Inisiasi Ke 5
Inisiasi Ke 5
1
Ketiga, Indonesia punya bangsa/rakyat. Indonesia Kebangsaanku. Dan, unsur-unsur
negara Indonesia yang demikian, bersifat bulat bersatu-padu bersinergi untuk menuju
cita-cita Indonesia Raya, bukan hanya dalam konsep geo-politik (kuantitas) yang maha
luas ini saja. Tapi secara komparatif dan kompetitif, Indonesia Raya adalah negara yang
berkualitas. Dalam kerangka itu, bangsa Indonesia giat melakukan pembangunan psikis
dan fisik.
Bangsa dan Tanah Airku. Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu. Hiduplah
Tanahku. Hiduplah Negeriku. Bangsaku Rakyatku Semuanya. Bangunlah Jiwanya.
Bangunlah Badannya. Untuk Indonesia Raya. Dari, cita-cita Indonesia Raya tersebut, hal
yang paling penting dan tidak boleh terlupakan ialah sikap selalu memelihara dan
mengaktualisasikan kedaulatan negara Indonesia yang kucinta (nasionalisme) agar
Indonesia tetap (makin) hidup selama-lamanya. Indonesia Raya, Merdeka Merdeka.
Tanahku Negeriku yang Kucinta. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Hiduplah
Indonesia Raya.
5. Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal
dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda
tetapi tetap satu”. Jika diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka
ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan
menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu".
Kataika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka
Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan
persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam Garuda Pancasila sebagai Lambang
Negara Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda
yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai
berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di
atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak
2
6. Dasar Falsafah Negara Pancasila
Pancasila adalah suatu ideologi bagi Negara kita yaitu Indonesia. Pancasila
memiliki dua arti kata sansakerta. Yang mana panca artinya lima dan sila adalah prinsip
atau asas. Jadi pancasila adalah suatu rumusan dan juga pedoman bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dipekuat dalam undang-
undang dasar 1945 juga dijlaskan pancasila juga digunakan sebagai Dasar negara
Republik Indonesia, tertera pada alenia ke-4.
Hal apapun berhubungan dengan Negara harus berdasarkan pancasila. Selain
itu dalam mengatur dan membentuk peraturan di Negara Indonesia juga harus
berdasarkan pancasila. Sebagai dasar negara Indonesia, pancasila merupakan sumber dari
segala hukum sumber yang ada di indonesia haruslah berdasarkan pancasila.
3
penyimpangan atau kegiatan yang tidak sesuai ketentuan, diperkirakan belum optimalnya
pencapaian kinerja dan kurang mampu mewujudkan pengamalan pelaksanaan setiap sila
yang ada pada Pancasila. Selanjutnya semua kegiatan yang berhubungan dan sejalan
dengan Pancasila merupakan kinerja yang harus diwujudkan oleh masyarakat yang berada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Kepribadian Bangsa
Yang dimaksud dengan kepribadian ialah setiap sifat yang terlihat dalam perilaku
seseorang atau sebuah bangsa yang membuatnya berbeda dari seseorang atau bangsa
lainnya. Setiap orang memiliki orientasi berbeda dalam menghadapi sebuah kondisi
tertentu, sehingga tercipta sebuah pola perilaku yang baku dan konsisten.
Disebuah kehidupan bermasyarakat tercipta dari kelompok mayoritas dan juga
minoritas yang membentuk suatu harmoni kehidupan. Bila ditilik dari sisi sosiologis
antropologis, bangsa merupakan sesuatu yang diikat oleh suatu ikatan, dapat berupa ras,
suku, sejarah, adat budaya dan juga agama atau sebuah keyakinan, bahasa juga daerah.
Dan ikatn tersebut dinamakan ikatan primordial. Kepribadian bangsa merupakan ciri-ciri
perilaku maupun karakteristik yang terlihat dalam kehidupan suatu masyarakat dalam
sebuah kesatuan nasional.
3. Hakikat Pribadi Indonesia
a. Hakikat Pribadi Kemanusiaan
Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan tanpa sekaligus
meletakkan hubungannya dengan lingkungan. Jadi kepribadian adalah suatu kesatuan
psikofisik termasuk bakat, kecakapan, emosi, keyakinan, kebiasaan, menyatakan dirinya
dengan khas di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan peranan pendidik/tutor dalam pengembangan kepribadian adalah menjadi
jembatan penghubung atau media untuk mengaktualisasikan potensi psikofisik individu
dalam menyelesaikan diri dengan lingkungannya.
Sifat hakekat manusia menjadi kajian antropologi, yang hasilnya sangat diperlukan
dalam upaya menumbuh kembangkan potensi, manusia melalui penyelenggaraan
pendidikan.
b. Hakikat Pribadi Kebangsaan dan Hakikat Kontret Kebangsaan
Ketika pada tahun 1933, KH. M. Hasjim Asy’ari Tebuireng (Jombang)
memerintahkan putra beliau KH. Wahid Hasjim yang baru pulang dari Tanah Suci
Mekkah untuk mempersiapkan Muktamar NU ke-9 di Banjarmasin (Borneo Selatan),
pertanyaan tentang kebangsaan lalu muncul. Dijawab oleh beliau, bahwa kita memerlukan
4
pembahasan terus-menerus antara ajaran agama Islam dan paham
kebangsaan/nasionalisme tersebut. Lalu menjadi jelaslah, bahwa di negeri ini ajaran
agama Islam tidak bisa lepas dari faktor kebangsaan tersebut.
Kalau hal ini dilupakan, maka ‘perjuangan Islam’ di negeri ini hanya akan diikuti
oleh jumlah kecil dari para anak bangsa. Mayoritas anak bangsa itu tidak biasa berjuang
terlepas dari faham kebangsaan/ nasionalisme, karena hal itu memang sudah lama
dilakukan di negeri ini. Wangsa Syailendra dari kaum Buddhis di Pulau Sumatera sudah
merasakan masalah tersebut sejak abad ke-6 Masehi. Penjelajah Buddhis dari daratan
Tiongkok, bernama Fa-Hien pada abad ke-6 Masehi mendapati bahwa dinasti Sriwijaya di
sebelah Selatan Sumatera menyimpan semangat kebangsaan dalam kehidupan mereka.
c. Hakikat Pribadi Perseorangan
Manusia sebagai makhluk sosial Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut
manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang bergaul/berkawan (animal
society : hewan yang bernaluri untuk hidup bersama). Status mahluk sosial selalu melekat
pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan
mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia
memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat
dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena
manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan
masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu
harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan
bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi
sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam
suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan
perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Sesuai
dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non formal seperti berteman
dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain.
5
MORALITAS PANCASILA SEBAGAI KARAKTER BANGSA
INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
2. Multikulturalisme Indonesia
a. Prinsip Multikulturalisme Indonesia
6
Prinsip Indonesia sebagai negara “Bhineka Tunggal Ika” mencerminkan bahwa
meskipun Indonesia adalah multikultural, tetapi tetap terintegrasi dalam keikaan atau
kesatuan. Dengan demikian, kemajemukan budaya tidak menjadi sekedar konsep
belaka, tetapi sungguh-sungguh menjadi modal dan aset bangsa sekaligus menjadi
benteng pertahanan gelombang kapitalisme global yang masuk.
b. Pemahaman Pluralitas
Kata “plural” berasal dari Bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan
“pluralitas” berarti “kemajemukan”. Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti
yang sama dengan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius. Beberapa
agama dan kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Indonesia
juga memiliki banyak suku bangsa, itulah sebabnya Indonesia kaya dengan budaya
atau adat isitiadat. Kondisi geografis dan sosial juga memengaruhi berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat, karena itu dapat ditemukan berbagai pekerjaan masyarakat
Indonesia di berbagai tempat. Kekayaan dan keanekaragaman masyarakat baik suku,
agama, ras, pekerjaan dan lain-lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu
bersifat plural.
7
sekunder oleh karena identitas nasional lahir belakangan dibandingkan dengan identitas
kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif.
a. Masa Globalisasi
8
b. Fungsi Etika Pancasila
9
dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang
bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari
kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negaranegara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin
canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan
kesenian tradisional kita. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang
sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Kesenian-kesenian yang bersifat
ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti
semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.
Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di
Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada
pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu
bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan
merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh
lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa
Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi
fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga
dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia
10
Daftar Pustaka
Samaludi, M.Maman. 2017. Identitas Nasional dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah
SMA Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 26(2): 139-147.KEHIDUPAN SAAT INI. 2017.
HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL. JAKARTA: CARYA
REMADJA.
Guru Ppkn. 2017. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. JAKARTA.
PARADIGMA.
M. ZAINI DA'UN. 2015. KINERJA APARATUR DAN PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN
BANGSA. 02, p. 282-297.
Ida Bagus Brata. Vol 5, No 1 (2016). KEARIFAN BUDAYA LOKAL PEREKAT
IDENTITAS BANGSA. INDEPENDENT AWARENESS. 2010. HAKIKAT
MANUSIADrs.Sumarsono. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedi Pustaka
Utama.
DR.Kaelan,M.S. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta :Paradigma.
Ismaun. 1981. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. Bandung: Carya Remadja.
KH. Abdurrahman Wahid. 2014. Hakikat Semangat Kebangsaan Kita. Jombang Fityanul Arifin.
2013. Peranan Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia. Jember
Goble, G Frank. 1991. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :
Kanisius.
Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi
Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7.
Beerkens, E., 2006. Globalisation: Definitions and Perspectives, h. 9. Palmer, T.G., 2003.
Globalization, Cosmopolitanism, and Personal Identity.
Scholte, J.A., 2005. Globalization : A Critical Introduction. 2nd Edition. Palgrave Macmillan,
h. 520.
11
Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan
Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas
Indonesia, Mizan 1997
12