Anda di halaman 1dari 18

TUGAS RESUME DASAR KEPENDUDUKAN

LIFE TABLE

Disusun Oleh :

Muhamad Rizq Auliansyah 25000119130101

Lavanya Abigail 25000119130137

Dewi Nur Halizah 25000119130179

Dhabitha A Ghassani 25000119140241

Leandrea Rivani Madjid 25000119140253

Nova Afiana 25000119140301

Ilham Rizqi Tanjung 25000119140379

Kelompok 3

C 2019

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2019
A. PENDAHULUAN

Life table merupakan skema untuk mengekspresikan fakta-fakta dari


probabilitas kematian dan bertahan hidup pada interval waktu tertentu berdasarkan
kelompok usia sehingga kesimpulan tentang probabilitas kematian dan bertahan
hidup dapat dengan mudah ditarik. Life table sangat erat hubungannya dengan
mortalitas atau kematian.

Informasi yang terdapat dalam life table sangat dibutuhkan pemerintah dan
swasta bai sebagai perencana, menentukan kebijakan maupun dalam melakukan
penelitian. Informasi yang telah dibentuk dalam life table dapat menjadi dasar
perencanaan dan pembangunan di bidang ekonomi dan kesehatan.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) menharuskan


setiap negara untuk memiliki life table sendiri yang cocok untuk negaranya.
Biasanya data yang terdapat dalam life table diperoleh melalui sistem pencatatan
sipil dan registrasi vital penduduk yang didalamnya terdapat catatan juga laporan
kematian menurut umur dan jenis kelamin. Laporan tersebut dapat digunakan
untuk menghitung angka kematian berdasarkan umur dan jenis kelamin (age-sex
specific death rate) yang menjadi landasan dalam menyususn life table.

Life table pada dasarnya adalah tabel hipotesis yang menggabungkan


berbagai angka kematian pada umur berbeda menjadi satu model statistik. Life
table dipakai untuk mengukur level mortalitas penduduk dan tidak dipengaruhi
oleh efek distribusi penduduk menurut umur sehingga tidak memerlukan standar
populasi untuk membandingkan level mortalitas penduduk yang berbeda.

Selain itu manfaat life table adalah sebagai landasan untuk


memproyeksikan jumlah penduduk beberapa tahun ke depan, sehingga para ahli
dapat memprediksi langkah apa yang harus diambil untuk menghadapi populasi
yang akan datang.
B. KERANGKA ANALISIS

Pengertian

Fungsi
Complete Life Table
Jenis
Abridged Life Table

Kemiskinan

Ketidakberdayaan

Dimensi Kerentanan
Life Table

Ketergantungan

Kemiskinan
Keterasingan

Morbiditas
Pengaruh
Mortalitas

SDG's

Keterkaitan Mortalitas
Lahir Program Baru EMAS
& Program

JAMPERSAL

Program Hidup Sehat


Kesehatan
Pendidikan Kesehatan
Dampak
Produktivitas
Ekonomi
Angka Ketergantungan
C. PEMBAHASAN

1. LIFE TABLE (TABEL KEMATIAN)

Dalam sains dan demografi aktuaria, tabel kehidupan (juga disebut tabel
kematian atau tabel aktuaria) adalah tabel yang menunjukkan berapakah
probabilitas seseorang pada usia tersebut akan mati sebelum ulang tahun
berikutnya (probabilitas dari kematian) pada setiap usia atau kelompok usia.
Dengan kata lain, tabel ini menggambarkan probabilitas kelangsungan hidup
orang-orang dari populasi tertentu. Tabel ini merupakan metode matematis jangka
panjang untuk mengukur kelanggengan umur dalam suatu populasi. Tabel ini
diinisiasi oleh Graunt, Reed dan Merrell, Keyfitz, dan Greville. (Begon, L., & R.,
1996)

Life table atau dalam bahasa Indonesia adalah tabel kematian merupakan
alat analisis mortalitas yang paling memuaskan, karena kohor hanya berkurang
secara berangsur karena kematian dan tidak ada migrasi (closed cohort), Orang
meninggal menurut pola tertentu pada berbagai tingkat umur, dan kohor berasal
dari suatu radix (jumlah hipotesis) tertentu. (Begon et al., 1996)

Tabel kehidupan disusun menggunakan proyeksi tingkat kematian masa


depan, tetapi lebih sering menggunakan gambaran tingkat kematian spesifik usia
di masa lalu, dan tidak selalu menggunakan proyeksi. Karena alasan ini, usia tua
yang direpresentasikan dalam tabel ini bisa jadi tidak representatif dalam
menggambarkan kejadian di masa depan, karena tabel ini dibuat pada masa lalu
yang tidak didasarkan pada kemajuan terkini dalam bidang kedokteran, kesehatan
masyarakat, dan standar keselamatan. Tabel ini disusun berdasarkan angka
kematian dan angka sensus dari populasi tertentu, yang biasanya merupakan
sistem demografi tertutup. Ini berarti bahwa imigrasi dan emigrasi tidak
dimasukkan ketika menganalisis suatu kelompok tertentu. Sistem demografis
tertutup sendiri adalah sistem yang mengasumsikan bahwa arus migrasi yang
terjadi adalah acak dan tidak signifikan, serta menganggap bahwa imigran dari
populasi lain memiliki risiko kematian yang sama dengan individu dari populasi
yang baru. Manfaat lain dari tabel kematian adalah bahwa tabel tersebut dapat
digunakan untuk membuat prediksi tentang demografi atau populasi yang
berbeda. (Pavía, Morillas, & Lledó, 2012)

Life table sendiri dibagi menjadi dua berdasarkan umur yang digunakan,
kedua bentuk tersebut adalah complete life table dan abridged life table. (Silcocks,
Jenner, & Reza, 2001)

a. Complete Life Table


Complete life table adalah tabel yang menggunakan interval umur
satu tahunan, sehingga disebut juga dengan tabel kematian lengkap karena
daftar umurnya tidak berjarak. Dibawah ini adalah contoh tabel kematian
lengkap.

Exact
Age Mx qx Px dx lx Lx Tx ex ex + x
(x)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. Umur tepat X = Memuat angka yang berisi tentang umur anggota


kohor, maksudnya adalah anggota kohor telah menjalani hidup selama
tepat X tahun. Misal 1, 2, 3, 4, dan seterusnya sampai umur yang
dikehendaki peneliti.
2. MX = Jumlah kematian per kelompok umur per 1.000 penduduk
atau Age Spesific Death Rate (ASDR)

J umlah KematianUmur x di suatudaerah dan dalam waktu tertentu


ASDR= ×K
Jumlah Penduduk Umur x di suatu daerah dan dalam waktu tertentu

3. qx = Kemungkinan seseorang untuk mati (probability of dying) antara


umur tepat X dan umur tepat X+1.

2× Mx
q x=
2+ M x
atau
dx
q x=
lx
Pengecualian pada q 0

Kematian Bayi
q x=
Kelahiran

4. Px = Kemungkinan seseorang untuk tetap hidup dari umur tepat X


hingga umur tepat X+1.
P x =1−q x

5. dx = Jumlah kematian antara umur tepat X dan X+1.


d x =q x × l x
2×M x
d x= ×(l ¿ ¿ x−1−d x−1 )¿
2+ M x

6. lx = Jumlah orang yang masih hidup hingga umur tepat X. l x +1=l x −d x


atau
l x =l x−1−d x−1
atau
l x =l x+1 +d x

7. Lx = Tahun hidup orang yang dijalani antara umur tepat X dan X+1.
L x =0,5l x + 0,5 l x+1

L x =0,5(l x +l x+1)

Pengecualianuntuk rumus L0 dan L1 dapat menggunakanrumus

L0=0,12 l 0 +0,88 l 1

atau

L0=0,3 l 0 +0,7 l 1
L1=0,4 l 1 +0,6 l 2

8. Tx = Total tahun hidup orang setelah umur tepat X tahun sampai


semua anggota kohor meninggal.

w
T x =∑ L x
x

9. ex = Angka harapan hidup pada saat umur tepat X.

Tx
ex=
lx

∑ Lx
x
ex=
l x−1−d x−1

Sehingga

1
CDR=CBR=
e0

10. ex + x = Angka harapan hidup mereka yang berumur tepat x pada saat
saat lahir.

Tx
e x + x= +x
lx
b. Abridged Life Table
Abridged life table adalah tabel yang menggunakan interval umur
tertentu, sehingga disebut juga dengan tabel kematian singkat karena
daftar umurnya berbentuk kelompok. Biasanya dihitung dalam interval
lima tahunan, dan biasa digunakan pada populasi yang distribusi umurnya
kurang baik. Kelebihan dari Abridged life table adalah bentuknya yang
lebih singkat namun tidak mengurangi ketepatannya. Di bawah ini adalah
contoh tabel kematian lengkap.

X-n
n
(Age
(Interval nMx q
n x P
n x d
n x lx nLx Tx ex ex + x
Interval
)
)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

1. n (Age Interval) = Memuat angka yang berisi tentang umur anggota


kohor yang telah dikelompokkan (5, 10, dll) tahun. Misal 0, 1-4, 5-9,
10-14, dan seterusnya sampai umur yang dikehendaki peneliti.
2. nMx = Jumlah kematian per kelompok umur per 1.000 penduduk
atau Age Spesific Death Rate (ASDR)

Jumlah Kematian Kelompok Umur x di suatu daerah dan dalam waktu tertentu
ASDR= ×K
Jumlah Penduduk Kelompok Umur x di suatu daerah dan dalam waktu tertentu

3. q = Kemungkinan seseorang untuk mati (probability of dying) antara


n x

kelompok umur X dan kelompok umur X+n.

n × 2×❑n M x
❑n q x =
2+❑n M x
atau
❑n d x
q x=
lx
4. Px = Kemungkinan seseorang untuk tetap hidup antara umur X hingga
umur X+n.

❑n P x =1−❑n q x
❑n d x
❑n P x =1−
lx
l x −❑n d x
❑n P x =
lx

5. d = Jumlah kematian antara kelompok umur X dan X+n.


n x

❑n d x =❑n q x × l x
n× 2×❑n M x
d x= ×(l ¿ ¿ x +n+❑n d x ) ¿
2+❑n M x

6. lx = Jumlah orang yang masih hidup hingga umur tepat X.


l x +n=l x −❑n d x
atau
l x =l x+n +❑n d x

7. Lx = Tahun hidup orang yang dijalani antara umur X dan X+n.

Umur 0<1❑1 L0=0,5l 0 +0,7 l 1

Umur 1−4 ❑4 L1=1,9❑4 l 1+2,1❑10 l 5


Kelompok Umur Bebas
n
❑n L x = (l x +l x+n )
2
Kelompok Umur A+¿
L d A+ ¿
A +¿= ¿¿
M A+ ¿ ¿
8. Tx = Total tahun hidup orang setelah umur tepat X tahun sampai
semua anggota kohor meninggal.

w
T x =∑ ❑n L x
x

9. ex = Angka harapan hidup pada saat umur tepat X.

Tx
ex=
❑n l x

∑ ❑n L x
x
ex=
n
(l +l )
2 x x +n

Sehingga

1
CDR=CBR=
e0

10. ex + x = Angka harapan hidup mereka yang berumur tepat x pada saat
saat lahir.

Tx
e x + x= +x
❑n l x

Dalam epidemiologi dan kesehatan masyarakat, Life Table adalah


perangkat paling umum yang digunakan secara matematis untuk menghitung
angka harapan hidup. Informasinya mencakup tentang kesehatan yang dikaitkan
dengan kematian. Dengan meneliti angka harapan hidup, ahli epidemiologi dapat
melihat apakah suatu penyakit cukup berkontribusi terhadap peningkatan angka
kematian secara keseluruhan. Ahli epidemiologi dapat membantu para ahli
demografi untuk memahami penurunan angka harapan hidup yang terjadi secara
tiba-tiba dengan mengaitkannya dengan masalah kesehatan yang muncul pada
populasi tertentu. (Bernstein, 2016)

2. KETERKAITAN MORTALITAS DENGAN PROGRAM


PEMBANGUNAN

Penduduk merupakan faktor yang strategis dalam pembangunan.


Pertumbuhan penduduk merupakan faktor yang sangat mempengaruhi usaha
pembangunan yang sedang dilaksanakan oleh pemerintah. Pertumbuhan penduduk
yang besar di Negara-negara berkembang dapat menambah kerumitan masalah-
masalah dalam pembangunan. Masalah kependudukan di Indonesia sangat erat
hubungannya dengan perkembangan penduduk yang meningkat pesat, penyebaran
penduduk yang tidak merata, kurangnya sistem pendidikan serta layanan
kesehatan dan penduduk usia muda yang kurang produktif. Pertumbuhan populasi
mempengaruhi banyak fenomena seperti usia struktur populasi suatu negara,
migrasi internasional, ketidaksetaraan ekonomi, dan ukuran angkatan kerja suatu
Negara. Dalam konteks empiris, pertumbuhan penduduk dapat dipertimbangkan
untuk memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Secara khusus,
perubahan populasi bisa berdampak kuat pada ekonomi pertumbuhan.

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga faktor demografis
selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah penduduk dan
struktur atau komposisi umur penduduk. Mortalitas atau kematian penduduk pada
suatu daerah erat kaitannya dengan kualitas penduduk di daerah tersebut dalam
hal derajat kesehatan masyarakat yang akan turut mempengaruhi kualitas
penduduk atau masyarakat sebagai subjek pembangunan. Mortalitas penduduk
dalam masa tertentu dapat mempengaruhi proses pembangunan ekonomi di masa
yang akan datang. Sedikitnya kuantitas serta rendahnya kualitas sumberdaya
manusia yang dimiliki suatu bangsa dapat menjadi penghambat bagi bangsa itu
sendiri dalam melaksanakan pembangunan ekonomi. Selain itu, hubungan antara
pembangunan ekonomi dengan tingkat mortalitas penduduk sifatnya saling
mempengaruhi.
Peran human capital dan teknologi dalam menentukan pertumbuhan telah
mengalami perdebatan untuk waktu yang lama, dari dasar teoritis sampai
pengujian empiris. Tingkat mortalitas penduduk atau dalam hal ini tingkat
kematian ibu memiliki pengaruh terhadap pembangunan atau pertumbuhan
ekonomi. Kematian atau mortalitas memiliki efek negatif dan signifikan secara
statistik pada pertumbuhan ekonomi, peningkatan satu standar deviasi pada
kematian memberikan pengaruh penurunan pertumbuhan ekonomi tahunan antara
0,8 dan 1,1 persen. Tingkat kematian orang dewasa yang tinggi menginduksikan
pelaku ekonomi untuk berinvestasi lebih sedikit yang akan berdampak pada
penurunan pertumbuhan ekonomi atau minimal tingkat kematian orang dewasa
yang tinggi telah menghambat pengembangan pertumbuhan ekonomi negara dan
yang paling buruk hubungan yang negatif antara kematian atau mortalitas dan
pertumbuhan dapat menyebabkan kemiskinan.

Yoses et’al dalam Sede Igbaudumhe Peter dan Izilien Elizabeth I (2014) juga
menyatakan bahwa angka kematian ibu memiliki pengaruh yang negatif dan
signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu kematian ibu
mengurangi PDB per kapita sebesar US $ 0,36 per tahun. Salah satu hal penting
yang mempengaruhi Human Development Indeks (HDI) adalah kualitas hidup
perempuan. Apabila kualitas hidup perempuan rendah maka indeks pembangunan
manusia juga rendah dan keberhasilan pembangunan daerah. Kematian ibu
merupakan masalah besar bagi negara berkembang. Ini berarti kemampuan untuk
memberikan pelayanan kesehatan masih memerlukan perbaikan kesehatan yang
bersifat menyeluruh dan lebih bermutu. Selain target atau tujuan penurunan angka
kematian ibu (AKI) seperti yang telah tercantum dalam program Millenium
Development Goal’s (MDG’s) tersebut, di Indonesia sendiri juga terdapat
beberapa program guna menangani permasalahan tersebut diantaranya program
Keluarga Berencana, program Making Pregnancy Safer (MPS), program
Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) diluncurkan sejak akhir
tahun 2011, program Jaminan Persalinan (Jamersal).

Tak jauh berbeda dengan program yang ada di Pemerintah Pusat, di Jawa
Tengah sendiri juga telah menerapkan program-program tersebut, namun untuk
program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) hanya ada tujuh
daerah Kabupaten / Kota di Jawa Tengah yang mendapat pendampingan program
ini, salah satunya yaitu Kabupaten Brebes. Namun, meskipun sudah banyak
program yang telah dilaksanakan, akan tetapi angka kematian ibu di Jawa Tengah
masih juga tinggi. Oleh sebab itu, target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI)
ini akan dilanjutkan dalam program lanjutan yaitu Sustainable Development
Goal’s (SDG’s) serta target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) ini juga masuk
dalam program prioritas Jawa Tengah yang tertuang dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

3. DAMPAK MORTALITAS TERHADAP PEMBANGUNAN

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari 3 komponen


demografi yang berpengaruh terhadap struktur kependudukan selain fertilitas dan
migrasi. Angka kematian di suatu daerah akan mempengaruhi pertembuhan
penduduk serta menjadi indicator kesehatan suatu populasi masyarakat.
Sedangkan penduduk sebagai subjek sekaligus objek pembangunan,mka kondisi
penduduk akan mempengaruhi kebijakan yang dikeluarkan dan pembangunan
nasional.

Pembangunan nasional dapat berjalan lancar apabila produktivitas tenaga


kerja bagus. Sebab, ketika proporsi penduduk usia produktif dan proporsi
penduduk usia tidak produktif menurun, angka ketergantungan pun mengalami
kenaikan. Bila angka ketergantungan mengalamin peningkatan tanpa ada
peningkatan produktiviutas, maka akan menghambat pembangunan nasional. Hal
ini sesuai dengan pendapat Solow Swan , bahwa pertumbuhan ekonomi tinggi
akan tercapai oleh persediaan modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan
teknologi pada kondisi steady-state.

Mortalitas yang tinggi tidak menutup kemungkinan Indonesia akan


mengalami penurunan usia produktif yang berakibat pada perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan peningkatan deficit anggaran
pemerintah dan beresiko terhadap ketidakmampuan membayar pensiun,
ketidakberlanjutan fiscal, dan melemahnya kemampuan fiscal. Hal-hal tersebut
membuat progress pembangunan nasional terhambat.

Pendapatan masyarakat juga memiliki peran dalam tinggi rendashnya


angka mortalitas. Bila masyarakat memiliki taraf ekonomi yang baik, maka akan
menyebabkan pemenuhan kebutuhan baik pula. Pemenuan kebutuhan itu dapat
berupa mendapatkan pendidikan layak, tempat tinggal yang layak, kecukupan
akan pangan, pemahaman akan kesehatan

Oleh sebab mortalitas dapat mempengaruhi pembangunan nasional di berbagai


bidang, pemerintah telah mengupayakan untuk mengurangi atau menekan angka
kematian. Upaya pemerintah dalam menekan kematian tersebut seperti :

1. Penguapayaan penyediaan pelayanan kesehatan sebagai cara pemerintah


untuk mengurangi angka kematian ibu dan angka kematian bayi
2. Aturan untuk berhenti merokok sebagai salah satu bentuk upaya
pemerintah untuk mengurangi kematian akibat pola hidup tidak sehat dan
masalah kesehatan
3. Aturan untuk taat berkendara sebagai bentuk upaya pemerintah dalam
menekan angka kematian akibat berkendara
4. Upaya peningkatan keekonomian masyarakat sehingga pemenuhan pokok
masyarakat terpenuhi sehingga menekan angka kematian akibat
kemiskinan dan gizi buruk.
5. Upaya berupa pemberian pendidikan yang layak pada masyarakat

Perbaikan status ekonomi dan pendidikan sehingga tampak bahwa interaksi


faktor kesehatan dan non-kesehatan sangat penting untuk diperhatikan dalam
memperbaiki status kesehatan secara keseluruhan. Dengan menurunnya angka
kematian diharapkan dapat membantu keberjalanan pembangunan nasional.

4. KEMISKINAN

Dalam arti proper kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang


dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Dalam arti luas, kemiskinan
merupakan suatu fenomena multi face atau multidimensional. Chambers (dalam
Nasikun) mengatakan bahwa kemiskinan adalah suatu integrated concept yang
memiliki lima dimensi, yaitu:

1) kemiskinan (proper),
2) ketidakberdayaan (powerless),
3) kerentanan menghadapi situasi darurat (state of
emergency),
4) ketergantungan (dependence),
5) keterasingan (isolation) baik secara geografis maupun
sosiologis.

Dinamika atau pertumbuhan penduduk di suatu negara pada hakekatnya


didasarkan oleh tiga elemen utama yaitu fertilitas, mortalitas, dan migrasi
(Mantra, 2000). Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga faktor
demografis selain fertilitas dan migrasi, yang dapat mempengaruhi jumlah
penduduk dan struktur atau komposisi umur penduduk. Mortalitas atau kematian
penduduk pada suatu daerah erat kaitannya dengan kualitas penduduk di daerah
tersebut dalam hal derajat kesehatan masyarakat yang akan turut mempengaruhi
kualitas penduduk atau masyarakat sebagai subjek pembangunan. Tingkat
mortalitas penduduk dalam masa tertentu dapat mempengaruhi proses
pembangunan ekonomi di masa yang akan datang. Sedikitnya kuantitas serta
rendahnya kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki suatu bangsa dapat menjadi
penghambat bagi bangsa itu sendiri dalam melaksanakan pembangunan ekonomi.
Selain itu, hubungan antara pembangunan ekonomi dengan tingkat mortalitas
penduduk sifatnya saling mempengaruhi (Arshia et’al, 2013). Menurut Sulaiman
(2015) peran human capital dan teknologi dalam menentukan pertumbuhan telah
mengalami perdebatan untuk waktu yang lama, dari dasar teoritis sampai
pengujian empiris.

Banyak data dan hasil penelitian yang membuktikan bahwa kemiskinan sangat
berhubungan dengan tingginya angka kesakitan dan kematian. Tingkat
pendapatan di bawah garis kemiskinan dan rendahnya kesempatan memperoleh
berbagai fasilitas kesejahteraan sosial akan mempersulit terpenuhinya berbagai
keperluan pangan bergizi atau kemampuan untuk menangkis penyakit, sehingga
tidak mengherankan apabila di lingkungan mereka tingkat kematian bayi tinggi.
Berbagai macam penyakit mengancam mereka, seperti: malaria, tuberkulosis,
penyakit mata, kwasioskor, dan lainnya sebagai akibat lemahnya daya resistensi.
Hal ini menyebabkan usia harapan hidup mereka pendek dan tingkat kematian
mereka tinggi .

D. DAFTAR PUSTAKA
T. Purwianti, H. Sumarno, E. H. Nugrahani. (2017). Pendugaan Life Table
Penduduk Wanita Indonesia Dan Pengembangannya Menjadi Life Table
Kontinu. Journal of Mathematics and Its Applications: Vol. 16 No. 1.

IM Surbakti, dkk. (2010). Kajian Life Table Indonesia Berdasarkan Hasil SP2010.
Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Begon, M., L., H. J., & R., T. C. (1996). Ecology: Individuals, Populations, and
Communities (3rd ed.). Cambridge: Blackwell Science Ltd.

Bernstein, L. (2016). U.S. life expectancy declines for the first time since 1993.
ProQuest Information and Learning, p. 1.

Pavía, J. M., Morillas, F., & Lledó, J. (2012). Introducing migratory flows in life
table construction. Sort, 36(1), 103–114.

Silcocks, P. B. S., Jenner, D. A., & Reza, R. (2001). Life expectancy as a


summary of mortality in a population: Statistical considerations and
suitability for use by health authorities. Journal of Epidemiology and
Community Health, 55(1), 38–43. https://doi.org/10.1136/jech.55.1.38

Riyani, S. 2017. Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingginya


Mortalitas Penduduk.Economics Development Analysis JJournal. 6(4) : 458-
468.

Nurrizka, Rahmah Hida & Wiko Saputra.2013. Arah dan Strategi Kebijakan
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB) dan
Angka Kematian Balita (AKABA) di Indonesia. Prakarsa Policy
Papers/Public Policy. Jakarta Selatan : Prakarsa.

Purba, Rado Janfrisman.2017. PENGARUH TRANSISI DEMOGRAFIS


TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI ASEAN. Skripsi Fakultas
Ekonomika Dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.
Sriyana, Jaka.2008. Dampak Transisi Demografi Terhadap Defisit Fiskal Di
Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Vol.13 , No. 2. Hlm 175-189

Jati, Wasisto Raharjo.2015. BONUS DEMOGRAFI SEBAGAI MESIN


PERTUMBUHAN EKONOMI : JENDELA PELUANG ATAU JENDELA
BENCANA DI INDONESIA ?. Populasi. Vol. 26, No.1. Hlm 1-19

Achdiat & Yaya Mulyana.2017. MODEL KEBIJAKAN PENINGKATAN


LAPORAN KEMATIAN DALAM ADMINISTRASI
KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN
BANDUNG BARAT. Jurnal Sosiohumaniora. Vol.19 , No.2 . Hlm 140-
148

Nasikun. Diktat Mata Kuliah. Isu dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan.


Magister Administrasi Publik. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 2001.

Suryaningsih, R. (2017). Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap


Tingginya Mortalitas Penduduk. Economics Development Analysis
Journal, 6(4), 458-468.

Salim, E. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan. Idayu. Jakarta.1980.

Suryawati, Chriswardani. "Memahami kemiskinan secara


multidimensional." Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan 8.03 (2005).

Anda mungkin juga menyukai