Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH PENELITIAN PENGAJARAN KIMIA

“Menentukan Sumber Data Penelitian Dan Penelitian Tindakan Kelas”

Dosen Pengampu:

Drs. Alex A. Lepa, M. Si

Dr. Albaiti, M.Pd

Disusun Oleh :

Mentina Manik

Merlinda Yacob Lolopayung

Sintia Martina Lubis

Yonatan Kawer

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena
rahmat dan kuasa-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Menentukan
Sumber Data Penelitian Dan Penelitian Tindakan Kelas”. Dan akan lebih dirincikan
mengenai data, pengertian sumber data, populasi, sampel, penelitian kasus , dan unit analisis,
serta penelitian tindakan kelas.

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti mata kuliah Penelitian
Pengajaran Kimia dan juga untuk melatih keterampilan penulis dalam menulis dan menyusun
makalah. Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penulisan maupun kedalaman materi
yang kami bahas di dalam isi makalah ini dikarenakan keterbatasan waktu dan juga
pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini, terutama kepada bapak Drs. Alex A. Lepa, M.Si dan ibu Dr.
Albaiti, M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah penelitian pengajaran kimia.

Penulis berharap makalah ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dalam
pembelajaran Pendidikan Pengajaran Kimia khususnya pada pokok bahasan mengenai
Menentukan Sumber Data Penelitian Dan Penelitian Tindakan Kelas. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna penyempurnaan makalah ini agar
lebih baik lagi.

Jayapura, 06 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................5
D. Manfaat...........................................................................................................................5
BAB II PEMBAHSAN..............................................................................................................7
A. Pengertian Data...............................................................................................................7
1) Peranan Data................................................................................................................7
2) Jenis Data Penelitian....................................................................................................7
B. Pengertian Sumber Data..................................................................................................9
C. Penentuan Sumber Data Pada Penelitian Metode........................................................11
D. Instrumen Pengumpulan Data.......................................................................................12
1) Kuesioner atau angket...............................................................................................12
2) Dokumentasi..............................................................................................................14
3) Observasi...................................................................................................................15
4) Wawancara................................................................................................................18
E. Etika dalam Pengumpulan Data....................................................................................20
F. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ).............................................................20
G. Tujuan dan Manfaat PTK..............................................................................................24
H. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas.......................................................................28
I. Sifat Penelitian Tindakan Kelas....................................................................................30
J. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas................................................................................30
K. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas...........................................................35
L. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas...................................46
BAB III PENUTUP..................................................................................................................48
A. Kesimpulan...................................................................................................................48
B. Saran.............................................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................52

3
KETERANGAN:

: Materi yang ditambahkan


BAB I : Materi yang diperbaiki

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan kita tak pernah terlepas dari berbagai macam permasalahan dari
masalah yang sederhana, sedang dan sangat rumit untuk di pecahkan. Masalah tidak
dapat dihilangkan, hanya dapat diperkecil dan suatu ketika dapat saja membesar
kembali. Upaya untuk memecahkan permasalahan dibutuhkan suatu penelitian.
Penelitian adalah suatu kegiatan yang direncanakan, di lakukan secara sistematik
untuk memecahkan suatu permasalahan berdasarkan konsep ilmiah.
Menurut Kerlinger (1986: 17-18) Penelitian adalah investigasi yang
sistematis, terkontrol, empiris dan kritis dari suatu proposisi hipotesis mengenai
hubungan tertentu antarfenomena. Sedangkan menurut Fellin, Tripodi dan Meyer
(1969) penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan,
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan
(dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain. Kemudian yang
dikemukakan oleh Indriantoro & Supomo (1999: 16) Penelitian merupakan refleksi
dari keinginan untuk mengetahui sesuatu berupa fakta-fakta atau fenomena alam.
Jadi, penelitian merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memecahkan suatu
masalah secara sistematis, berencana dan mengikuti konsep metode ilmiah.
Pada dasarnya ada beragam penelitian yang dapat dilakukan oleh guru, salah
satunya penelitian tindakan kelas. Arah dan tujuan penelitian tindakan yang dilakukan
oleh guru sudah jelas, yaitu demi kepentingan peserta didik dalam memperoleh hasil
belajar yang memuaskan. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan hasil
belajar siswa, maka harus berkaitan dengan pembelajaran. Agar mendapatkan hasil
penelitian yang akurat, sesuai dengan konsep, dan benar, tentunya salah satunya kita
harus menggali dan mengambil data dari sumber yang tepat, oleh sebab itu penulis
menentukan judul makalah yaitu “Menentukan Sumber Data dan Penelitian
Tindakan Kelas”.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah ini berdasarkan latar belakang
diatas adalah:
1. Apa pengertian dari data ?

4
2. Apa pengertian dari sumber data ?
3. Bagaimana prosedur untuk menentukan sumber data?
4. Apa saja instrumen untuk pengumpulan data ?
5. Apa pengertian dari penelitian tindakan kelas ?
6. Apa tujuan dari penelitian tindakan kelas ?
7. Bagaimana karakteristik penelitian tindakan kelas ?
8. Bagaimana sifat dari penelitian tindakan kelas ?
9. Bagaimana prinsip penelitian tindakan kelas ?
10. Apa manfaat dari penelitian tindakan kelas ?
11. Bagaimana prosedur untuk melakukan penelitian tidakan kelas ?
12. Apa saja etika dalam penelitian tindakan kelas ?
13. Bagaimana menyusun proposal dan laporan dari penelitian tindakan kelas ?

C. Tujuan
Berdasarkan permasalahan diatas, tujuan makalah ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Memahami pengertian dari data
2. Mengetahui pengertian dari sumber data
3. Memahami prosedur untuk menentukan sumber data
4. Mengetahui instrumen untuk pengumpulan data
5. Memahami pengetian dari penelitian tindakan kelas
6. Mengetahui tujuan dari penelitian tindakan kelas
7. Mengetahui karakteristik penelitian tindakan kelas
8. Mengetahui sifat dari penelitian tindakan kelas
9. Memahami prinsip penelitian tindakan kelas
10. Mengetahui manfaat dari penelitian tindakan kelas
11. Memahami prosedur untuk melakukan penelitian tidakan kelas
12. Mengetahui etika dalam penelitian tindakan kelas
13. Memahami cara menyusun proposal dan laporan dari penelitian tindakan kelas

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Pembaca akan memahami pengertian dari data dan sumber data


2. Menambah wawasan pembaca mengenai cara menentukan sumber data yang baik,
sehingga saat melakukan penelitian akan lebih baik.

5
3. Pembaca akan memahami pengertian dari penelitian tindakan kelas

6
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Data
Data berasal dari kata Datum yang merupakan bentuk jamak dari bahasa Latin dan
memiliki arti yaitu sesuatu yang di beri. Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran
yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Data adalah bahan mentah yang perlu
diolah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif
yang menunjukkan fakta (Riduwan. 2009: 5). Data dalam konteks penelitian, data dapat
diartikan sebagai keterangan mengenai variable pada sejumlah objek. Berdasarkan pengertian
data di atas secara umum  pengertian data merupakan fakta-fakta yang dikumpulkan dalam
sebuah catatan. Data menerangkan objek-objek dalam variable tertentu.

1) Peranan Data
Data memiliki peran yang sangat penting dalam peneltian karena:
 Berfungsi sebagai alat uji hipotesis atau alat bukti atas pertanyaan penelitian.
 Kualitas data sangat menentukan kualitas hasil penelitian.

2) Jenis Data Penelitian


Data dapat dikelompokkan menjadi berbagai macam sesuai dengan dasar
klasifikasinya. Berikut beberapa macam dasar pengklasifikasian data, yaitu : jenis,
sifat, sumber, cara pengumpulan, dan waktu pengukuran.

7
a. Berdasarkan jenis data
 Data kuantitatif adalah data yang berwujud angka-angka atau sebagai hasil
observasi atau pengukuran. Data penelitian kuantitatif adalah penelitian
ilmiah yang disusun secara sistematis pada bagian serta fenomena dan
hubungannya. Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk
mengembangkan serta memakai model-model matematis, dan teori-teori
hipotesis mengenai fenomena alam. Proses pengukuran merupakan bagian
yang utama dalam penelitian ini sebab hal ini memberikan hubungan
fundamental antara pengamatan empiris serta ekspresi matematis yang
berasal dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif sangat
banyak dipakai terutama dalam ilmu alam ataupun ilmu social seperti fisika,
biologi, sosiologi, dan jurnalisme. Pendekatan ini juga dimanfaatkan sebagai
cara untuk menyelidiki berbagai aspek dari ilmu pengetahuan.
Penelitian kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif serta statistik
objektif lewat perhitungan ilmiah berdasarkan dari contoh
masyarakat/penduduk yang diwawancarai untuk menjawab beberapa
pertanyaan tentang survey yang akan menentukan frekuensi serta presentase
tanggapan mereka.

 Data kualitatif adalah data yang menunjukkan kualitas atau mutu sesuatu
yang ada, baik keadaan, proses, peristiwa/kejadian dan lainnya yang
dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau berupa kata-kata.

b. Berdasarkan sifat data


 Data dikotomi adalah data yang bersifat pilah satu sama lain, seperti jenis
kelamin, suku, agama, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
 Data diskrit adalah data yang nilainya adalah bilangan asli, dimana
pengumpulan datanya dilakukan dengan cara menghitung atau membilang.
 Data kontinum adalah data yang pengumpulan datanya dilakukan dengan cara
mengukur dengan alat ukur yang menggunakan skala tertentu.

c. Berdasarkan sumber data


 Data internal adalah data yang dikumpulkan atau diperoleh dari lembaga atau
organisasi di mana penelitian dilakukan.

8
 Data eksternal adalah data yang dikumpulkan dari lembaga atau organisasi lain
di mana penelitian dilakukan.

d. Berdasarkan cara pengumpulan


 Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama, atau dengan kata
lain data yang pengumpulannya dilakukan sendiri oleh peneliti secara
langsung.
 Data sekunder
Data sekunder memiliki dua makna. Pertama, data yang telah diolah lebih
lanjut, misalnya dalam bentuk tabel atau diagram. Kedua, data yang
dikumpulkan oleh orang atau lembaga lain, dengan kata lain bukan data yang
dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Jadi, data sekunder merupakan data yang
diperoleh dari sumber kedua.

e. Berdasarkan waktu pengumpulannya


 Data cross section adalah data yang menunjukkan titik waktu tertentu. Seperti
contoh laporan yang mempunyai batas waktu tertentu.
 Data time series ( berkala ) adalah data yang menggambarkan sesuatu dari
waktu ke waktu. Seperti perubahan jumlah penduduk tiap tahun.

B. Pengertian Sumber Data


Salah satu pertimbangan dalam memilih masalah penelitian adalah ketersediaan
sumber data. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana kita mendapatkan data
tersebut. Cara memperoleh data dapat di lakukan menggunakan dua cara yaitu dengan
menggunakan kuesioner atau wawancara dan teknik observasi, jika menggunakan kuesioner
atau wawancara dalam pengumpulan datanya maka sumber data yang diperoleh dinamakan
responden. Responden adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun lisan.
Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada.
Contoh data primer adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner,
kelompok fokus, dan panel, atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber.

9
Contoh data sekunder misalnya catatan atau dokumentasi perusahaan berupa absensi,
gaji, laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, data yang diperoleh dari
majalah, dan lain sebagainya.
Apabila menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan datanya maka sumber
data yang diperoleh bisa berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Contohnya mengambil
proses pertumbuhan tanaman jagung sebagai sumber datanya. Apabila peneliti menggunakan
dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi sumber data.

Menurut Arikunto terdapat tiga istilah dalam bahasa inggris untuk mempermudah
mengidentifikasi sumber data penulis yaitu:
P = person, yaitu sumber data berupa orang
P = place, yaitu sumber data berupa tempat
P = paper, yatu sumber data berupa simbol

1. Person
Yaitu sumber data yang diperoleh berupa jawaban lisan melalui wawancara atau
jawaban tertulis melalui angket.
2. Place
Yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak.
3. Paper
Yaitu sumber data yang menyajikan tanda – tanda berupa huruf, angka, gambar atau
symbol – symbol lain. Jadi paper bukan hanya terbatas dalam arti kertas, tetapi dapat
berwujud sehingga dapat digunakan dalam metode dokumentasi.
Ketepatan memilih dan menentukan jenis sumber data akan menentukan kekayaan
data yang diperoleh. Jenis sumber data terutama dalam penelitian kualitatif dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Narasumber (informan)

Sumber data pada penelian ini disebut ”Responden”, yaitu orang yang
memberikan “Respon” atau tanggapan terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh
peneliti, sedangkan pada penelitian kualitatif posisis nara sumber sangat penting,
bukan sekedar memberi respon, melainkan juga sebagai pemilik informasi, karena itu

10
ia disebut informan (orang yang memberikan informasi, sumber informasi, sumber
data) atau disebut juga subyek yang diteliti.

2. Peristiwa Atau Aktivitas

Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap


peristiwa atau aktivitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Dari
peristiwa atau kejadian ini, peneliti bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi
secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung, dengan mengamati
sebuah peristiwa atau aktivitas, peneliti dapat melakukan cross check terhadap
informasi verbal yang diberikan oleh subyek yang diteliti.

3. Tempat Atau Lokasi

Tempat atau lokasi yang berkaitan dengan sasaran atau permasalahan


penelitian juga merupakan salah satu jenis sumber data. Informasi tentang kondisi dari
lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa digali lewat sumber lokasi peristiwa atau
aktivitas yang dilakukan bisa digali lewat sumber lokasinya, baik yang merupakan
tempat maupun lingkungannya.

4. Dokumen atau Arsip

Dokumen adalah bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan suatu
peristiwa atau aktivitas tertentu. Bisa berupa rekaman atau dokumen tertulis seperti
arsip data base surat-surat rekaman gambar benda-benda peninggalan yang berkaitan
dengan suatu peristiwa.

C. Penentuan Sumber Data Pada Penelitian Metode


1. Pengambilan sampel ekstrim atau menyimpang
Contoh : pada studi kasus yg dilakukan angela browne yang menjadi korban kekerasan,
kemudian melakukan pembunuhan.
2. Pengambilan sampel berfokus pada intensitas
Contoh : pada penelitian heuristik
3. Pengambilan sampel dengan variasi maksimum
Contoh : pada penelitian yang melibatkan variasi phobian misalnya seperti phobia ular,
makanan, serangga, ketinggian, dll.
4. Pengambilan sampel homogen

11
Contoh : penelitian pada keturunan thionghoa, dimana mereka masih menggunakan
bahasa cina.
5. Pengambilan kasus tipikal
Contoh : pada penelitian perkembangan masyarakat dunia ketiga
6. Pengambilan sampel purposif yang stratifikasi
Contoh : penelitian yang melibatkan vairiasi besar pada responden/ objek penelitian
misal objek penelitian mulai dari anak SD – Doktoral.
7. Pengambilan sampel kritikal
Contoh : penelitian yang dilakukan pemerintah daerah untuk mempersiapkan
diperlakukannya kebijakan tertentu
8. Pengambilan sampel bola salju
Contoh : penelitian yang bersumber dari satu orang. Orang lain misalnya ketika kita
mewawancari sumber informasi pada si A, kemudian kita bertanya lagi siapakah yang
bisa memberikan informasi lagi, maka si A menjawab si B begitu seterusnya.

9. Pengambilan sampel dengan kriteria tertentu


Contoh : pada penelitian tentang jaminan kualitas, misalnya tentang efektivitas kesehatan
mental diteliti pasien rawat jalan.
10. Pengambilan sampel beradasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional
Contoh : penelitian yang menggunakan subjek berdasarkan yang tertera pada teori

D. Instrumen Pengumpulan Data


Arikunto (2002:136) “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti
dalam pengumpulan data penelitiannya ”. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan
bahwa metode penelitian adalah cara yang dipergunakan untuk mengumpulkan data yang di
perlukan dalam penelitian. Beberapa instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian yaitu :

1) Kuesioner atau angket


Menurut Arikunto (2006:151) “Angket adalah pernyataan tertulis yang digunakan
untuk memperoleh suatu informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi
atau hal-hal yang ia ketahui”.

12
Menurut Sugiyono (2008:199) “Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab”.

Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah (a) untuk memperoleh informasi yang
relevan dengan masalah dan tujuan penelitian, dan (b) untuk memperoleh informasi
dengan reliabel dan validitas yang tinggi. Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti
dalam menyusun kuesioner, pertanyaan-pertanyaan yang disusun harus sesuai dengan
hipotesa dan tujuan penelitian.

Menurut Suharsimi Arikunto, sebelum kuesioner disusun memperhatikan prosedur


sebagai berikut:

a) Merumuskan tujuan yang akan dicapai dengan kuesioner.


b) Mengidentifikasikan variabel yang akan dijadikan sasaran kuesioner.
c) Menjabarkan setiap variabel menjadi sub-sub variabel yang lebih spesifik dan
tunggal.
d) Menentukan jenis data yang akan dikumpulkan, sekaligus unit analisisnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kuesioner, antara lain:

 Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dalam kuesioner juga harus sesuai dengan


variebel-veriabel penelitian, yang biasanya sudah didefinisikan dalam definisi
operasional, yang mengandung indikator-indikator penelitian sesuai dengan
permasalahan penelitian.
 Tiap pertanyaan dalam kuesiner adalah bagian dari penjabaran definisi operasional,
sehingga dapat dianalisa dengan tepat untuk menjawab permasalahan penelitian.

Dalam kusioner, pertanyaan-pertanyaan yang diajaukan biasanya pertanyaan


mengenai hal-hal sebagai berikut:

 Pertanyaan tentang fakta. Misalnya umur, pendidikan, status dan agama


 Pertanyaan tentang pendapat dan sikap, yang menyangkut masalah perasaan dan sikap
respondsen tentang sesuatu
 Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan yang menyangkut apa yang diketahui oleh
responden

13
 Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya diri dalam
hubungannya dengan orang lain.

Contoh angket :

Angket Terbuka

Angket terbuka adalah angket dimana responden diberi kebebasan untuk menjawab

Contoh :

Metode apa yang digunakan bapak / ibu guru mengajar mata pelajaran IPA di kelas ?

a. ..............................
b. ..............................
c. ..............................

Angket tertutup

Angket tertutup adalah angket dimana jawaban pertanyaan telah di sediakan, dan
responden hanya tinggal memilih.

Contoh :

Apakah bapak/ibu guru senantiasa memeriksa hasil pekerjaan di kelas ?

a. Selalu
b. Sering
c. Jarang

Angket semi terbuka

Angket semi terbuka adalah angket dimana jawaban telah di sediakan oleh pembuat
angket, tetapi responden masih di beri kesempatan untuk menjawab sesuai
kemauannya.

Contoh :

Metode apa yang digunakan bapak / ibu guru mengajar mata pelajaran IPA di kelas ?

14
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. ......................
d. ......................

Kebaikan :

 Menghemat waktu, maksudnya dengan waktu yang singkat dapat memperoleh


data
 Menghemat biaya , karena tidak memerlukan banyak peralatan
 Menghemat tenaga

Kelemahan :

 Ada kemungkinan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan yang


diampaikan adalah tidak jujur
 Apabila pertanyaan kurang jelas dapat mengakibatkan jawaban bermacam-macam

3) Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:158) “Dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen,
rapot, agenda dan sebagainya.”

Metode dokumentasi ini dimaksudkan untuk memperoleh data berdasarkan sumber


data yang ada di sekolah, yaitu berupa :

 Profil sekolah
 Struktur organisasi
 Hasil penilaian prestasi belajar

Menurut Ritonga (1997:15) “Skala ordinal menggunakan logika untuk membuat


kategori-kategori”. Variable yang diukur dikategorikan menurut jalan pikiran lurus atau
sesuai dengan logika. Kategori yang satu dibedakan dengan kategori lainnya berdasarkan
aturan tertentu. Skala ordinal adalah skala yang menunjukkan tingkatan-tingkatan atau
didasarkan pada tingkat teratas sampai terbawah. Meskipun demikian, jarak antara A
dengan B tidak atau belum tentu sama dengan jarak B dengan C atau seterusnya.

15
4) Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur
sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk
merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi, kondisi). Teknik ini digunakan bila
penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala
alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar. Observasi terdiri dari
berbagai macam jenis, antara lain jika dilihat dari segi proses pelaksanaan pengumpulan
data, observasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu observasi berperan serta/ aktif
(participant observation) dan observasi non partisipan/ pasif (non-participant
observation), sedangkan jika dilihat dari segi instrument yang digunakan observasi
dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur. Selain itu ada pula jenis
observasi yang lain diantaranya observasi terbuka, dan observasi sistematik. Alat yang
digunakan dalam teknik observasi ini antara lain : lembar cek list, buku catatan, kamera
photo, dll.

 Participant Observation

Dalam observasi ini, peneliti secara langsung terlibat dalam kegiatam sehari-
hari orang atau situasi yang diamati sebagai sumber data. Misalnya seorang guru
dapat melakukan observasi mengenai bagaimana perilaku siswa, semangat siswa,
kemampuan manajerial kepala sekolah, hubungan antar guru, dsb.

 Non participant Observation

Berlawanan dengan participant Observation, Non Participant adalah observasi


yang penelitinya tidak ikut secara langsung dalam kegiatan atau proses yang sedang
diamati. Misalnya penelitian tentang pola pembinaan olahraga, seorang peneliti yang
menempatkan dirinya sebagai pengamat dan mencatat berbagai peristiwa yang
dianggap perlu sebagai data penelitian.

Jika dilihat dari segi instrument, sebagai berikut :

 Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang
apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan

16
apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti variable apa yang akan diamati. Dalam
melakukan pengamatan, peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji
validitas dan reliabilitasnya. Berikut ini adalah contoh bagan observasi terstruktur
yang menunjukan bahwa peneliti sedang menghitung berapa jumlah siswa yang
bersedia menjawab pertanyaan guru tanpa ditunjuk (sukarela), dengan ditunjuk (tidak
sukarela), selain itu juga dinilai secara kualitatif apakan jawaban yang diberikan siswa
benar, salah, atau bahkan tidak menjawab pertanyaan yang diajukan (di luar sasaran).
Kemudian guru menjumlahkan jawaban dari masing-masing kriteria penilaian.

 Observasi Tidak Terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara


sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak
menggunaklan instrument yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu
pengamatan.
 Observasi Terbuka merupakan teknik observasi yang dilakukan dengan cara mencatat
segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas. Misalnya ketika melakukan tanya jawab
dengan siswa, segala sesuatu yang terjadi ketika kegiatan itu berlangsung dicatat oleh
guru sebagai bahan observasi yang selanjutnya akan dianalisis dan akhirnya dibuat
kesimpulan.
 Observasi Sistematik, observasi ini cenderung menggunakan skala yang padadasarnya
adalah hasil pemikiran orang lain yang menyusun skala tersebut, selain itu
pengamatan dengan menggunakan skala akan sangat menekankan pada aspek

17
penelitian kuantitatif, yang akan mendahulukan perhitungan jumlah dibandingkan
dengan kualitas analisisnya.

Keuntungan dari observasi antara lain :

 Pertama, dengan cara pengamatan langsung terdapat kemungkinan untuk mencatat


hal-hal, perilaku, pertumbuhan, dan sebagainya, sewaktu kejadian tersebut
berlangsung, atau sewaktu perilaku tersebut terjadi, dengan cara pengamatan, data
yang langsung mengenai perilaku yang tipikal dari objek dapat dicatat segera, dan
tidak menggantungkan data dari ingatan seseorang;
 Kedua, pengamatan langsung dapat memperoleh data dari subjek baik tidak dapat
berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
Adakalanya subjek tidak mau berkomunikasi, secara verbal dengan enumerator atau
peneliti, baik karena takut, karena tidak ada waktu atau karena enggan. Dengan
pengamatan langsung, hal di atas dapat ditanggulangi.

Kelemahan dari metode observasi :

Peneliti tidak akan memperoleh data yang mendalam karena hanya bertindak sebagai
pengamat dari luar tanpa mengetahui makna yang terkandung di dalam peristiwa.

5) Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data. Wawancara pada penelitian sampel besar biasanya hanya dilakukan sebagai
studi pendahuluan karena tidak mungkin menggunakan wawancara pada 1000
responden, sedangkan pada sampel kecil teknik wawancara dapat diterapkan sebagai
teknik pengumpul data (umumnya penelitian kualitatif).

Interview yang sering disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara (Suharsimi Arikunto, 1989;121). Wawancara atau metode interview,
mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang, untuk tujuan suatu 25 tugas tertentu,
mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang responden,

18
dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu (Koentjaraningrat,
1983;162).

Menurut Maryaeni (2005;70), wawancara merupakan salah satu pengambilan data


yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi
terstruktur, dan tak terstruktur.

a. Wawancara Terstruktur

Dalam wawancara terstruktur pewawancara menyampaikan beberapa


pertanyaan yang sudah disiapkan pewawancara sebelumnya (Esther Kuntjara,
2006;68), jadi wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan dengan
terlebih dahulu membuat pertanyaan dan kemudian menyusun pertanyaan dalam
bentuk daftar-daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Jawaban akan
muncul biasanya telah dibatasi. Hal ini dilakukan agar ketika informan memberikan
keterangan yang diberikan tidak melantur terlalu jauh dari pertanyaan. Menyusun
daftar pertanyaan dilakukan agar dapat mempermudah peneliti dalam mengingat hal-
hal yang akan ditanyakan pada informan. Sehingga melalui wawancara terstruktur
informasi yang hendak dicari dapat tersusun dengan baik dan kemungkinan
pertanyaan yang terlewatkan menjadi sedikit sehingga informasi yang diperoleh bisa
diperoleh lebih lengkap. Peneliti juga dapat menggunakan alat bantu tape recorder,
kamera photo, dan material lain yang dapat membantu kelancaran wawancara.

b. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur dilakukan pada awal penelitian, karena terkadang


informan memberikan keterangan kadang muncul jawaban yang tidak terduga yang
tidak akan muncul pada saat wawancara terarah dilakukan, dan hal itu bisa menambah
informasi yang diperoleh terkait informasi yang akan diteliti. Berdasarkan pernyataan
tersebut maka teknik wawancara tidak terstruktur digunakan dalam penelitian ini
untuk mendapatkan informasi secara langsung melalui Tanya-jawab dengan informan,
sehingga mendapat informasi yang lebih jelas mengenai makna estetika, makna
martabat, dan makna etika Blangkon pola Yogyakarta.

Wawancara juga dapat dilakukan dengan tatap muka maupun melalui telpon.

19
Kelebihan wawancara tatap muka :

 Peneliti dapat menyesuaikan pertanyaan sesuai kebutuhan


 Mengklarifikasi keraguan
 Memastikan bahwa respons dipahami dengan tepat, dengan mengulangi tau
memprafrasakan pertanyaan
 Peneliti dapat melihat isyarat non verbal dari responden

Kekurangan wawancara tatap muka :

 Keterbatasan geografis yang menghalangi survei


 Banyak sumber daya yang diperlukan jika survei tersebut dilakukan
secara nasional atauinternasional
 Responden mungkin merasa tidak nyaman dengan anonimitas, jika mereka
berinterkasi langsung (tatap muka) dengan pewawancara.

Kelebihan wawancara via phone :

 Dapat berkomunikasi dengan beberapa orang yang berbeda (jika diperlukan di


seluruh negeri atau bahkan secara internasional) dalam periode waktu yang relatif
singkat
 Menghilangkan ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan oleh beberapa dari
mereka ketika menghadapi pewawancara
 Sebagian besar responden akan merasa lebih nyaman mengungkapkan informasi
pribadi melalui telepon dibanding tatap muka

Kelemahan wawancara via phone :

 Responden dapat mengakhiri wawancara tanpa peringatan atau penjelasan, dengan


menutup telepon
 Peneliti tidak dapat melihat responden untuk membaca komunikasi non verbal

E. Etika dalam Pengumpulan Data

Beberapa isu etis yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :

1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip


kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab
peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada
subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari penelitian kepada
subjek dengan jelas.

20
3. Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan jika hal
tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus diungkapkan
dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan alasan spesifik mengapa
informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak boleh
dilanggar
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang tidak
mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
6. Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan eksperimen
setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
7. Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara fisik
maupun mental.
8. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang
dikumpulkan selama study.

F. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas ( PTK )


Saat ini Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sedang berkembang dengan pesatnya di
Negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian akhir-akhir ini
menaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK, karena jenis penelitian ini mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme
pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat kondisi siswa, sehingga
penelitian tindakan kelas PTK adalah gambaran terperinci tentang proses yang akan
dilakukan peneliti (guru) untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas
(pembelajaran).
Dr. Subyantoro, M.Hum mengutip pendapat suyanto, mendefenisikan PTK sebagai sesuatu
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan tertentu agar dapat
memperbaiki atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesionalitas.
Sedangkan menurut pelatih proyek PGSM (1999) Menyatakan bahwa PTK adalah suatu
bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas,
memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang di lakukan serta memperbaiki
kondisi dimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.

Ada 4 jenis penelitian tindakan kelas ( PTK ) yaitu :

21
1. PTK Diagnostik
PTK diagnostik adalah penelitian yang dirancang dengan menuntun peneliti ke arah
suatu tindakan. Tindakan diagnostik dapat dijelaskan bahwa peneliti dapat memasuki
situasi yang telah ada, akan lebih bagus jika ia masuk karena diundang. Misalnya ,ia
mempelajari ketegangan masyarakat yang ada, sumber ketegangan yang ada, sehingga ia
membuat rekomendasi tetang tindakan perbuatannya.
2. PTK Partisipan
PTK partisipan adalah apabila orang yang akan melaksanakan penelitian harus terbilat
langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian berupa
laporan.
Sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat aktif memantau, mencatat,
megumpulkan data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil
penelitiannya. Penelitian tindakan jenis ini tumbuh dan berkembang karena dua kelemahan
penelitian tindakan jenis pertama di atas, yaitu diagnostik tidak selalu mendorong
dilakukannya tindakan dan keterlibatannya dalam tim peneliti dalam masyarakat terkait
kurang menjamin pelaksanaan tindakan yang disarankan.

3. PTK Empiris
PTK empiris adalah apabila peneliti berupaya melaksanakan suatu tindakan yang
dilakukan dan apa yang terjadi selama tindakan berlangsung. Pada prinsipnya, proses
penelitian yang dilakukan berkenaan dengan penyimpangan catatan dan pengumpulan
pengalaman peneliti dalam menjalankan tugas kesehariannya. Ide dasar dari penelitian
tindakan kelas adalah melakukan sesuatu dan membukukan atau mendokumentasikan apa
yang telah terjadi. Proses ini pada pokoknya, berkenaan dengan penyimpangan catatan dan
pengumpulan pengalaman dalam pekerjaan sehari-hari.
Beberapa jenis kelemahannya adalah sebagai berikut:
 Banyak pengurus kelompok yang tidak memiliki kemampuan dalam merumuskan
hipotesis dan menyatakan kesimpulan
 Pelaku penelitian, yang juga dibebani dengan tanggung jawab untuk melakukan
tindakan penelitian
 Jika penyimpangan catatan benar-benar memadai, biasanya ada begitu banyak hal yang
berhasil dikumpulkan sehingga memerlukan usaha yang sangat besar untuk
menganalisis seluruhnya
22
4. PTK Eksperimental
PTK eksperimental adalah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya
menerapkan berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan
belajar-mengajar.

Guru yang melakukan PTK dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau bersama
guru lain ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya
dalam proses pembelajaran. Guru PTK secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis
terhadap apa yang telah dilakukan di kelas, dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK
pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.
Penelitian Tindakan Kelas tidak harus membebani pekerjaan pendidik/guru dalam
kesehariannya, jika dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki proses
pembelajaran tidak perlu takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika akan
melaksanakan PTK.

Penelitian Tindakan Kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan
praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas
sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan,
dilaksanakan, dan dievaluasi, dengan demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis
mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan itu, dapat dibuktikan suatu teori belajar mengajar untuk diterapkan
dengan baik di kelas yang ia tekuni, jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan
kondisi di kelasnya, melalui PTK seorang guru dapat mengadaptasi teori lain untuk
kepentingan proses/produk belajar yang lebih efektif, optimal, dan fungsional.

PTK terkait dengan persoalan praktik pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh
para guru. Contohnya jika seorang pendidik menghadapi persoalan rendahnya minat baca
siswa dan kondisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan kurikuler, dengan penelitian
kelas dapat dicoba berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran tertentu, seperti
mencoba cerita-cerita lokal, menggunakan buku dengan cerita lucu, dan sebagainya,
sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki minat baca yang tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkan bahan bacaan secara tepat, guru dapat melakukan PTK untuk mencari dan
memilih cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang tepat berdasarkan kesalahan siswa
dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang fungsional. Memperhatikan kondisi
tersebut tampak bahwa guru dapat melaksanakan penelitian yang sumber masalah yang

23
berkaitan dengan proses pembelajaran di kelasnya dan sudah berupaya mengatasi, namun
kemampuan untuk menuangkan ke dalam bentuk karya yang memenuhi syarat ilmiah
sering belum maksimal.

Intinya PTK adalah suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan
dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada
anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas diperoleh dari persepsi
atau lamunan seorang peneliti.

Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan


(planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi, dan mengevaluasi proses dan
hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting) sampai
perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).

Alasan penelitian tindakan kelas dilakukan adalah :

 PTK sangat kondusif untuk membuat guru menjadi tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya.
 PTK dapat meningkatkan kinerja guru
 Guru mampu memperbaiki proses pembelajaran
 Guru menjadi semakin kreatif

G. Tujuan dan Manfaat PTK


Saat ini perkembangan masyarakat dan tuntutan pendidikan yang berkualitas begitu
cepat, akibatnya tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik
untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan pendidikan dalam konteks pembelajaran di
kelas.

Tujuan penelitian tindakan kelas PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran
antara dan sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan
hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya. Contohnya PTK
di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalui
penerapan strategi pembelajaran yang dianggap sesuai, pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar mengajar dan lain sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi
pembelajaran bukan merupakan rumusan tujuan penelitian tindakan kelas PTK.

24
Kunandar (2008), dalam bukunya disebutkan bahwa tujuan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) adalah sebagai berikut :

 Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami
langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang sedang belajar, meningkatkan
profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
 Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat
masyarakat berkembang secara cepat.
 Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses
pembelajaran.
 Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode
baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
 Sebagai alat untuk memasukkan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system
pembelajaran berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
 Peningkatan hasil mutu pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas
dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan meningkatkan motivasi belajar
siswa.
 Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
 Menumbuh kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta
proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara
berkelanjutan.
 Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses
pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga
ditunjukkan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang
terintegrasi di dalamnya.

Muslich (2000).Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk memperbaiki


dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam
memecahkan masalah pembelajaran di sekolah.
Suyanto (1997).Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah meningkatkan
dan/atau memperbaiki praktik pembelajaran di sekolah, meningkatkan relevansi pendidikan,
meningkatkan mutu pendidikan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan. Selain itu, Suyanto
(1999) Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat digolongkan atas dua jenis, yaitu :

25
 Tujuan utama pertama, melakukan perbaikan dan peningkatan layanan profesional Guru
dalam menangani proses pembelajaran. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan melakukan
refleksi untuk mendiagnosis kondisi, kemudian mencoba secara sistematis berbagai
model pembelajaran alternatif yang diyakini secara teoretis dan praktis dapat
memecahkan masalah pembelajaran. Dengan kata lain, guru melakukan perencanaan,
melaksanakan tindakan, melakukan evaluasi, dan refleksi.
 Tujuan utama kedua, melakukan pengembangan keteranpilan Guru yang bertolak dari
kebutuhan untuk menanggulangi berbagai persoalan aktual yang dihadapinya terkait
dengan pembelajaran. Tujuan ini dilandasi oleh tiga hal penting, (1) kebutuhan
pelaksanaan tumbuh dari Guru sendiri, bukan karena ditugaskan oleh kepala sekolah, (2)
proses latihan terjadi secara hand-on dan mind-on, tidak dalam situasi artifisial, (3)
produknyas adalah sebuah nilai, karena keilmiahan segi pelaksanaan akan didukung oleh
lingkungan.
 Tujuan sertaan, menumbuh kembangkan budaya meneliti di kalangan Guru.

Daryant (2011 : 13-14). Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) harus sesuai
dan konsisten dengan permasalahan yang akan diteliti. Perumusan tujuannya haruslah
dilakukan dengan jelas, baik dan terencana. Harus jelas untuk apa dan siapa penelitian ini
ditujukan.
Tujuan dari PTK disini berbeda dengan tujuan formal yang artinya, tujuan dari PTK
ini bukan dari apa yang tampak untuk diteliti melainkan proses dan hasil yang  ingin kita
capai dalam penelitian tersebut, Misalnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam akan
diterapkan strategi proses belajar mengajar yang baru salah satunya dengan meningkatkan
pemanfaatan lingkungan sebagai medianya. Dalam hal ini pengembangan PBM tersebut
bukanlah rumusan dari tujuan PTK tetapi hasil yang akan dicapai yaitu meningkatnya  hasil
belajar peserta didik lah yang merupakan tujuan  dari penelitian tindakan kelas itu sendiri.
Arikunto, dkk (2009 : 106-107). Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 
adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani
proses belajar di dalam kelas. Tujuan itu dapat dicapai dengan melaukakan tindakan alternatif
dalam memecahkan masalah yang dihadapi.Fokus penelitian ini terdapat pada tindakan yang
direncanakan oleh guru, yang selanjutnya akan diterapkan pada peserta didik, kemudian
dievaluasi apakah berhasil atau tidak.

26
Grundy dan Kemmis (1982) dalam (Sanjaya,2010:30-33). Tujuan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) mencakup :

 Peningkatan Praktik. Pada umumnya, tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau
untuk menggeneralisasikan sesuatu yang terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat
pada umumnya. Oleh karenanya, hasil sebuah penelitian kadang-kadang sulit untuk
diterapkan oleh para praktisi di lapangan. Hal ini mungkin disebabkan oleh dua hal,
pertama, penelitian pada umumnya lebih banyak  berangkat dari konsep-konsep yang
hanya di pahami oleh kalangan tertentu  sehingga tidak menyentuh kebutuhan lapangan
secara real dan pasti. Kedua, sulit memasyarakatkan atau menyebarkan hasil penelitian
kepada para praktisi dengan berbagai alasan, sehingga hasil penelitian hanya banyak
menghiasi perpustakaan perguruan tinggi yang sulit untuk dijangkau dan tidak bias
diterangkan.
 Pengembangan Profesional. Salah satu sifat dari seorang profesional adalah keinginannya
untuk meningkatkan kualitas kinerja agar lebih baik untuk mencapai hasil yang lebih
optimal. Seorang professional tidak akan cepat puas dengan hasil yang diperolehnya ia
akan selalu mencari dan menggali informasi dari berbagai sumber, kemudian mencoba dan
mencoba sesuatu yang baru hingga hasil yang diperoleh akan semakin sempurna. Seorang
professional akan selalu tanggap terhadap setiap perubahan baik perubahan social maupun
perubahan dan perkembangan bidang ilmu yang di gelutinya, dimana semuanya akan
mempengaruhi bagaimana seharusnya ia melaksanakan tugasnya.
 Peningkatan Situasi Tempat  Praktik. Guru yang professional dalam mengerjakan tugas
mengajarnya, akan selalu memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan
memanfaatkan berbagai rekayasa teknologi untuk untuk meningkatkan kualitas
mengajarnya dan kinerjanya.

Bahri (2012 : 10). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk memperbaiki
praktek dalam pembelajaran agar menjadi lebih berkualitas dalam prosesnya agar hasil
belajar pun dapat meningkat, secara lebih luas PTK bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
pendidikan disekolah dan masyarakat.

Sanjaya (2010 : 33). Tujuan utama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah
peningkatan kualitas proses belajar dan kualitas hasil belajar, Dimana peningkatan itu
dilakukan secara praktis, yang artinya pelaksanaannya kadang tidak memperhatikan kaidah-
kaidah ilmiah tetapi lebih kepada situasi dan kondisi yang secara nyata terjadi di lapangan.

27
Ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif, di samping tujuan
penelitian tindakan kelas PTK di atas, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan
penelitian.

McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama dilaksanakannya penelitian tindakan


kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan
proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan
peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar. Tujuan
itu dapat tercapai dengan melakukan berbagai tidakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran, oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas terletak pada
tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan
selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk
memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh pendidik atau tidak.

Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas umumnya


diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut :

1) Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran.
2) Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif
mencari solusi akan masalah pembelajaran
3) Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan
tenaga kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran.
4) Meningkatkan kolaborasi antar tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah
pembelajaran.
Guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik
pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari
penenlitian tindakan yang dilakukannya. Borg (1996) juga menyebut secara eksplisit bahwa
tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah pengemban keterampilan proses pembelajaran
yang dihadapi oleh guru di kelasnnya, bukan bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum
dalam bidang pendidikan. Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian
tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen
pendidikan atau pembelajaran di kelas, antara lain mencakup :
1) Inovasi pembelajaran
2) Pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional
3) Peningkatan profesionalisme pendidikan.

28
H. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problema. Dilihat dari
segi problema yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik
penting, yaitu bahwa problema yang diangkat adalah problema yang dihadapi oleh guru di
kelas.

Karakteristik tindakan sebagai berikut (Cohen dan Manion, 1980) :

a) Situasional, praktik, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi nyata dalam dunia
kerja. Ia berkenan dengan diagnosis suatu masalah dalam konteks tertentu dan usaha
untuk memecahkan masalah tersebut.
b) Subjek dalam penelitian di kelas, yaitu anggota staf sekolah, dan mereka yang terlibat
dengan subjek tindakan.
c) Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah. Penelitian tindakan
juga bersifat empiris dalam hal bahwa ia mengandalkan observasi nyata dan data perilaku,
dan tidak lagi termasuk kajian pihak-pihak panitia yang subjektif atau pendapat orang
berdasarkan pengalaman masa lalu.
d) Fleksibel dan adaptif, memungkinkan adanya perubahan selama masa percobaan dengan
mengabaikan pengontrolan karena lebih menekankan tanggap dan penguji cobaan dan
pembaharuan di tempat kejadian.
e) Partisipatori karena peneliti atau anggota tim peneliti sendiri ambil bagian secara langsung
atau tidak langsung dalam melaksanakan penelitiannya.
f) Self – evaluative, yaitu modifikasi secara kontinyu dan dievaluasi dalam situasi yang
ada /aktual, tujuan akhirnya ialah untuk meningkatkan praktik dalam cara tertentu.
Meskipun berusaha secara sistematis, penelitian tindakan secara ilmiah kurang ketat
karena ditinjau dari kebenaran instrumen juga agak lemah.

PTK akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya
persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas,
kemudian dari persoalan itu pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk
dipecahkan secara profesional. Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktikkan sehari-
hari di kelas tidak bermasalah maka PTK tidak diperlukan. Namun, pendidik/guru perlu
melihat dan merasakan sendiri apa yang telah dilakukannya selama mengajar di kelas. Hal
yang mungkin terjadi adalah guru telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam
proses belajar mengajar, namun tidak diketahui, oleh karena itu, mereka meminta bantuan

29
orang lain untuk melihat apa yang selama ini dilakukan dalam proses belajar mengajar di
kelasnya. Pada konteks seperti itu seorang guru dan guru lain/kepala sekolah dapat
berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas, dengan demikian guru beserta
temannya dapat melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Selanjutnya akan
muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya berbagai masalah yang diperbuat selama
melaksanakan proses belajar mengajar.

Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu sendiri.
Penelitian tindakan kelas memiliki karateristik yang khas, yaitu adanya tindakan (aksi)
tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu
penelitian juga dapat dilakukan di dalam kelas, yang kemudian sering disebut dengan
penelitian kelas. Misalnya penelitian mengenai seringnya siswa membolos, seringnya siswa
berkelahi, dan sebagainya. Jika penelitian ini dilakukan tanpa disertai tindakan tertentu, maka
jenis penelitian yang dicontohkan hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin memperbaiki keadaan
melalui tindakan tertentu. Sebaliknya, jika dengan penelitian ini guru mencoba berbagai
tindakan mencegah terjadinya pembolosan sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan
baik dan efektif maka penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan kelas.
Tindakan untuk mencegah tingginya pembolosan siswa bisa dilakukan dengan cara
diciptakannya sistem presensi yang dilakukan oleh siswa sendiri, dapat pula diciptakan sistem
ulangan harian pada hari-hari di mana siswa tersebut biasa melakukan tindakan membolos.
PTK harus menunjukkan adanya perubahan kearah perbaikan dan peningkatan secara positif.
Oleh karena itu, dengan diadakan tindakan tertentu harus membawa perubahan ke arah
perbaikan. Apabila dengan tindakan justru membawa kelemahan, penurunan, atau perubahan
negatif berarti hal tersebut menyalahi karakter PTK. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat
berbentuk kualitatif/kuantitatif.

I. Sifat Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan kelas memiliki sifat sebagai berikut :

 Permasalahan yang di bahas berbasis kelas, artinya hal-hal yang terjadi di kelas.
 Kolaboratif, artinya ada kebersamaan kegiatan dengan pihak yang diberi tindakan.
 Tidak menguji teori, tetapi dilaksanakan berdasarkan teori.
 Tidak mengeneralisasikan, hasilnya hanya berlaku bagi subjek tindakan itu.
 Ada populasi dan sampel sebagai subjek tindakan.
 Tidak ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

30
 Dilakukan dalam putaran siklus.

J. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas


Pada bagian akhir dapat dikemukakan hipotesis tindakan yang menggambarkan
indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/ diantisipasi. Contohnya akan dilakukan
penelitian tindakan kelas PTK yang menerapkan model pembelajaran kontekstual sebagai
jenis tindakannya. Pada kajian pustaka harus jelas dapat dikemukakan:

 Bagaimana teori pembelajaran kontekstual , siapa saja tokoh-tokoh dibelakangnya,


bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori tersebut, persyaratannya, dll.
 Bagaimana bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaannya, dll.
 Bagaimana keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan perubahan yang
diharapkan, atau terhadap masalah yang akan dipecahkan, hal ini hendaknya dapat
dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
 Bagaimana perkiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model di
atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan, perlu dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat dan
akan melakukan penelitian tindakan kelas.
Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan Nyata dalam Situasi Rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika
penelitian dilakukan dalam situasi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi
dalam situasi wajar, oleh karena itu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu
khusus tidak mengubah jadwal yang sudah ada, dengan demikian apabila guru akan
melakukan beberapa kali penelitian tindakan, tidak menimbulkan kerepotan bagi kepala
Sekolah dalam mengelola sekolahnya.
Berdasarkan ketentuan ini, maka hal yang dilaksanakan dalam penelitian tindakan
harus terkait dengan profesi guru, jika dilakukan oleh guru; terkait dengan tugas Kepala
Sekolah, jika dilakukan oleh Kepala Sekolah; atau terkait dengan Pengawas, jika
dilakukan oleh Pengawas. Bagi guru yang profesinya mengajar, tindakan yang terkait
dan cocok untuk dilakukan harus menyangkut pembelajaran, sedangkan untuk Kepala

31
Sekolah dan Pengawas harus menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan profesinya,
yaitu bidang pendidikan yang bukan pembelajaran di kelas.
2) Adanya Kesadaran Diri untuk Memperbaiki Kinerja
Penelitian tindakan didasarkan atas sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan
diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus-menerus sampai tujuan tercapai, tetapi
sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik
yang datang susul-menyusul, dengan kata lain penelitian tindakan dilakukan bukan
karena ada paksaan atau permintaan dari pihak lain, tetapi harus atas dasar sukarela,
dengan senang hati, karena menunggu hasilnya diharapkan lebih baik dari hasil yang
lalu, dan dirasakan belum memuaskan sehingga perlu ditingkatkan.
Guru melakukan penelitian tindakan karena telah menyadari adanya kekurangan pada
dirinya, artinya ada kinerja yang dilakukan, dan sesudah itu tentunya ingin melakukan
perbaikan.
Berdasarkan uraian tersebut, berarti penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut
hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan
menyangkut materi atau topik pokok bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian
topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu, strategi, pendekatan, metode atau cara
untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3) SWOT sebagai Dasar Berpijak
Penelitian tindakan harus dimulai dengan melakukan analisis SWOT, terdiri atas
unsur-unsur S-strength (kekuatan), W-Weaknesses (kelemahan), O-Opportunity
(kesempatan), T-Threat (ancaman). Empat hal tersebut dilihat dari sudut guru yang
melaksanakan maupun siswa yang dikenai tindakan, dengan berpijak pada hal tersebut,
penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejangan antara kondisi yang
ada pada guru dan juga pada siswa. Tentu saja pekerjaan guru sebelum menentukan jenis
tindakan yang akan dicobakan, memerlukan pemikiran yang matang.
Kekuatan (strength) dan kelemahan (weaknesses) yang ada pada diri peneliti dan
subjek tindakan diidentifikasi secara cermat sebelum mengidentifikasi yang lain. Dua
unsur yang lain, yaitu kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat), diidentifikasi dari
yang ada di luar diri guru atau peneliti dan juga di luar diri siswa atau subjek yang
dikenai tindakan.
4) Upaya Empiris dan Sistematik

32
Prinsip keempat ini adalah penerapan dari prinsip ketiga. Dengan telah dilakukannya
analisis SWOT, tentu saja apabila guru melakukan penelitian tindakan, berarti sudah
mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistematik, berpijak pada
unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang
sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang pelaksanaannya didukung oleh
unsur-unsur yang saling kait-mengait. Jika guru mengupayakan cara mengajar yang baru,
harus juga memikirkan tentang sarana pendukung yang berbeda, mengubah jadwal
pelajaran, dan hal-hal lain yang terkait degan cara baru yang diusulkan tersebut.
5) Ikuti Prinsip SMART dalam Perencanaan
SMART adalah kata bahasa Inggris yang artinya cerdas. Akan tetapi, dalam proses
perencanaan kegiatan merupakan singkatan dari lima huruf bermakna. Adapun makna
dari masing-masing huruf adalah sebagai berikut.
a. S = Specific, khusus, tidak terlalu umum;
b. M = Manageable, dapat dikelola, dilaksanakan;
c. A = Acceptable, dapat diterima dilingkungan, atau Achievable, dapat dicapai,
dijangkau;
d. R = Realistic, operasioal, tidak di luar jangkauan; dan
e. T = Time-bound, diikat oleh waktu, terencana.
Ketika guru menyusun rencana tindakan, harus mengingat hal-hal yang disebutkan dalam
SMART. Tindakan yang dipilih peneliti harus :
 Khusus spesifik, tidak terlalu luas misalnya melakukan penelitian untuk pelajaran
bahasa, tetapi hanya satu aspek saja, misalnya aspek berbicara, aspek membaca, aspek
mendengarkan, atau aspek menulis, dengan demikian langkah langkah dan hasilnya
dapat jelas karena spesifik.
 Mudah dilakukan, tidak sulit atau berbelit, misalnya kesulitan dalam mencari lokasi,
mengumpulkan hasil, mengoreksi, dan kesulitan bentuk lain.
 Dapat diterima oleh subjek yang dikenai tindakan, artinya siswa tidak mengeluh gara-
gara guru memberikan tindakan, dan juga lingkungan tidak terganggu karenanya.
 Tidak menyimpang dari kenyataan dan jelas bermanfaat bagi dirinya dan subjek yang
dikenai tindakan.
 Tindakan tersebut sudah tertentu jangka waktunya. Jangka waktunya, yaitu kapan
dapat dilihat hasilnya. Batasan waktu ini penting agar guru mengetahui betul hasil
yang diberikan kepada siswa, dan lain kali kalau aka diulang, rencana pelaksanaannya

33
sudah jelas. Sebagai contoh, sebuah penelitian tindakan dapat direncanakan dalam
waktu satu bulan, satu semester, atau satu tahun.
Diantara unsur dalam SMART, unsur yang sangat penting karena terkait dengan
subjek yang dikenai tindakan adalah unsur ketiga, yaitu A: Acceptable, dapat
Diterima oleh subjek yang akan diminta melakukan sesuatu oleh guru. Oleh karena
itu, sebelum guru menetukan lebih lanjut tentang tindakan yang akan diberikan, mereka
harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan
harus disepakati dengan suka rela, dengan demikian, guru dapat mengharapkan tindakan
yang akan dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampak
dari kemauan penuh itu menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.
Pendidik/guru dianjurkan untuk memerhatikan masalah di kelasnya dan mampu
mengatasinya melalui penelitian tindakan kelas. Hopkins (1993) membantu mengatasi
dengan menyebutkan prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas yaitu
sebagai berikut :
 Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan
pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, antar pendidik/guru perlu
memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus-menerus. Jika dalam menerapkan suatu tindakan yang
dipilih tidak /kurang berhasil maka ia harus tetap berusaha mencari alternatif lain.
Pendidik harus menggunakan pertimbangan dan tanggung jawab profesionalnya
dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam
pembelajaran.
 Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut
kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan penelitian tindakan
selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu persiapan program (planning),
pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation),
evaluasi terhadap kegiatan/proses pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses
dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan agar proses dan
hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistematik dan terkendali menurut
kaidah ilmiah.
 Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus
diselenggarakan dengan tetap berstandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang
digunakan dimulai dari masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan
permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat,
34
penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data.
Objektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data dan hasil tetap dipertahankan
selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini mempersyaratkan bahwa dalam
menyelenggaran penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
 Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan
tanggung jawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis masalah berstandar
pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang
sesungguhnya.
 Konsistensi dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran sangat diperlukan. Hal ini penting karena upaya peningkatan kulitas
pembelajaran tidak dapat dilakukan, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaan
yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus
tumbuh dari dalam (motivasi instrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
 Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah
pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas, misalnya
lataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan
lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.

K. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas


Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang akan dilakukan.
Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi penelitian secara jelas.
Prosedur hendaknya dirinci dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi-
refleksi, yang bersifat daur ulang atau siklus. Sistematika penelitian tindakan kelas ini
meliputi :

Tahap perencanaan

Langkah pertama pelaksanaan PTK adalah melakukan perencanaan secara matang


dan teliti. Dalam perencanaan PTK, terdapat tiga dasar, yaitu identifikasi masalah,
merumuskan masalah, dan pemecahan masalah. Pada masing-masing kegiatan, terdapat
sub-sub kegiatan yang sebaiknya dilaksanakan untuk menunjang sempurnanya tahap
perencanaan.

a. Identifikasi Masalah
Langkah kedua dalam menyusun rencana PTK adalah melakukan identifikasi
permasalahan. Identifikasi ini mirip seperti diagnosis yang dilakukan oleh dokter

35
kepada pasiennya, jika diagnosisnya tepat, maka obat yang diberikan pasti mujarab.
Sebaliknya, jika diagnosisnya salah, maka resep obatnya pasti juga tidak tepat sasaran.
Demikian pula dalam PTK, identifikasi yang tepat akan mengarahkan pada hasil
penelitian, sehingga dapat bermanfaat bagi peningkatan hasil belajar siswa.
Sebaliknya, identifikasi masalah yang keliru hanya akan membuat penelitian menjadi
sia-sia, disamping memboroskan waktu dan biaya. Identifikasi masalah menjadi titik
tolak bagi perencanaan PTK yang lebih matang. Sebab, tidak semua masalah belajar
siswa dapat diselesaikan dengan PTK, sebagaimana tidak semua penyakit dapat
disembuhkan dengan resep dokter spesialis tertentu. Hanya masalah-masalah tertentu
yang dapat diatasi dengan PTK, sebagaimana penyakit tertentu yang hanya bisa
sembuh dengan resep tertentu pula.

Empat langkah yang dapat dilakukan agar identifikasi masalah mengenai


sasaran, sebagai berikut :

1) Masalah harus rill, masalah yang diangkat adalah masalah yang dapat dilihat,
dirasakan, dan didengar secara langsung oleh guru.
2) Masalah harus problematik, banyak masalah di sekolah, tetapi, tidak semua
masalah layak diangkat dalam PTK. Hanya permasalahan yang problematiklah
yang layak diangkat dalam PTK. Permasalahan yang bersifat problematik adalah
permasalahan yang bisa dipecahkan oleh guru, mendapat dukungan literatur yang
memadai, dan ada kewenangan untuk mengatasinya secara penuh.
3) Manfaatnya jelas, hasil penelitian harus bermanfaat secara jelas. Tentu, hal ini
berkaitan erat dengan kemampuan dalam mengidentifikasi atau mendiagnosis
masalah. Hasil PTK harus dapat dirasakan, bagaikan obat yang menyembuhkan.
Untuk mendapatkan manfaat PTK yang maksimal, harus menjawab pertanyaan-
pertanyaan ini. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut dibiarkan? Apa yang
akan terjadi jika masalah tersebut berhasil diatasi? dan, tujuan pendidikan mana
yang akan gagal jika masalah tersebut tidak teratasi? Jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan ini akan menuntun para pelaku PTK untuk dapat menemukan hasil
atau “obat” yang mujarab.
4) Masalah harus fleksibel, masalah yang hendak diteliti harus bisa diatasi dengan
mempertimbangkan kemampuan peneliti, waktu, biaya, tenaga, sarana prasarana,
dan lain sebagainya. Jadi, tidak setiap masalah yang riil, problematik, dan
bermanfaat secara jelas dapat diatasi dengan PTK.

36
b. Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya

Langkah kedua dalam merencanakan PTK adalah menganalisis berbagai


kemungkinan penyebab munculnya permasalahan yang diangkat. Jadi, setelah
menemukan masalah yang rill, problematik, bermanfaat, dan fleksibel, maka masalah
tersebut harus ditemukan akar penyebabnya. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk
menemukan penyebab masalah. Beberapa di antaranya adalah dengan menyebar
angket ke siswa, mewawancarai siswa, observasi langsung, dan lain sebagainya. Di
samping itu, peneliti juga bisa melakukan wawancara dengan siswa dan observasi
langsung. Kemudian, semua data dari segala sumber tersebut dikumpulkan dan
dianalisis secara kolaboratif sehingga penyebab utama munculnya masalah dapat
ditemukan.

Akar masalah tersebut harus digali sedalam-dalamnya sehingga ditemukan


akar masalah yang benar-benar menjadi penyebab utama terjadinya masalah. Akar
masalah inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur tindakan. Dengan menemukan
akar masalah, maka sama halnya dengan si peneliti telah menemukan separuh dari
solusi masalah. Sebab, solusi masalah sebenarnya merupakan kebalikan dari akar
masalah.

c. Ide untuk Memecahkan Masalah

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa akar masalah menjadi tumpuan bagi


rencana tindakan untuk mengatasi masalah. Rencana tindakan sebagai langkah
mengatasi masalah inilah yang disebut dengan ide orisinal peneliti. Tetapi, sebelum
memutuskan tindakan apa yang akan dikenakan kepada siswa, peneliti harus
mengembangkan banyak alternatif sebagai pengayaan tindakan. Hal yang tidak kalah
pentingnya adalah peneliti harus mempunyai dukungan teori atau referensi rujukan
atas tindakan yang akan dikenakan kepada siswa. Sebab, PTK adalah kegiatan ilmiah
sehingga tanpa adanya dukungan teori yang memadai, sebaik apa pun tindakan guru,
maka hal itu tidak akan dianggap sebagai perilaku ilmiah. Setelah identifikasi
masalah, menemukan akar masalah, merumuskan masalah, dan menemukan alternatif
tindakan sebagai solusi masalah, maka peneliti dapat membuat judul penelitian.

Tahap Acting (Pelaksanaan)

37
Tahap kedua dari PTK adalah pelaksanaan. Pelaksanaan adalah menerapkan apa yang
telah direncanakan pada tahap satu, yaitu bertindak di kelas. Hendaknya perlu diingat
bahwa pada tahap ini, tindakan harus sesuai dengan rencana, tetapi harus terkesan
alamiah dan tidak direkayasa. Hal ini akan berpengaruh dalam proses refleksi pada tahap
empat nanti dan agar hasilnya dapat disinkronkan dengan maksud semula.

Tahap Observation (Pengamatan)

Tahap ketiga dalam PTK adalah pengamatan (observing). Prof. Supardi menyatakan
bahwa observasi yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata
lain, observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran. Pada langkah ini, peneliti harus menguraikan jenis data yang dikumpulkan, cara
mengumpulkan, dan alat atau instrumen pengumpulan data
(angket/wawancara/observasi, dan lain-lain).

Jika PTK dilakukan secara kolaboratif, maka pengamatan harus dilakukan oleh
kolaborator, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Walaupun demikian, antara
tindakan (dilakukan oleh guru) dan pengamatan (dilakukan oleh kolaborator), keduanya
harus berlangsung dalam satu waktu dan satu tempat atau kelas. Inilah sebabnya,
mengapa Suharsimi mengatakan kurang tepat jika pengamatan disebut sebagai tahap
ketiga. Sebab, antara tahap kedua dan tahap ketiga itu berlangsung secara bersamaan.
Walaupun demikian, tidak ada salahnya kita menyebut “pengamatan” sebagai tahap
ketiga dalam PTK. Hanya saja, sebutan ini hanya untuk membedakan antara tindakan
dan pengamatan, bukan menunjukkan suatu urutan.

Ketika guru sedang melakukan tindakan di kelas, secara otomatis seluruh


perhatiannya terpusat pada reaksi siswa dan tindakan selanjutnya yang akan diterapkan.
Atas dasar ini, tidak mungkin guru mengamati tindakannya sendiri. Di sinilah diperlukan
seorang pengamat yang siap merekam setiap peristiwa berkaitan dengan tindakan guru.
Sambil merekam peristiwa yang terjadi, pengamat sebaiknya juga membuat catatan-
catatan kecil agar memudahkan dalam menganalisis data.

Tahap Refleksi

Tahap keempat atau terakhir dalam PTK adalah refleksi (reflecting). Refleksi adalah
kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Refleksi juga sering
disebut dengan istilah "memantul.” Dalam hal ini, peneliti seolah memantulkan

38
pengalamannya ke cermin, sehingga tampak jelas penglihatannya, baik kelemahan dan
kekurangannya.

Jika penelitian dilakukan secara individu, maka kegiatan refleksi lebih tepat disebut
sebagai evaluasi diri. Evaluasi diri adalah kegiatan untuk melakukan introspeksi terhadap
diri sendiri. peneliti harus jujur terhadap dirinya sendiri dalam mengakui kelemahan dan
kelebihannya. Dalam hal ini, guru dan peneliti juga harus mengakui sisi-sisi mana yang
telah sesuai dan sisi mana harus diperbaiki. Refleksi atau evaluasi diri baru bisa
dilakukan ketika pelaksanaan tindakan telah selesai dilakukan. Refleksi akan lebih
efektif jika antara guru yang melakukan tindakan berhadapan langsung atau diskusi
dengan pengamat atau kolabolator. Tetapi, jika PTK dilakukan secara sendirian, maka
refleksi yang paling efektif adalah berdialog dengan diri sendiri untuk mengetahui sisi-
sisi pembelajaran yang harus dipertahankan dan sisi-sisi lain yang harus diperbaiki.

Tambahan : Siklus-Siklus dalam PTK

Siklus adalah putaran dari suatu rangkaian kegiatan, mulai dari perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, hingga pada evaluasi. Dalam hal ini, yang dimaksud siklus-
siklus dalam PTK adalah satu putaran penuh tahapan-tahapan dalam PTK, sebagaimana
disebutkan di atas. Jadi, satu siklus adalah kegiatan penelitian yang dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Jika dalam PTK terdapat lebih dari satu siklus, maka siklus kedua dan seterusnya
merupakan putaran ulang dari tahapan sebelumnya. Hanya saja, antara siklus pertama,
kedua, dan selanjutnya selalu mengalami perbaikan setahap demi setahap. Jadi, antara
siklus yang satu dengan yang lain tidak akan pernah sama, meskipun melalui tahap-tahap
yang sama.

Setiap akhir refleksi selalu menjadi babak baru bagi siklus berikutnya. Artinya, guru
dan pengamat harus selalu diskusi setiap akhir refleksi untuk merencanakan tindakan
baru atau memasuki siklus kedua. Dengan proses atau tahapan yang sama, guru dapat
melanjutkan ke siklus-siklus berikutnya, jika memang sampai pada siklus tertentu ia
belum merasa puas atau belum berhasil mendongkrak prestasi belajar siswa. Demikian
seterusnya, sehingga semakin banyak siklus yang dilalui, semakin baik hasil yang
diperoleh. Hasilnya adalah, kepuasan guru dan kepuasan siswa atas prestasi belajarnya

Ada pula yang menyatakan langkah-langkahya dalam bentuk berikut :

39
1. Setting penelitian dan karakteristik subjek penelitian .
Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas
berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria
dan wanita. Latar belakang sosial ekonomi yang mungkin relevan dengan
permasalahan, tingkat kemampuan dan lain sebagainya.
2. Variabel yang diselidiki
Pada bagian ini ditentukan variabel-variabel penelitian yang dijadikan fokus
utama untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa :
1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar,
prosedurevaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya;
2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar,
keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa,
implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan
3) variabel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa
mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap
pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
3. Rencana Tindakan.
Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran,
seperti ;
 Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan penelitian
tindakan kelas PTK yang diprakarsai seperti penetapan tindakan, pelaksanaan tes
diagnostik untuk menspesifikasi masalah, pembuatan skenario pembelajaran,
pengadaan alat-alat dalam rangka implementasi penelitian tindakan kelas PTK,
dan lain-lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang
ditetapkan.
 Implementasi Tindakan, yaitu deskripsi tindakan yang akan dilakukan. Skenario
kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan.
 Observasi dan Interpretasi, yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan
penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan
perbaikan yang dirancang.
 Analisis dan Refleksi, yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan

40
perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan
rencana bagi tindakan berikutnya.
4. Data dan cara pengumpulannya .

Pada bagian ini ditunjukan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan
yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di
gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau
kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data
dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya.

5. Indikator kinerja.
Pada bagian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara
eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindakan perbaikan melalui
penelitian tindakan kelas PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa
misalnya perlu ditetapkan criteria keberhasilan yang diduga sebagai dampak dari
implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.
6. Tim peneliti dan tugasnya
Pada bagian ini hendaknya dicantumakan nama-nama anggota tim peneliti dan
uraian tugas peran setiap anggota tim peneliti serta jam kerja yang dialokasikan
setiap minggu untuk kegiatan penelitian.
7. Jadwal kegiatan penelitian disusun dalam matriks yang menggambarkan urutan
kegiatan dari awal sampai akhir.
8. Rencana anggaran, meliputi kebutuhan dukungan financial untuk tahap persiapan
pelaksanan penelitian, dan pelaporan.

Salah satu isu yang menarik untuk dibahas adalah bagaimana langkah-langkah praktis
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijabarkan secara jelas dan mudah
dipahami. Untuk menjawab isu tersebut, pada bagian ini akan difokuskan pada kegiatan
pokok, yaitu, (1) planning, (2) acting, (3) observing, (4) reflecting. Kegiatan-kegiatan ini
disebut satu siklus kegiatan pemecahan masalah.

Berikut penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan:

1. Planning

41
Kegiatan planning antara lain sebagai berikut. (1) identifikasi masalah, (2) perumusan
masalah dan analisis penyebab masalah, dan (3) pengembangan intervensi
(action/solution).
 Identifikasi masalah
Identifikasi masalah adalah tahap pertama dalam serangkaian tahapan penelitian.
Oleh sebab itu, identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang
diteliti. Masalah yang asal-asalan (kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan
pemborosan energi karena penelitiannya tidak membawa temuan yang bermanfaat.
 Perumusan masalah dan analisis penyebab masalah
Setelah diidentifikasi, masalah dapat dirumuskan ke dalam kalimat pernyataan
dengan memerhatikan kata tanya.

Analisis penyebab masalah merupakan langkah kedua planning yang penting


dilakukan. Setelah mendapatkan masalah riil, problematik, bermanfaat, dan dapat
dipecahkan, langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi penyebab masalah tersebut.
Melalui brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat
dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab
masalah tersebut, suatu tindakan dapat dikembangkan. Untuk memastikan akar
penyebab masalah tersebut, beberapa teknik pengumpulan data dapat diterapkan,
misalnya mengembangkan angket, mewawancarai siswa, dan melakukan observasi
langsung di kelas.
2. Pengembangan Intervensi
Pengembangan intervensi merupakan langkah ke-3 dalam planning yang juga penting
untuk diperhatikan.Intervensi perlu dikembangkan berdasarkan akar penyebab masalah
itu. Intervensi yang dipilih haruslah terdukung sumber daya yang ada sebagai contoh:
jika akar penyebabnya adalah mutu proses belajar mengajar, melalui kolaborasi perlu
dikembangkan berbagai kemungkinan (alternatif) rencana tindakan (intervensi) seperti
menggunakan metode diskusi, pendekatan cooperative learning, peningkatan metode
bervariasi, peningatan mutu pelajaran satu semester. Dari berbagai alternatif tersebut,
disaring kembali berdasarkan faktor-faktor pendukung yang ada, yaitu waktu, biaya,
dukungan sarana atau prasarana.
3. Contoh (model lain) Pemecahan Masalah
Masalah selalu kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari, setiap saat dan setiap waktu
di manapun. Tidak pernah kita dalam waktu tertentu lepas sama sekali terhadap
42
masalah, besar atau kecil, dari yang ringan sampai berat. Untuk mengatasi masalah
diperlukan strategi atau cara tertentu. Dalam hal ini ada masalah yang perlu segera
dicari pemecahannya agar tidak menimbulkan masalah baru, ada pula masalah yang
perlu ditunda karena tidak mampu mengatasi atau belum dirasa mendesak. Beberapa
pakar memberikan pengertian tentang masalah sebagai berikut:
 Suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan.
 Penyimpangan dari satu target yang telah ditentukan.
 Hambatan untuk mencapai suatu tujuan.
 Suatu fakta yang tidak menyenangkan dan nersifat negatif.
 Suatu kesulitan yang dihadapi sewaktu-waktu.
Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan langkah sistematis dan rasional anatar
lain:
1) Identifikasi masalah.
2) Analisis masalah.
3) Rumusan masalah.
4) Analisis penyebab timbulnya masalah.
5) Mencari alternatif pemecahan masalah.

4. Acting
Action (intervensi) dilaksanakan peneliti untuk memperbaiki masalah.Pada saat
pelaksanaan acting, guru harus mengambil peran dalam pemberdayaan siswa sehingga
mereka menjadi agen of change bagi diri dan kelas. Selama melaksanakan tindakan,
guru sebagai pelaksana intervensi tindakan mengacu pada program yang telah
dipersiapkan dan disepakati bersama dengan teman sejawat.
Peneliti yang akan mengubah atau melaksanakan perbaikan atas metode tindakan di
kelas, perlu ada alas an yang mendasar dan ada kesepakatan bersama. Untuk itu situasi
kelas ataupun faktor lain yang dapat mempengaruhi penyimpangan kegiatan di kelas
harus dihindari sehingga perubahan yang muncul benar-benar diakibatkan adanya
tindakan yang sengaja dilakukan untuk perbaikan, bukan karena faktor lain.
Untuk menguranngi kemungkinan terjadinya kelemahan dalam pelaksanaan tindakan,
persiapan dalam perencanaan perlu dilakukan secara maksimal, agar pelaksanaan
tindakan tidak mengalami kesulitan.
5. Observing
a) Pengumpulan Data
43
Prinsip pengumpulan data dan tindakan kelas tidak jauh berbeda dengan
prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain. Dengan kata lain, prinsip
pengumpulan data pada penelitian formal dapat diterapkan pada penelitian tindakan
kelas, pada umumnya dalam penelitian tindakan kelas, baik data kualitatif maupun
kuantitatif dimanfaatkan untuk menggambarkan perubahan yang terjadi: perubahan
pada kinerja guru, hasil prestasi siswa, perubahan kinerja siswa dan perubahan
suasana kelas.
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret
seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.Untuk mendapatkan data yang
akurat perlu disusun suatu instrumen yang falid dan reliabel.
b) Sumber data
Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan akurat.
c) Critical Friend dalam Penelitian Tindakan

Teman atau yang mungkin dijadikan kolabolator oleh peneliti, memainkan


peran yang sangat penting dalam penelitian tindakan kelas.Critical friend
merupakan pihak ketiga yang dapat meningkatkan kualitas hasil ppenelitian
tindakan.

d) Analisis Data
Tahapan sesudah pengumpulan data adalah analisis data. Walaupun data
yang dikumpulkan lengkap dan valid, jika peneliti tidak mampu menganalisisnya
maka datanya tidak akan memiliki nilai ilmiah yang dapat digunakan untuk
perkembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat
merupakan jantungnya penelitian tindakan, sedangkan analisis data akan
memberikan kehidupan dalam kegiatan penelitian. Untuk itu seorang peneliti perlu
memahami teknik analisis data yang tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai
ilmiah yang tinggi.
6. Reflecting
Reflection adalah kegiatan mengolah secara kritis tentang perubahan yang terjadi
pada: siswa, suasana kelas, dan guru.

Secara operasional tahap-tahap kegiatan yang akan direncanakan oleh


peneliti, yaitu:
1. Siklus1

44
a. Rencana
1) Merancang rencana pembelajaran IPA dengan metode Kepala
Bernomor Terstruktur tentang materi PancaIndera.
2) Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS).
b. Tindakan
Melaksanakan kegiatan belajar mengajar tentang materi Panca Indera
dengan metode Kepala Bernomor Terstruktur.
c. Observasi
Mengamati peningkatan wawasan guru yang mencakup aspek
ketrampilan mengajar guru dengan metode Kepala Bernomor
Terstruktur.
1) Mengamati keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
2) Mengamati pembahasan siswa pada materi Panca Indera.
d. Refleksi
1) Mengkaji atau mengevaluasi hasil temuan atau kelemahan-
kelemahan yang muncul, baik yang berkaitan dengan aktivitas
guru maupun siswa dikelas.
2) Menentukan revisi rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
2. Siklus II
a. Rencana
Kegiatan ini di maksud untuk merencanakan tindakan belajar mengajar
yang akan dilaksanakan berdasarkan hasil observasi dan refleksi pada
siklus II.
b. Tindakan
Kegiatan ini di maksudkan peneliti dan guru mengadakan atau
melaksanakan rencana yang telah dibuat pada siklus II untuk
memperbaiki proses belajar mengajar pada siklus I, dengan sub pokok
bahasan materi yang sama pada tindakan siklus I.
c. Observasi
Kegiatan ini di maksudkan mengadakan analisis terhadap hasil
observasi terhadap kekurangn atau kelemahan yang masih ada pada
siklus I.
d. Refleksi

45
Kegiatan ini di maksudkan mengadakan analisis terhadap hasil
observasi terhadap kekurangan atau kelemahan yang masih ada pada
siklus II.
Apabila dari hasil dari suatu siklus terdapat banyak kelemahan, maka
dilaksanakan siklus berikutnya yang dimulai dari revisi rencana, tindakan,
observasi dan refleksi, dan seterusnya dengan sub topik berikutnya pada
materi Panca Indera.

Secara keseluruhan prosedur penelitian dapat digambarkan dalam bagan


sebagai berikut :

46
7. Akhir tindakan
Jika penelitian sudah dianggap selesai maka peneliti perlu menyusun laporan
penelitian.

L. Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas


Laporan penelitian adalah manifestasi dari kegiatan seorang peneliti yang sudah
mencoba melakukan kegiatan penelitiannya berdasarkan proposal yang telah dipersiapkan.
Usulan penelitian adalah apa yang sudah dilakukan peneliti, sedangkan laporan adalah apa
yang sidah dilakukan peneliti sehingga dapat terjadi adanya perbedaan pada kajian teori,
variable, maupun metodologi yang digunakan.

Dalam penelitian tindakan kelas, peneliti perlu mencatat semua kejadian yang
muncul akibat tindakan yang dilakukan. Perubahan apa yang tampak, tingkah laku ataupun
kemampuan tentang aspek tertentu yang muncul, agar dapat terdeteksi secara maksimal.
Untuk dapat melaporkan hasil kegiatan penelitian tersebut, diperlukan adanya sistematika
yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk bahan informasi kepada pihak lain yang
membutuhkan.

Pada akhir bagian ini disampaikan secara singkat tentang sistematika penulisan laporan
penelitian tindakan kelas.

1. Penyusunan Proposal/Usulan PTK


Untuk menyusun proposal tindakan kelas, peneliti perlu mengikuti sistematika/format
sebagai berikut.
a) Judul Penelitian
b) Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan setidaknya harus memuat faktor-faktor berikut :
 Latar belakang masalah
 Perumusan dan pemecahan masalah
 Tujuan penelitian
 Manfaat penelitian
c) Kajian Pustaka
d) Metodologi Penelitian

47
e) Jadwal Pelaksanaan

2. Penyusunan Laporan PTK


Dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, perlu mengikuti garis besar
sistematka yang umum digunakan yaitu:
a) Bagian Pembukaan
 Halaman Judul
 Halaman Pengesahan
 Abstrak
b) Bagian Isi
Pada bagian isi laporan memuat lima bab penting yang perlu diperhatikan.
bagian isi adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terlihat unsur-unsur berikut.
1. Latar Belakang Masalah
2. Rumusan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat penelitian
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

48
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu
keperluan tertentu.
2. Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana kita mendapatkan data tersebut.
3. Prosedur Penentuan Sumber Data Pada Penelitian
Pengambilan sampel ekstrim atau menyimpang
Pengambilan sampel berfokus pada intensitas
Pengambilan sampel dengan variasi maksimum
Pengambilan sampel homogeny
Pengambilan kasusu tipikal
Pengambilan sampel purposif yang stratifikasi
Pengambilan sampel kritikal
Pengambilan sampel bola salju
Pengambilan sampel dengan kriteria tertentu
Pengambilan sampel beradasarkan teori atau berdasarkan konstruk operasional
4. Instrumen pengumpulan data seperti koesioner / angket, dokumentasi, observasi, dan
wawancara
5. Beberapa isu etika yang harus diperhatikan ketika mengumpulkan data antara lain :

Memperlakukan informasi yang diberikan responden dengan memegang prinsip


kerahasiaan dan menjaga pribadi responden merupakan salah satu tanggung jawab
peneliti.
Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian
kepada subjek. Dengan demikian, peneliti harus menyampaikan tujuan dari
penelitian kepada subjek dengan jelas.
Informasi pribadi atau yang terlihat mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan, dan
jika hal tersebut mutlak diperlukan untuk penelitian, maka penyampaiannya harus
diungkapkan dengan kepekaan yang tinggi kepada responden, dan memberikan
alasan spesifik mengapa informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan penelitian.
Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatan subjek tidak
boleh dilanggar

49
Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon survei dan responden yang
tidak mau berpartisipasi tetap harus dihormati.
Dalam study lab, subjek harus diberitahukan sepenuhnya mengenai alasan
eksperimen setelah mereka berpartisipasi dalam studi.
Subjek tidak boleh dihadapkan pada situasi yang mengancam mereka, baik secara
fisik maupun mental.
Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang
dikumpulkan selama study.

6. Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku
tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka
dalam melaksanakan tugas,memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang
di lakukan serta memperbaiki kondisi diimana praktik pembelajaran tersebut dilakukan.
7. Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah :
Adanya peningkatan kualitas proses belajar dan kualitas hasil belajar, Dimana
peningkatan itu dilakukan secara praktis, yang artinya pelaksanaannya kadang tidak
memperhatikan kaidah-kaidah ilmiah tetapi lebih kepada situasi dan kondisi yang secara
nyata terjadi di lapangan.

8. Karakteristik penelitian tindakan kelas yaitu:


Situasional, praktik, dan secara langsung gayut (relevan) dengan situasi
Subjeknya adalah di kelas, anggota staf sekolah, dan yang lain penelitiannya terlibat
dengan mereka subjek tindakan.
Memberikan kerangka kerja yang teratur kepada pemecahan masalah.
Fleksibel dan adaptif
Partisipatori
Self – evaluative
9. Sifat dari penelitian tindakan kelas yaitu :
a. Penelitian Tindakan kelas memiliki sifat sebagai berikut:
b. Permasalahan yang di bahas berbasis kelas, artinya hal-hal yang terjadi di kelas.
c. Kolaboratif, artinya ada kebersamaan kegiatan dengan pihak yang diberi tindakan.
d. Tidak menguji teori, tetapi dilaksanakan berdasarkan teori.
e. Tidak mengeneralisasikan, hasilnya hanya berlaku bagi subjek tindakan itu.
f. Tidak ada populasi dan sampel, yang ada hanya subjek tindakan.

50
g. Tidak ada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
h. Dilakukan dalam putaran siklus.
10. Prinsip penelitian tindakan kelas yaitu :
Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang uatam adalah menyelenggarakan
pembelajaran yang baik dan berkualitas.
Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut
kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.
Kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus
diselenggarakan dengan tetap berstandar pada alur dan kaidah ilmiah.
Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil.
Konsistensi dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran sangat diperlukan.
Cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah
pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas
11. Manfaat dari penelitian tindakan kelas salah satunya yaitu :
Guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik
pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari
penenlitian tindakan yang dilakukannya
12. Prosedur untuk melakukan penelitian tidakan kelas
Tahap perencanaan
Identifikasi Masalah
Analisis Penyebab Masalah dan Merumuskannya
Ide untuk Memecahkan Masalah
Tahap Acting (Pelaksanaan)
Tahap Observation (Pengamatan)
Tahap Refleksi
Tambahan: Siklus-Siklus dalam PTK
13. Cara menyusun proposal dan laporan dari penelitian tindakan kelas yaitu :
1. Penyusunan Proposal/Usulan PTK
a) Judul Penelitian
b) Pendahuluan
c) Kajian Pustaka
d) Metodologi Penelitian
e) Jadwal Pelaksanaan
51
2. Penyusunan Laporan PTK
Dalam menyusun laporan penelitian tindakan kelas, perlu mengikuti garis besar
sistematka yang umum digunakan yaitu :
a) Bagian Pembukaan
b) Bagian Isi

B. Saran
Makalah ini masih terdapat banyak kekurangannya, baik dari segi penulisan dan isi
makalah.Oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca. Perlu adanya perbaikan dalam makalah ini baik berupa gambar, tabel maupun
materi yang terkandung didalamnya.

52
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian “Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta. Rineka
Cipta

Hartanto. 2013. “Instrumen Penelitian”. [online]. diakses tanggal 15 September 2014.


http://www.hartanto104.files.wordpress.com

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan


R&D. Bandung. Alfabeta

Zuriah, Nurul. 2006. Metodologi Penelitian “Sosial dan Pendidikan”. Jakarta. Bumi Aksara.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196010151987101-
ZULKIFLI_SIDIQ/Pengumpulan_Data_dalam_Penelitian_Tindakan_Kelas_Kelompok.pdf

https://wayanweb.wordpress.com/ptk/metode-penelitian/data-dan-sumber-data.html, diakses
pada 10 maret 2019

https://thegorbalsla.com/penelitian-tindakan-kelas.html, diakses pada 10 maret 2019

53
54

Anda mungkin juga menyukai