Anda di halaman 1dari 37

BAB III

TINJAUAN RUMAH SAKIT

3.1 Tinjauan Umum Rumah Sakit


3.1.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit RSUD dr. H. Andi Abdurrahman
Noor
Kabupaten Tanah Bumbu berdiri pada tahun 2003
berdasarkan Undang-Undang No. 2 tahun 2003 sebagai pemekaran
dari Kabupaten Kotabaru di provinsi Kalimantan Selatan yang
merupakan Kabupaten yang cukup pesat pembangunannya.
Sebagai Kabupaten baru, Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu
secara simultan harus segera dapat memenuhi sarana dan prasarana
baik dengan membangun, memelihara atau meningkatkan fasilitas
sarana dan prasarana yang sudah ada untuk memenuhi keperluan
kesejahteraan masyarakatnya.Berdiri pertama kali pada tanggal 1
April 2001 yang saat itu masih dalam wilayah Kabupaten
Kotabaru. Sejak berdirinya Kabupaten Tanah Bumbu pada tanggal
8 April 2003, RSUD Amanah Husada ditetapkan sebagai RSUD
Kabupaten Tanah Bumbu sesuai SK Bupati Tanah Bumbu Nomor
25 Tahun 2003 tentang Penunjukan RSUD dan SK Bupati Nomor
26 Tahun 2003 tentang Izin Operasional RSUD Amanah Husada.
Kemudian sesuai dengan perda no.10 tahun 2013 tentang
pembentukan organisasi dan tata kerja rumah sakit umum berubah
namanya menjadi RSUD dr. H. Andi Abdurahman Noor
berdasarkan SK Bupati Tanah Bumbu Nomor
188.45/01/DINKES/2014 tentang Pemberian Izin Operasional
Tetap Rumah Sakit Umum dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Kabupaten Tanah Bumbu.
Sejak pertama di dirikan Rumah Sakit Kabupaten yang
berfungsi sebagai pusat rujukan Kabupaten pada saat itu masih
menggunakan bangunan yang bersifat sementara karena bangunan
Rumah Sakit ini berstatus kontrak dengan konstruksi yang
diperuntukkan bagi sebuah hotel sehingga penataan ruangnya
masih sangat jauh mengikuti tata ruang rumah sakit pada
umumnya, selain itu peralatan yang digunakan sebagian besar
merupakan hibah dari rumah sakit Daerah Kotabaru sehingga
sebagian besar peralatan tersebut sudah rusak dan tidak dapat
digunakan lagi. Keadaan ini mengakibatkan pelayanan kesehatan
yang sangat dibutuhkan masyarakat belum dapat dilakukan secara
berkualitas dan maksimal.Sejak tanggal 1 Februari 2011 rumah
sakit Kabupaten ini pindah ke lokasinya yang baru di desa
Sepunggur yang merupakan bangunan sendiri dan memenuhi
standar bangunan Rumas Sakit yang didirikan di atas lahan seluas
± 6 hektar. Pembangunan dilakukan secara Multy Years dari tahun
2007 s/d 2010 dengan bersumber dari dana APBD Murni Daerah
Kabupaten Tanah Bumbu dengan nilai kontrak Rp.
46.587.685.000,0 dan pekerjaan tambahan sebesar Rp.
1.500.000.000 sehingga menjadi total Rp. 48.087.685.000,-(Empat
Puluh Delapan Milyar Delapan Puluh Tujuh Juta Enam Ratus
Delapan Puluh Lima Ribu Rupiah).
Tanah Bumbu sebagai kabupaten yang sangat luas,
memiliki jumlah penduduk ± 300.000 jiwa dengan ± 83,33%
penduduknya memiliki kemampuan ekonomi cukup baik serta
terdapat ± 60 perusahaan berskala nasional dan internasional
dengan ribuan karyawan termasuk pekerja asing sudah mulai
berdatangan dan berdomisili di daerah ini. Dengan kondisi seperti
ini maka di kabupaten Tanah Bumbu harus memiliki rumah sakit
yang memiliki standar dan kemampuan yang lebih baik dan harus
mempunyai peralatan yang lebih lengkap (sesuai dengan standar
pelayanan Nasional ).
Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Andi Abdurrahman
Noor merupakan rumah sakit kelas C dan rumah sakit rujukan di
Kabupaten Tanah Bumbu yang memiliki penduduk ± 334.314 jiwa.
Angka Harapan Hidup Kabupaten Tanah Bumbu sebesar 69,19
tahun dan Indek Pembangunan Manusia 68,28 menduduki
peringkat ke-5 dari 13 Kabupaten di Kalimantan Selatan.
Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Andi Abdurrahman
Noor melayani program utama Pemerintah Daerah yakni dalam
Program Jaminan Kesehatan Daerah. Selain itu Rumah Sakit
Umum Daerah dr. H. Andi Abdurrahman Noor bekerjasama
dengan 9 bh perusahaan-perusahaan perkebunan dan
pertambangan. Dengan kondisi seperti ini, maka di kabupaten
Tanah Bumbu harus memiliki rumah sakit yang memiliki standar
dan kemampuan yang lebih baik dan harus mempunyai peralatan
yang lebih lengkap sesuai dengan standar pelayanan Nasional.
RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor sebagai Badan
Layanan Umum Daerah sejak tahun 2014 berdasarkan ketetapan
Bupati Tanah Bumbu Nomor : 188.45/831/RSUD/2013, tentang
penetapan Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Andi Abdurrahman
Noor Kabupaten Tanah Bumbu sebagai Badan Layanan Umum
Daerah, selain mengedepankan pengelolaan rumah sakit melalui
bisnis yang sehat, rumah sakit mendukung program JKN dan
Jamkesda dengan menambah bangunan bangsal kelas 3 pada tahun
2018 dalam mendukung pelayanan bagi masyarakat kurang
mampu.
Pengembangan pelayanan unggulan RSUD dr. H. Andi
Abdurrahman Noor dalam 5 (lima) tahun ke depan menjadi
pelayanan hemodialisis center, pelayanan bedah sentral terpadu
dengan unit ICU, NICU, PICU, pelayanan klinik eksekutif dimana
pasien bisa memilih dokter spesialis, selain itu kami akan
melakukan perbaikan gedung pakir rs dan tersedianya ruang public
yang representatif. RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor dalam 5
tahun ke depan diharapkan menjadi rumah sakit modern yang
ramah lingkungan dan mendukung green hospital, smart hospital
melalui era digital dengan elektronik antrian rumah sakit,
elektronik peresepan, rekam medik elektronik dan elektronik
informasi kamar rumah sakit.

3.1.2 Tempat dan Lokasi Rumah Sakit


Tempat berdirinya RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
berada tepat disamping gedung DPRD Kab. Tanah Bumbu. Dan
Lokasinya di Jl. HM. Amin KM 10 RT 03, Desa Sepunggur,
Kecamatan Kusan Hilir, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan
Selatan, Kode pos 72171, Telp. 0518.7713448 – Fax.
0518.7713449.

3.1.3 VISI, MISI, dan Motto RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
a. VISI
Visi dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor adalah
“Terwujudnya Rumah sakit handal dan kebanggaan masyarakat
Tanah Bumbu”.
b. MISI
Adapun misi dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
adalah “Meningkatkan pelayanan kesehatan rujukan yang
berkualitas”.
c. MOTTO
Adapun motto dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
adalah “Senyum, Santun, dan Sapa”

3.1.4 Tujuan
Tujuan dari RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor adalah
“Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan”.
3.1.5 Fungsi RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor
Fungsi penyelenggaraan RSUD dr. H. Andi Abdurrahman
Noor, yakni:
1. Menyelenggarakan Pelayanan Medik.
2. Menyelenggarakan Pelayanan Penunjang Medik dan Non
Medik.
3. Menyelenggarakan Asuhan Keperawatan.
4. Menyelenggarakan Pelayanan Rujukan.
5. Menyelenggarakan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan.
6. Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan.

3.1.6 Pelayanan RSUD dr. H. Andi Abdurrahman Noor


Jenis pelayanan sebagaimana dimaksud meliputi:
1. Pelayanan Rawat Jalan:
a. Klinik Gigi
b. Klinik Kebidanan
c. Klinik Penyakit Dalam
d. Klinik Orthopedy
e. Klinik Bedah
f. Klinik Anak
g. Klinik Saraf
h. Klinik Narkoba
i. Klinik Rehabilitasi medic
j. Klinik Telinga Hidung dan Tengorokan (THT)
k. Klinik Kulit dan Kelamin
l. Klinik Kesehatan Jiwa
m. Klinik VCT
n. Klinik Dots
o. Klinik Psikologi
2. Unit Kegawat Daruratan
a. IGD
b. Ponek
3. Pelayanan Penunjang Diagnostik:
a. Labotarorium
b. Radiologi
4. Apotik dan Farmasi buka 24 jam
5. Pelayanan Medical Check Up (MCU)
6. Pelayanan Rawat Inap dengan jumlah Tempat Tidur 136 buah
terdiri dari :
a. Ruang VIP
b. Kelas I
c. Kelas II
d. Kelas III
e. Ruang Anak
f. Ruang Kebidanan
g. Ruang Penyakit Dalam
h. Ruang Bedah
i. Ruang Icu
7. Pelayanan Kamar Operasi/Bedah
8. Pelayanan Kamar Bersalin (VK)
9. Pelayanan Pemulasaran Jenazah
10. Pelayanan IPSRS
11. Ambulance
12. Gizi
13. Laundry dan CSSD
14. UTD RS
15. Hemodalisa
16. Endoscopy
3.1.7 Struktur Organisasi

DEWAN
PENGAWAS

DIREKTUR

SATUAN
KOMITE KOMITE KOMITE PEMERIKSA
MEDIK KEPERAWATAN PENUNJANG INTERNAL
MEDIK
BAGIAN UNIT PELAYANAN
TATA USAHA ADM. TERPADU
(UPAT)
POKJAB
FUNGSIONAL
SUB BAGIAN SUB BAGIAN SUB BAGIAN
UMUM & PERENCANAAN & EVALUASI, DOKUMENTASI
KEPEGAWAIAN KEUANGAN DAN PELAPORAN

BIDANG INSTALASI RAWAT JALAN BIDANG BIDANG


PELAYANAN KEPERAWATAN PENUNJANG
INSTALASI RAWATINAP

INSTALASI PERAWATAN INTENSIF

INSTALASI GAWAT DARURAT


SEKSI SEKSI SEKSI
PELAYANAN MEDIK INSTALASI BEDAH SENTRAL DIKLAT DAN SARANA DAN
PENYULUHAN PRASARANA MEDIK
INSTALASI FARMASI

INSTALASI RADIO DIAGNOSTIK

SEKSI INSTALASI GIZI SEKSI SEKSI


BINA MUTU
ASUHAN REKAM MEDIK
PELAYANAN INSTALASI PEMELIHARAAN SARANA
KEPERAWATAN
INSTALASI REHABILITASI MEDIK

INSTALASI PATOLOGI

INSTALASI KAMAR JENAZAH


3.2 Tinjauan Instalasi Farmasi Rumah Sakit
3.2.1 Struktur Organisasi
3.2.2 Pengelolaan Perbekalan Farmasi
1. Perencanaan Obat
Perencanaan obat adalah suatu kegiatan yang dilakukan
dalam rangka menyusun daftar kebutuhan obat yang berkaitan
dengan suatu pedoman atas dasar konsep kegiatan yang sistematis
dengan urutan yang logis dalam mencapai sasaran atau tujuan yang
telah ditetapkan. Proses perencanaan terdiri dari perkiraan
kebutuhan, menetapkan sasaran dan menentukan strategi, tanggung
jawab dan sumber yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Perencanaan dilakukan secara optimal sehingga perbekalan farmasi
dapat digunakan secara efektif dan efisien.
Tujuan perencanaan dalam farmasi adalah menyusun
kebutuhan obat yang tepat dan sesuai kebutuhan untuk mencegah
terjadinya kekurangan atau kelebihan persediaan farmasi serta
meningkatkan persediaan farmasi secara efektif dan efisien.
Prinsip perencanaan pengadaan obat:
Ada dua cara yang digunakan dalam menetapkan kebutuhan yaitu
berdasarkan :
a. Data statistik kebutuhan dan pengunaan obat, dari data statistik
berbagai kasus penderita dengan dasar formularium Rumah Sakit,
kebutuhan disusun menurut data tersebut.
b. Data kebutuhan obat disusun berdasarkan data pengelolaan sistem
administrasi atau akuntansi instalasi farmasi rumah sakit. Data
kebutuhan tersebut kemudian dituangkan dalam perencanaan
operasional yang digunakan dalam anggaran setelah berkonsultasi
dengan panitia farmasi dan terapi.
Tahap perencanaan kebutuhan obat;
1. Tahap persediaan
Perencanaan dan pengadaan obat merupakan suatu kegiatan
dalam rangka menetapkan jenis dan jumlah obat sesuai dengan
pola penyakit serta kebutuhan pelayanan kesehatan, hal ini
dapat dilakukan dengan membentuk tim perencanaan
pengadaan obat yang bertujuan meningkatkan efisiensi dan
efektifitas penggunaan dana obat melalui kerja sama antar
instansi yang terkait dengan masalah obat.
2. Tahap perencanaan
a) Tahap pemilihan obat
Tahap ini untuk menentukan obat-obat yang sangat
diperlukan sesuai dengan kebutuhan, dengan prinsip dasar
menentukan jenis obat yang digunakan atau dibeli.
b) Tahap perhitungan obat
Tahap ini untuk menghindari masalah kekosongan obat
atau kelebihan dengan kordinasi dari proses perencanaan
dan pengadaan obat diharapkan obat yang dapat tepat jenis,
tepat jumlah, dan tepat waktu.
2. Pengadaan
Pengadaan merupakan proses penyediaan obat yang
dibutuhkan dirumah sakit dan untuk unit pelayanan kesehatan
lainnya yang diperoleh dari pemasok eksternal melalui pembelian
dari manufaktur, distributor, atau pedagang besar farmasi.
Siklus pengadaan obat mecakup pemilihan kebutuhan,
penyesuaian kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan,
penetapan atau pemilihan pemasok, penetapan masa kontrak,
pemantauan status pemesanan, penerimaan dan pemeriksaan obat,
pembayaran, penyimpanan, pendistribusian dan pengumpulan
informasi penggunaan obat.
Proses pengadaan dikatakan baik apabila tersedianya obat
dengan jenis dan jumlah yang cukup sesuai dengan mutu yang
terjamin serta dapat diperoleh pada saat diperlukan.
Beberapa Prinsip Praktek Pengadaan Obat dan Perbekalan
Kesehatan yang baik dan merupakan standar universal mencakup
aspek :
a) Pengadaan Obat merujuk kepada obat generik
b) Pengadaan Obat terbatas kepada DOEN atau daftar
formularium Rumah Sakit
c) Pengadaan obat secara terpusat dan dengan jenis terbatas
akan menurunkan harga
d) Pengadaan secara kompetitif
e) Adanya komitmen pengadaan
(Suplier harus menjamin pasokan obat yang kontraknya
telah ditandatangani)
f) Jumlah obat yang diadakan harus sesuai dengan perkiraan
kebutuhan nyata
(Gunakan penghitungan berdasarkan konsumsi kebutuhan
masa kros cek dengan pola penyakit dan jumlah kunjungan)
g) Lakukan Manajemen Keuangan yang baik dan Pembayaran
Pasti
h) Prosedur tertulis dan transparan
i) Pembagian Fungsi
(Beberapa fungsi akan melibatkan beberapa tim, unit
individu dalam aspek perencanaan kebutuhan, pemilihan
jenis obat, pemilihan suplier dan pelelangan)
j) Program Jaminan Mutu Produk
k) Lakukan Audit tahunan dan Publikasikan hasilnya.
l) Buat Laporan Periodik terhadap Kinerja Pengadaan
3. Penerimaan
Pengiriman barang disertai faktur (memuat nama PBF,
tanggal, jenis dan jumlah barang), kemudiadicocokkan/pengecekan
(ED, keadaan fisik obat, sesuai dengan permintaan jenis dan
jumlah obat). Jika sesuai maka faktur ditandatangani Apoteker /AA
(nama terang, SK, cap apotek), dan faktur asli akan diperoleh jika
sudah melunasi pembayaran obat. Obat yang diperoleh dicatat di
buku penerimaan/ED, menyangkut nama PBF yang mengirim
barang, harga barang, dan no.batch. No.batch penting karena
sewaktu-waktu BPOM bisa menarik obat tertentu dengan no.batch
tertentu.
Kegiatan penerimaan merupakan kegiatan yang sangat
penting. Jenis, jumlah, kualitas, spesifikasi dan persyaratan lainnya
dari barang yang diterima harus sama dengan yang tercantum
dalam kontrak. Proses penerimaan sangat penting karena pada
proses inilah kita dapat menyaring barang-barang yang tidak
bermutu dan tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Gambar 1.1 Faktur


4. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk
melakukan pengelolahan barang persediaan ditempat
penyimpanan.Pengelolahan tersebut harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga kualitas barang dapat dipertahankan dan terhindar
dari kerusakan fisik, pencarian barang mudah dan cepat, barang
aman dari pencurian, mempermudah pengawasan stock barang.
Untuk keperluan tersebut diperlukan kegiatan-kegiatan seperti:
1. Perencanaan ruangan penyimpanan.
2. Perencanaan dan pengoperasiaan alat pengatur barang.
3. Penyelenggaraan prosedur peyimpanan.
4. Pengamanan.
5. Pengeluaran.

Penataan perbekalan farmasi

a) Harus ditata secara alfabet agar tidak kesulitan dalam mencari.


b) Menggunakan sitem FIFO dan FEFO
c) Bahan baku → dipisahkan serbuk, cairan, dan yang setengah padat,
kemudian disusun berdasarkan alfabetis.
d) Obat jadi lebih baik disusun berdasarkan bentuk sediaan lalu
masing-masing disusun berdasarkan alfabetis.
e) Lemari khusus → terutama untuk golongan narkotika dan
psikotropika harus dipisah penyimpanannya dan dalam almari
khusus.
f) Obat dengan persyaratan suhu dingin → simpan di lemari es.
g) Obat generik → bisa juga dikelompokkan jadi 1 rak tersendiri.
h) Antibiotika → boleh dikelompokkan tersendiri.
i) Alat kesehatan → boleh dikelompokkan tersendiri.
Gambar 1.2 Ruang penyimpanan obat digudang instalasi farmasi

Penyimpanan I meliputi : Obat tablet, Sirup, Injeksi, dan Lemari


Pendingin
Penyimpanan II meliputi : Obat narkotika/psikotropika, B3 dan
High alert
Penyimpanan III meliputi : BMHP, CSSD, Lab, dan Radiologi
Penyimpanan IV meliputi : Infus
5. Pemusnahan
Pemusnahan dilakukan setelah proses penarikan dengan
melibatkan pihak ketiga, kecuali bila rumah sakit mampu
melakukan pemusnahan yang ditunjang dengan adanya sarana, pra
sarana dan sumber daya manusia yang memenuhi syarat.
Pemusnahan dilakukan apabila telah melewati 3 tahun.
Sedangkan rumah sakit yang tidak memiliki hal tersebut
maka rumah sakit wajib menjalin kerjasama dengan pihak ketiga
untuk melakukan proses pemusnahan yang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, dimana tahapan pemusnahan sesuai
dengan PERMENKES nomor 72 tahun 2016 tentang Stadar
Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit yaitu :
a) Membuat daftar perbekalan farmasi yang akan dilakukan
pemusnahan
b) Membuat berita acara pemusnahan perbekalan farmasi
c) Mengkoordinasikan dengan pihak-pihak terkait diluar farmasi
(kesehatan lingkungan, rumah tangga, pihak ketiga sebagai
pemusnah perbekalan farmasi, dinas kesehatan dan BPOM)
tentang jadwal, metode, tempat dan proses pemusnahan.
d) Menyiapkan tempat pemusnahan (bila memiliki sarana
pemusnahan)
e) Melakukan proses pemusnahan (bila memiliki sarana
pemusnahan)
Ada banyak metode pemusnahan yang dilakukan, akan
tetapi yang banyak digunakan adalah menggunakan alat
pembakar atau “incinerator” dengan membakarnya hingga
menjadi abu, dan ini butuh biaya besar, akan tetapi ada juga
yang dilakukan dengan cara merendam dalam air dalam kolam,
atau ada juga dengan cara mengubur didalam tanah, akan tetapi
semua bergantung pada bahan pembuat awal dari perbekalan
farmasi itu sendiri, karena ada yang tidak dapat hancur dengan
air atau ada bahan perbekalan farmasi yang tidak dapat hancur
dengan proses penguburan dalam tanah.

6. Pengendalian
Pengendalian dilakukan di rumah sakit mempunyai
keuntungan yaitu sedikitnya produk farmasi yang sama beredar di
rumah sakit sehingga pengelolaan perbekalan farmasi di rumah
sakit tersebut dapat efisien, dan selanjutnya dapat mengefisiensikan
di bidang lain yaitu keuangan, karena dengan sedikit perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit maka stok atau inventory di
gudang farmasi tidak akan banyak item disimpan, dengan sedikit
item perbekalan farmasi maka petugas farmasi tidak akan terlalu
lama dalam menyiapkan ataupun mencari perbekalan yang
dimaksud.
Pengendalian di rumah sakit ini dilakukan bukan hanya
oleh bagian farmasi saja, melainkan butuh suatu tim yang
didalamnya ada pengguna terbanyak perbekalan farmasi yaitu
dokter, tim atau komite yang dibuat tersebut adalah komite atau
tim farmasi dan terapi rumah sakit, yang diketuai oleh dokter,
dengan sekertaris apoteker dan beranggotakan tenaga kesehatan
lain ataupun unit penunjang lain seperti dokter, apoteker, tenaga
teknis farmasi, perawat, bidan, analis, radiographer, dan
sebagainya disesuaikan dengan keperluan.
Untuk selanjutnya tim atau komite farmasi dan terapi
membuat pegangan terapi yaitu formularium rumah sakit, dimana
dalam formularium berisi daftar perbekalan farmasi, golongan atau
guna terapi, dan asal perbekalan farmasi terasebut, formularium
rumah sakit umumnya dibuat sejalan dan selaras dengan clinical
pathway yang disusun oleh tim clinical pathway.
Sesuai dengan PERMENKES nomor 72 tahun 2016 tentang
Stadar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit proses
pengendalian yaitu :
a) Penggunaan obat hanya sesuai dengan formualrium rumah sakit
b) Penggunaan obat sesuai dengan terapi dan diagnosis
c) Memastikan bahwa persediaan yang ada di rumah sakit bisa
efektif, tidak berlebih, tidak kosong atau kurang, sehingga
terhidar dari rusak karena sediaan yang banyak dan kadaluwarsa
karena lama di penyimpanan.
Pada suatu waktu tertentu di rumah sakit ditetapkan adanya
stok opname, dimana dalam stok opname dapat diidentifikasi
perbekalan mana saja fast moving, slow moving, kadaluwarsa
dan sekaligus dilakukan penarikan perbekalan mendekati
kadaluwarsa, dalam proses stok opname didapatkan informasi
yang kemudian digunakan sebagai dasar pengendalalian
peredaran perbekalan farmasi.

7. Pencatatan dan Pelaporan


Kegiatan pencatatan dan pelaporan perbekalan farmasi yang
dilakukan :
a) Membukukan keluar masuknya perbekalan farmasi dalam,kartu
stok gudang,buku harian barang inventaris dan barang habis pakai,
serta buku penerimaan dan pengeluaran barang inventaris dan
barang habis pakai.
b) Menggunakan dokumen sumber yang sah,yaitu surat pemesanan,
surat perintah kerja atau kontrak, faktur pembelian atau penjualan
dan bukti barang keluar.
Tujuan dilakukannya pencatatan dan pelaporan, yaitu:
a) Menjamin agar barang-barang yang ada dalam persediaan
digunakan secara efisien sesuai dengan kebutuhan sehingga tidak
terjadi kekurangan maupun penumpukan.
b) Pencatatan secara teratur dan terus menerus untuk meningkatkan
pengawasan terhadap alur masuk dan keluar barang demi
menghindari kebocoran dan kesalahan dalam penyaluran,selain itu
juga dapat digunakan sebagai bahan evaluasi apakah perbekalan
farmasi yang ada dalam persediaan telah sesuai dengan kebutuhan
secara proporsional dan tidak terjadi penumpukan.
c) Pencatatan memudahkan untuk melakukan penelusuran bila terjadi
adanya mutu obat yang sesuai dan harus ditarik dari
peredaran,pencatatan dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk
digital maupun manual. Kartu yang umumnya digunakan untuk
melakukan pencatatan adalah kartu stok, kartu stok diletakkan
bersama/berdekatan dengan perbekalan farmasi
bersangkutan,pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari,
setiap terjadi mutasi perbekalan farma dalam
(penerimaan,pengeluaran,rusak/kadaluarsa) yang langsung dicatat
dalam kartu stok,penerimaan dan pengeluaran barang dijumlahkan
pada setiap akhir bulan.
d) Menyediakan data yang akurat,tersedianya arsip yang
memudahkan penelusuran surat dan pelaporan,mendapat data yang
lengkap untuk membuat perencanaan.

Dokumen pencatatan dan pelaporan:


a) Buku Salinan Resep Umum
Buku yang digunakan untuk mencatat keluarnya obat dan alkes
berdasarkan resep dari dokter. Di buku ini terdapat kolom
nomor resep, nama pasien, obat dan alkes yang diberikan,
jumlah yang diberikan, harga obat dan alkes, dan nama dokter
yang menulis resep. Apabila terdapat resep yang mengandung
OKT maka diberi tanda.

Gambar 1.3 Buku salinan resep umum

b) Kartu Stock
Digunakan untuk mencatat berapa jumlah obat dan alkes yang
masuk dan keluar setiap harinya. Dalam kartu stock terdapat
nama barang, kemasan, kolom tanggal, barang masuk, barang
keluar, sisa barang dan keterangan. Putih untuk obat tablet,
Merah muda untuk obat sirup, Biru untuk obat topikal, Hijau
untuk BMHP, Kuning untuk obat injeksi

Gambar 1.4 Kartu stok


c) Kertas Amprahan
Kertas yang digunakan untuk melakukan permintaan obat dan

alkes dari gudang instalasi farmasi dan distribusikan kesetiap

depo.

Gambar 1.5 Kertas amprahan

d) Form Pengembalian Obat

Digunakan untuk pasien yang sudah pulang namun masih

mempunysi sisa obat. Bagi pasien umum uang akan

dikembalikan. Sedangkan untuk pasien Jamkesda dan BPJS

total dari keseluruhan obat akan dikurangi dengan jumlah obat

dikembalikan. Kertas pengembalian obat terdiri tiga rangkap.

Gambar 1.6 Form Pengembalian Obat


e) Buku defekta

Buku yang digunakan untuk mengetahui catatan obat keluar,

masuk, habis stock atau akan habis. Defekta ini digunakan

untuk pemesanan barang yang direncanakan.

Gambar 1.7 Buku Defekta

f) Buku Masuk

Buku yang digunakan untuk mencatat semua obat yang masuk

sesuai dengan faktur, yang terdiri dari tanggal datang, nama

item, jumlah, no batch, expired date, harga satuan, total harga

dan nama distributor.

Gambar 1.8 Buku masuk


g) Surat Pesanan

Digunakan untuk memesan obat yang telah habis yang akan

diberikan kepada distributor

Gambar 1.9 Surat pesanan

h) Kertas pengeluaran Obat dan BMHP

Berupa catatan untuk menyetok jumlah pengeluaran perbekalan

farmasi setiap harinya, kertas ini hanya ada didepo igd yang

dalam pelayanannya harus cepat sehingga penyetokan

dilakukan diakhir.

Gambar 1.10 Kertas pengeluaran Obat dan BMHP


3.2.3 Pengelolaan Pelayanan Resep
1. Depo Rawat Inap
Pelayanan obat di depo rawat inap yaitu pelayanan CPO
dari setiap ruang perawatan. Berikut pelayanan CPO di Rawat
Inap :
a) Petugas depo farmasi menerima resep dan CPO dari ruang
perawatan
b) Petugas depo farmasi melakukan telaah resep pada tahap
awal
c) Petugas farmasi menyiapkan perbekalan farmasi dengan
ketentuan untuk obat oral disisipkan cara penggunaannya
pada etiket
d) Petugas depo farmasi melakukan konfirmasi kedokter jika
penulisan resp tidak jelas dan jenis perbekalan yang
diresepkan tidak tersedia
e) Sebelum perbekalan farmasi diserahkan petugas depo
farmasi melakukan telaah resep tahap akhir dan memeriksa
kesesuaian jumlah perbekalan farmasi yang akan diserahkan
f) Petugas depo farmasi mengantar perbekalan farmasi
keruang perawatan serta meminta paraf perawat pada kolom
penerima resep setelah mencek kesesuaian jumlah obat
yang diminta
g) Petugas farmasi membawa kembali dokumen CPO dan
diserahkan pada operator penginput resep
Gambar 1.11 Dokumen Catatan Pengantaran Obat (CPO)

2. Depo Rawat Jalan


Pelayanan obat di depo rawat jalan yaitu pelayanan resep
dari poli rawat jalan yang dibawa sendiri oleh pasien/keluarga
pasien. Berikut pelayanan resep di Rawat Jalan :
a) Petugas depo farmasi menerima resep dari pasien/keluarga
pasien
b) Petugas depo farmasi melakukan pemeriksaan kelengkapan
resep,seperti:
Ø Tanggal penulisan resep
Ø Nama dokter
Ø Nama obat, jenis obat, dan jumlah obat
Ø Cara pembuatan (diracik atau tidak)
Ø Aturan pakai
Ø Nama pasien
Ø Umur pasien
c) Petugas depo farmasi melakukan entry data di komputer
serta menuliskan harga obat dalam resep
d) Jika ada obat racikan dihitung sesuai dengan dosis
sedangkan untuk obat non racik langsung disiapkan sesuai
dengan resep
e) Petugas farmasi memeriksa kesesuaian perbekalan farmasi
yang diminta sesuai dengan resep
f) Petugas depo farmasi melakukan pengemasan serta
pemberian etiket sesuai dengan resep dokter
g) Sebelum obat diserahkan, petugas yang menyerahkan obat
meneliti kembali obat yang telah disiapkan sesuai dengan
resep serta dikonfirmasi ulang data pasien tersebut
h) Petugas depo farmasi melakukan penyerahan serta
memberikan informasi yang tepat tentang cara penggunaan
obat kepada pasien
3. Depo IGD

Depo Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan salah satu

yang memberikan pelayanan perbekalan farmasi selama 24 jam

kepada pasien maupun kepada dokter/perawat yang melakukan

tindakan perawatan kepada pasien. Berikut pelayanan resep di

IGD :

1) Menerima resep
2) Memeriksa kelengkapan perbekalan farmasi
3) Memasukkan obat keplastik yang telah disediakan
4) Menuliskan etiket untuk obat yang akan diserahkan
5) Melakukan entry data dikomputer
6) Mengonfirmasikan harga obat kepada pasien serta
menuliskannya dalam resep
7) Pasien melakukan pembayaran di administrasi apanila
umum
8) Penyerahan resep yang telah ditebus diloket administrasi
9) Penyerahan serta memberikan informasi yang tepat tentang
cara penggunaan obat kepada pasien
3.2.4 Obat Narkotika dan Psikotropika
Pelayanan resep narkotika dan psikotropika membutuhkan
perhatian khusus bagi petugas kesehatan.
1. Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika
Pengelolaan narkotika diatur secara khusus untuk
menghindari terjadinya kemungkinan penyalahgunaan obat
tersebut. Pelaksanaan pengelolaan narkotika, meliputi :
a. Pemesanan Narkotika dan Psikotropika
Pemesanan sediaan narkotika menggunakan Surat
Pesanan Narkotik yang ditandatangani oleh Apoteker
Pengelola Apotek (APA). Pemesanan dilakukan ke
distribution (satu satunya PBF narkotika yang legal di
indonesia) dengan membuat surat pesanan khusus
narkotika rangkap empat. Satu lembar Surat Pesanan
Asli dan dua lembar salinan Surat Pesanan diserahkan
kepada Pedagang Besar Farmasi yang bersangkutan
sedangkan satu lembar salinan Surat Pesanan sebagai
arsip di apotek, satu surat pesanan hanya boleh
memuat pemesanan satu jenis obat (item) narkotik
misal pemesanan pethidin satu surat pesanan dan
pemesanan kodein satu surat pesanan juga, begitu juga
untuk item narkotika lainnya. Sedangkan pemesanan
psikotropika dengan surat pemesanan rangkap 2,
diperbolehkan lebih dari 1 item obat dalam satu surat
pesanan, boleh memesan ke berbagai PBF.
b. Penerimaan Narkotika dan Psikotropika
Penerimaan Narkotika dari PBF harus diterima oleh
APA atau dilakukan dengan sepengetahuan APA.
Apoteker akan menandatangani faktur tersebut setelah
sebelumnya dilakukan pencocokan dengan surat
pesanan. Pada saat diterima dilakukan pemeriksaan
yang meliputi jenis dan jumlah narkotika yang
dipesan.
c. Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika
Obat-obat yang termasuk golongan narkotika di
Apotek disimpan pada lemari khusus yang terbuat dari
kayu (atau bahan lain yang kokoh dan kuat) yang
memiliki 2 kunci yang berbeda, terdiri dari 2 pintu,
kunci pertama dipegang oleh apoteker. Lemari tersebut
terletak di tempat yang tidak diketahui oleh umum,
tetapi dapat diawasi langsung oleh Asisten Apoteker
yang bertugas dan penanggung jawab narkotika.
d. Pelayanan Narkotika dan Psikotropika
Apotek hanya boleh melayani resep narkotika dari
resep asli atau salinan resep yang dibuat oleh Apotek
itu sendiri yang belum diambil sama sekali atau baru
diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian
obat narkotika tanpa resep atau pengulangan resep
yang ditulis oleh apotek lain. Resep narkotika yang
masuk dipisahkan dari resep lainnya dan diberi garis
merah di bawah obat narkotik sedangkan resep
psikotropika diberi garis biru.
e. Pelaporan Narkotika dan Psikotropika
Pelaporan penggunaan narkotika dilakukan setiap
bulan. Laporan penggunaan obat narkotika di lakukan
melalui online SIPNAP (Sistem Pelaporan Narkotika
dan Psikotropika). Asisten apoteker setiap bulannya
menginput data penggunaan narkotika dan
psikotropika melalui SIPNAP lalu setelah data telah
terinput data tersebut di import (paling lama sebelum
tanggal 10 pada bulan berikutnya). Laporan meliputi
laporan pemakaian narkotika untuk bulan
bersangkutan (meliputi nomor urut, nama
bahan/sediaan, satuan, persediaan awal bulan),
pasword dan username didapatkan setelah melakukan
registrasi pada dinkes setempat.

Buku Salinan Resep Narkotika

Digunakan untuk menyalin nama obat narkotika yang terdapat


dalam resep yang telah ditebus yang terdiri dari tanggal, nama
pasien, nomor rekam medis, nama obat, jumlah obat, dan nama
dokter

Gambar 1.12 Buku salinan resep narkotika

2. Pemusnahan Narkotika dan Psikotropika


Prosedur pemusnahan narkotika dilakukan sebagai berikut :
1) APA membuat dan menandatangani surat permohonan pemusnahan
narkotika yang berisi jenis dan jumlah narkotika yang rusak atau tidak
memenuhi syarat.
2) Surat permohonan yang telah ditandatangani oleh APA dikirimkan ke
Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan. Balai Besar Pengawas Obat
dan Makanan akan menetapkan waktu dan tempat pemusnahan.
3) Kemudian dibentuk panitia pemusnahan yang terdiri dari APA,
Asisten Apoteker, Petugas Balai POM, dan Kepala Suku Dinas
Kesehatan Kabutapten/Kota setempat.
4) Bila pemusnahan narkotika telah dilaksanakan, dibuat Berita Acara
Pemusnahan yang berisi :
Ø Hari, tanggal, bulan, tahun dan tempat dilakukannya pemusnahan
Ø Nama, jenis dan jumlah narkotika yang dimusnahkan
Ø Cara pemusnahan
Ø Petugas yang melakukan pemusnahan
Ø Nama dan tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek

. Syarat dan penanganan resep narkotik dan psikotropika, yaitu:

1) Resep harus diskrining terlebih dahulu


Ø Harus resep asli (bukan copy resep)
Ø Ada nama penderita dan alamat lengkapnya yang jelas
Ø Tidak boleh ada tulisan “iter” yang artinya dapat diulang
Ø Aturan pakai yang jelas dan tidak boleh ada tulisan u.c (usus
congnitus) yang artinya cara pakai diketahui
2) Obat narkotika dalam resep diberi garis bawah tinta merah sedangkan
obat psikotropika diberi garis bawah tinta biru
3) Resep yang mengandung narkotika tidak boleh diulang, tetapi harus
dibuat resep baru
4) Resep yang mengandung narkotika harus disimpan terpisah dari resep
yang lain
5) Jika pasien hanya meminta setengah obat narkotika yang diresepkan,
maka diperbolehkan untuk dibuatkan copy resep bagi pasien tersebut,
tetapi copy resep tersebut hanya dapat ditebus kembali ditempat yang
menyimpan resep aslinya, tidak bisa di tempat lain
6) Jika paien berada diluar kota, maka copy resep tetap tidak bisa
ditebus, melainkan harus dibuatkan resep baru dari dokter di
daerah/kota tersebut dengan menunjukkan copy resep yang dibawa
sehingga pasien tetap bisa memperoleh obatnnya.
Gambar 1.13 Copy resep

Tabel 2.1 Obat Narkotika

No. Nama Obat Golongan


1 Codein 10 mg Narkotika gol III
2 Codein 20 mg
3 Fentanyl INJ Narkotika gol I
4 Morfin INJ Narkotika gol II
5 MST 10 mg (morfin)
6 MST 15 mg (morfin)
7 Pethidin INJ Narkotika gol II

Tabel 2.2 Obat Psikotropika

No. Nama Obat Golongan


1 Alprazolam 0,5 mg Psikotropika gol IV
2 Alprazolam 1 mg
3 Clobazam 10 mg Psikotropika gol IV
4 Clonazepam 2 mg
5 Clotfritis (clobazam 10 mg)
6 Proclozam (clobazam 10 mg)
7 Diazepam 2 mg Psikotropika gol IV
8 Diazepam 5 mg
9 Diazepam INJ
10 Valisanbe (diazepam)
11 Lorazepam 2 mg Psikotropika gol IV
12 Merlopam 0,5 mg (lorazepam
0.5 mg)
13 Merlopam 2 mg (lorazepam 2
mg)
14 Midazolam 5 mg INJ Psikotropika gol IV

15 Miloz INJ (midazolam 15 mg)


16 Phenobarbital 30 mg Psikotropika gol IV
17 Phenobarbital INJ (sibital)
18 Proneuron (metamizole 500 mg Psikotropika gol IV
+ Diazepam 2 mg)

3.2.5 Pendistribusian Perbekalan Farmasi


Pendistribusian dilakukan harus sesuai dengan permintaan,
tepat waktu, tepat jumlah serta sesuai dengan spesifikasinya.
Pengeluaran barang dalam pendistribusian harus dengan
persetujuan pihak yang berwenang sesuai dengan perencanaan
yang diterima oleh pemakai. Mekanisme pengeluaran barang
adalah sesuai dengan prinsip FIFO (First In First Out) yang artinya
datang lebih dulu dikeluarakan lebih dulu, selain itu dilihat dari
masa kadaluwarsanya walaupun datangnya lebih dulu atau terakhir
tapi masa kadaluwarsanya dekat dikeluar lebih dulu yang disebut
FEFO (First Expire First Out). Dalam kegiatan penyampaian
sediaan obat beserta informasinya kepada penderita terbagi
menjadi dua,yaitu :
1. Sistem distribusi obat pasien rawat jalan
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat jalan yang diselenggarakan secara sentralisasi atau
desentralisasi dengan sistem resep per orangan (indiviual
prescribing) oleh apotek.
2. Sistem distribusi obat pasien rawat inap
Kegiatan ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien
rawat jalan yang diselenggarakan secara sentralisasi atau
desentralisasi dengan sistem persediaan lengkap diruangan
(floor stock), sistem resep per orangan (individual
prescribing),sistem dosis unit (unit dose dispensing) sistem
oleh satelit farmasi.
3.2.6 Pelayanan Farmasi Klinik
Farmasi klinik dapat didefinisikan sebagai keahlian khas
ilmu kesehatan, bertanggung jawab untuk memastikan penggunaan
obat yang aman dan sesuai dengan pasien ,melalui penerapan
pengetahuan dan berbagai fungsi terespesialisasi pada perwatan
pasien yang memerlukan pendidikan khusus (spesialisasi) dan/atau
pelantihan terstruktur tertentu. Keahlian ini mensyaratkan
penggunaan pertimbangan dalam pengumpulan dan interpretasi
data pasien,serta ketertiban khusus pasien dan interaksi langsung
antar profesional. Tujuan utama untuk meningkatkan keuntungan
terapi obat dan mengoreksi kekurangan yang terdeteksi dalam
proses penggunaan obat.
Kegiatan Farmasi Klinik meliputi :
1. Pengkajian Resep
Merupakan kegiatan dalam pelayanan kefarmasian yang
dimulai dari seleksi, persyaratan administrasi, persyaratan
farmasi, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.

Gambar 1.14 Resep


2. Dispensing
Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap
validasi, interpretasi, menyiapkan atau meracik obat, memberi
label atau e-tiket, penyerahan obat dengan pemberian
informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.
3. Pemantauan dan Pelaporan Efek Samping Obat
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap
obat yang merugikan atau tidak diharapkan atau tidak
diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan
manusia untuk tujuan profiraksis, diagnosis, dan terapi.
Gambar 1.15 Buku MESO

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
apoteker untuk memberikan informasi obat secara akurat
melalui penandaan etiket. Etiket adalah sediaan apoteker atau
farmasi untuk memberi petunjuk cara pemakaian obat tersebut
kepada pengguna atau pasien.
Etiket dibedakan menjadi 2 macam, yaitu etiket putih dan
etiket biru. Etiket putih digunakan untuk memberi tanda pada
obat dalam (obat yang masuk kedalam tubuh melalui
kerongkongan dan melalui saluran pencernaan). Etiket biru
digunakan untuk memberi tanda pada obat luar (obat untuk
pemakaian luar tubuh atau luar saluran pencernaan).

Gambar 1.16 Etiket untuk obat luar


Gambar 1.17 Etiket untuk obat dalam yang berbentuk padat

Gambar 1.18 Etiket untuk obat dalam yang berbentuk cairan

5. Konseling
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk
mengidentifikasi masalah pasien yang berkaitan dengan
pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan rawat
inap.
6. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
Pemantauan ini dilakukan dengan pemeriksaan kadar
beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat
karena indeks terapi yang sempit
7. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap
bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
8. Pengkajian Penggunaan Obat
Merupakan program evaluasi penggunaan obat yang
terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat
yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau
oleh pasien.

3.2.7 LASA
Obat LASA (Look Alike Sound Alike) atau NORUM
(Nama Obat Rupa dan Ucapan Mirip) merupakan obat yang
memiliki kemasan yang terlihat mirip atau obat yang memiliki
nama yang terdengar mirip. Obat LASA harus menjadi perhatian
khusus terutama pada saat dispensing obat karena bisa saja terjadi
kesalahan dalam pengambilan obat yang dapat berakibat fatal bagi
pasien sehingga perlu penandaan khusus. Setiap obat LASA yang
masuk dan diterima gudang farmasi diberi tanda “OBAT LASA”
pada kotak pembungkus/box obat. Obat LASA disimpan terpisah
dengan obat LASA lainnya yang sama jenisnya dan disesuaikan
dengan stabilitas penyimpanan.

Tabel 2.3 Obat LASA

AMINOFUSIN HEPAR AMINOFUSIN L600


ALLOPURINOL 100 MG ALLOPURINOL 300 MG
ALCO PLUS ALCO DROP
ALPRAZOLAM 0,5 MG ALPRAZOLAM 1 MG
APYALIS SYR APIALIS DROP
AMLODIPIN 5 MG AMLODIPIN 10 MG
ATORVASTATIN 10 MG ATORVASTATIN 20 MG
ASAM TRANEXAMAT ASAM TRANEXAMAT
250 MG INJ 500 MG INJ
CANDESARTAN 8 MG CANDESARTAN 16 MG
CAPTOPRIL 25 MG CAPTOPRIL 12,5 MG
CEFIXIM 100 MG CEFIXIM 200 MG
CEFOTAXIM 1G CEFTRIAXON 1G
CENDO CATERLANT CENDO LYETERS TM
CLOZAPIN 25 MG CLOZAPIN 100 MG
CODEIN 10 MG CODEIN 20 MG
FENOFIBRAT 100 MG FENOFIBRAT 300 MG
FLUNARIZIN 5 MG FLUNARIZIN 10 MG
HALOPERIDOL 1,5 MG HALOPERIDOL 5 MG HALOPERIDOL 0,5 MG
HARNAL D 0,2 MG HARNAL OCAS 0,4 MG
HIDROCORTISON 1% HIDROCORTISON 2,5%
MELOXICAM 7,5 MG MELOXICA M 15 MG
MERLOPAM 0,5 MG MERLOPAM 2 MG
METHILPREDNISOLONE METHILPREDNISOLONE METHILPREDNISOLONE
4 MG 8 MG 16 MG
MUCOS SYR MUCOS DROP
NATRIUM DICLOFENAC NATRIUM DICLOFENAC
25 MG 50 MG
ONDANSETRON 4 MG ONDANSENTRON 8 MG
PANTOPRAZOLE 20 MG PANTOPRAZOLE 40 MG
PEPZOL 20 PEPZOL 40
PIRACETAM 400 MG PIRACETAM 800 MG PIRACETAM 1200 MG
PIRACETAM 1G INJ PIRACETAM 3G INJ
RIFAMPICIN 300 MG RIFAMPICIN 400 MG RIFAMPICIN 600 MG
SANMOL DROP SANMOL SYRUP
SALBUTAMOL 2 MG SALBUTAMOL 4 MG
SIMVASTATIN 10 MG SIMVASTATIN 20 MG
THYROZOL 5 MG THYROZOL 10 MG
VENTOLIN NEBULES VENTOLIN INHALER

Anda mungkin juga menyukai