Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebutuhan makanan penduduk dari waktu ke waktu terutama di negara berkembang


terus meningkat Negara-negara dunia ketiga yang sedang berkembang untuk mencukupi
kebutuhannya sendiri dalam bidang pangan/sandang, menyebabkan terjadinya
peningkatan penggunaan bahan bahan kimia pertanian untuk membantu pada kemajuan
dan perkembangan pertanian. Implikasinya kondisi pertanian di Indonesia dimasa
mendatang banyak yang diarahkan untuk kepentingan agroindustri Salah satu pola yang
dikembangkan mengarah pada pola pertanian yang makin monokultur, baik itu pada
pertanian darat maupun hidroponik air. Mendukung peningkatan produksi hasil tanaman
pangan, maka penggunaan pestisida yang dilakukan
Hal ini dilakukan agar usaha peningkatan produksi pertanian tidak hanya dilakukan
melalui pemupukan tetapi juga melalui upaya perlindungan tanaman agar tanaman bebas
dari serangan hama penyakit Terdapat beberapa golongan pestisida yang banyak
digunakan untuk melindungi tanaman justru berdampak negatif seperti berdampak
negatif pada tanaman non-target Menurut Karthikeyan, efek yang terjadi pada tanaman
non-target mencakup berbagai gejala, termasuk perubahan pertumbuhan vegetatif,
kematian tanaman, menurunkan kemampuan
reproduksi dan berdampak pada ekologi. Bahkan Klejin & Snoejing (1997)
menyatakan adanya interaksi kompetitif antara tumbuhan satu spesies dapat mengubah
dominasi spesies dan distribusi yang dapat menyebabkan dampak lebih lanjut dalam
ekosistem. Adanya dampak negatif yang ditimbulkan akibat sebagian petani yang tidak
memperhatikan cara penggunaan pestisida sesuai dengan jenis hama yang ada dan tidak
memperhatikan struktur kimia, dapat mengancam kesehatan makhluk hidup
Dampak negatif ini akan terus terjadi seandainya tidak berhati-hati dalam memilih
jenis dan cara penggunaan pestisida. Pengendalian hama dan penyakit tanaman dengan
menggunakan pestisida (yang mencakup insektisida) telah dianggap petani sebagai salah
satu cara diantara berbagai cara yang mampu menyelamatkan hasil pertanian dari
gangguan hama penyakit tanaman Insektisida golongan organofosfat (klorpirifos)
biasanya sering digunakan untuk mengendalikan hama kutu daun Myzus persicae dan
hamaThrips sp yang biasanya sering muncul di lapangan
Hal ini mengakibatkan pestisida menjadi sarana pengendalian hama dan penyakit
tanaman yang memegang peranan penting dan dibutuhkan oleh petani
Namun disisi lain karena pestisida adalah bahan kimia beracun, pemakaian pestisida
berlebihan dapat menjadi sumber pencemar bagi bahan pangan, air dan lingkungan hidup
Menurut Tarumingkeng (1992) dan Novianto (2004) penggunaan insektisida yang
bersifat racun kronis seperti organofosfat diramalkan menyebabkan perubahan
keseimbangan populasi hayati (biodiversitas) berbagai ekosistem. Dampak positif dan
negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida sangat beragam. Bahkan dampak

1
negatif yang dihasilkan dari penggunaaan pestisida yang ditimbulkan ialah adanya residu
pestisida terutama dalam tanah, maka mengenai kadar residu pestisida dalam tanah
merupakan sesuatu yang harus terus dipelajari sehingga upaya pencegahan terhadap
bahaya yang lebih buruk yang disebabkan oleh residu pestisida dapat diatasi. Kadar
residu dalam tanah akan dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah, karena pestisida yang
digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman dalam aplikasinya sebagian
besar pestisida akan jatuh ke tanah Efek racun pestisida dan herbisida pada organisme
dan lingkungan ditentukan oleh sifat kimia (sistemik atau non sistemik), bahan aktif
(formulasi),persistensi di lingkungan dan konsentrasi yang digunakan dalam aplikasi.
Ada beberapa faktor lain diantaranya seperti keterampilan dari petani, waktu aplikasi dan
kondisi cuaca dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap toksisitas pestisida
yang dapat menjadi sangat berbahaya. Bahan kimia yang terakumulasi dalam tanah dan
air, sangat beracun bagi organisme non target termasuk tumbuhan , hewan dan manusia

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa dampak dari penggunaan zat kimia terhadap hasil pertanian ?
b. Apa hadist dan undang-undang yang menjadi dasar penggunaan zat kimia ?

C. TUJUAN
a. Mengetahui dampak penggunaan zat kimia terhadap hasil pertanian
b. Mengetahui hadist dan undang-undang yang menjadi dasar penggunaan zat kimia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ZAT KIMIA


Zat kimia (juga disebut zat murni) didefinisikan sebagai "semua material dengan
komposisi kimia tertentu" dalam pendahuluan buku teks kimia umum. Menurut definisi
ini, sebuah zat kimia dapat berupa unsur kimia murni atau senyawa kimia murni. Tetapi,
terdapat pengecualian untuk definisi ini; suatu zat dapat juga didefinisikan sebagai suatu
bentuk materi yang memiliki baik komposisi yang pasti dan sifat yang berberda Indeks
zat kimia yang diterbitkan oleh CAS juga mencakup beberapa paduan dengan komposisi
yang tidak tentu. Senyawa non stoikiometri adalah kasus khusus (dalam kimia
anorganik) yang melanggar hukum komposisi konstan, dan untuk mereka, kadang-
kadang sulit untuk menarik garis antara campuran dan senyawa, seperti dalam
kasus paladium hidrida. Dapat dijumpai definisi bahan kimia atau zat kimia yang lebih
luas, misalnya: "istilah 'bahan kimia' adalah segala zat organik atau anorganik dengan
identitas molekul tertentu, termasuk segala kombinasi zat yang terjadi seluruhnya atau
sebagian sebagai hasil eraksi kimia atau terjadi secara alami".
Dalam geologi, zat dengan komposisi seragam disebut mineral, sementara campuran
fisika (agregat) beberapa mineral (zat yang berbeda) didefinisikan sebagai batu. Namun,
banyak mineral saling melarutkan membentuk larutan padat, sedemikian rupa sehingga
batuan tunggal adalah zat seragam meski dalam istilah stoikiometri adalah
campuran. Felspar adalah contoh umum: anortoklas adalah suatu alkali aluminium
silikat, dengan logam alkali bergantian antara natrium atau kalium.
Dalam hukum kimia, "zat kimia" dapat mencakup baik zat murni maupun campuran
dengan komposisi atau proses manufakturing tertentu. Misalnya, regulasi UE, REACH,
mendefinisikan "zat monokonstituen", "zat multikonstituen" dan "zat dengan komposisi
tak diktahui atau bervariasi". Dua yang terakhir mengandung banyak zat kimia; namun,
identitas mereka dapat ditetapkan baik melalui analisis kimia langsung atau merujuk
pada proses manufakturing tunggal. Sebagai contoh, arang adalah sangat kompleks,
campuran polimer parsial yang dapat didefinisikan melalui proses manufakturingnya.
Oleh karena itu, meskipun identitas kimia pastinya tidak diketahui, identifikasi dapat
dilakukan dengan akurasi yang memadai. Indeks CAS juga mencakup campuran.

D. PENGERTIAN ZAT KIMIA PERTANIAN

Bahan kimia pertanian adalah bahan kimia sintetik maupun non-sintetik (atau biosintetik)
yang diterapkan dalam bidang pertanian. Contoh penggunaan utama bahan kimia
pertanian adalah pestisida dan pupuk. Berbagai bahan kimia pertanian cenderung bersifat
toksik dan penyimpanannya dalam jumlah besar memiliki risiko bagi kesehatan manusia
dan lingkungan. Di berbagai negara, pembelian bahan kimia pertanian dalam jumlah

3
besar membutuhkan persetujuan instansi terkait demi membatasi kadar paparan bahan
kimia terhadap lingkungan dan manusia di daerah penerapannya.

FUNGSI DAN PENGARUH UNSUR HARA :

C,H,O,N,P dan K merupakan contoh unsur hara. C,H dan O didapat oleh sebuah
tanaman melalui senyawa CO2 dan H2O. Unsur N digunakan tanaman dalam bentuk
nitrat tetapi unsur N banyak diudara dalam bentuk N2. Unsur N digunakan tanaman
untuk membantu dalam  pertumbuhan, terutama batang dan daun. Unsur P atau fosfor
digunakan tanaman untuk pembentukan akar dan asimilasi tanaman. Unsur K atau
kalium membantu dalam pembentukan protein dan karbohidrat selain itu  juga berfungsi
memperkuat bunga dan buah.
Unsur-unsur tersebut diambil oleh tanaman dari tanah. Tanaman yang tidak
difungsikan oleh manusia akan mati dan mengembalikan unsur-unsur tersebut ke tanah.
Tetapi pada lahan tanah yang dipanen atau difungsukan oleh manusia otomatis tanaman
tidak mengembalikan unsur tersebut ke tanah dengan kata lain unsur hara pada tanah
berkurang. Pada  pertanian tradisional masyarakat menanam polong-polongan untuk
mengembalikan kesuburan tanah karena polong-polongan mengikat langsung nitrogen
dari udara dan nantinya diubah menjadi senyawa amonia bersama bakteri tanah. Pada
pertanian moderen hal ini tidak efektif, para ahli dan pakar kimia mencari pemecahan
masalah ini dan didapati yang namanya pupuk. Misal pada pemupukan N terhadap
produksi tanaman padi toleran rendaman. Tanaman padi akan tumbuh dan memiliki nilai
produksi yang maksimal apabila di beri pupuk yang mengandung unsur Nitrogen (N)
dengan takaran yang sesuai. Namun berbeda cerita apabila tanaman padi tersebut
terendam banjir.
Apabila tanaman padi terendam banjir maka produksinya akan  berkurang di
akibatkan oleh kekurangan oksigen karena difusi oksigen terhambat oleh air. Maka
pemupukan yang dilakukan tidak sama seperti kondisi normal. Oleh karena itu kita harus
mengetahui seberapa besar peranan  pemupukan N terhadap padi yang terendam banjir.
Setelah dilakukan beberapa percobaan maka dapat diketahui bahwa padi yang terendam
banjir tumbuh lebih lambat daripada yang tidak terendam banjir. Sedangkan
pertumbuhan tanaman yang terendam banjir akan lebih stabil apabila di beri pupuk urea
briket sebesar 300 kg / hektar. Dimana urea adalah senyawa organik yang tersusun atas
unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Dengan kandungan nitrogen yang
dominan sekitar 46 persen. Maka dari itu peranan unsur hara atau unsur kimia sangat
penting dalam menunjang  pertumbuhan dan produksi tanaman.

E. DAMPAK POSITIF ZAT KIMIA TERHADAP PERTANIAN

a. Tanaman Tumbuh Dengan Cepat


Pupuk kimia akan memberikan nutrisi yang baik pada tanah sehingga tanaman
akan mengalami pertumbuhan dengan pesat.
b. Terhindar Hama dan penyakit Tanaman

4
Penggunaan pupuk kimia akanmembuat tanaman lebih sehat, dengan perawatan
yang baik maka tanaman akan tahan segala jenis hama dan penyakit
c. Manipulasi area Tanah
Pupuk juga mampu memanipulasi area di sekitar tanaman yang sedang rawat.
Hasilnya, tanaman yang di rawat akan berkembang secara maksimal.
d. Mudah diperoleh dan dapat memberikan dalam keuntungan ekonomi terutama
dalam jangka pendek
e. Dapat di hasilkan dalam waktu yang singkat
f. Dapat di aplikasikan setiap waktu
g. Dapat di aplikasi dengan mudah
h. Dapat di hasilkan di area yang luas dengan waktu yang singkat

F. DAMPAK NEGATIF ZAT KIMIA TERHADAP PERTANIAN


a. Tanah Mengeras
Pemberian pupuk kimia akan menyerang unsur hara zat kimia pada tanaman.
Padahal tanah adalah mediator terbaik untuk menyerap unsur makro dan mikro yang
terdapat pada area sekitarnya. Selain itu akar tanaman akan lunak dan tidak bisa
menyerap nutriasi tidak maksimal

b. Peningkatan Hama Mikroorganisme Pengganggu Tanaman

Sebenarnya, tidak semua mikroorganisme dalam tanah bersifat merusak


tumbuhan. Ada beberapa dari mereka malah dibutuhkan untuk memangsa
(predator) berbagai mikroorganisme yang sifatnya merusak tumbuhan. Namun,
karena penggunaan pupuk seperti pestisida kulit untuk dikontrol, maka spesies
mikroorganisme yang bermanfaat bagi tumbuhan menjadi mati. Punahnya spesies
mikroorganisme tersebut mengakibatkan populasi hama pengganggu tumbuhan
yang ada semakin meningkat karena tidak ada lagi pemangsanya.

c. Resistensi Hama Tanaman

Penggunaan pupuk kimia secara terus-terusan akan membuat hama pengganggu


akan mangalami resistensi atau kekebalan pada bahan kimia. Memang pada
awalnya akan mengalami penurunan hama tetapi jika dipakai secara terus
menerus akan kebal dan kekebalan ini menyebabkan pohon yang diserangpun
menjadi cepat tumbang.

d. Punahnya Mikroorganisme Alami Pembasmi Hama

Tanaman bukan satu-satunya makhlluk hidup yang bergantung pada tanah.


Imunitas musuh alami dari beberapa hama dan penyakit tanaman mulai menurun
kadarnya yang berdampak sampai mengalami kelumpuhan. Setelah benar-benar
lumpuh, hama dan penyakit yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme
perusak tanah dan pohon semakin berkembang pesat.

5
e. Putusnya Mata Rantai Makanan

Jika salah satu makhluk hidup mati makan akan terganggunya mata rantai
makanan hingga mengalami kepunahan. Peningkatan beberapa spesies tertentu
juga akan mengantarkan skema mata rantai yang dibentuk alam menjadi terputus
karena adanya perubahan pola interaksi berbagai jenis spesies yang berhubungan.

f. Merusak Kesehatan

Hasil produksi tanaman yang telah tercemari oleh pupuk kimia akan sangat
berbahaya jika di konsumsi yang akan menyerang zat timbal dari pupuk kimia
dapat merusak otak dan ginjal pada anak-anak selain itu, organofosfat dan
karmabat dapat mengakibatkan  gangguan pada syaraf otot.

G. HADIST YANG MELATAR BELAKANGI PENGGUNAAN ZAT KIMIA


Pertanian ramah lingkungan adalah suatu desain pertanian dengan memperhatikan
pemeliharaan ekosistem sehingga pertanian lebih produktif dengan tetap menjaga
sinergi keanekaragaman hayati. Filosofi pertanian ramah lingkungan adalah
membangun kerja bersama alam secara sunatullah, bukan melawannya atau
merusaknya. Allah berfirman:

ِ َ‫ض َربَّنَ ا َم ا َخلَ ْقتَ ٰ َه َذا ب‬


‫اطاًل‬ ِ ‫ت َواأْل َ ْر‬
ِ ‫اوا‬
َ ‫الس َم‬
َّ ‫ق‬ِ ‫الَّ ِذينَ يَ ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما َوقُ ُعودًا َو َعلَ ٰى ُجنُ وبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي َخ ْل‬
َ ‫س ْب َحانَ َك فَقِنَا َع َذ‬
‫اب النَّا ِر‬ ُ

 (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk atau dalam keadaan
berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci
Engkau, lindungilah kami dari azab neraka. (‘Ali `Imran[3]:191).

Menjelaskan ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu,
selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt. di
alam ini. Ia selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk,
maupun berbaring. Ini akan menunjukan suatu konsep mendasar bahwa proses pikir
dan zikir harus berjalan seiring sehingga menghasilkan pengetahuan yang lebih holistik.

Proses ini dilakukan dengan menempatkan cara berpikir dan bertindak yang
melibatkan hubungan seluruh makhluk dengan bumi dan alam semesta agar dapat hidup
bersama dengan mengatur diri sendiri, dan secara aktif menangani segala gangguan.
Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam
ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaan-Nya di dunia ini, baik yang

6
bernyawa (biotik), yaitu manusia, binatang dan tanaman ataupun yang tidak bernyawa
(abiotik), yaitu tanah, air dan udara.

Dalam bukunya yang terkenal, Kitab al-Filaha (buku tentang Pertanian), cendekiawan
dari Andalusia atau Spanyol, Ibnu al-Awwan, menjelaskan hal pertama yang perlu
diketahui mengenai pertanian adalah lahan pertanian itu. Apakah lahan tersebut baik
atau tidak untuk ditanami. Ia mengingatkan, siapa yang mengabaikan masalah itu tak
akan menuai keberhasilan saat menggarap lahan pertanian. Ini bermakna para petani
perlu memiliki pengetahuan tentang lahan, karakteristiknya, jenisnya, tanaman.

Tanah yang merupakan tempat kehidupan mikro-organisme yang secara makro


menguntungkan bagi mahkluk hidup lainnya, termasuk manusia. Mikro-organisme
yang menghuni tanah dapat dikelompokkan menjadi bakteri, fungi, aktinomisetes, alga,
dan protozoa. Jumlah dan jenis mikro-organisme tanah dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan. Pertanian ramah lingkungan memuat tentang nilai-nilai dan etika, yaitu
dengan membangun sistem pertanian bersama makhluk ciptaan Allah.

Oleh karena itu pertanian sistem ini melihat secara holistik karena setiap ciptaan
berfungsi menurut perannya masing-masing sehingga sistem ini dapat berjalan lebih
baik secara berkesinambungan. Oleh karenanya pertanian menerapkan penanaman
multikultur serta digabung dengan peternakan yang pada akhirnya menghasilkan multi
produk sepanjang waktu. Rasulullah SAW bersabda: “Orang Mukmin itu bagaikan
lebah, jika ia makan sesuatu ia makan yang baik, jika ia mengeluarkan sesuatu ia
keluarkan yang baik, dan jika ia hinggap di ranting yang sudah lapukpun, ranting itu
tidak dirusaknya.” (HR. Tirmizi)

Siklus kehidupan dalam proses jasa ekosistem dimana tumbuhan memperoleh energi
melalui fotosintesis dan menyerap bahan anorganik untuk menghasilkan biomasa dan
membentuk makanan dasar untuk spesies konsumen. Organisme mati menghasilkan
akumulasi bahan organik yang diubah oleh dekomposer. Dekomposer dan konsumen
berperan dalam pembentukan bahan anorganik dengan mineralisasi, melengkapi siklus
nutrisi antara bentuk organik dan anorganik. Dalam suatu ekosistem hubungan makan
dan di makan yang sangat kompleks saling berkaitan dan bercabang sehingga
membentuk jaring-jaring makanan. Di sinilah kiranya ada mata rantai yang tidak putus
sehingga bertalian. Allah SWT berfirman:

ُ‫س تُ ْم لَ ۥه‬ْ َّ‫ش َو َمن ل‬ َ ِ‫﴾ َو َج َع ْلنَا لَ ُك ْم فِي َها َم ٰ َعي‬١٩﴿ ‫س َى َوأَ ۢنبَ ْتنَا فِي َها ِمن ُك ِّل ش َْى ٍء َّم ْوزُو ٍن‬ ِ ‫ض َم َد ْد ٰنَ َها َوأَ ْلقَ ْينَا فِي َها َر ٰ َو‬
َ ‫َوٱأْل َ ْر‬
َ‫س ْلنَا ٱل ِّر ٰيَ َح لَ ٰ َوقِ َح فَأَنزَ ْلنَ ا ِمن‬َ ‫﴾ َوأَ ْر‬٢١﴿ ‫وم‬ ٍ ُ‫﴾ َوإِن ِّمن ش َْى ٍء إِاَّل ِعن َدنَا َخزَ ٓائِنُ ۥهُ َو َم ا نُنَ ِّزلُ ٓۥهُ إِاَّل بِقَ َد ٍر َّم ْعل‬٢٠﴿ َ‫بِ ٰ َر ِزقِين‬
٢٣﴿ َ‫ى َونُ ِميتُ َونَ ْحنُ ٱ ْل ٰ َو ِرثُون‬ ‫﴾ َوإِنَّا لَنَ ْحنُ نُ ْح ِۦ‬٢٢﴿ َ‫سقَ ْي ٰنَ ُك ُموهُ َو َمٓا أَنتُ ْم لَهۥُ بِ ٰ َخ ِزنِين‬ ْ َ ‫س َمٓا ِء َمٓا ًء فَأ‬
َّ ‫﴾ٱل‬

7
“Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan
kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami Telah menjadikan
untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-
makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada
sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya [maksudnya segala sesuatu itu
sumbernya dari Allah s.w.t.]; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan
ukuran yang tertentu. Dan kami Telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-
tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan
air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya. Dan Sesungguhnya benar-
benar Kami-lah yang menghidupkan dan mematikan dan kami (pulalah) yang
mewarisi. (QS. Al-Hijr [15]:19-23).

Firman Allah diatas menyatakan bahwa semua makhluk hidup itu mempunyai
peranan atau fungsi khusus yang tidak dapat digantikan oleh makhluk lain untuk
menjaga keseimbangan lingkungan hidup. Oleh karena itu manusia harus mempunyai
kepedulian dan perhatian kepada makhluk-makhluk lain sebagai komponen-komponen
yang menunjang serta melestarikan kehidupan ini sebagaimana manusia itu
memperhatikan dirinya sendiri.

Al-Qaradhawi menjelaskan dari ayat diatas ada isyarat penting yaitu, pertama, firman
Allah “kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”, ayat ini
menunjukkan suatu konsep ilmiah yang sangat relevan dengan pengetahuan modern
bahwa setiap makhluk hidup (manusia, tumbuhan ataupun binatang) terdiri dari unsur-
unsur kimiawi tertentu dengan jumlah tertentu yang seimbang sesuai dengan jenisnya
masing-masing yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Kedua, bahwa alam ini berjalan sesuai aturan, semuanya sudah diukur menurut kadar
keseimbangan dan perhitungan yang tepat. Bila keseimbangan terganggu, maka
kehidupan seluruh makhluk akan terganggu.

Ketiga bahwa Allah telah memberikan sumber kehidupan dan rezeki kepada seluruh
makhluk ciptaannya. Ungkapan Al-Munawi dalam buku Faidh Al-Qadir yang
menjelaskan sebuah hadits yang berbunyi : “Orang yang melarang Zakat, akan masuk
neraka pada hari kiamat” (HR. At-Tirmidzi). “Ketahuilah bahwa semua yang berwujud
dalam posisi ibadah pada Allah, lihatlah pada bumi yang lebih dekat dengan kamu,
kamu menemukan bahwa ia selalu memberikan buatannya. Tumbuhan, hewan, langit
dan planet dalam keadaan saling membantu dan melengkapi, tidak menyimpan
sesuatupun dari miliknya demi ketaatan mereka kepada Allah. Karena semua wujud
dalam kondisi lemah dan miskin, maka semua makhluk saling membutuhkan antar satu
dengan yang lain. Pemberian milik mereka ini merupakan zakat masing-masing. Maka
orang yang melarang zakat telah menyalahi prinsip yang berlaku pada alam beserta
semua yang wujud”.

8
Pertanian ramah lingkungan didefinisikan sebagai sistem pertanian berbasis ekologi
dan memiliki konsep keberlanjutan hasil pertanian yang tinggi serta menguntungkan
secara ekonomi.

Beberapa konsep pertanian ramah lingkungan adalah

a. Pengelolaan tanaman terpadu, terintegrasi dengan ternak,


b. Sistem pertanian organik yang efisien, yaitu sistem pertanian dengan
memanfaatkan secara optimal (efisien) karbon yang dikandung oleh produk dan
bahan organik sisa tanaman, ternak dan sampah organik lainnya,
c. Melakukan konsep konservasi tanah dan air,
d. Mengontrol kandungan polutan (bahan kimia toksik) dalam tanaman dan tanah,
dan
e. Meningkatkan produktivitas lahan terdegradasi dan lahan tidak subur.

Pertanian beretika merupakan cerminan tanggung jawab untuk keberadaan kita


sendiri dan keturunan kita dengan mengurangi ketergantungan pada industri besar
yang yang sangat kompetitif dalam meguasai penyediaan bibit, pupuk, pestisida,
pengolahan dan pemasaran produk pertanian. Penekanan pada pertanian beretika ini
adalah bagaimana tiap komponen tersebut berinteraksi, bagaimana mereka bekerja
sama dengan satu sama lain, bagaimana konflik atau harmoni dalam sistem kehidupan
terus berlangsung langgeng. Hidup adalah saling membantu bukan saling
mengalahkan, dan bentuk kualitas kehidupan diperoleh dari interaksi menguntungkan
satu sama lain dan dengan lingkungan mereka. Bahkan bakteri hidup melalui
kolaborasi dan pertukaran.

H. UNDANG-UNDANG YANG MELATARBELAKANGI PENGGUNAAN ZAT


KIMIA

Peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 7 tahun 1973 Tentang Pengawasan


atas peredaran, penyimpanan dan penggunaan Pestisida
Presiden republik indonesia,
Menimbang :
1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan produksi pertanian, pestisida
mempunyai peranan yang sangat penting;
2. bahwa untuk melindungi keselamatan manusia, sumber-sumber kekayaan
perairan, fauna dan flora alami serta untuk menghindari kontaminasi
lingkungan, dipandang perlu segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah
tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan
Pestisida;
3. bahwa untuk melaksanakan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 tentang
Hygiene Untuk Usaha-usaha Bagi Umum, perlu dikeluarkan Peraturan

9
Pemerintah tentang Pengawasan Atas Peredaran, Penyimpanan dan
Penggunaan Pestisida;

Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945;
2. Ordonansi Bahan-bahan Berbahaya (Staatsblad 1949-377);
3. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1951 Nomor 3) tentang Pernyataan Berlakunya Undang-
undang Kecelakaan 1947 Nomor 33 dari Republik Indonesia Untuk Seluruh
Indonesia;
4. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2068) tentang Pokok-pokok Kesehatan;
5. Undang-undang Nomor 2 Prp Tahun 1960 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1960 Nomor 14) tentang Pergudangan;
6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1962 Nomor 48) tentang Hygiene Untuk Usaha-usaha Bagi
Umum;
7. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2824) tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan;
8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1970 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 2919) tentang Keselamatan Kerja;

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PENGAWASAN ATAS PEREDARAN, PENYIMPANAN DAN
PENGGUNAAN PESTISIDA.

Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan:
1) Pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan
virus yang dipergunakan untuk:
 Memberantas atau mencegah hama-hama dan penyakit-penyakit
yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil
pertanian;
 Memberantas rerumputan;
 Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan;

10
 Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian-
bagian tanaman tidak termasuk pupuk;
 Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan
piaraan dan ternak;
 Memberantas atau mencegah hama-hama air;
 Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad
renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-alat
pengangkutan;
 Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan penggunaan pada tanaman, tanah dan air.

2) Peredaran adalah impor-ekspor dan jual beli pestisida di dalam negeri


termasuk pengangkutannya.
3) Penyimpanan adalah memiliki dalam persediaan di halaman atau dalam
ruang yang digunakan oleh importir, pedagang atau di usaha-usaha
pertanian.
4) Penggunaan adalah menggunakan pestisida dengan maksud seperti
tersebut dalam sub a Pasal ini.
5) Pemohon adalah setiap orang atau badan hukum yang mengajukan
permohonan pendaftaran dan izin pestisida.

Pasal 2
1) Setiap orang atau badan hukum dilarang menggunakan pestisida yang
tidak didaftar dan atau memperoleh izin Menteri Pertanian.
2) Prosedur permohonan pendaftaran dan izin diatur lebih lanjut oleh
Menteri Pertanian.
3) Peredaran dan penyimpanan pestisida diatur oleh Menteri Perdagangan
atas usul Menteri Pertanian.

Pasal 3
1) Izin yang dimaksudkan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah ini diberikan
sebagai izin tetap, izin sementara atau izin percobaan.
2) Izin sementara dan izin percobaan diberikan untuk jangka waktu 1 (satu)
tahun.
3) Izin tetap diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun, dengan ketentuan
bahwa izin tersebut dalam jangka waktu itu dapat ditinjau kembali atau
dicabut apabila dianggap perlu karena pengaruh samping yang tidak
diinginkan.
4) Peninjauan kembali atau pencabutan izin tetap, izin sementara atau izin
percobaan dilakukan oleh Menteri Pertanian.

Pasal 4

11
1) Izin diberikan apabila pestisida itu dianggap efektif, aman dan memenuhi
syaratsyarat teknis lain serta digunakan sesuai dengan petunjuk yang
tercantum pada label.
2) Syarat-syarat teknis dan pemberian label diatur lebih lanjut oleh Menteri
Pertanian.

Pasal 5
1) Untuk keperluan pendaftaran dan pemberian izin, pemohon dikenakan
biaya yang besarnya ditetapkan oleh Menteri Pertanian.
2) Biaya untuk keperluan pendaftaran dan pemberian izin tersebut pada ayat
(1) Pasal ini, wajib disetorkan kepada Kantor Bendahara Negara.

Pasal 6
Setiap orang atau badan hukum dilarang mengedarkan, menyimpan atau
menggunakan pestisida yang telah memperoleh izin, menyimpang dari
petunjukpetunjuk yang ditentukan pada pemberian izin.

Pasal 7
Setiap orang atau badan hukum yang mengedarkan, menyimpan atau
menggunakan pestisida wajib memberikan kesempatan dan izin kepada setiap
pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian yang diberi wewenang untuk
mengadakan pemeriksaan tentang konstruksi ruang penyimpanan, cara
penyimpanan, mutu, label, pembungkus dan residu.

Pasal 8
Barabg siapa melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 2,
6, 7 dan 9 Peraturan Pemerintah ini, diancam dengan hukuman berdasarkan
ketentuan Pasal 9 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1962.

Pasal 9
Setiap orang atau badan hukum yang mengedarkan dan menyimpan pestisida
pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku, wajib menyesuaikan dengan
ketentuanketentuan Peraturan Pemerintah ini di dalam jangka waktu 12 (dua
belas) bulan.

Pasal 10
Hal-hal yang secara langsung maupun tidak langsung menyangkut keselamatan
dan kesehatan manusia diatur oleh Menteri Kesehatan dan Menteri Tenaga Kerja
sesuai dengan bidang wewenang masing-masing.

Pasal 11
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Pemerintah ini, diatur lebih
lanjut oleh Menteri Kesehatan, Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan.

12
Pasal 12
Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap
orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah
ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahan kimia pertanian adalah bahan kimia sintetik maupun non-sintetik (atau
biosintetik) yang diterapkan dalam bidang pertanian. Contoh penggunaan utama bahan
kimia pertanian adalah pestisida dan pupuk.

Undang-undang yang mengatur penggunaan pestisida di Indonesia yaitu : Peraturan


pemerintah republik indonesia Nomor 7 tahun 1973 Tentang Pengawasan atas
peredaran, penyimpanan dan penggunaan Pestisida

14
DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto, D. P. dan H. Widijanto. 2008. Dampak Air Limbah Industri Josroyo, Karanganyar Terhadap
Kadar Lembaga (Cu) dalam Air dan Permukaan Tanah Saluran Air Pungkuk. Ilmu Tanah dan
Agroklimatologi, 5(1): 31-36.
Dr. H. Hayu S Prabowo (Ketua Lembaga PLH & SDA MUI)
Harmayani, K.D. dan I.G.M Konsukharta. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangna Limbah
Domestik di Lingkungan Kumuh Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung.
Permukiman Natah, 5(2): 92-108.
Kurnia, U., H. Suganda., R. Saraswati dan Nurjaya. 2004. Teknologi Pengendalian Pencemaran
Lahan Sawah: 249-284. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Bogor:
Badan Penelitian dan Pengembangan.
Moertinah, S. 2010. Kajian Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Teknologi Pengolahan Air Limbah
Industri Organik Tinggi. Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri, 1(2): 104-114.
Triastuti, Y. Fitoremediasi Tanah Tercemar Merkuri Menggunakan Tanaman Akar Wangi (Vetiver
zizanioides) pada Lahan Eks-TPA Keputih. :1-15.
Widiyanto, A. F., S. Yuniarno dan Kuswanto. 2015. Polusi Air Akibat Limbah Industri dan Limbah
Rumah Tangga. Kesehatan Masyarakat, 10(2): 246-254.

http://litbang.patikab.go.id/index.php/jurnal/247-faktor-faktor-yang-berhubungan-dengan-persalinan-
sectio-caesarea-di-kabupaten-pati-studi-pada-rsud-raa-soewondo-dan-rumah-sakit-islam-
pati/195-degradasi-tanah-pertanian-penye bab-dan-dampaknya
http://repository.upi.edu/358/4/S_BIO_08007577_CHAPTER1.pdf

15

Anda mungkin juga menyukai