya para peneliti mencurigai adanya virus diturunkan
secara geneti.
Penderitanya lebih banyak wanita dibandingkan pria dan lebih banyak kulit
putih dibandingkan kulit berwarna. Biasanya didiagnosis pada usia antara 20-40
tahun. Menurut The National Multiple Scelrosis, sekitar 400.000 orang merupakan
penderita MS di Amerika Serikat, dan lebih dari 2,5 juta orang di dunia. Standar
penanganannya adalah dengan steroid, interferon, dan medikasi untuk menangani
gejala khusus (misalnya keletihan , depresi, dan vertigo), disertai gaya hidup untuk
mencegah stress dan pemicu lainnya. Pilihan pengobatan melibatkan modulasi atau
peningkatan sistem imun (Waluyo S dan Marhaendara B, 2014).
3. Rhematoid arthritis
Rheumatoid arthritis (RA) adalah penyakit autoimun yang menyebabkan
peradangan kronis pada sendi. Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi ketika
jaringan-jaringan tubuh diserang oleh sistem imunnya sendiri yang keliru (Aletaha et
al., 2010). Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang
melibatkan proses fagositosis. Dalam prosesnya, dihasilkan enzim-enzim dalam sendi.
Enzim-enzim tersebut selanjutnya akan memecah kolagen sehingga terjadi edema,
proliferasi membran sinovial dan akhirnya terjadi pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
12

menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan
merasakan nyeri akibat serabut otot mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya kemampuan elastisitas pada otot dan kekuatan kontraksi otot
(Smeltzer & Bare, 2002).
Penyakit autoimun ini biasa dikenal sebagai RA. Bentuknya sebagai arthritis,
namun bukan osteoarthritis melainkan rheumatoid arthtritis yang secara alamiah
adalah kondisi autoimun. Ketika sistem imun tubuh menyerang dirinya sendiri, maka
berakibat peradangan/inflamasi, yang menyebabkan lapisan sendi menebal, sehingga
terasa sakit dan membengkak. Jika RA dibiarkan tidak diobati, peradangan menjadi
sangat parah sehingga terjadi kerusakan pada tulang (terjadi kelainan bentuk atau
cacat tulang). Sendi-sendi yang umumnya diserang adalah pada pergelangan tangan,
jari, kaki, dan pergelangan kaki.
Sakit dan bengkak pada sendi adalah simtom dari RA, namun bisa juga
mempengaruhi organ-organ lain pada tubuh. Pasien RA juga bisa mengalami
kelelahan zyang berkelanjutan, kelemahan (tak bertenaga), gejala flu, kehilangan
nafsu makan, depresi, berat badan turun, anemia, dingin atau berkeringat di tangan
dan kaki. Pasien yang sudah lama menderita RA, dapat mudah menderita serangan
infeksi.
Di Amerika Serikat dioperkirakan 1,3 juta penduduknya menderita RA,
terutama pada usia antara 30-50 tahun. Namun belakangan diketahui, anak-anakpun
dapat menderita RA (yang dikenal sebagai juvenile rematoid arthtritis atau JRA).
Tujuh puluh persen penderita RA adalah wanita, namun penderita pria biasanya lebih
parah kondisinya dibandingkan penderita wanita (Waluyo S dan Marhaendara B,
2014).
4. Myasthenia gravis
Penyakit ini menyerang bagian persambungan (junction) antara saraf dan otot
(neuromuscular). Bisa disebut MG, dan ditandai dengan kepenatan dan kelemahan
otot. Terutama otot pada mata yang melemah dan mudah lelah. Penyebabnya adalah
komunikasi normal antara saraf dan otot terhambat di tempat persambungan antara
saraf dan otot. Secara normal, di ujung saraf (nerve endings) memproduksi zat kimia
yang disebut acetylcholine yang melekat pada jaringan otot pada persambungan
saraf-otot, yang menyebabkan otot berkontraksi.pasienMG sistem imun tubuh sendiri
membuat antibodi yang menghambat perlekatan asetilkolin ke otot. Ini merupakan
13

kesalahan respons imun terhadap reseptor asetilkolin tubuh sendiri (Waluyo S dan
Marhaendara B, 2014).
Patogenesis, imunopatogenesis dari graves merupakan hal yang kompleks.
Antibodi terhadap reseptor dati TSH (TRAb) adalah penyebab utama dalam terjadinya
hipertiroid dan menyebabkan terjadinya stimulasi hormon tiroid yang berkelanjutan
dan tidak terkontrol. Produksi antibodi ini utamanya berasal dari kelenjar tiroid dan
diduga rendahnya kadar sel T supresor bertanggung jawab terhadap timbulnya
produksi antibodi terhadap reseptor TSH. TRAb tidak hanya menyebabkan
hipersekresi dari hormon tiroid namun juga menyebabkan terjadinya hyperplasia dari
folikel tiroid yang berujung pada terjadinya perbesaran kelenjar tiroid (Soetomo,
2015).
MG menyerangotot apapun, tapi terutama otot yang mengontrol gerak mata
dan kelopak mata, ekspresi wajah, dan daya telan. Pada beberapa penderita, gejala
pertama yang dialaminya adalah kelemahan pada otot mata. Pada penderita lain
berupa sulit menelan makanan dan minuman, atau sulit bicara dan bernapas (bukan
sesak napas tapi seakan taka da udara yang bisa dihirup). Gejala bisa semakin parah
dengan bertambahnya usia. Berikut ini beberapa gejala yang bisa dialami penderita
MG, walau tidak sama pada setiap penderita :
a. Satu atau kedua kelopak mata terkulai
b. Pandangan mata dobel atau kabur
c. Sulit berjalan
d. Kelemahan pada lengan, tangan, jari-jari, tungkai kaki, dan leher
e. Perubahan pada ekspresi wajah
f. Sulit menelan
g. Sulit bicara
h. Kehabisan napas (merasa seakan taka da udara)
5. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 (DMT1) disebabkan karena destruksi sel beta pankreas yang
diduga melalui proses autoimun atau idioipatik sebagai penyebab dasar (Soetomo,
2015). Gejala klinik DM tipe 1 ini biasanya menunjukkan gejala mendadak, polidipsi,
poliuria, berat badan menurun drastic, terjadi pada anak biasanya di bawah umur 20
tahun. Bahkan gejala umum yang sering adalah ketoasidosis, yaitu pernapasan dalam
dan frekuensi, hawa nafas sering berbau aseton. Sebagai pencetus DM tipe 1 biasanya
adalah infeksi dengan gejala panas badan,leukosit darah 12.000 atau lebih, CRP
14

meningkatlebih dari 50, dan lainnya. C-peptide darah puasa kurang dari 0,5 mg/mL, 2
ajm C-peptide kurang dari 0,5 mg/mL, atau tes GAD-65 sering positif. (Soetomo,
2015).

2.6 Pengobatan penyakit autoimun

Selama ini para peniliti tetap belum mengetahui secara pasti bagaimana
penyakit autoimun berkembang atau muncul.meskipun begitu diketahui ada faktor
risiko, namun sulit memprediksi siapa yang bakal diserang penyakit itu. Belum
diketahui juga bagaimana cara melindungi diri dari penyakit autoimun, sampai
sekarang memang belum ada obat yang ces-pleng maupun membasmi penyakit ini. Jadi
sampai sekarang penyakit autoimun tetap masih misterius.
Jika anda didiagnosis mengidap penyakit kronis autoimun yang parah, adalah
wajar jika anda mempertanyakan kepada diri sendiri bagaimana nasib anda dimasa
depan dengan kondisi fisik dan mental yang terganggu oleh berbagai gejala penyakit
yang anda idap. Ibarat buah simalakama, gejala penyakit autoimun terutama yang
parah, bisa mematikan, sedangkan obat-obatan yang anda minum untuk meredakan
gejala adalah obat-obat keras yang bisa mencederai tubuh. Pernyataan umum
mengatakan bahwa menyehatkan tubuyh berarti meningkatkan daya tahan tubuh alias
meningkatkan imunitas tubuh, ini justru “menghidupkan” penyakit autoimun (bagi
mereka yang telah mengidap penyakt ini), karena bagaiman telah kita ketahui penyakit
ini disebabkan kekacauan sistem imun, yaitu sistem imun yang menyerang sel-selnya
sendiri. Karena dipercaya bahwa proses munculnya penyakit autoimun disebabkan
sistem imun yang menyerang sel-seltubuh sendiri yang sehat, maka obat-obatannya
bersifat menekan sistem imun. Dan ini berakibat tubuh menjadi lemah, mudah diserang
penyaki. Sementara itu, dengan menguatkan sistem imun (yang seharusnya melindungi
tubuh dari serangan penyakit), sel-sel tubuh sendiri akan diserang karena sistem imun
salah mengenali sel tubuh sendiri, dianggap sebagai sel inang. Ini menimbulkan kondisi
“bagai buah simalakama” (Waluyo S dan Marhaendara B, 2014).
2.7 Pengobatan medis

Jadi, bagaimana para dokter ahli penyakit autoimun mengelola pasien-


pasiennya? Ada berbagai cara, namun hal penting yang pertama adalah mengoreksi
15

kekurangan-kekurangan utama, misalnya mengganti hormone yang tidak diproduksi


di kelenjar tubuh, seperti tiroksin pada penyakit autoimun tiroid atau insulin pada
diabetes tipe 1. Pada penyakit kelainan darah, kemungkinan pengobatan adalah
dengan mengganti komponen darah melalui transfusi.
Hal penting yang kedua adalah mengurangi atau menekan aktivitas sistem
imun. Jika menggunakan cara ini, perlu diingat keseimbangan, mengontrol penyebab
penyakit dan tertapi dan tetap mempertahankan kesanggupan tubuh mengurangi
pernyakit. Untuk itu digunakan obat-obatan. Yang paling umum adalah jenis
kortikosteroid. Jika penyakitnya parah, bisa diobati dengan obat-obat
immunosuppressant yang lebih kuat, seperti methotxate, cyclophsmide, dan
azathioprine. Semua obat-obatan tersebut mempunyai efek merusak jaringan dengan
cepat, seperti jaringan tulang sumsum. Karena itu penggunaanya harus dibawah
pengawasan dokter. Terapi suntik immunoglobulin digunakan untuk pengobatan
aneka penyakit autoimun untuk mengurangi gejala berulang. Bentuk ringan penyakit
autoimun rematik diobati dengan nonsteroid antiinflamatory, guna meredakan
gejalanya. Obat-obatan yang lebih spesifik bagi sistem imun, misalnya untuk
menghambat rekasi hipersensitivitas khusus, sedang dalam penelitian.
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit autoimun adalah respon imun yang mengakibatkan kerusakan pada
jaringan tubuh sendiri serta mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Keturunan bisa
menjadi salah satu faktor kekacauan autoimun. Kondisi rentan terhadap kekacauan
autoimun, dapat diturunkan atau diwariskan. Orang yang rentan mudah mendapat
serangan penyakit autoimun jika ada yang memicu, mislanya infeksi virus atau
kerusakan jaringan tubuh. Faktor hormonal juga bisa menjadi pemicu, karena itu
banyak penyakit autoimun yang lebih banyak diderita oleh wanita. Beberapa contoh
penyakit autoimun yang terkenal, misalnya rheumatoid arthritis, systemic lupus
erythematosus (lupus), dan vasculitis. Beberapa penyakit lainnya yang dipercaya
berhubungan dengan autoimunitas adalah glomerulonephritis, Addition disease, mixed
connective tissue disease, polymyositis, Sjogren’s syndrome, progressive systemic
sclerosis, dan beberapa kasus, namun yang di bahas dalam makalah ini hanya beberapa
penyakit autoimun.
3.2 Saran
Makalah ini berguna untuk menambah pengetahuan pembaca baik mahasiswa
atau dosen dan diharapkan dapat bermanfaat serta dapat menambah wawasan pembaca
tentang autoimunitas. Ada banyak penyakit autoimunitas sehingga sangat penting untuk
mempelajari autoimunitas untuk dapat menangani penyakit autoimun serta dapat
mencegah hal-halyang tidak diinginkan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Aletaha D, Neogi, Silman J, Funovits, Felson T. 2010. Rhematoid Arthritis Collaborative


Initiative. Arthritis Rheum. 62: 2569 – 2581

Bratawidjaya KG. Imunologi Dasar. Edisi ke-10. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2012

Greenberg MS, Glick M, Ship JA. Burket’s oral medicine diagnosis & treatment 11th
edition. BC Decker Inc; 2008. 442 – 447

Kalim Handoko.,dkk. 2019. Reumatologi Dasar. UB Press. Malang

Smeltzer, Suzanne. dan Bare, Brenda, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth Ed.8. EGC, Jakarta

Soetomo. 2015. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University. Penerbit Airlangga
University Press

Waluyo S dan Marhaedra B. 2014. Penyakit – Penyakit Autoimun. Penerbit PT Elex Media
Kamputindo : Jakarta

17

Anda mungkin juga menyukai