Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA TERKAIT PROGRAM


PUSKESMAS SANTUN LANSIA DI PUSKESMAS SEI JANG
TANJUNGPINANG

DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

NOFRIZA ENDAH PRATIWI : 111711023


NUR AYU SULASTRI : 111711024
WANDA SULISTIOWATI : 111711033
YUVIANUR : 111711037

Dosen Pembimbing:
Soni Hendra Sitindaon, S.Kep, Ns, M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANGTUAH
TANJUNGPINANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II
dalam bentuk makalah dengan judul Hasil Observasi dan wawancara terkait program
Puskesmas Santun Lansia di Puskesmas Sei Jang.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini tidak akan


selesai tanpa adanya bantuan dan bimbingan yang telah diberikan oleh berbagai
pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan :

1. Dr. Heri Priatna, SStFt, SKM, S. Sos, MM selaku ketua Stikes Hang Tuah
Tanjungpinang.
2. Soni Hendra Sitindaon, S.Kep, Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat selesai.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materil.
4. Teman-teman yang telah memberikan dorongan semangat kepada penyusun.

Kami sadar, bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu
dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca juga kami para
penulis. Demikian yang dapat tim penyusun sampaikan atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

Tanjungpinang, 25 Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................2
C. Tujuan penulisan......................................................................................2
D. Metode Penulisan........... .........................................................................3
E. Manfaat Penulisan...................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


I. Konsep Lanjut Usia
A. Definisi Lansia.........................................................................................4
B. Batasan Lansia.........................................................................................4
C. Ciri-ciri Lansia.........................................................................................5
D. Perkembangan Lansia..............................................................................6
E. Permasalahan Lansia di Indonesia...........................................................7
F. Pendekatan Perawatan Lansia..................................................................9
G. Prinsip Etik Keperawatan Lansia..........................................................11
II. Puskesmas Santun Lansia
A. Definisi Puskesmas Santun Lansia........................................................12
B. Ciri-ciri Puskesmas Santun Lansia........................................................12
C. Manajemen Puskesmas Santun Lansia..................................................14

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Hasil Observasi......................................................................................15
B. Hasil Wawancara...................................................................................17

BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................19

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 21
B. Saran 21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan proses penuaan dengan bertambahnya usia individu yang
ditandai dengan penurunan fungsi organ tubuh seperti otak, jantung, hati dan
ginjal serta peningkatan kehilangan jaringan aktif tubuh berupa otot-otot tubuh.
Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat dari berkurangnya jumlah dan
kemampuan sel tubuh, sehingga kemampuan jaringan tubuh untuk
mempertahankan fungsi secara normal menghilang, sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Fatmah, 2010).
Lansia adalah sekelompok orang yang mengalami suatu proses perubahan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Jumlah lansia di dunia, termasuk
negara Indonesia bertambah tiap tahunnya. Pada tahun 2012persentase penduduk
usia 60 tahun keatas adalah 7,58%, sedangkan pada tahun 2013 meningkat
menjadi 8 %, pada tahun 2014 meningkat menjadi 8,2% dan tahun 2015
meningkat menjadi 8,5% ( BPS, 2015).
Saat ini populasi di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk 60 tahun ± 10 juta jiwa/5,5 % dari total
populasi penduduk. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3 kali lipat menjadi
± 29 juta jiwa/11,4 % dari total populasi penduduk. Dengan jumlah populasi
tersebut terdapat 62,3% lansia di Indonesia masih berpenghasilan dai
pekerjaannya sendiri, 59,4% dari lansia masih berperan sebagai kepala keluarga,
53 % lansia masih menanggung beban kehidupan keluarga dan hanya 27,5 %
lansia mendapat penghasilan dari anak/menantu. Populasi lansia berusia ≥ 60
tahun sebanyak 10% dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050 di dunia.
sedangkan lansia berusia ≥ 85 tahun meningkat 0,25 %.
Peningkatan taraf hidup dan Umur Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan
Hidup (AHH) merupakan rata-rata tahun hidup yang dijalani seseorang yang telah
mencapai usia tertentu dan pada tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang

1
berlaku di lingkungan masyarakat. Peningkatan UHH mengakibatkan terjadinya
transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan yang merupakan akibat dari
peningkatan jumlah angka kesakitan penyakit degeneratif (Kemenkes RI, 2013).
Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan. Manusia seperti
halnya semua makhluk hidup didunia ini mempunyai batas keberadaannya dan
akan berakhir dengan kematian. Perubahan-perubahan pada usia lanjut dan
kemunduran kesehatannya kadang-kadang sukar dibedakan dari kelainan patologi
yang terjadi akibat penyakit. Dalam bidang endokrinologi hampir semua produksi
dan pengeluaran hormon dipengaruhi oleh enzim-enzim yang sangat dipengaruhi
oleh proses menjadi tua. Untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dimasa-masa
tuanya maka sangat diperlukan dukungan dari keluargnya.
Dalam hal mempermudah penyembuhan perlu dilibatkan keluarga dan
pelayanan kesehatan. Dalam makalah ini akan dibahas sistem pelayanan program
santun lansia yang bertujuan untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan
lansia.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, kelompok tertarik membahas “Bagaimana Hasil


Observasi dan Wawancara terkait sistem pelayanan pada Puskesmas Santun
Lansia di Puskesmas Sei Jang.”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memahami dan menganalisa mengenai hasil observasi dan wawancara terkait
Program Puskesmas Santun Lansia di Puskesmas Sei Jang.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami dan menganalisa definisi
b. Memahami dan menganalisa definisi
c. Memahami dan menganalisa definisi

2
d. Memahami dan menganalisa definisi
e. Memahami dan menganalisa definisi

D. Metode Penulisan
1. Metode Kepustakaan
Yaitu dengan mengumpulkan referensi dan beberapa buku seperti buku.
2. Media Internet
Yaitu bersumber dari jurnal dan karya tulis ilmiah di internet yang relevan.
3. Observasi dan Wawancara
Yaitu dengan melakukan observasi dan wawancara terkait Program
Puskesmas Santun Lansia
E. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini, yaitu:
1. Bagi Penulis
Diharapkan makalah ini dapat mendeskripsikan tentang pengembangan
Program Puskesmas Santun Lansia yang ada di Tanjungpinang.
2. Bagi Instansi Terkait (Perguruan Tinggi)
Diharapkan makalah ini dapat menambah informasi mengenai
pengembangan Program Puskesmas Santun Lansia yang ada di
Tanjungpinang sehingga pihak instansi dapat membuatnya sebagai bahan
ajar.
3. Bagi Pembaca
Sebagai referensi dan sarana penambah pengetahuan bagi pembaca terutama
berkaitan dengan Program Puskesmas Santun Lansia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

I. Konsep Lanjut Usia


A. Definisi Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses
yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan kumulatif,
merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, seperti
didalam Undang-Undang No.13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang
bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik
dan usia harapan hidup makin meningkat, sehingga jumlah
lanjut usia makin bertambah.
Banyak diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu
berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia
pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai keagamaan
dan budaya bangsa.
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaaan yang terjadi di
dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses
sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah

4
melalui tiga tahap kehidupan, yaitu anak, dewasa dan tua
(Nugroho, 2006).

B. Batasan Lansia
a. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai
berikut :
1) Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
2) Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
3) Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.

b. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi


menjadi tiga kategori :
1) Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
2) Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
3) Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia
60 tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

C. Ciri-Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik
dan faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting
dalam kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang
memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan,
maka akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan
tetapi ada juga lansia yang memiliki motivasi yang tinggi,
maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas

5
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh
pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di
masyarakat menjadi negatif, tetapi ada juga lansia yang
mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan
sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya
lansia menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai
Ketua RW, sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan
lansia sebagai ketua RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk
sehingga dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang
buruk. Akibat dari perlakuan yang buruk itu membuat
penyesuaian diri lansia menjadi buruk pula. Contoh : lansia
yang tinggal bersama keluarga sering tidak dilibatkan untuk
pengambilan keputusan karena dianggap pola pikirnya
kuno, kondisi inilah yang menyebabkan lansia menarik diri
dari lingkungan, cepat tersinggung dan bahkan memiliki
harga diri yang rendah.

D. Perkembangan Lansia

6
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus
kehidupan manusia di dunia. Tahap ini dimulai dari 60 tahun
sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap akhir
dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses
menjadi tua (tahap penuaan). Masa tua merupakan masa hidup
manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi
sedikit sehingga tidak dapat melakukan tugasnya sehari-hari
lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan
sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional.
Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-
paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Dengan kemampuan
regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan
dengan orang dewasa lain. Untuk menjelaskan penurunan pada
tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli
pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak
ditemukan pada faktor genetik.

E. Permasalahan Lansia di Indonesia


Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa
dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun
2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Tahun 2050,
satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia

7
dan lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan
bayi atau balita. Sedangkan sebaran penduduk lansia pada
tahun 2010, Lansia yang tinggal di perkotaan sebesar
12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar
15.612.232 (9,97%).
Terdapat perbedaan yang cukup besar antara lansia yang
tinggal di perkotaan dan di perdesaan. Perkiraan tahun 2020
jumlah lansia tetap mengalami kenaikan yaitu sebesar
28.822.879 (11,34%), dengan sebaran lansia yang tinggal di
perkotaan lebih besar yaitu sebanyak 15.714.952 (11,20%)
dibandingkan dengan yang tinggal di perdesaan yaitu sebesar
13.107.927 (11,51%). Kecenderungan meningkatnya lansia
yang tinggal di perkotaan ini dapat disebabkan bahwa tidak
banyak perbedaan antara rural dan urban.
Kebijakan pemerintah terhadap kesejahteraan lansia menurut
UU Kesejahteraan Lanjut Usia (UU No 13/1998) pasa 1 ayat 1:
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan
sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa
keselamatan, kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan
pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-
baiknya bagi diri, keluarga, serta masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak dan kewajiban asasi manusia sesuai
dengan Pancasila. Pada ayat 2 disebutkan, Lanjut Usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
keatas.
Dan mereka dibagi kepada dua kategori yaitu lanjut usia
potential (ayat 3) dan lanjut usia tidak potensial (ayat 4). Lanjut
Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu

8
melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan/atau jasa. Sedangkan Lanjut Usia
Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang
lain. Bagi Lanjut Usia Tidak potensial (ayat 7) pemerintah dan
masyarakat mengupayakan perlindungan sosial sebagai
kemudahan pelayanan agar lansia dapat mewujudkan dan
menikmati taraf hidup yang wajar. Selanjutnya pada ayat 9
disebutkan Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah
ini berawal dari kemunduran sel-sel tubuh, sehingga fungsi dan
daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering
dialami lanjut usia adalah malnutrisi, gangguan keseimbangan,
kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu, beberapa
penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain
hipertensi, gangguan pendengaran dan penglihatan, demensia,
osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan
pada lansia tahun 2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya
dari setiap 100 orang lansia di daerah perkotaan 24 orang
mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62% artinya
setiap 100 orang lansia di pedesaan, 28 orang mengalami
sakit.
Pendapat lain menjelaskan bahwa lansia mengalami perubahan
dalam kehidupannya sehingga menimbulkan beberapa
masalah. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu :
a. Masalah fisik
Masalah yang hadapi oleh lansia adalah fisik yang mulai
melemah, sering terjadi radang persendian ketika

9
melakukan aktivitas yang cukup berat, indra pengelihatan
yang mulai kabur, indra pendengaran yang mulai berkurang
serta daya tahan tubuh yang menurun, sehingga
seringsakit.
b. Masalah kognitif (intelektual)
Masalah yang hadapi lansia terkait dengan perkembangan
kognitif, adalah melemahnya daya ingat terhadap sesuatu
hal (pikun), dan sulit untuk bersosialisasi dengan
masyarakat di sekitar.
c. Masalah emosional
Masalah yang hadapi terkait dengan perkembangan
emosional, adalah rasa ingin berkumpul dengan keluarga
sangat kuat, sehingga tingkat perhatian lansia kepada
keluarga menjadi sangat besar. Selain itu, lansia sering
marah apabila ada sesuatu yang kurang sesuai dengan
kehendak pribadi dan sering stres akibat masalah ekonomi
yang kurang terpenuhi.
d. Masalah spiritual
Masalah yang dihadapi terkait dengan perkembangan
spiritual, adalah kesulitan untuk menghafal kitab suci karena
daya ingat yang mulai menurun, merasa kurang tenang
ketika mengetahui anggota keluarganya belum
mengerjakan ibadah, dan merasa gelisah ketika menemui
permasalahan hidup yang cukup serius.
e. Tujuan Kesehatan Lansia
Pelayanan pada umumnya selalu memberikan arah dalam
memudahkan petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan sosial, kesehatan, perawatan dan meningkatkan

10
mutu pelayanan bagi lansia. Tujuan pelayanan kesehatan
pada lansia terdiri dari :
1) Mempertahankan derajat kesehatan para lansia pada
taraf yang setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan.
2) Memelihara kondisi kesehatan dengan aktifitas-aktifitas
fisik dan mental
3) Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lansia
yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih
dapat mempertahankan kemandirian yang optimal.
4) Mendampingi dan memberikan bantuan moril dan
perhatian pada lansia yang berada dalam fase terminal
sehingga lansia dapat mengadapi kematian dengan
tenang dan bermartabat. Fungsi pelayanan dapat
dilaksanakan pada pusat pelayanan sosial lansia, pusat
informasi pelayanan sosial lansia, dan pusat
pengembangan pelayanan sosial lansia dan pusat
pemberdayaan lansia.

F. Pendekatan Perawatan Lansia


1. Pendekatan Fisik
Perawatan pada lansia juga dapat dilakukan dengan
pendekatan fisik melalui perhatian terhadap kesehatan,
kebutuhan, kejadian yang dialami klien lansia semasa
hidupnya, perubahan fisik pada organ tubuh, tingkat
kesehatan yang masih dapat dicapai dan dikembangkan,
dan penyakit yang dapat dicegah atau progresifitas
penyakitnya.

11
Pendekatan fisik secara umum bagi klien lanjut usia dapat
dibagi 2 bagian:
a. Klien lansia yang masih aktif dan memiliki keadaan fisik
yang masih mampu bergerak tanpa bantuan orang lain
sehingga dalam kebutuhannya sehari-hari ia masih
mampu melakukannya sendiri.
b. Klien lansia yang pasif, keadaan fisiknya mengalami
kelumpuhan atau sakit. Perawat harus mengetahui dasar
perawatan klien lansia ini, terutama yang berkaitan
dengan kebersihan perseorangan untuk mempertahankan
kesehatan.
2. Pendekatan Psikologis
Perawat mempunyai peranan penting untuk mengadakan
pendekatan edukatif pada klien lansia. Perawat dapat
berperan sebagai pendukung terhadap segala sesuatu yang
asing, penampung rahasia pribadi dan sahabat yang akrab.
Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam
memberi kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk
menerima berbagai bentuk keluhan agar lansia merasa
puas. Perawat harus selalu memegang prinsip triple S yaitu
sabar, simpatik dan service. Bila ingin mengubah tingkah
laku dan pandangan mereka terhadap kesehatan, perawat
bisa melakukannya secara perlahan dan bertahap.
3. Pendekatan Sosial
Berdiskusi serta bertukar pikiran dan cerita merupakan
salah satu upaya perawat dalam melakukan pendekatan
sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama
dengan sesama klien lansia berarti menciptakan sosialisasi.
Pendekatan sosial ini merupakan pegangan bagi perawat

12
bahwa lansia adalah makhluk sosial yang membutuhkan
orang lain.
Dalam pelaksanaannya, perawat dapat menciptakan
hubungan sosial, baik antar lansia maupun lansia dengan
perawat. Perawat memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada lansia untuk mengadakan komunikasi dan
melakukan rekreasi. Lansia perlu dimotivasi untuk membaca
surat kabar dan majalah.

G. Prinsip Etik Keperawatan Lansia


Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan
pada lansia adalah:
1. Empati: istilah empati menyangkut pengertian “simpati atas
dasar pengertian yang dalam” artinya upaya pelayanan
pada lansia harus memandang seorang lansia yang sakit
dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa
penderitaan yang dialami oleh penderita tersebut. Tindakan
empati harus dilaksanakan dengan wajar, tidak berlebihan,
sehingga tidak memberi kesan over protective dan belas-
kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatrik harus
memahami peroses fisiologis dan patologik dari penderita
lansia.
2. Non maleficence dan beneficence. Pelayanan pada lansia
selalu didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang
baik dan harus menghindari tindakan yang menambah
penderitaan (harm). Sebagai contoh, upaya pemberian
posisi baring yang tepat untuk menghindari rasa nyeri,
pemberian analgesik (kalau perlu dengan derivat morfina)
yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan

13
contoh berbagai hal yang mungkin mudah dan praktis untuk
dikerjakan.
3. Otonomi yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu
mempunyai hak untuk menentukan nasibnya, dan
mengemukakan keinginannya sendiri. Tentu saja hak
tersebut mempunyai batasan, akan tetapi di bidang geriatri
hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah lansia dapat
membuat keputusan secara mandiri dan bebas. Dalam etika
ketimuran, seringakali hal ini dibantu (atau menjadi semakin
rumit ?) olehpendapat keluarga dekat. Jadi secara hakiki,
prinsip otonomi berupaya untuk melindungi penderita yang
fungsional masih kapabel (sedangkan non-maleficence dan
beneficence lebih bersifat melindungi penderita yang
inkapabel). Dalam berbagai hal aspek etik ini seolah-olah
memakai prinsip paternalisme, dimana seseorang menjadi
wakil dari orang lain untuk membuat suatu keputusan
(misalnya seorang ayah membuat keputusan bagi anaknya
yang belum dewasa).
4. Keadilan: yaitu prinsip pelayanan pada lansia harus
memberikan perlakuan yang sama bagi semua. Kewajiban
untuk memperlakukan seorang penderita secara wajar dan
tidak mengadakan pembedaan atas dasar karakteristik yang
tidak relevan.
5. Kesungguhan hati: Suatu prinsip untuk selalu memenuhi
semua janji yang diberika pada seorang lansia.

II. Puskesmas Santun Lanjut Usia


Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran

14
serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelengarakan kegiatan
secara menyeluruh , terpadu dan kesinambungan pada suatu
masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu .

A. Pengertian Puskesmas Santun Lansia :


Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada
pra Lansia dan lansia yang meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif yang lebih menekankan unsur
proaktif, kemudahan proses pelayanan, santun, sesuai standart
pelayanan dan kerjasama dengan unsur lintas sektor. Program
Lansia tidak terbatas pada pelayanan kesehatan klinik, tetapi
juga pelayanan kesehatan di luar gedung dan pemberdayaan
masyarakat.

B. Ciri – ciri Puskesmas Santun Lansia :


1. Memberikan pelayanan yang baik, berkualitas & sopan :
a. Lansia kemampuan fisiknya sangat terbatas dan gerakan
lamban
b. Kesabaran dalam menghadapi lansia
c. Kemauan & kemampuan untuk memberikan penjelasan
scr tuntas
d. Melayani lansia sesuai prosedur yang berlaku
e. Menghargai lansia dengan memberikan pelayanan yg
sopan santun
2. Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada lansia
a. Menghindari antrian yang berdesakan perlu didahulukan
karena kondisi fisik lansia

15
b. Kemudahan : Loket pendaftaran tersendiri,Ruang
konseling tersendiri (terpisah), mendahulukan pelayanan
disesuaikan kondisi setempat
3. Memberikan keringanan / bebas biaya pelayanan kesehatan
bagi Lansia
a. Lansia yang sudah pensiun / tidak bekerja
b. Keterbatasan dana untuk mencukupi biaya hidup /
kebutuhan kesehatannya
c. Berikan keringanan / bebas biaya pelayanan di
Puskesmas
4. Memberikan dukungan / bimbingan padalansia dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya agar tetap
sehat dan mandiri
a. Lakukan penyuluhan kesehatan, gizi dan tetap
berperilaku hidup sehat
b. Anjurkan tetap beraktifitas sesuai kemampuan serta
menjaga kebugarannya dengan olahraga /senam
c. Anjurkan tetap melakukan dan mengembangkan hobi /
kemampuannya terutama usaha ekonomi produktif
d. Anjurkan melaksanakan aktifitas secara bersama dengan
kelompoknya: pengajian, kesenian, rekreasi dll dengan
harapan merasakan kebersamaan dan saling berbagi
5. Melakukan pelayanan kesehatan secara proaktif untuk
dapat menjangkau sebanyak mungkin sasaran lansia di
wilayahnya
a. Melakukan fasilitasi dan pembinaan kelompok lansia
dengan deteksi dini, pemeriksaan kesehatan dan
tinjauan pada saat kegiatan

16
b. Bagi lansia yang dirawat di rumah dilakukan kunjungan
rumah untuk perkesmas
c. Pelayanan kesehatan di Pusling / kunjungan luar gedung
6. Melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
dengan azas kemitraan dalam rangka untuk pembinaan dan
meningkatkan kualitas hidup lansia
a. Kesehatan mental dan sosial
b. Peningkatan peran keluarga dan masyarakat
c. Koordinasi dan menggalang kerjasama dengan dinas
terkait

C. Manajemen Puskesmas Santun Lansia :


1. Perencanaan
a. Kesepakatan antara staf Puskesmas tentang pembinaan
kegiatan Usia
b. lanjut (Usila) : Penanggung jawab, Koordinator , dan
Pelaksana kegiatan
c. pelayanan kesehatan Usia Lanjut (Usila)
d. Pengumpulan data dasar
e. Pendekatan & kerjasama lintas sektoral
2. Pelaksanaan
Prosedur yang diberikan adalah kemudahan dan kenyamanan
lansia :
a. Loket khusus
b. Ruang pelayanan khusus dan semua fasilitas untuk
memudahkan
c. pelayanan Usia Lanjut (Usila)
d. (kursi khusus, koridor dengan pegangan dan jalan yang
tidak terlalu

17
e. licin/terjal, toilet dengan pegangan, dll)
3. Monitoring
Monitoring melalui pengamatan langsung di Puskesmas,
pengamatan meliputi: pelaksanaan kegiatan dibandingkan
dengan rencana, Adanya hambatan/masalah, kinerja petugas.
4. Evaluasi
Evaluasi melalui :
a. Melakukan Wawancara
b. Pengamatan Langsung
c. Penelitian Khusus

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Hasil Observasi

Pintu masuk bagian depan Loket pendaftaran tertulis lansia prioritas

Bangku prioritas lansia Pintu masuk poli lansia

18
Kertas resep khusus untuk lansia kartu berobat khusus untuk lansia

Apotek yang bertuliskan “Dahulukan


Lansia”

Kelompok dan Tim Program


Puskesmas Santun Lansia

19
B. Hasil Wawancara
1. Apa yang dimaksud dari puskesmas santun lansia ini?
Puskesmas santun lansia ini adalah puskesmas yang berfokus pada lansia.
Secara konsep, puskesmas santun lansia ini merupakan pelayanan satu pintu
khusus lansia. Namun, mengingat dan menimbang kondisi puskesmas yang
masih bergabung dengan poli-poli yang lain, maka tim santun lansia ini
mengubah sedikit konsepnya dengan memprioritaskan lansia paling utama
diantara pasien-pasien yang lain.

2. Siapa sasaran dari program Puskemas santun lansia ini?


Di Puskesmas santun lansia ini, mereka melayani khusus lansia risti, dimana
artinya lansia dengan resiko tinggi yang berumur 60-70 tahun keatas. Untuk
kategori lansia yang lain biasanya mereka akan turun langsung ke lapangan
dimana itu yang dimanakan posyandu lansia yang dilakukan sebulan sekali.
Dan juga, lansia disini walaupun tidak memiliki jaminan kesehatan tetap akan
dilayani secara prioritas.

3. Bagaimana pelaksanaan program ini pada mulanya sampai pada saat ini ?

20
Awalnya 2012 sejak kepala tim pindah ke puskesmas tersebut, program
santun lansia ini sudah ada namun belum berkembang secara optimal. Setelah
itu, tim santun lansia ini yang terdiri dari kepala tim, dokter umum, dan
perawat pelaksana memikirkan bagaimana cara agar lansia ini menjadi suatu
prioritas yang menguntungkan lansia.

4. Tujuan utama dari puskesmas santun lansia ?


Tujuan yang paling utama dari dibentuknya puskesmas santun lansia ini
adalah untuk meningkatkan derajat dan status kesehatan lansia.

5. Pelayanan seperti apa yang diberikan kepada lansia dengan program santun
lansia ?
Lansia disini dari awal sudah dikatakan sebagai pasien dengan prioritas paling
utama. Para lansia ini akan diberikan kartu berwarna orange sebagai tanda
pengenal jika mereka adalah pasien lansia dengan prioritas, lalu pada saat
pendaftaran lansia cukup menunjukkan kartu orange tersebut dan mereka akan
didahulukan. Juga, diberikan kursi tunggu khusus lansia yang hanya boleh
diduduki oleh lansia tersebut. Jika lansia ini butuh melakukan pengecekan
darah atau harus ke laboratorium dan lansia tidak mampu melakukannya
karna harus naik turun tangga, maka bagian laboratorium yang akan datang
kepada lansia tanpa lansia harus repot-repot. Selanjutnya untuk penebusan
obat, lansia memiliki kertas resep obat tersendiri yang menandakan jika lansia
adalah prioritas dimana resep obatnya harus didahulukan. Dan terakhir, untuk
lansia dengan resiko jatuh, lansia itu akan diberikan kalung berwarna kuning
dengan tulisan “resiko jatuh”.

6. Apa harapan kedepannya untuk program santun lansia ?


Para tim santun lansia ini berharap kedepannya agar bisa memiliki puskesmas
santun lansia dengan pelayan satu pintu seperti pada konsep santun lansia itu
sendiri.

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tanggal 05 Maret 2020, kami—Mahasiswi STIKes Hang Tuah


Tanjungpinang—kelompok lima dari mata kuliah Komunitas II yang melakukan
observasi dan wawancara dengan ketua tim dari program tersebut yaitu Ibu Nina,
S.Kep terkait program dari Puskemas Santun Lansia yang terletak di Sei Jang.

Puskesmas Santun Lansia dari tahun 2011 sudah terbentuk, namun belum
memenuhi syaratnya dan belum berkembang secara baik. Pada saat Ibu Nina pindah
ke Puskemas Santun Lansia ini pada tahun 2012, maka dipikirkanlah bagaimana
caranya agar Puskesmas yang awalanya untuk secara umum ini bisa melayani lansia
sesuai dengan konsepnya.

Puskemasmas Santun Lansia ini secara konsep adalah pusat pelayanan lansia
secara satu pintu. Akan tetapi, mengingat dan menimbang fasilitas dan sumber daya
yang tidak memadai maka puskesmas santun lansia ini diubah sedikit konsepnya.

22
Seperti contohnya diberikan kartu khusus lansia yang memudahkan lansia untuk
mendaftar tanpa harus menunggu antrian, lalu ruang poli lansia yang diletakkan
paling depan agar lansia tidak perlu berjalan jauh kebelakang, tempat duduk khsusu
lansia untuk menunggu giliran masuk yang diletakkan didepan ruang poli lansia.
Kertas resep obat yang dibuat khusus untuk lansia agar tidak perlu menunggu antrian
obat.

Dikatakan oleh ketua tim, jika pasien yang datang ke Puskesmas Santun Lansia
ini yang berumur enam puluh tahun ke atas atau lansia dengan kategori resiko tinggi.
Untuk pra lansia dan lansia tim puskesmas akan turun langsung ke lapangan dengan
membuat Posyandu Lansia disetiap bulannya. Selain kegiatan Posyandu Lansia
disetiap bulannya. Dilakukan juga senam lansia disetiap minggunya setiap hari Rabu
jam enam pagi.

Tujuan dari dibuatnya program ini adalah agar angka usia harapan hidup lansia
meningkat, derajat dan status kesehatan meningkat, lansia masih mampu melakukan
aktivitasnya secara produktif dan tidak membebani keluarga. Karena tidak menutup
mata antara pasien satu dengan pasien yang lain memiliki derajat dan status kesehatan
yang berbeda walaupun usia mereka sama.

Harapan dan cita-cita dari tim Santun Lansia ini agar kedepannya bisa
menerapkan program santun lansia sesuai dengan apa yang dikonsepkan. Juga, agar
mampu melayani lansia dengan sebaik-baiknya dan sesantun-santunnya.

23
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah seseorang yang telah mengalami proses
penuaan, proses menurunnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh.
Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi
menjadi tiga kategori:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60
tahun ke atas dengan masalah kesehatan.

Puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada


pra Lansia dan lansia yang meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif yang lebih menekankan unsur
proaktif, kemudahan proses pelayanan, santun, sesuai standart

24
pelayanan dan kerjasama dengan unsur lintas sektor. Program
Lansia tidak terbatas pada pelayanan kesehatan klinik, tetapi
juga pelayanan kesehatan di luar gedung dan pemberdayaan
masyarakat.

B. Saran
1. Saran bagi Mahasiswa
Bagi Mahasiswa disarankan dengan adanya karya tulis ini dapat
meningkatkan kembali pengetahuan terkait Program Puskesmas Santun
Lansia.
2. Saran bagi Perguruan Tinggi
Bagi perguruan tinggi disarankan untuk bisa menjadikan karya tulis ini
sebagai bahan ajar dalam meningkatkan pengetahuan terkait dengan materi
diatas.

3. Saran bagi Pembaca


Diharapkan karya tulis ini dapat dijadikan sebagai sarana meningkatkan
pengetahuan pembaca dan referensi mengenai Program Puskesmas Santun
Lansia.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik R.I. (2015). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2015. Jakarta:
Badan Pusat Statistik RI
Depkes RI. (2005). Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas Kesehatan
I. Jakarta
Ekasari, Fatma. (2010). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta:Salemba
Medika.
Kholifah, Siti Nur. (2016). Modul Bahan Ajar Keperawatan Gerontik. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Maryam, R. Siti. et-al. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.
Jakarta:Salemba

26
__________. (2010). Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas
Kesehatan. Jakarta: Direktorat Bina Kesehatan Komunitas.

27

Anda mungkin juga menyukai