3.1.3 VISI, MISI, dan Motto RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
a. VISI
Visi dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor adalah
“Terwujudnya Rumah sakit handal dan kebanggaan masyarakat
Tanah Bumbu”.
b. MISI
Adapun misi dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan yang
berkualitas”.
c. MOTTO
Adapun motto dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
adalah “Senyum, Santun, dan Sapa”
3.1.4 Tujuan
Tujuan dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor adalah
“Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan”.
3.1.5 Fungsi RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Fungsi penyelenggaraan RSUD dr. H. Andi Abdurrahman
Noor, yakni:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Medik.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medik dan Non
Medik.
3. Menyelenggarakan Asuhan Keperawatan.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan.
5. Menyelenggarakan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.
6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan.
DEWAN
PENGAWAS
DIREKTUR
SATUAN
KOMITE KOMITE KOMITE PEMERIKSA
MEDIK KEPERAWATAN PENUNJANG INTERNAL
MEDIK
BAGIAN UNIT PELAYANAN
TATA USAHA ADM. TERPADU
(UPAT)
POKJAB
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
UMUM & PERENCANAAN & EVALUASI, DOKUMENTASI
KEPEGAWAIAN KEUANGAN DAN PELAPORAN
INSTALASI PATOLOGI
6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan di rumah sakit mempunyai
keuntungan yaitu sedikitnya produk farmasi yang sama beredar di
rumah sakit sehingga pengelolaan perbekalan farmasi di rumah
sakit tersebut dapat efisien, dan selanjutnya dapat mengefisiensikan
di bidang lain yaitu keuangan, karena dengan sedikit perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit maka stok atau inventory di
gudang farmasi tidak akan banyak item disimpan, dengan sedikit
item perbekalan farmasi maka petugas farmasi tidak akan terlalu
lama dalam menyiapkan ataupun mencari perbekalan yang
dimaksud.
Pengendalian di rumah sakit ini dilakukan bukan hanya
oleh bagian farmasi saja, melainkan butuh suatu tim yang
didalamnya ada pengguna terbanyak perbekalan farmasi yaitu
dokter, tim atau komite yang dibuat tersebut adalah komite atau
tim farmasi dan terapi rumah sakit, yang diketuai oleh dokter,
dengan sekertaris apoteker dan beranggotakan tenaga kesehatan
lain ataupun unit penunjang lain seperti dokter, apoteker, tenaga
teknis farmasi, perawat, bidan, analis, radiographer, dan
sebagainya disesuaikan dengan keperluan.
Untuk selanjutnya tim atau komite farmasi dan terapi
membuat pegangan terapi yaitu formularium rumah sakit, dimana
dalam formularium berisi daftar perbekalan farmasi, golongan atau
guna terapi, dan asal perbekalan farmasi terasebut, formularium
rumah sakit umumnya dibuat sejalan dan selaras dengan clinical
pathway yang disusun oleh tim clinical pathway.
Sesuai dengan PERMENKES nomor 72 tahun 2016 tentang
Stadar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit proses
pengendalian yaitu :
a) Penggunaan obat hanya sesuai dengan formualrium rumah sakit
b) Penggunaan obat sesuai dengan terapi dan diagnosis
c) Memastikan bahwa persediaan yang ada di rumah sakit bisa
efektif, tidak berlebih, tidak kosong atau kurang, sehingga
terhidar dari rusak karena sediaan yang banyak dan kadaluwarsa
karena lama di penyimpanan.
Pada suatu waktu tertentu di rumah sakit ditetapkan adanya
stok opname, dimana dalam stok opname dapat diidentifikasi
perbekalan mana saja fast moving, slow moving, kadaluwarsa
dan sekaligus dilakukan penarikan perbekalan mendekati
kadaluwarsa, dalam proses stok opname didapatkan informasi
yang kemudian digunakan sebagai dasar pengendalalian
peredaran perbekalan farmasi.
b) Kartu Stock
Digunakan untuk mencatat berapa jumlah obat dan alkes yang
masuk dan keluar setiap harinya. Dalam kartu stock terdapat
nama barang, kemasan, kolom tanggal, barang masuk, barang
keluar, sisa barang dan keterangan. Putih untuk obat tablet,
Merah muda untuk obat sirup, Biru untuk obat topikal, Hijau
untuk BMHP, Kuning untuk obat injeksi
depo.
f) Buku Masuk
farmasi setiap harinya, kertas ini hanya ada didepo igd yang
dilakukan diakhir.
IGD :
1) Menerima resep
2) Memeriksa kelengkapan perbekalan farmasi
3) Memasukkan obat keplastik yang telah disediakan
4) Menuliskan etiket untuk obat yang akan diserahkan
5) Melakukan entry data dikomputer
6) Mengonfirmasikan harga obat kepada pasien serta
menuliskannya dalam resep
7) Pasien melakukan pembayaran di administrasi apanila
umum
8) Penyerahan resep yang telah ditebus diloket administrasi
9) Penyerahan serta memberikan informasi yang tepat tentang
cara penggunaan obat kepada pasien
3.2.4 Obat Narkotika dan Psikotropika
Pelayanan resep narkotika dan psikotropika membutuhkan
perhatian khusus bagi petugas kesehatan.
1. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk
menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat
tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika, meliputi :
a. Pemesanan Narkotika dan Psikotropika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat
Pesanan Narkotik yang ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke
distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di
indonesia) dengan membuat surat pesanan khusus
narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan
Asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan diserahkan
kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan
sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai
arsip di apotek, satu surat pesanan hanya boleh
memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik
misal pemesanan pethidin satu surat pesanan dan
pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga
untuk item narkotika lainnya. Sedangkan pemesanan
psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,
diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat
pesanan, boleh memesan ke berbagai PBF.
b. Penerimaan Narkotika dan Psikotropika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh
APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA.
Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat
pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan
yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di
Apotek disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari
kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang
memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu,
kunci pertama dipegang oleh apoteker. Lemari tersebut
terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umum,
tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker
yang bertugas dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika dan Psikotropika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari
resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek
itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian
obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep
yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis
merah di bawah obat narkotik sedangkan resep
psikotropika diberi garis biru.
e. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap
bulan. Laporan penggunaan obat narkotika di lakukan
melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan narkotika dan
psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah
terinput data tersebut di import (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan),
pasword dan username didapatkan setelah melakukan
registrasi pada dinkes setempat.
5. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap.
6. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
Pemantauan ini dilakukan dengan pemeriksaan kadar
beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit
7. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
8. Pengkajian Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau
oleh pasien.
3.2.7 LASA
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip) merupakan obat yang
memiliki kemasan yang terlihat mirip atau obat yang memiliki
nama yang terdengar mirip. Obat LASA harus menjadi perhatian
khusus terutama pada saat dispensing obat karena bisa saja terjadi
kesalahan dalam pengambilan obat yang dapat berakibat fatal bagi
pasien sehingga perlu penandaan khusus. Setiap obat LASA yang
masuk dan diterima gudang farmasi diberi tanda “OBAT LASA”
pada kotak pembungkus/box obat. Obat LASA disimpan terpisah
dengan obat LASA lainnya yang sama jenisnya dan disesuaikan
dengan stabilitas penyimpanan.