Anda di halaman 1dari 40

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS

CEREBRAL PALSY DIPLEGI DENGAN MENGGUNAKAN


MODALITAS BOBATH EXERCISE, MASSAGE ,STRETCHING
EXERCISE

MAKALAH
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
YPAC MALANG

Di susun oleh:
1. DANI EKO DARMAWAN (30617011)
2. WILDAN THORIQ ALFARIQI (30617037)

PROGRAM STUDI D3 FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2019

i
HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS


CEREBRAL PALSY DIPLEGI DENGAN MENGGUNAKAN
MODALITAS BOBATH EXERCISE, MASSAGE ,STRETCHING
EXERCISE

Oleh :
1. DANI EKO DARMAWAN (30617011)
2. WILDAN THORIQ ALFARIZQI (30617037)

Pada Tanggal: 27 Januari 2020

Oleh :

Pembimbing : Syaiful Efendy SM,Ph ( )

Mengetahui :
Program Studi D3 Fisioterapi
Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

Indra Cahyadinata, SSt.FT., M. Kes

Ketua Program Studi

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS CEREBRAL

PALSY DIPLEGI DENGAN MENGGUNAKAN MODALITAS BOBATH

EXERCISE, MASSAGE ,STRETCHING EXERCISE” dengan lancar. Makalah

ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah dititipkan pada

kelompok kami.

Kami menyadari bahwa dari penulisan makalah ini tidak terlepas dari

bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberi doa, saran dan dukungan

sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Semoga Tuhan YME membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini. Kami sadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami

berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 13 Januari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................v
DAFTAR GAMBAR............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan.........................................................................................2
D. Manfaat.................................................................................................3
E. Batasan Masalah..........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................5
A. Deskripsi Kasus...........................................................................5
B. Teknologi Intervensi Fisioterapi...............................................13
BAB III KERANGKA KONSEP.........................................................17
A. Kerangka Konsep......................................................................17
B. Deskripsi Kerangka Konsep......................................................18
BAB IV METODE DAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI. .19
A. Metodologi Penelitian...............................................................19
B. Metode Pengkajian....................................................................19
C. Problematika Fisioterapi...........................................................26
D. Tujuan fisioterapi......................................................................26
E. Teknologi Intervensi Alternatif.................................................26
F. PelaksanaanTindakanFisioterapi...............................................29
BAB V PEMBAHASAN.....................................................................29
BAB VI PENUTUP.............................................................................32
A. Kesimpulan...............................................................................32
B. Saran..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA

iv
DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Pemeriksaan Gerak Aktif............................................................23


Tabel IV.2 Pemeriksaan Gerak Pasif..............................................................23
Tabel IV.3 Pemeriksaan sensoris...................................................................25
Tabel IV.4 Kekuatan Otot.............................................................................25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagian bagian otak........................................................................7

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa pertumbuhan anak adalah masa yang sangat beresiko bagi

setiap kehidupan anak, maka sangat penting untuk memperhatikan seluruh

aspek yang mendukung maupun yang mempengaruhi pertumbuhan anak.

Gangguan yang sering dijumpai pada tumbuh kembang anak salah

satunya yaitu cerebal palsy (CP) (Dorlan, 2005). Cerebral Palsy (CP)

adalah suatu kecacatan yang berkaitan dengan sikap tubuh dan gerak yang

disebabkan oleh karena kerusakan otak yang sedang dalam tahap

perkembangan (dibawah 5 tahun) dan yang tidak bersifat progresif (YPAC

Pusat).

Cerebal palsy (CP) merupakan gangguan perkembangan

neuromotor yang sering terjadi pada anak. Di Indonesia, prevalensi

penderita CP 1-5 per 1000 kelahiran hidup. Dimana ada sekitar 1.000-

25.000 kelahiran dengan diagnose CP setiap 5 juta kelahiran hidup di

Indonesia per tahunnya. Laki-laki lebih banyak dari pada perempuan,

sering terjadi pada anak pertama (Selekta, 2018).

Pada penelitian ini menggunakan modalitas Bobath exercise yang

bertujuan untuk fasilitasi persendian yang lemah dengan metode key point

of control. massage yang bertujuan untuk merileksasi otot-otot dan

memberikan stimulasi sensoris. Stretching Exercise bertujuan untuk

1
2

meregangkan otot yang mengalami pemendekan agar tidak terjadi

kontraktur dan pemasangann sepatu koreksi yang bertujuan untuk

mengoreksi pola jalan.

Dengan latar belakang diatas peneliti tertarik mengambil judul

makalah ” Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Diplegi

Dengan Menggunakan Modalitas Bobath Exercise, Massage ,Stretching

Exercise”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana penatalaksanaan fisioterapi pada kasus Cerebral Palsy

Diplegi dengan menggunakan modalitas Bobath Exercise, Massage

,Stretching Exercise.

C. TUJUAN

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui penatalaksanaan fisioterapi pada kasus

Cerebral Palsy Diplegi dengan menggunakan modalitas Bobath Exercise,

Massage ,Stretching Exercise.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral

palsy diplegi dengan modalitas Bobath exc untuk fasilitasi

persendian yang lemah dengan metode key point of control.

b. Untuk mengetahui Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral

palsy diplegi dengan modalitas massage


3

c. Untuk mengetahui Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral

palsy diplegi dengan modalitas stretching exercise untuk

meregangkan otot dan mencegah terjadinya kontraktur.

d. Untuk mengetahui Penatalaksanaan fisioterapi pada kasus cerebral

palsy diplegi dengan modalitas sepatu koreksi untuk mengoreksi

pola jalan.

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan

Sebagai sarana pendidikan untuk persiapan peserta didik di

lingkungan pendidikan fisioterapi untuk memahami serta

melaksanakan proses fisioterapi pada kasus cerebral palsy diplegi

dengan Menggunakan Modalitas Bobath Exercise, Massage

,Stretching Exercise

2. Bagi instansi Rumah Sakit

Bermanfaat sebagai salah satu metode pelayanan fisioterapi yang

dapat diaplikasikan kepada pasien dengan kondisi cerebral palsy

diplegi.

3. Bagi masyarakat

Agar masyarakat lebih memahami dan dapat mengurangi keluhan

serta dapat mencegah terjadinya kondisi lebih buruk pada pasien yang

terkena cerebral palsy diplegi.


4

4. Bagi penulis

Untuk memperdalam pengetahuan tentang Penatalaksanaan

Fisioterapi Pada Kasus Cerebral Palsy Diplegi Dengan Menggunakan

Modalitas Bobath Exercise, Massage ,Stretching Exercise

E. Batasan Masalah

Mengingat pembahasan mengenai cerebral palsy sangatlah luas,

maka pada pembahasan kali ini akan dibatasi mengenai penatalaksanaan

fisioterapi pada kasus cerebral palsy diplegi dengan menggunakan

modalitas bobath exercise, massage ,stretching exercise dan pemasangan

sepatu koreksi, agar mudah dipahami dan juga bisa lebih mudah

diaplikasikan.
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi Cerebral Palsy

Cerebral Palsy merupakan suatu kondisi yang

mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi

dalam otak atau suatu penyakit neuromuskuler yang di sebabkan

oleh gangguan perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak

yang berhubungan dengan pengendalian fungsi motorik

(Soemantri, 2007).

Kelainan yang di sebabkan oleh kerusakan otak yang

mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak dan koordinasi,

psikologis dan kognitif sehingga mempengaruhi proses belajar

mengajar. Ini sesuai dengan teori yang di sampaikan daalam The

American Academy of Cerebral Palsy (Efendi, 2006).

2. Anatomi Otak

Otak melaksanakan semua fungsi yang disadari. Otak

bertanggung jawab terhadap pengalaman-pengalaman berbagai

macam sensasi atau rangsangan terhadap kemampuan manusia untuk

melakukan gerakan-gerakan yang menuruti kemauan (disadari), dan

kemampuan untuk melaksanakan berbagai macam proses mental,

seperti ingatan atau memori, perasaan emosional, intelegensia,

berkomunikasi, sifat atau kepribadian dan ramalan (Untari, 2012).


6

a. Otak besar (serebrum)

Otak besar merupakan bagian terbesar dan terdepan dari

otak manusia. Otak besar mempunyai fungsi dalam mengatur

semua aktivitas mental, yang berkaitan dengan kepandaian

(intelegensia), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbangan.

Otak besar terdiri atas Lobus Oksipitalis sebagai pusat

penglihatan, Lobus temporalis yang berfungsi sebagai pusat

pendengaran, dan Lobus frontalis yang berfungsi sebagai pusat

kepribadian dan pusat komunikasi

b. Otak kecil (serebelum)

Otak kecil (serebelum) mempunyai fungsi utama dalam

koordinasi terhadap otot dan tonus otot, keseimbangan dan posisi

tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka

gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan. Otak

kecil juga berfungsi mengkoordinasikan gerakan yang halus dan

luwes.

c. Otak tengah (mesensefalon)

Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan

varol. Otak tengah berfungsi penting pada refleks mata, tonus otot

serta fungsi posisi atau kedudukan tubuh.

d. Otak depan (diensefalon)

Otak depan terdiri atas dua bagian, yaitu thalamus yang

berfungsi menerima semua rangsang dari reseptor kecuali bau, dan


7

hipothalamus yag berfungsi dalam pengaturan suhu, pengaturan

nutrien, penjagaan agar tetap bangun, dan penumbuhan sikap

agresif.

e. Jembatan varol (pons varoli)

Jembatan varol merupakan serabut saraf yang

menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan. Selain itu,

menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.

1
1 4 5
2
B.3 A. 7

4
3
5 9
6 8
7 13
6 10
8 12 11
9

Gambar 2.1 Bagian bagian otak (Sobotta, 2006).

Keterangan :
1. Polus Frontalis 9. Polus occipitalis
2. Fisura longutudina 10. Incisura preoccipitalis
3. Lubus frontalis 11. Sulcus lateralis
4. Sulcus centralis 12. Polus temporalis
5. Lobus Parientalis 13. Fossa lateralis cerebrii
6. Lobus Temporalis
7. Sulcus parietoocipitalis
8. Lobus Occipitalis
8

3. Etiologi

Etiologi dari Cerebral palsy dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1) Prenatal

a. Infeksi selama masa kandungan

b. Perdarahan selama trimester tiga

c. Inkompeten serviks

d. Trauma

2) Perinatal

a. Hipoksia

Sering dijumpai pada bayi bayi dengan kesulitan

persalinan. Asfiksia menyebabkan rendahnya suplai

oksigen pada otak bayi dalam periode lama, anak

tersebut akan mengalami kerusakan otak yang dikenal

dengan hipoksik iskemik ensefalopati.

b. Perdarahan otak

Perdarahan otak dan anoksia dapat terjadi

bersamaan sehingga sukar membedakannya, misalnya

perdarahan yang mengelilingi batang otak

mengganggu pusat pernafasan sehingga terjadi

anoksia.
9

c. Prematuritas

Bayi kurang bulan memiliki kemungkinan

menderita perdarahan otak yang lebih banyak

daripada bayi cukup bulan, karena pembuluh darah,

enzim, faktor pembekuan darah dan lain-lain masih

belum sempurna

3) Pascanatal

a. Trauma Kapitis

b. Infeksi

c. Kern Ikterus

4. Patofisiologi

Cerebral Palsy merupakan kelayuhan atau lesi atau kerusakan pada

otak yang bermanifestasi pada fungsi-fungsi tubuh yang

dipersarafinya. Bagian otak yang rusak yaitu pada pusat motorik di

otak yaitu Gyrus Precentralis. Gyrus Precentralis terbagi lagi menjadi

beberapa area diantaranya system Piramidalis dan Extrapiramidalis.

Kerusakan pada area tertentu memberikan tampilan jenis-jenis

cerebral palsy. Beberapa symptom yang dapat kita lihat pada anak

cerebral palsy yaitu adanya gangguan motorik (gerak), postur tubuh

yang miring ke kiri atau ke kanan (skoliosis),tulang belakang

melengkung ke belakang (kiposis), atau tulang punggung melengkung

ke depan (lordosis). Diantara mereka banyak yang mengalami


10

kesulitan dalam belajar, juga terdapat gangguan lain seperti gangguan

persepsi visual, auditif, bahkan gangguan bicara.

5. Tanda dan Gejala

a) Bayi prematur atau BBL rendah

b) Infeksi pada otak disebabkan vaksinasi tertentu

c) Virus (Rubella)

d) Kekurangan oksigen (hipoksia)

e) Cidera Kepala

f) Perdarahan Otak

6. Klasifikasi Cerebral Palsy

Kelainan Cerebral Palsy Dapat berwujud :

Spastik : Ditandai dengan adanya peningkatan tonus otot

(ketegangan otot), sehingga otot-otot menjadi kaku, sukar

digerakkan serta terpaku dalam posisi atau sikap tertentu.

Atetoid : Ditandai dengan adanya gerakan diluar kehendak dimana

penderita tidak mampu mengendalikan gerkannya

sedangkan gerakkan-gerkkan yang dilakukan tidak

memiliki tujuan tertentu.

Ataksia : Ditandai dengan adanya ketidakmampuan pasien untuk

mengatur keseimbangannya dan biasanya baru tampak

sesudah pasien berumur 1 tahun.

Flaksid : Ditandai dengan adanya tonus otot yang lemah dan dapat

berubah menjadi spastik atau atetoid.


11

Campuran : Ditandai dengan adanya gangguan yang bersifat

gabungan antara 2 tipe atau lebih misalnya atetoid

dan spastik, atetoid dan ataksia dsb.

Klasifikasi Cerebral Palsy berdasarkan anggota gerak yang

mengalami gangguan :

a. Monoplegia : Kelumpuhan pada satu anggota gerak

(misal pada lengan atau tungkai saja)

b. Hemiplegia : Kelumpuhan separuh badan

c. Paraplegia : Kelumpuhan kedua tungkai

d. Triplegia : Kelumpuhan ketiga anggota gerak

e. Tetraplegia : Kelumpuhan keempat anggota gerak

f. Diplegia : Kelumpuhan kedua tungkai lebih berat

daripada kedua lengannya.

7. Diagnosa Banding

a. Mental subnormal

Sulit membedakan antara Cerebral Palsy yang disertai retardasi

mental dengan yang hanya menderita retardasi mental. Kedua

keadaan ini pada umumnya saling menyertai. Karena itu, kalau

ditemukan anak dengan retardasi mental harus dicari apakah ada

tanda tanda Cerebral Palsy, demikian juga sebaliknya

(Soetjiningsih, 2013).
12

b. Korea Sydenham

Korea syndenham adalah penyakit pada anak yang ditandai

dengan gerakan-gerakan involunter yang cepat dan iregular pada

ekstremitas, wajah, dan badan. Kondisi ini disebabkan oleh

demam rematik. Struktur antigen bakteri streptokokus mirip

dengan struktur protein di membran neuron-neuron striata.

Antibodi anak tersebut tidak hanya mengikat antigen bakteri,

tetapi juga menyerang membran neuron-neuron ganglia basalia.

Hal ini menimbulkan gerakan-gerakan koreiformisyang

untungnya bersifat sementara dan dapat sembuh sempurna

(Snell, 2011).

c. Retardasi motorik terbatas

Sulit membedakan antara Cerebral Palsy tipe diplegia yang

ringan dan kelainan motorik terbatas pada tungkai bawah

(Hendy dan Soetjiningsih, 2013).

8. Prognosis

a. Quo ad vitam : Bonam karena tidak menyebabkan kematian.

b. Quo ad sanam : Bonam karena bisa sembuh lebih cepat jika

dilakukan pengobatan yang di anjurkan terapis.

c. Quo ad fungsionam : Bonam karena tergantung dari derajat

spastisitas pasien.

d. Quo ad cosmeticam : Dubia karena tergantung dari etiologi.


13

9. Problematika Fisioterapi

Klasifikasi Problematika fisioterapi menurut WHO (2001)

sebagai berikut :

1) Impairment

a) Hipertonus

b) Spastisitas pada lower extremity

2) Functional limitation

Tidak dapat berdiri dan berjalan mandiri

3) Particapan Restriction

Mengganggu aktivitas bermain

F. Teknologi Intervensi Fisioterapi

1. Massage

a. Pengertian Massage

Suatu teknik manipulasi jaringan lunak yang menggunakan

tangan dengan tujuan untuk relaksasi otot, perbaikan

fleksibilitas dan pengurangan nyeri serta untuk mendapatkan

efek baik pada jaringan saraf, otot, maupun sirkulasi darah

(Trisnowiyanto, 2012).

b. Indikasi dan KontraIndikasi

Indikasi massage : Relaksasi Umum, Merangsang

vasodilatasi superficial.

Kontra Indikasi massage : Jika terdapat tumor, Jika terdapat

luka terbuka.
14

Teknik-teknik massage yang biasa digunakan adalah efflurage,

stripping dan stroking.

1) Effleurage adalah gerakan ringan yang berirama, yaitu

melakukan gerakan ataupun gosokan yang dilakukan dengan

menggunakan tiga jari tangan diberikan sesuai letak serabut

otot-otot wajah menuju ke telinga.

2) Stripping bertujuan untuk memberikan tekanan

berkelanjutan pada otot yang mengalami gangguan.

3) Stroking atau mengurut bertujuan untuk melemaskan

jaringan sehingga sirkulasi darah dan pertukaran zat menjadi

baik.

2. Stretching Exercise

Stretching merupakan suatu bentuk terapi yang disusun

untuk mengulur struktur jaringan lunak yang mengalami

pemendekan secara patologis dan dengan dosis tertentu dapat

menambah ROM. Pasif Stretching dilakukan ketika pasien dalam

kondisi rileks, dilakukan secara manual atau dengan bantuan alat

untuk menambah panjang jaringan yang memendek (Kisner &

Colby, 1996)
15

3. Bobath Exercise

a. Pengertian Bobath Exercise

Suatu teknik yang dikembangkan oleh karel dan Bertha

Bobath pada tahun 1997. Metode ini khususnya ditujukan

untuk menangani gangguan sistem saraf pusat pada bayi dan

anak-anak. Handling digunakan untuk mempengaruhi tonus

postural, mengatur koordinasi, menginhibisi pola abnormal,

dan memfasilitasi respon otomatis normal. Dengan handling

yang tepat, tonus serta pola gerak yang abnormal dapat

dicegah sesaat setelah terlihat tanda-tanda.

Key Point of Control (KPoC) yaitu titik yang digunakan

terapis dalam inhibisi dan fasilitasi. KPoC harus dimulai dari

proksimal ke distal atau bergerak mulai dari kepala-leher-

trunk-kaki. Dengan bantuan KPoC, pola inhibisi dapat

dilakukan pada penderita dengan mengarahkan pada pola

kebalikannya.

b. Tujuan Bobath

- Memperbaiki, mencegah postur dan pola gerakan

abnormal.

- Mengajarkan postur dan pola gerak yang normal.

c. Teknik Metode Bobath

- Inhibisi
16

- Stimulasi

- Fasilitasi

4. Pemasangan Sepatu Koreksi

a. Tujuan pemasangan sepatu koreksi : Untuk mengoreksi bentuk

kaki pada pasien.

b. Pemakaian menggunakaan back split : Untuk menguatkan dan

membentuk pola jalan yang benar khususnya pada otot-otot

panggul.
17
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. KERANGKA KONSEP

Etiologi Kerusakan pada otak


1. Prenatal
2. Perinatal
3. Postnatal Cerebral Palsy diplegi

Impairment: Tujuan fisiotterapi


1. Adanya kelemahan otot 1. Meningkatkan kekuatan
2. Adanya keterbatasan lingkup gerak sendi otot
3. Adanya abnormalitas tonus otot postural 2. Meningkatkan lingkup
gerak sendi
4. Adanya gangguan keseimbangan
3. Memperbaiki tonus
5. Adanya gangguan koordinasi postural
Fungsional limitation : 4. Meningkkatkan
Keterbatasan fungsional karena adanya gangguan keseimbangan
fungsi motorik halus 5. Meningkatkan
Participation Restriction : koordinasi
Pasien mengalami gangguan dalam bersosialisasi 6. Meningkatkan fungsi
dengan lingkungan sekitar motorik halus

Modalitas alternatif Modalitas yang terpilih


1. Hydroterpi 1. Modalitas Bobath Exercise,
2. Neurosenso 2. Massage
3. Stretching Exercise

= Dilakukan

= Tidak dilakukan

17
18

B. Deskripsi Kerangka Konsep

Proses terjadinya Cerebral Palsy dapat terjadi pada masa Prenatal (masa

sebelum lahir, periode awal perkembangan manusia dimulai sejak konsepsi),

Perinatal (periode yang muncul sekitar pada waktu kelahiran), dan Postnatal

(masa sejak bayi dilahirkan). Pada cerebral palsy diplegi terdapat

problematika Fisioterapi antara lain : 1) Adanya kelemahan otot, 2) Adanya

keterbatasan lingkup gerak sendi, 3) Adanya abnormalitas tonus otot postural,

4) Adanya gangguan keseimbangan, 5) Adanya gangguan koordinasi, serta

adanya keterbatasan fungsional dalam beraktifitas karena adanya gangguan

fungsi motorik kasar dan adanya gangguan dalam bersosialisasi dengan

lingkungan sekitar. Pada penatalaksanaan Fisioterapi dipilih Terapi Latihan

dan Hidroterapi metode Halliwick yang memiliki efektifitas untuk

menurunkan spastisitas pada anggota gerak bawah, memperbaiki tonus

postural, meningkatkan keseimbangan, meningkatkan koordinasi anggota

gerak bawah,meningkatkan kekuatan otot anggota gerak bawah dan

meningkatkan fungsi motorik kasar pada anak cerebral palsy diplegi.


BAB IV

METODE DAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

A. Metode Penelitian

Pengambilan data dan tindakan fisioterapi pada pasien Cerebral

Palsy Diplegi dengan menggunakan metode studi kasus yang dilakukan di

Klinik YPAC Malang bulan Januari tahun 2020 dengan menggunakan

modalitas bobath exercise, massage ,stretching exercise dan pemasangan

sepatu koreksi.

B. Metode Pengkajian

Untuk mengetahui problematika yang dialami oleh seorang pasien

atau penderita maka hal penting yang harus dilakukan seorang fisioterapis

adalah melakukan pengkajian sehingga ada kesesuaian antara terapi yang

akan diberikan dengan sasaran yang diharapkan. Pada tahap ini hal yang

dilakukan adalah pengkajian keadaan pasien pada kasus Cerebral Palsy

Diplegi. Adapun pengkajian yang diperlukan dalam kasus ini antara lain:

1. Pemeriksaan Subjektif

a. Anamnesis umum

Nama : An. A

Umur : 6 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : Tirtomoyo Pakis Malang

Agama : Islam

Pekerjaan pasien :-

19
20

No. RM : 0002818

b. Anamnesis Khusus

Dari annamnesis dapat diperoleh data sebagai berikut:

1) Keluhan Utama

Orang tua pasien mengeluhkan bahwa tubuh anaknya

cenderung adanya kelemahan di bagian ke dua kakinya, dan

baru bisa berjala di usia 3 tahun.

2) Riwayat penyakit sekarang

Pasien adalah anak kedua dari keluarga bpk. Mujiono dan

Ibu Tutik dan usia kanduangan 9 bulan. Pada usia 3 bulan anak

mengalami kejang kemudian di baa ke rumah sakit lavalet

Malang untuk menjalani pemeriksaan. Di usia tersebut pasien

sering mengalami kejang sampai 8 kali dalam waktu sehari.

Setelah umur 2 tahun kaki pasien terlihat lemas seakan tidak

mampu untuk menumpu berat badan. Hasilnya pasien tidak

dapat berdiri maupun berjalan akhirnya pada usia ini pasien ini

mengikuti terapi di YPAC malang sampai pada usia 6 tahun.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pada usia 3 bulan pasien mengalami kejang sebanyak 8 kali

dan tidak disertai demam.

4) Riwayat penyakit penyerta

Pasien tidak memiliki penyakit penyerta


21

5) Riwayat pribadi

Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara dan

sekarang ini pasien sedang mengikuti rawat jalan di YPAC

Malang.

6) Riwayat keluarga

(-)

c. Anamnesis sistem

Anamnesis sistem dibuat untuk melengkapi anamnesis yang

belum tercakup dalam anamnesis umum dan anamnesis khusus,

meliputi :

1) Kepala dan leher

Pasien tidak ada keluhan.

2) Kardiovaskuler

Pasien tidak ada keluhan.

3) Respirasi

Pasien tidak mengalami gangguan pernafasan.

4) Gastrointestinal

Pasien tidak mengalami gangguan pencernaan dan

gangguan pada BAB.

5) Urogenital

Pasien tidak mengalami gangguan pada BAK.

6) Musculoskeletal

Adanya kekakuan otot AGB yang melemah


22

7) Nervorum

Adanya gangguan koordinasi dan keseimbangan.

2. Pemeriksaan fisik

a. Tanda vital

1) Tekanan darah :

2) Denyut nadi : 78 x / menit

3) Pernafasan : 36,50 c

4) Tinggi badan : 110 cm

5) Berat badan : 7 kg

b. Inspeksi

1) Statis : pasien masis belum bisa mengontrol air liurnya dan

masih memakai sepatu kohesi

2) Dinamis : berjalan dengan berpegangan (dititah) dan angkel

lebih cenderung eversi saat berjalan.

c. Palpasi

Adanya tonjolan tulang lunak pada area medial angkel

d. Gerak dasar

Pemeriksaan gerak dasar meliputi gerak aktif, pasif, dan

gerak isometrik melawan tahanan.


23

1) Pemeriksaan gerak aktif

Tabel IV.1 Pemeriksaan Gerak Aktif

Gerak ROM Kek.otot Nyeri

Fleksi hip mampu X/X -

Ekstensi hip mampu X/X -

abduksi hip mampu X/X -

adduksi hip mampu X/X -

fleksi knee mampu X/X -

Ekstensi knee mampu X/X -

Dorsi fleksi Mampu X/X -

Plantar fleksi Mampu X/X -

Inversi Mampu T/T +

Eversi Mampu T/T

2) Pemeriksaan gerak pasif

Tabel IV.2 Pemeriksaan Gerak Pasif

Gerak ROM End feel Nyeri

Fleksi hip full ROM Soft -

Ekstensi hip full ROM soft -

abduksi hip full ROM elastis -

adduksi hip full ROM elastis -

fleksi knee full ROM soft -

Ekstensi knee full ROM soft -


24

Dorsi fleksi Full rom Sofr -

Plantar fleksi Full rom Soft -

Inversi Full rom Elastik +

Eversi Full rom elastik +

3) Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan

Pasien mampu melawan tahanan minimal.

4) Pemeriksaan Kognitif, Interpersonal dan Intrapersonal

a) Kognitif

Pasien mampu atau dapat memahami instruksi dari terapis

b) Intrapersonal

Pasien mempunyai motivasi dan keinginan untuk sembuh

c) Interpersonal

Pasien dapat berinteraksi dengan terapis

5) Kemampuan Fungsional dan Lingkungan Aktivitas

a) Kemampuan Fungsional Dasar

Pasien belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri

b) Aktivitas Fungsional

pasien mampu melakukan gerakan fungsional.

c) LingkunganAktivitas

Lingkungan sekitar mendukung untuk kesembuhan

pasien.
25

3. Pemeriksaan spesifik

a. Pemeriksaan sensoris

Tabel IV.3 Pemeriksaan sensoris

Sensoris Nilai

Auditory 2

Smell 2

Visual 1

Tactile 1

Taste 2

Touch 1

Propioseptif 1

Vastibular 1

b. Kekuatan Otot

Tabel IV.4 Kekuatan Otot

Gerakan Nilai

Fleksi Hip X/X

Ekstensi Hip X/X

Abduksi Hip T/T

Adduksi Hip T/T

Fleksi Knee T/T

Ekstensi Knee T/T

Platar fleksi T/T

Dorsi fleksi T/T

Inversi T/T
26

eversi R/R

C. Problematika Fisioterapi

1. Impairment

Adanya pola berjalan yang salah

2. Functional Limitation

Pasien belum mampu berdiri dan berjalan secara mandiri

3. Participation restriction

Pasien belum mampu bermain dengan teman sebaya nya.

D. Tujuan fisioterapi

1. Tujuan jangka pendek

Mengontrol gerak / memperbaiki pada gerak jalan yang benar ,

meningkatkan kekuatan otot.

2. Tujuan jangka panjang

Melanjutkan tujuan jangka pendek dan mengembalikan aktifitas

fungsional pasien.

E. Teknologi Interverensi Alternatif

Teknologi intervensi alternatif fisioterapi yang dapat digunakan

pada kasus Cerebral Palsy diplegi bobath exercise, massage, gerak pasif.

F. Penatalaksanaan Tindakan Fisioterapi

1. Bobath

Untuk fasilitas persendian yang lemah dengan metode key point of


27

control.

Prosedur : menggunakan guling bobath (knelling, sitting, balance),

Pemakaian menggunakaan back split Untuk menguatkan dan

membentuk pola jalan yang benar khususnya pada otot-otot panggul,

pemasangan sepatu koreksi untuk latihan berdiri di standing balance

dan standing table.

2. Massage :

Untuk merileksasikan otot dan stimulasi sensoris

Prosedur :

Posisi supine lying

Penatalaksanaan :

a. Pastikan posisi pasien serileks mungkin dan area yang di

terapi bebas dari pakaian.

b. Berikan teknik effleurage pada kaki sampai tungkai atas

pasien

c. Lalu lanjut dengan stroking pada kaki sampai tungkai atas

pasien

d. Dan kemudian teknik stripping juga pada kaki dan tungkai

atas, utamakan pada sendi lutut dan tendon Achilles.

3. Pasif execise

Untuk meningkatksn fleksibilitas sendi

Prosedur : pasien supinde dan prone lying, terapis menggerakan AGB


28

(fleksi hip, ekstensi hip, abduksi hip, adduksi hip, dan fleksi knee,

ekstensi knee, dorsifleksi, platarfleksi).

G. Evaluasi

Belum ada perubahan dari T0-T2

1. Planing

a. Terapi :

bobath exc, massage, gerak pasif, dan pemasangan sepatu koreksi

b. Edukasi :

Instruksikan kepada orang tua pasien untuk sering melatih berjalan

dengan pola yang benar dan membiasakan angkel anak ke posisi

yang benar saat dirumah.


BAB V

PEMBAHASAN

Cerebral Palsy (CP) merupakan suatu kondisi yang

mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam

otak atau suatu penyakit neuromuskuler yang di sebabkan oleh gangguan

perkembangan atau kerusakan sebagian dari otak yang berhubungan

dengan pengendalian fungsi motorik (Soemantri, 2007). Hasil evaluasi

dari pasien bernama An.A dengan usia 6 tahun, beralamat di tirtomoyo

pakis Malang, pasien beragama Islam, mempunyai keluhan Anak belum

dapat berjalan sendiri sesuai dengan usianya. Anak berjalan dengan

dititah. didapatkan problematik fisioterapi seperti: (1) Adanya hipotonus,

terdapat gangguan keseimbangan, (2) Pasien belum mampu berdiri dan

berjalan secara mandiri (3) Pasien belum mampu bermain dengan teman

sebaya nya. Disini fisioterapis menggunakan modalitas bobath exercise

untuk fasilitas persendian yang lemah dengan metode key point of control,

massage untuk merileksasikan otot-otot dan stimulasi sensoris , pasif dan

aktif exercise untuk meningkatkan fleksibilitas sendi dan mencegah

terjadinya penurunan LGS dan sepatu koreksi untuk mengoreksi pola

jalan.

1. Terapi Pertama (T0) (T1) dilaksanakan pada tanggal 13 Januari 2020

pada kondisi Cerebral Palsy (CP) yaitu sebelum dilaksanakan

intervensi fisioterapi maka terlebih dahulu melakukan proses anamnesis

yang berguna untuk mendapatkan data pasien meliputi : nama, usia, jenis

29
30

kelamin, agama, serta alamat pasien, data selanjutnya adalah

mengetahui keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang

(Prenatal, natal dan post natal), riwayat penyakit dahulu, riwayat

pribadi dan riwayat keluarga, kemudian untuk data selanjutnya adalah

anamnesis sistem yang meliputi : sistem kepala dan leher, kardiovaskuler,

respirasi, gastroinstestinal, urogenital, muskuloskeletal dan nervorum.

Setelah anamnesis adalah pemeriksaan inspeksi, palpasi,

memeriksa gerakan aktif, dan pasif. Pemeriksaan selanjutnya adalah

pemeriksaan kognitif, intrapersonal, interpersonal. Setelah pemeriksaan

diatas sudah dilaksanakan maka kemudian dilakukan pemeriksaan

spesifik meliputi : pemeriksaan spastisitas menggunakan skala

asworth, pemeriksaan sensoris,dan pemeriksaan kekuatan otot (XOTR).

Kemudian setelah selesai semua pemeriksaan maka fisioterapis

menyimpulkan diagnosa antara lain : Impairment, Functional Limitation,

Participation Restriction. Dilanjutkan dengan program fisioterapi

dengan menentukan tujuan jangka panjang dan jangka pendek.

Selanjutnya adalah pemberian modalitas fisioterapi yaitu berupa

bobath exercise, maasage, latihan gerak pasif dan pemasangan sepatu

koreksi.

2. Terapi kedua (T2)

Terapi kedua dilakukan pada tanggal 17 Januari 2020 pada kondisi

Cerebral Palsy (CP) terapi yang dilakukan sama seperti terapi

pertama yaitu dengan modalitas bobath exercise, maasage, latihan gerak


31

pasif dan pemasangan sepatu koreksi. Setelah selesai dilakukan kembali

pemeriksaan untuk mengetahui perubahan yang terjadi setelah terapi

dilakukan, pemeriksaan meliputi pemeriksaan spastisitas menggunakan

skala asworth, pemeriksaan sensoris,dan pemeriksaan kekuatan otot

(XOTR).
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien An. A usia 6 tahun dengan diagnosa medis Cerebral Palsy

Diplegi dengan keluhan Anak belum dapat berjalan sendiri sesuai

dengan usianya dan anak berjalan dengan dilitah. Permasalahan-

permasalahannya tersebut diantaranya adanya spastisitas, sesoris yang

terganggu dan adanya ganngguan otot, dari permasalahan tersebut

mengakitbatkan kemampuan fungsional anak tergangu. Dengan

menggunakan modalitas fisioterapi yaitu bobath exercise, maasage,

latihan gerak pasif dan pemasangan sepatu koreksi.

B. Saran

Untuk menghindari dampak lebih lanjut dari kondisi Cerebral

Palsy diplegi, orang tua pasien perlu diberikan saran-saran seperti berikut:

Orang tua diminta untuk selalu melatih anak untuk berjalan dengan pola

yang benar dan disarankan untuk memakai sepatu koreksi dan latihan

berjalan ketika dirumah.

32
33

DAFTAR PUSTAKA

Dorlan, S. J. 2005. Cerebral Palsy, A Complete Guide for Caregiving. The John

Hopkins University Press, Baltimore and London, hal.3.138

Permadi, Agung Wahyu. 2019. Fisioterapi Manajemen Komprehensif Praktik


Klinik. Jakarta. 179-181.

Putz, R., Pabst, R. 2006. Atlas of Human Anatomy. VoLume1 : Head, Neck,
Upper Limb
.
Selekta, Mayang Cendikia. 2018. Cerebral Palsy Tipe Spastik Quadriplegi Pada
Anak Usia 5 Tahun. Lampung.

YPAC PUSAT. Cerebral Palsy.

Anda mungkin juga menyukai