Balance Force
Balance Force
26 APRIL 2017
OLEH :
ARISANDI
J1022 16 103
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
0
TEKNIK PREPARASI SALURAN AKAR
PENDAHULUAN
1
akar dengan anatomi yang kompleks. Berbagai teknik instrumentasi telah
dikembangkan untuk mengatasi tantangan-tantangan ini termasuk tehnik step-
back pasif , teknik step-down, tehnik crown-down pressureless dan teknik
balanced force. (1,3,4,5,6)
TINJAUAN PUSTAKA
Instrumen saluran akar kembali ke tahun 1746 ketika Fouchard
menggunakan kawat anil piano untuk membuat hand instrumen. Desain instrumen
terus berkembang melalui abad kesembilan belas menghasilkan instrumen
intrakanal komersial pertama yang diperkenalkan pada tahun 1875. Hess’ seminal
paper pada tahun 1921 adalah yang pertama menunjukkan perlunya instrumen
saluran akary ang canggih karena kompleksitas dari anatomi saluran akar.
Pentingnya preparasi kemo-mekanik yang tepat digambarkan oleh Stewart pada
tahun 1955 ketika ia membagi terapi saluran akar menjadi tiga yang tahap, yaitu :
preparasi kemo-mekanik, kontrol mikroba dan obturasi saluran akar. Stewart
menyimpulkan bahwa masing-masing fase penting untuk penyembuhan jaringan
pendukung, tetapi preparasi kemo-mekanik saluran akar merupakan fase yang
paling penting. Stewart mencatat bahwa jika saluran akar diperbesar maka jumlah
mikroorganisme dan debris yang hadir dalam saluran akar berkurang.(1,6)
Teknik hand instrumentasi pertama dikenal sebagai tehnik standar. Teknik
standar mengimplementasikan panjang kerja sama untuk semua instrumen dan
bergantung pada bentuk masing-masing instrumen untuk memberikan bentuk
akhir dari saluran akar. Mengingat minimal taper (0,02 mm) dari hand instrumen
yang tersedia saat ini, Allison et al menyimpulkan bahwa shaping dan obturasi
yang memadai terbukti sulit. Menyadari kekurangan dari teknik standar, Weine
memperkenalkan tehnik step-back, yang melibatkan pengurangan bertahap dari
panjang kerja di 0.5 – 1,0 mm dengan instrumen yang semakin besar sehingga
menghasilkan saluran akar yang dengan taper yang lebih besar. Walton pada
tahun 1976 mengatakan efektivitas teknik step-back ketika ia membandingkan
efektivitas filing, reaming dan teknik step-back dan menunjukkan bahwa tehnik
2
step-back secara signifikan lebih efektif daripada filing dan reaming. Dalam
rangka mengelola anatomi saluran yang lebih sulit termasuk saluran yang
bengkok dan dilacerations dengan kesalahan prosedural minimal, Roane et al.
Memperkenalkan teknik balanced force pada tahun 1985.(1,3,5,6)
Teknik lain yang dikembangkan pada awal 1980-an dikenal sebagai teknik
step-down. Teknik step-down dipromosikan pembentukan dari koronal 2/3 dari
ruang saluran diikuti oleh instrumentasi apikal. Keuntungan utama dari teknik ini
adalah instrumen apikal leluasa melalui sebagian besar panjang mereka, kontrol
yang lebih baik, dan lebih sedikit kesempatan untuk transportasi dekat konstriksi
apikal. Banyak adaptasi dari teknik step-down dikembangkan termasuk tehnik
crown-down pressureless dipopuler oleh Marshall et al. pada tahun 1980. Studi
Morgan dan Montgomery pada tahun 1984 divalidasi temuan Marshall bahwa
tehnik crown-down pressureless adalah metode yang efektif untuk saluran akar
bengkok. Mereka menyimpulkan bahwa teknik crown-down lebih unggul
daripada teknik preparasi step-back dengan lekukan kanal mulai dari 10 sampai
35 derajat.(1,7)
PEMBAHASAN
1. TEKNIK STEP-BACK
Menyadari pentingnya bentuk yang lebih besar daripada yang dihasilkan
dengan pendekatan standar, salah satu penyidik menyarankan teknik step-back,
menggabungkan pengurangan bertahap dari panjang kerja untuk file yang lebih
besar, biasanya 0,5-1 mm, menghasilkan bentuk melebar dengan taper 0,05 dan
0,10 (Gambar 1). Secara bertahap mengurangi panjang kerja saat menggunakan
instrumen yang lebih besar dan kaku juga mengurangi terjadianya kesalahan
preparasi, khususnya pada saluran akar yang bengkok. Konsep ini tampaknya
secara klinis sangat efektif.(2)
Meskipun teknik step-back terutama dirancang untuk menghindari
kesalahan preparasi pada saluran yang bengkok, dapat juga digunakan untuk
preparasi saluran akar yang lurus. Beberapa modifikasi dari teknik step-back telah
dijelaskan selama bertahun-tahun. Penyidik lain menganjurkan insersi progresif
3
hand instrumen yang lebih besar ke dalam saluran akar secara pasif untuk
mengeksplorasi dan memberikan perluasan saluran sebelum mencapai panjang
kerja.(2,5)
Gambar 1. Instrumentasi saluran akar dengan hand file. Frekuensi irigasi dengan Sodium
hipoklorit (1) lebih efisien setelah panjang kerja (WL) tercapai, karena nedle irigasi dapat
berpenetrasi lebih dalam ke dalam aluran akar. Saluran yang taper meningkatkan efisiensi
antimikroba dan memudahkan obturasi. Hand instrumen ditetapkan untuk mengurangi panjang
kerja 0,5 mm (step-back) dari master apikal file (MAF) (2 dan 3). K-file digunakan untuk
rekapitulasi dengan panjang kerja selama prosedur (4), dan MAF digunakan sebagai final
rekapitulasi (5) untuk memastikn sisa dentin sudah dihilangkan.(2)
4
Gambar 2. A dan B. Pembesaran saluran akar dengan GGD
5
Gambar 3. A dan B. Penggunaan GGD yang lebih kecil untuk preparasi daerah
pertengahan akar
6
Gambar 4. A sampai C. Kesalahan prosedur
7
Keuntungan
• Kurang kemungkinan terjadi transportasi apikal
• Meningkatkan kemungkinan dinding saluran yang direncanakan.
Kekurangan
• Kurang ruang untuk irrigant, menyebabkan akumulasi debris di saluran.
• Kemungkinan perubahan panjang kerja karena penyempitan koronal dihilangkan
di akhir.
• Melewatkan instrumen precurved di saluran koronal yang sempit, meluruskan
instrumen. Hal ini dapat mengakibatkan pembentukan ledge.
Teknik
1. Pertama-tama, setelah preparasi access cavitas, menemukan orifis saluran akar
dan perlebar dinding access cavitas menggunakan tapered diamond bur.
2. Menentukan panjang kerja yang benar menggunakan file no.15. File no. 15
dimasukkan ke panjang kerja yang diperkirakan menggunakan tekanan yang
sangat ringan dengan seperdelapan sampai seperempat belokan dengan push-
pull stroke menetapkan patensi apikal.
3. Setelah ini, penambahan nomor file 20, 25, 30, 35 dan 40 yang dimasukkan ke
dalam saluran secara pasif. Langkah ini menghilangkan debris dan
menciptakan preparasi yang agak melebar untuk insersi GGD.
8
4. Irigasi sistem saluran akar sering dilakukan dengan sodium hypochlorite.
5. Setelah ini, GGD no.2 dimasukkan ke dalam pertengahan saluran yang agak
melebar, di mana ia sedikit mengunci. Kemudian ditarik kembali 1 sampai 1,5
mm dan kemudian diaktifkan.
Dengan gerakan ke atas dan ke bawah dan sedikit tekanan, melebarkan di
dinding saluran. Dengan cara yang sama, GGd no, 3 dan 4 kemudian
digunakan koronal.
6. Karena pelebaran dan pembersihan lekukan mengurangi panjang kerja,
sehingga konfirmasi ulang dari panjang kerja harus dilakukan sebelum
preparasi apikal.
7. Setelah ini, file nomor 20 dimasukkan ke dalam saluran sampai panjang kerja.
Saluran tersebut kemudian siap dengan penggunaan instrumen yang semakin
besar secara berurutan ditempatkan berturut-turut lebih pendek dari panjang
kerja. Saluran yang sempit tidak harus diperbesar melebihi ukuran file nomor
25 atau 30.
9
harus memperbesar sepertiga koronal saluran akar secara progresive dengan GG
drill yang lebih kecil atau dengan instrumen rotary lainnya. Irigasi harus
mengikuti penggunaan setiap instrumen dan rekapitulasi setiap penggantian
instrumen. Untuk benar-benar memperbesar sepertiga apikal dan untuk
menghindari bentuk bulat dan orifis kanal lateral, sebuah urutan terbalik
instrumen dapat digunakan dimulai dengan ukuran # 20 (misalnya) dan
memperbesar daerah ini sampai ukuran # 40 atau # 50 (misalnya ). Bentuk taper
saluran akar dapat dibuat dengan stepping back up dengan instrumen yang lebih
besar, dan terus mengingat melakukan irigasi dan rekapitulasi.
Tehnik crown-down lebih khas, atau double-flare, merupakan teknik yang
terdiri dari tindakan eksplorasi dengan file kecil, crown-down dengan K-file kecil,
dan pembesaran apikal dengan file ukuran # 40 atau serupa. Teknik yang umum
disertakan stepping back bertahap 1 mm dengan ukuran file naik dan sering
rekapitulasi dengan K-file yang kecil dan irigasi berlebihan. Hal ini menekankan
bahwa kontak dinding yang signifikan harus dihindari dalam tahap crown-down
untuk mengurangi tekanan hidrostatik dan kemungkinan penyumbatan. Beberapa
studi menunjukkan preparasi yang lebih berpusat pada gigi dengan saluran akar
bengkok dengan modifikasi teknik double-flare dan file Flex-R dibandingkan
dengan bentuk preparasi dengan K-file dan tehnik step-back. Teknik double-flare
juga disarankan untuk ProFile rotary instrumen.
10
Gambar 5. Tehnik crown-down
11
menarik file, tergantung pada tingkat kesulitan.
Gambar 6. Diagram handle movement selama preparasi balanced force. Langkah 1: Setelah
insersi Flex-R atau NiTi Flex K-file tanpa tekanan, instrumen diputar searah jarum jam 90 derajat,
hanya menggunakan tekanan apikal. Langkah 2: Instrumen diputar berlawanan arah jarum jam 180
sampai 270 derajat; Tekanan apikal yang cukup diigunakan untuk menjaga file pada kedalaman
yang sama selama langkah ini. Serutan dentin dibuang dengan bunyi klik khas Langkah 3:
Langkah ini mirip dengan langkah 1 dan memasukkan instrumen lebih ke apikal. langkah 4:
Setelah dua atau tiga siklus, file tersebut dengan serpihan dentin dikeluarkan dari saluran akar
dengan rotasi searah jarum jam.
12
DAFTAR PUSTAKA
13