6.
a.
1
b.
JAWAB :
Spektrofotometri:
Cara atau metode pengukuran dan analisanya mengenai interaksi antara cahaya
dengan suatu materi pada satu atau lebih panjang gelombang dengan suatu detektor
Spektrofotometer:
Alat yang digunakan untuk mengukur transmitan atau adsorban suatu sampel sebagai
fungsi panjang gelombang yang berupa interaksi antara cahaya dengan suatu materi
2. A. Tipe transisi elektronik pada senyawa organik interaksi energy sinar UV-Vis:
Tingkat tereksitasi dari elektron molekul organik hanya ada dua jenis, yaitu pi
bintang (*) dan sigma bintang (*), sehingga bila molekul organik yang memiliki
elektron-elektron sigma, pi, dan elektron nonikatan, misalnya pada molekul aseton,
maka tipe transisi elektroniknya meliputi *, *, *, *, n *,
n *.
2
Dalam alkena, transisi yang hanya mungkin terjadi adalah promosi satu
elektron yang terletak pada orbital yang terendah ke tingkat tenaga tinggi orbital
anti ikatan *. Transisi ini membutuhkan tenaga yang besar dan sinar ultraviolet
yang memiliki panjang gelombang yang sangat pendek (150 nm). Sedangkan
transisi elektronik dengan energi paling rendah yaitu * yang
mengakibatkan jalur serapan sekitar 150-170 nm dalam alkena tak terkonjugasi.
1. Transisi
Transisi ini terjadi pada ultraviolet jauh yaitu 180 nm, daerah ini dikenal sebagai
daerah Schuman atau ultraviolet vakum. Pada serapan ini, elektron-elektron
dipromosi ke tingkat tenaga yang lebih tinggi hingga akhirnya ionisasi terjadi
sehingga memberikan jalur-jalur serapan.
2. Transisi *
Transisi ini merupakan serapan-serapan karakteristik dari senyawa-senyawa organik
dan biasanya dihubungkan dengan tingkat tereksitasi polar. Transisi ini terjadi dalam
ultraviolet jauh, misal etilena, λ max kira-kira 160 nm, meskipun demikian substitusi
oleh gugus alkil akan menggeser ke batokromik (merah). Serapan dari jenis ini
disebabkan penyerapan tenaga oleh elektron-elektron - dan bergerak dari orbital
ikatan ke orbital anti ikatan. Transisi ini menunjukkan pergeseran merah dengan
adanya substitusi gugus-gugus yang memberi atau menarik elektron dan dengan
kenaikan dalam tetapan dielektrik dari pelarut.Dalam kedua keadaan ini menstabilkan
tingkatan tereksitasi polar.
3. Transisi n *
Transisi jenis ini meliputi transisi elektron-elektron heteroatom tak berikatan ke
orbital anti ikatan *. Serapan ini terjadi pada panjang gelombang yang panjang dan
intensitasnya rendah. Transisi ini menunjukkan pergeseran hipsokromik (biru) dalam
pelarut-pelarut yang lebih polar dan dengan substituen-substituen yang bersifat
pemberi elektron.
4. Transisi n *
Senyawa-senyawa jenuh yang mengandung hetero atom seperti oksigen, nitrogen,
belerang, halogen memiliki elektron-elektron tak berikatan disamping elektron
berikatan. Senyawa heteroatom menunjukkan jalur serapan yang kemungkinan
disebabkan oleh transisi-transisi elektron dari orbital tak berikatan atom-atom hetero
ke orbital anti ikatan *. Transisi ini membutuhkan tenaga lebih sedikit dari transisi
*
3
2B. dari helda
3. Prinsip dasar hukum hook dalam spektrofotometer IR
Hukum hooke menjelaskan hubungan antargaya yang bekerja pada sebuah pegas atau
benda elastis lainnya agar benda tersebut bisa kembali ke bentuk semula atau tidak
melampaui batas elatisitasnya. Hukum hooke menjelaskan hubungan antara gaya yang
diberikan pada sebuah pegas ditinjau dari pertambahan panjang yang dialami oleh
pegas tersebut. Besarnya perbandingan antara gaya dan pertambahan panjang pegas
adalah konstan.
Berdasarkan harmonic oscillator di atas, gugus fungsi digambarkan dalam dua atom
yang terikat oleh suatu ikatan yang digambarkan oleh pegas yang bergetar apabila
menyerap sinar IR, sehingga dapat dihitung getaran tersebut menggunakan persamaan
:
F = -f . Δr
Hasil penurunan rumus :
1 K
( )
ῡ = 2 c (m1m 2) /( m1 m2)
Dimana
ῡ = frekuensi fibrasi (cm-1)
c = kecepatan cahaya (cm/s)
K = konstanta pegas (dyne/cm)
m1 dan m2 = massa dua atom
1 K
( )
ῡ = 2 c (m1m 2) /( m1 m2)
4
m1.m2 16.1 16
μ = m1 m2 = 16 1 = 17 = 0,941
1 6.8 x105 12
( )
ῡ = 2 3 x10
10
0.9412
= 4.12 x 849.9894
ῡ = 3502 cm-1 (terhitung)
v=cxῡ
= 3x1010 x 3502 cm-1
= 10506 x 1010 s-1
= 10.506 x 1013 s-1
ΔE = h.v
= 6.626 x 10-34 Js x 10.506 x 1013 s-1
= 69.613 x 10-21 J
4b. Csp3-H k = 5.1 x 105
1 K
( )
ῡ = 2 c (m1m 2) /( m1 m2)
m1.m2 12.1 12
μ = m1 m2 = 12 1 = 13 = 0.9230
1 5.1x105 12
( )
ῡ = 2 3 x10
10
0.9230
= 4.12 x 743.3344
ῡ = 3062.5377 cm-1 (terhitung)
v=cxῡ
= 3 x1010 x 3062.5377 cm-1
= 9187.6133 x 1010 s-1
= 9.1876 x 1013 s-1
ΔE = h.v
= 6.626 x 10-34 Js x 9.1876 x 1013 s-1
= 60.8771 x 10-21 J
5
Rangkap eksosiklis = 5 nm
3 Subtituen alkil = 15 nm
λmax = 273 nm
6
A.
7
B.
Serapan lebar kuat di 3176,69 cm–¹ menunjukkan adanya gugus OH yang diperkuat
dengan adanya daerah serapan 1026,13 cm–¹ dan 1203,58 cm–¹.
Serapan di 3024,38 menunjukkan adanya gugus NH yang dikuatkan dengan adanya
serapan kuat di daerah 1660,50 cm–¹ yang menunjukkan adanya gugus karbonil
terkonjugasi atau amida NH-C=O serapan 1559,34 cm–¹ menunjukkan gugus fungsi
karbonil merupakan serapan amida sekunder.
Serapan selanjutnya di 3000-2800 yaitu C-H sp³ yang sp³ adalah Cnya berada di
daerah serapan 2947,23 cm–¹ dimana C-H sp³ menunjukkan gugus metil CH3 yang
diperkuat dengan adanya serapan daerah 1373,32 cm–¹ dan 1427,32 cm–¹
Serapan pada 1512,19 cm–¹ dan 1660,50 cm–¹ yang menunjukkan senyawa aromatis
dan terdapat serapan kuat di 810,10 yang menunjukkan posisi para
Jadi kesimpulannya terdapat gugus fungsi senyawa aromatis tersubtitusi CH3 dan OH
dengan posisi para dan gugus fungsi NH-C=O yang merupakan amida sekunder.