Makalah Pembuatan Asetilen
Makalah Pembuatan Asetilen
PEMBUATAN ASETILEN
YUDIS AFRIZAL
Kelas : 3 KIA
Dosen pembimbing : Erwana Dewi, M.Eng
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
2.1 Pengertian Asetilen.......................................................................... 4
2.2 Sifat Produk dan Bahan Baku........................................................ 4
2.3 Pemilihan dan Deskripsi Proses .................................................... 5
2.4 Perancangan Proses...................................................................... 9
2.5 Kegunaan Asetilen ........................................................................ 10
BAB III PENUTUP ............................................................................... 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian asetilen.
2. Mahasiswa dapat mengetahui sifat produ.k dan bahan baku dari
pembuatan asetilen.
3. Mahasiswa dapat mengetahui mekanisme reaksi yang terjadi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dan proses pembuatan asetilen.
5. Mahasiswa dapat mengetahui kegunaan asetilen.
BAB II
PEMBAHASAN
Bentuk fisik dari kalsium karbida adalah kristal hitam dengan bau seperti
bawang putih. Kalsium karbida merupakan gas yang beracun, dapat menyebabkan
iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit seperti luka bakar, kerusakan
lapisan kulit dalam, dan nyeri yang hebat. Kalsium karbida merupakan suatu
senyawa yang berbahaya bagi kesehatan apabila kontak langsung.
Sifat-sifat lain dari kalsium karbida adalah sebagai berikut:
- Densitas : 2,22 gr/cm3
- Massa molar : 64,099 gr/mol
- Berat Molekul : 74,1
- Bentuk : Padat
- Titik leleh : 580 ◦C
- Spesifik graviti : 2,2
- Kelarutan : larut dalam air
Gambar 2.1 Diagram Blok Proses Produksi Asetilen dari Kalsium Karbida
Deskripsi proses:
Dua buah reaktor disusun dimana air dan kalsium karbida dicampur dan
dialirkan. Reaksi berlangsung dalam fasa liquid dengan residence time dan reaksi
berjalan 60%-90% saat di reaktor pertama. Aliran produk reaksi dan material
umpan yang tak bereaksi yang terdiri dari fasa padat menuju reaktor ke dua
dengan tipe laminar plug-flow. Kalsium hidroksida yang dihasilkan diendapkan
dan dipisahkan dari bagian bawah reaktor. Air yang tak bereaksi dipisahkan dari
kalsium hidroksida dan kemudian di-recycled menuju reaktor pertama. Yield yang
dihasilkan dari prosesn ini sebesar 93% - 95%.
Namun ada beberapa masalah yang timbul dalam operasi ini, yakni:
1. Kontak antara karbida dengan air tidak terkendali. Jika tekanan asetilen lebih
tinggi dari 27 lb/inch2 absolut, akan terjadi reaksi detonasi atau deflagarasi
dalam asetilen yang menyebabkan peningkatan tekanan yang semakin besar,
pecahnya bejana, dan isi yang bisa saja tumpah. Kondisi ini bisa menimbulkan
api yang besar dan membahayakan. Karena itu proses hanya bisa dilakukan
dengan tekanan rendah.
2. Bejana didesain berpengaduk, baik CSTR ataupun plug-flow reaktor, yang
bersifat kurang mendukung karena bejana yang digunakan besar,
menghasilkan rate control yang lemah dan unsteady operation. Oleh karena
itu dibutuhkan desain bejana yang sangat tepat untuk proses.
Produk samping berupa kalsium hidroksida berkualitas rendah dan tidak
memiliki nilai jual. Masalah ini bisa diatasai dengan menambah unit neutralizer
dimana kalsium hidroksida akan bereaksi dengan hidrogen klorida membentuk
kalsium klorida yang memiliki nilai jual.
2. BASF Proses
Deskripsi proses:
Pertama-tama umpan berupa natural gas (1) dan oksigen (2) dipanaskan
terlebih dahulu di fire preheaters secara terpisah (3). Kemudian keluaran dari fire
preheaters (3), masuk dan dicampur ke dalam zona pencampuran (4) kemudian
reaksi pembakaran terjadi di dalam ruang pembakaran (5). Kemudian
pembakaran dipadamkan dari bawah ruang pembakaran dengan menyemprotkan
air proses (6). Gas yang dihasilkan (7) yakni asetilen dan pengotor masuk ke
kolom pendingin (8) kira-kira pada temperatur kolom pendingin yang terbatas dan
uap jenih. Gas yang masuk (7) didinginkan dengan tambahan air dingin proses (9)
dan sebagian besar dari steam dikondensasikan. (10) api dibutuhkan untuk proses
startup dan rundown. Gas keluaran kolom bagian atas (11) kemudian didinginkan
pada suhu sekitar 40oC.(45000 m3 (S.T.P)/h dry), yang kemudian dikompresikan
dengan stwo-stage screw compressor (12). Pertama-tama dari 1.1 ke 4.2 dan
kemudian ke 11 bar (abs), pengotor kemudian diendapkan. 7.5 m 3/h air proses
(13) disemprotkan ke tiap stage komprosor. Untuk mengunci dari atmosfer, air
demineralisasi (14) yang disebut dengan sealing liquid, ditambah nitrogen,
dengan hasil 4m3/h masuk ke sirkulasi air proses. Keluaran dari stage pertama
(15), bersuhu 85oC dan pengotor yang terkandung dalam air sebesar 0.22% berat.
Setelah dikompres di tiap stage kompresi, gas keluaran didinginkan ke suhu 40oC
oleh air dingin proses (16) dari kolom pendingin (17). Setelah dikompresi, gas
keluaran dipisahkan menjadi unsur-unsurnya. Air yang dikondensasikan selama
kompresi dan pendinginan berikutnya dan air dari proses demineralisasi
disirkulasikan dan kemudian dikeluarkan (19).
Jelaga yang dihasilkan merupakan suatu masalah utama dalam proses ini
karena dapat mengurangi efektifitas proses, oleh karena itu harus dipisahkan
terlebih dari gas keluaran kolom. Selain itu, jelaga juga bisa merusak kinerja
kompresor, oleh karena itu gas yang masuk kompresor harus setidaknya bebas
dari jelaga. Normalnya, burner proses dapat menghasilkan 25 ton asetilen per hari
dari natural gas.
Hidrogenasi asetilena.
Kebanyakan produksi etilen dilengkapi dengan unit hidrogenasi dengan
bantuan katalis Pd. Kondisi operasi meliputi suhu sekitar 40oC-120oC, tekanan 15
bar-40 bar, dan kecepatan 1000-120000 kg/L.h. kondisi ini bergantung pada jenis
umpan yang digunakan.
Acetylene recovery
Asetilen diekstrak dari fraksi C2 steam cracker dengan bantuan solven.
Solven yang paling sesuai untuk proes yaitu DMF.
Deskripsi proses :
Campuran gas C2 yang terdiri dari etilena, etana, dan asetilen, diumpankan
ke absorber acetylene, aliran gas dihubungkan dengan counterflowing DMF pada
tekanan 0,8-3,0 MPa. Seluruh asetilen dan beberapa etilena dan etana terlarut oleh
pelarut. Fraksi C2 yang telah dimurnikan, mengandung <1 ppm asetilen,
diumpankan ke C2 splitter. Aliran yang kaya akan pelarut dikirim ke stripper
ethylene, yang beroperasi sedikit di atas tekanan atmosfer. Etilena dan etana yang
terpisah didaur ulang menuju kompresor tahap pertama untuk cracked gas.
Asetilen keluaran kemudian dicuci dengan pelarut dingin di bagian atas splitter.
Dalam stripper asetilen, asetilena murni terisolasi dari bagian atas kolom. Setelah
pendinginan dan heat recovery, asetilena bebas pelarut didaur ulang ke absorber
dan etilen stripper. Produk asetilena memiliki kemurnian> 99,8% dan kandungan
DMF kurang dari 50 ppm dan tersedia pada tekanan 10 kPa dan suhu ambien.
Evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa asetilena petrokimia tetap menarik bahkan
meskipun harga etilena dua kali lipat. Hal ini ekonomis untuk retrofit penyerapan
asetilena di pabrik olefin yang ada dilengkapi dengan hidrogenasi katalitik.
4. Produksi Asetilen dari Batu bara (arc coal process)
Banyak tes laboratorium konversi batubara menjadi asetilen menggunakan
proses arc atau plasma telah dilakukan sejak awal 1960-an. Secara ringkas proses
yang didapat yaitu:
1. Acetylene yang dihasilkan mencapai 30%.
2. Karena pemanasan batubara yang cepat di jet plasma, total yield gas yang
dihasilkan lebih tinggi dibandingkan yang ditunjukkan oleh pengukuran
volatil batubara dalam kondisi standar.
3. Hidrogen (bukan argon) gas plasma dapat meningkatkan hasil asetilena.
Baru-baru ini, Corp AVCO di Amerika Serikat dan Chemische Werke Hüls
di Jerman membangun pabrik percontohan di pinggir sungai untuk pengembangan
teknis dari proses. AVCO arc furnace terdiri dari air-cooled tungsten-tip katoda
dan air-cooled anoda. katoda. Batubara kering dan halus disuntikkan melalui
aliran gas hidrogen di sekitar katoda. Gas tambahan tanpa batubara dimasukkan
sekitar katoda dan anoda sebagai selubung. Saat melewati zona pembakaran,
partikel batubara dipanaskan dengan cepat. Volatil dilepaskan dan terpecah-pecah
menjadi asetilena dan produk berbagai sampingan, meninggalkan residu coke
halus yang tertutup jelaga. Setelah waktu tinggal beberapa milidetik, campuran
gas-coke dipadamkan dengan cepat dengan air atau gas. Tekanan sistem dapat
bervariasi antara 0,2 dan 1,0 bar (20 dan 100 kPa). Pilot plant Hüls menggunakan
tungku plasma yang sama untuk perengkahan minyak mentah, tetapi dengan 500
kW. Batubara kering disuntikkan ke dalam jet plasma, dan batubara yang
terengkah menjadi asetilen dan produk sampingan dalam reaktor. Limbah reaktor
dapat di-prequenched dengan hidrokarbon untuk produksi ethylene atau langsung
dipadamkan dengan air atau minyak. Char dan komponen didih lebih tinggi
masing-masing dipisahkan oleh cyclones dan scrubber. Masalah utama dalam
desain reaktor adalah pencapaian menyeluruh dan cepat pencampuran batubara
dengan jet plasma dan menghindari pembentukan deposit karbon di dinding
reactor. sejumlah kecil deposit dapat diatasi dengan pencucian dengan air secara
periodic.
Percobaan yang dilakukan oleh Hüls dan AVCO menunjukkan bahwa waktu
tinggal optimal, energy density jet plasma, daya spesifik, dan tekanan sangat
mempengaruhi hasil asetilen. Parameter lain yang mempengaruhi hasil adalah
jumlah volatil di batubara dan ukuran partikel.
Keuntungan dari proses ini adalah, dengan cara pirolisis batu bara, produksi
asetilen jauh lebih mudah sehingga membutuhkan biaiya investasi yang lebih
rendah dibandingkan untuk produksi utama etilen. Yield gas yang dihasilkan
berkisar 33% sampai 50%. Artinya, 50% dari batubara tetap sebagai char.
Namun, char yang terbentuk bisa pula bernilai ekonomis. Char yang dihasilkan
bisa diaplikasikan ke industri karet, untuk gasifikasi, atau sebagai bahan bakar.
Dari empat proses produksi asetilen di atas, semua proses memiliki
keunggulan dan kekurangan tersendiri. Untuk bahan baku, proses BASF lebih
bagus karena menggunakan gas alam yang banyak tersedia bebas di alam dan
penggunaanya saat ini masih kurang meluas. Untuk proses, proses produksi
asetilen dari batu bara memperlihatkan singkatnya dan mudahnya proses sehingga
meminimalkan modal. Untuk kualitas produk, proses produksi asetilen sebagai
produk samping sangat bagus, karena menghasilkan kemurnian mencapai 99,8%.
Untuk kemudahan kondisi opersi, proses produksi dari kalsium karbida memiliki
keunggulan karena operasi berjalan pada temperature normal.
3. Pemurnian Produk
Kalsium karbida dari silo ditransportasikian dengan belt conveyor ke bucket
elevator dan screw conveyor. Selanjtnya kalsium karbida dialirkan dari screw
conveyor menuju bagian inlet reaktor. Pada bagian inlet reaktor terdapat lubang-
lubang kecil yang bertujuan untuk memudahkan jatuhnya kalsium karbida.
Air dari unit utilitas dipompakan masuk ke dalam reaktor, kemudian
disemprotkan melalui sistem spray yang terletak pada dinding reakstor, sehingga
terjadi reaksi antara air dan dengan kalsium karbida. Reaksi yang terjadi adalah
reaksi eksotermis, yaitu reaksi yang menghasilkan panas. Reaktor beroperasi pada
tekanan 1 atm dan temperatur 30-90◦C. Hasil reaksi yang terbentuk adalah gas
asetilen (C2H2) basah dan kalsium karbida (Ca(OH)2) basah. Reaksi yang terjadi
pada reaktor adalah sebagai berikut:
CaC2 (s) + 2H2O(l) C2H2(g) + Ca(OH)
Gas asetilen yang terbentuk pada reaktor merupakan gas asetilen basah yaitu
banyak mengandung uap air, keluar melalui bagian atas dengan temperatur 90 ◦C
dan masuk ke kondensor. Produk samping Ca(OH) 2 slurry/basah keluar dari
bagian bawah reaktor an masuk ke dalam belt conveyor yang dilengkapi dengan
pengering yaitu udara. Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi
kadar air di dalam Ca(OH)2. Ca(OH)2 kering kemudian dialirkan menuju silo
sebagai tempat penampungan dengan menggunakan bucket elevator dan Ca(OH) 2
siap dipasarkan kepada konsumen.
Gas asetilen yang berasal dari bagian atas reaktor masuk ke dalam
kondensor. Padaa kondensor terjadi pengembunan gas H2O dengan media
pengembunan adalah air pendingin. Air pendingin yang digunakan untuk
pengembunan ini berasal dari unit utilitas. Kondisi operasi pada kondensor adalah
dengan temperatur 30◦C dan tekanan 1 atm. Hasil atas dari kondensor adalah
asetilen basah masuk ke separator untuk memisahkan antara asetilen dengan H 2O.
Sedangkan hasil bawah adalah air pendingin yang akan dikembalikan kembali ke
dalam unit utilitas.
Produk atas yang keluar dari separator adalah gas asetilen dengan
kemurnian hingga 88% karena masih mengandung H2O. Selanjutnya produk
dialirkan menuju adsorber untuk menaikkan kemurnian gas asetilen menjadi 99%
dengan cara penyerapan gas H2O menggunakan adsorbent yaitu silica gel. Kondisi
operasi adsorber adalah dengan tekanan 1 atm dan temperatur 30◦C, sedangkan
hasil bawah berupa embun gas H2O berupa kondensat yang dialirkan ke unit
utilitas. Gas asetilen 99% (gas asetilen yang kering) diumpankan ke compressor
untuk ditekan dari kondisi 1 atm menjadi 15 atm, kemudian dialirkan menuju
tangki. Kondisi operasi tangki adalah dengan tekanan 15 atm dan temperatur
40◦C.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa:
1. Asetilen merupakan senyawa karbon alifatis yang tidak jenuh, tidak
berwarna, tidak berbau, larut dalam alkohol dan aseton, serta mudah terbakar.
2. Ada empat proses untuk memproduksi asetilen, yaitu dengan mereaksikan
kalsium karbida-air, proses BASF, produk samping steam cracking, dan
proses dengan bahan baku batu bara.
3. Proses yang dipilih adalah proses dengan mereaksikan kalsium karbida-air,
dikarenakan proses tersebut ekonomis, kualitas produk baik, dan bahan baku
mudah didapat.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung
jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/187781048/Pembuatan-Pabrik-Asetilen
https://id.wikipedia.org/wiki/Asetilena