Anda di halaman 1dari 13

INISIASI KE 5

HISTORITAS IDENTITAS NASIONAL


A. Pengertian dan Arti Penting Identitas Nasional
Identitas Nasional secara etimologi terdiri dari dua kata. Identitas berasal dari kata
identity yang berarti ciri-ciri, atau tanda-tanda atau jati diri yang melekat pada seseorang yang
membedakannya dari orang lain. Dan kata nasional berarti bersifat kebangsaan merujuk
kepada persekutuan kelompok hidup manusia yang diikat oleh kesamaan-kesamaan ras,
agama, budaya, bahasa dan sebagainya. Identitas nasional adalah ciri atau jati diri suatu
bangsa yang melekat berfungsi membedakan suatu bangsa dengan bangsa
lainnya(kompasiana).
Arti penting identitas nasional bagi suatu bangsa adalah sebagai pemersatu bangsa
yang bersangkutan sekaligus sebagai pembeda dengan bangsa lain. Bangsa yang bersatu
karena identitas yang sama dapat menimbulkan rasa kebanggan, kebersamaan, dan kecintaan
pada bangsa dan tanah airnya. Di sisi lain, identitas nasional yang mampu membedakan
dengan bangsa lain akan menumbuhkan saling penghargaan toleransi, hormat menghormati,
dan sikap apresiatif terhadap identitas lain tersebut.
Identitas berfungsi sebagai pembeda. Identitas nasional dapat membedakan antara kita
sebagai bangsa Indonesia dengan mereka sebagai bangsa lain. Di sisi lain, apabila orang-
orang memiliki identitas yang sama, mereka dapat disatukan dalam ikatan identitas tersebut.
Misalnya satu bahasa yang sama digunakan oleh orang-orang dari berbagai latar yang
berbeda. Ini berarti identitas akan bahasa dapat menyatukan orang-oran tersebut. Dengan
demikian, identitas berfungsi sebagai pemersatu. Identitas yang sama maka dapat
menyatukan orang-orang yang ada di suatu wilayah.
B. Sejarah Perumusan Identitas Nasional Indonesia
Dibalik Indonesia sebagai negara yang mapan sepeti sekarang, terselip kejayaan masa
lalu ketika zaman kerajaan-kerajaan nusantara yang mempunyai sejarah yang gemilang yang
kini menjadi cambuk bagi masyarakat kekinian. Proses terbentuknya identitas bangsa
Indonesia telah dimulai jauh sebelum Indonesia merdeka yang berupa nilai-nilai istiadat,
kebudayaaan serta religius. Nilai-nilai tersebut kemudian hari diangkat dan dirumuskan
secara formal menjadi Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia

C. Bentuk-Bentuk Identitas Nasional Indonesia


1. Bendera Negara Sang Saka Merah Putih
Bendera Sang Saka Merah Putih merupakan julukan kehormatan terhadap
bendera Merah Putih negara Indonesia. Pada mulanya sebutan ini ditujukan
untuk Bendera Pusaka, bendera Merah Putih yang dikibarkan pada tanggal 17 Agustus
1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta, saat Proklamasi dilaksanakan. Tetapi
selanjutnya dalam penggunaan umum, Sang Saka Merah Putih ditujukan kepada setiap
bendera Merah Putih yang dikibarkan dalam setiap upacara bendera. Merah Sendiri
mempunyai arti keberanian sedangkan putih sendiri mempunyai arti yang suci. Jadi
dengan itu diharpkan bendera merah putih dapat menjadi acuan untuk kita yaitu menjadi
orang yang pemberani tapi tetap lembut.
2. Bahasa Negara Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia yang menjadi bahasa pemersatu sebuah bangsa besar ini
adalah identitas yang nyata untuk mempersatukan Indonesia secara besar dalam
keanekaragaman suku bangsa serta budaya. Karena Indonesia merupakan Negara besar
dengan banyak suku dan bahasa adanya bahasa Indonesia mempermudah dalam
berkomunikasi karena bahasa Indonesia bahasa pemersatu
3. Lambang Negara Garuda Pancasila
Garuda Pancasila merupakan Lambang negara Indonesia, yang juga memiliki
semboyan Bhinneka Tunggal Ika (Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jika).
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda dengan kepala menghadap ke
sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), dan mempunyai perisai berbentuk seperti
jantung yang digantung menggunakan rantai pada leher Garuda, dan terdapat semboyan
Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna "Meskipun Berbeda-beda tetapi tetap satu Jiwa"
tertulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Sultan Hamid II lah yang merancang
Lambang ini, namun kemudian disempurnakan oleh Bung Karno, Setelah itu diresmikan
pemakaiannya sebagai lambang negara pertama kali pada tanggal 11-Februari-1950
dalam Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat.
4. Lagu Kebanggaan Indonesia Raya
Lagu kebangsaan Indonesia Raya merupakan lagu kebangsaan yang
menggambarkan pengumuman, pernyataan (deklarasi) peneguhan kepada dunia akan ada
dan keberadaan (kedaulatan) serta arah jalan negara Indonesia.
Pertama, Indonesia punya wilayah, ialah Indonesia Tanah Airku, Tanah Tumpah
Darahku. Kedua, Indonesia punya pemerintah yang berdaulat yang diakui dunia.Di
sanalah (bayangkan Anda sedang berbicara pada masyarakat dunia ---orang asing di
negara mereka atau di sidang umum PBB) Aku Berdiri, Jadi Pandu Ibuku.

1
Ketiga, Indonesia punya bangsa/rakyat. Indonesia Kebangsaanku. Dan, unsur-unsur
negara Indonesia yang demikian, bersifat bulat bersatu-padu bersinergi untuk menuju
cita-cita Indonesia Raya, bukan hanya dalam konsep geo-politik (kuantitas) yang maha
luas ini saja. Tapi secara komparatif dan kompetitif, Indonesia Raya adalah negara yang
berkualitas. Dalam kerangka itu, bangsa Indonesia giat melakukan pembangunan psikis
dan fisik.
Bangsa dan Tanah Airku. Marilah Kita Berseru Indonesia Bersatu. Hiduplah
Tanahku. Hiduplah Negeriku. Bangsaku Rakyatku Semuanya. Bangunlah Jiwanya.
Bangunlah Badannya. Untuk Indonesia Raya. Dari, cita-cita Indonesia Raya tersebut, hal
yang paling penting dan tidak boleh terlupakan ialah sikap selalu memelihara dan
mengaktualisasikan kedaulatan negara Indonesia yang kucinta (nasionalisme) agar
Indonesia tetap (makin) hidup selama-lamanya. Indonesia Raya, Merdeka Merdeka.
Tanahku Negeriku yang Kucinta. Indonesia Raya. Merdeka Merdeka. Hiduplah
Indonesia Raya.
5. Semboyan Negara Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika adalah moto atau semboyan Indonesia. Frasa ini berasal
dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat “Berbeda-beda
tetapi tetap satu”. Jika diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka
ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Sanskerta berarti "macam" dan
menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu".
Kataika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka
Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa
Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan
persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri
atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Bhinneka Tunggal Ika terdapat dalam  Garuda Pancasila   sebagai Lambang
Negara Republik Indonesia. Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika  Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda
yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari sudut pandang Garuda), perisai
berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan
semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu” ditulis di
atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II
dari Pontianak

2
6. Dasar Falsafah Negara Pancasila
Pancasila adalah suatu ideologi bagi Negara kita yaitu Indonesia. Pancasila
memiliki dua arti kata sansakerta. Yang mana panca artinya lima dan sila adalah prinsip
atau asas. Jadi pancasila adalah suatu rumusan dan juga pedoman bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara untuk seluruh rakyat Indonesia. Hal ini dipekuat dalam undang-
undang dasar 1945 juga dijlaskan pancasila juga digunakan sebagai Dasar negara
Republik Indonesia, tertera pada alenia ke-4.
Hal apapun berhubungan dengan Negara harus berdasarkan pancasila. Selain
itu dalam mengatur dan membentuk peraturan di Negara Indonesia juga harus
berdasarkan pancasila. Sebagai dasar negara Indonesia, pancasila merupakan sumber dari
segala hukum sumber yang ada di indonesia haruslah berdasarkan pancasila.

D. IDENTITAS NASIONAL DAN JATI DIRI BANGSA


Kenyataan ini seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara pasca reformasi seiring timbulnya tuntutan yang
berlebihan hampir dalam segala aspek kehidupan. Tuntutan yang demikian sering memicu
permasalahan krusial, sehingga dapat mengancam keutuhan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Kearifan lokal merupakan elemen budaya yang harus digali,
dikaji, dan direvitalisasikan karena esensinya begitu penting dalam penguatan fondasi
jatidiri bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi. Pertanyaan yang muncul adalah
apakah nilai-nilai budaya lokal sebagai perekat identitas bangsa masih relevan untuk
direvitalisasi dalam menghadapi berbagai permasalahan di era kesejagatan ini.
Jati Diri adalah ciri khas atau karakteristik suatu bangsa yang membedakannya dari
bangsa yang lain. Pancasila yang menjadi filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia
itu, sebenarnya digali dari tradisi masyarakat berbangsa sepanjang sejarahnya. Pancasila
sebagai dasar falsafah negara merupakan model ideal pluralisme ala Indonesia. Pancasila
sebagai dasar negara menjadi falsafah hidup dan landasan pergerakan keIndonesiaan.

1. Jati Diri Bangsa Indonesia


Kinerja memerupakan sesuatu yang harus dimiliki dan harus diwujudkan untuk
mengetahui kualitas atau persentase kinerja seseorang atau instansi, pelaksanaan kinerja
lembaga dan kinerja aparatur, diharapkan agar dapat memenuhi tuntutan masyarakat
tentang pelayanan yang memuaskan. Adanya beberapa kasus korupsi yang terjadi

3
penyimpangan atau kegiatan yang tidak sesuai ketentuan, diperkirakan belum optimalnya
pencapaian kinerja dan kurang mampu mewujudkan pengamalan pelaksanaan setiap sila
yang ada pada Pancasila. Selanjutnya semua kegiatan yang berhubungan dan sejalan
dengan Pancasila merupakan kinerja yang harus diwujudkan oleh masyarakat yang berada
di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
2. Kepribadian Bangsa
Yang dimaksud dengan kepribadian ialah setiap sifat yang terlihat dalam perilaku
seseorang atau sebuah bangsa yang membuatnya berbeda dari seseorang atau bangsa
lainnya. Setiap orang memiliki orientasi berbeda dalam menghadapi sebuah kondisi
tertentu, sehingga tercipta sebuah pola perilaku yang baku dan konsisten.
Disebuah kehidupan bermasyarakat tercipta dari kelompok mayoritas dan juga
minoritas yang membentuk suatu harmoni kehidupan. Bila ditilik dari sisi sosiologis
antropologis, bangsa merupakan sesuatu yang diikat oleh suatu ikatan, dapat berupa ras,
suku, sejarah, adat budaya dan juga agama atau sebuah keyakinan, bahasa juga daerah.
Dan ikatn tersebut dinamakan ikatan primordial. Kepribadian bangsa merupakan ciri-ciri
perilaku maupun karakteristik yang terlihat dalam kehidupan suatu masyarakat dalam 
sebuah kesatuan nasional.
3. Hakikat Pribadi Indonesia
a. Hakikat Pribadi Kemanusiaan
Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan tanpa sekaligus
meletakkan hubungannya dengan lingkungan. Jadi kepribadian adalah suatu kesatuan
psikofisik termasuk bakat, kecakapan, emosi, keyakinan, kebiasaan, menyatakan dirinya
dengan khas di dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Sedangkan peranan pendidik/tutor dalam pengembangan kepribadian adalah menjadi
jembatan penghubung atau media untuk mengaktualisasikan potensi psikofisik individu
dalam menyelesaikan diri dengan lingkungannya.
Sifat hakekat manusia menjadi kajian antropologi, yang hasilnya sangat diperlukan
dalam upaya menumbuh kembangkan potensi, manusia melalui penyelenggaraan
pendidikan.
b. Hakikat Pribadi Kebangsaan dan Hakikat Kontret Kebangsaan
Ketika pada tahun 1933, KH. M. Hasjim Asy’ari Tebuireng (Jombang)
memerintahkan putra beliau KH. Wahid Hasjim yang baru pulang dari Tanah Suci
Mekkah untuk mempersiapkan Muktamar NU ke-9 di Banjarmasin (Borneo Selatan),
pertanyaan tentang kebangsaan lalu muncul. Dijawab oleh beliau, bahwa kita memerlukan

4
pembahasan terus-menerus antara ajaran agama Islam dan paham
kebangsaan/nasionalisme tersebut. Lalu menjadi jelaslah, bahwa di negeri ini ajaran
agama Islam tidak bisa lepas dari faktor kebangsaan tersebut.
Kalau hal ini dilupakan, maka ‘perjuangan Islam’ di negeri ini hanya akan diikuti
oleh jumlah kecil dari para anak bangsa. Mayoritas anak bangsa itu tidak biasa berjuang
terlepas dari faham kebangsaan/ nasionalisme, karena hal itu memang sudah lama
dilakukan di negeri ini. Wangsa Syailendra dari kaum Buddhis di Pulau Sumatera sudah
merasakan masalah tersebut sejak abad ke-6 Masehi. Penjelajah Buddhis dari daratan
Tiongkok, bernama Fa-Hien pada abad ke-6 Masehi mendapati bahwa dinasti Sriwijaya di
sebelah Selatan Sumatera menyimpan semangat kebangsaan dalam kehidupan mereka.
c. Hakikat Pribadi Perseorangan
Manusia sebagai makhluk sosial Plato mengatakan, mahluk hidup yang disebut
manusia merupakan mahluk sosial dan mahluk yang senang bergaul/berkawan (animal
society : hewan yang bernaluri untuk hidup bersama). Status mahluk sosial selalu melekat
pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan
mengandalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia
memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
Manusia berperan sebagai mahluk individu dan mahluk sosial yang dapat
dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan karena
manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan
masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu
harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan
bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi
sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam
suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi dimaksud, berproses sesuai dengan
perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Sesuai
dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non formal seperti berteman
dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain.

5
MORALITAS PANCASILA SEBAGAI KARAKTER BANGSA
INDONESIA DI ERA GLOBALISASI

1. Pentingnya Karakter Bangsa


Karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup, berinteraksi, dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang
ia buat.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan
akhlak mulia. Sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang
dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Menurut Thomas Lickona (Sutawi, 2010), ada 10 aspek degradasi moral yang
melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh
tanda tersebut adalah meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang
memburuk, pengaruh kelompok yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya
penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk,
menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa
tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, serta adanya
saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Meski dengan intensitas yang berbeda-beda, masing-masing dari kesepuluh tanda
tersebut tampaknya sedang menghinggapi negeri ini. Dari kesepuluh tanda-tanda tersebut,
aspek yang kesembilan yakni membudayanya ketidakjujuran tampaknya menjadi
persoalan serius di negeri ini. Kejujuran seolah-olah telah manjadi barang langka. Atas
dasar itulah maka pendidikan karakter menjadi amat penting. Pendidikan karakter menjadi
tumpuan harapan bagi terselamatkanya bangsa dan negeri ini dari jurang kehancuran yang
lebih dalam.

2. Multikulturalisme Indonesia
a. Prinsip Multikulturalisme Indonesia

6
Prinsip Indonesia sebagai negara “Bhineka Tunggal Ika” mencerminkan bahwa
meskipun Indonesia adalah multikultural, tetapi tetap terintegrasi dalam keikaan atau
kesatuan. Dengan demikian, kemajemukan budaya tidak menjadi sekedar konsep
belaka, tetapi sungguh-sungguh menjadi modal dan aset bangsa sekaligus menjadi
benteng pertahanan gelombang kapitalisme global yang masuk.
b. Pemahaman Pluralitas
Kata “plural” berasal dari Bahasa Inggris yang artinya “jamak”, sedangkan
“pluralitas” berarti “kemajemukan”. Pluralitas masyarakat Indonesia memiliki arti
yang sama dengan kemajemukan masyarakat Indonesia.
Masyarakat Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang religius. Beberapa
agama dan kepercayaan dapat ditemukan di berbagai wilayah Indonesia. Indonesia
juga memiliki banyak suku bangsa, itulah sebabnya Indonesia kaya dengan budaya
atau adat isitiadat. Kondisi geografis dan sosial juga memengaruhi berbagai kegiatan
ekonomi masyarakat, karena itu dapat ditemukan berbagai pekerjaan masyarakat
Indonesia di berbagai tempat. Kekayaan dan keanekaragaman masyarakat baik suku,
agama, ras, pekerjaan dan lain-lain menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia itu
bersifat plural.

3. Identitas Nasional Dan Jati Diri Bangsa


Istilah identitas nasional (national identity) berasal dari kata identitas dan nasional.
Identitas (identity) secara harfiah berarti ciri-ciri, tanda-tanda atau jatidiri yang melekat
pada seseorang atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain (ICCE, 2005:23).
Sedangkan kata nasional (national) merupakan identitas yang melekat pada kelompok
-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik seperti
budaya, agama, bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan
Identitas nasional pada hakikatnya adalah manisfestasi nilai-nilai budaya yang
tumbuh dan berkembang dalam aspek kehidupan satu bangsa (nation) dengan ciri-ciri
khas, dan dengan ciri-ciri yang khas tadi suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam
kehidupannya.
Identitas Nasional bangsa Indonesia merupakan sesuatu yang ditransmisikan dari
masa lalu dan dirasakan sebagai pemilikan bersama, sehingga tampak kelihatan di dalam
keseharian tingkah laku seseorang dalam komunitasnya . Identitas nasional bersifat buatan
dan sekunder. Bersifat buatan oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan
disepakati oleh warga bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat

7
sekunder oleh karena identitas nasional lahir belakangan dibandingkan dengan identitas
kesukubangsaan yang memang telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif.

Unsur-Unsur Identitas Nasional Identitas Nasional Indonesia merujuk pada sualu


bangsa yang majemuk. Ke-majemukan itu merupakan gabungan dari unsur-unsur
pembentuk identitas, yaitu suku bangsa, agama, kebudayaan, dan bahasa.
Dari unsur-unsur identitas Nasional tersebut dapat dirumuskan pembagiannya
menjadi 3 bagian sebagai berikut:

a. Identitas Fundamental, yaitu Pancasila yang merupakan Falsafah Bangsa, Dasar


Negara,dan ldeologi Negara
b. Identitas Instrumental, yang berisi UUD 1945 dan Tata Perundangannya, Bahasa
Indonesia, Lambang Negara, Bendera Negara, Lagu Kebangsaan "Indonesia Raya"
c. Identitas Alamiah yang meliputi Negara Kepulauan (archipelago} dan pluralisme
dalam suku. bahasa, budaya, serta agama dan kepercayaan

4. Etika Pancasila di Era Globalisasi

a. Masa Globalisasi

Globalisasi merupakan perkembangan kontemporer yang memiliki pengaruh


terhadap munculnya berbagai kemungkinan perubahan dunia. Pengaruh globalisasi
dapat menghilangkan berbagai hambatan yang membuat dunia semakin terbuka dan
saling membutuhkan antara satu sama lain. Dapat dikatakan bahwa globalisasi
membawa perspektif baru tentang konsep "Dunia Tanpa Batas" yang saat ini telah
menjadi realita dan berpengaruh secara signifikan terhadap perkembangan budaya
yang akhirnya membawa perubahan baru.
Globalisasi juga sering diartikan sebagai internasionalisasi karena keduanya
memiliki banyak persamaan dari segi karakteristik, sehingga kedua istilah ini sering
dipertukarkan. Beberapa pihak mendefinisikan globalisasi sebagai sesuatu yang
berhubungan dengan berkurangnya kekuatan, peran dan batas-batas suatu negara.
Dalam arti yang luas, globalisasi mengacu kepada seluruh kegiatan masyarakat dunia.
Bahkan,
Masa globalisas didefinisikan sebagai intensifikasi hubungan sosial di seluruh
dunia yang menghubungkan daerah-daerah terpencil dengan berbagai cara, dimana
kejadian-kejadian lokal terbentuk oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di tempat lain
dan sebaliknya.

8
b. Fungsi Etika Pancasila

1. Sebagai pandangan hidup


Pancasila sebagai pandangan hidup berarti nilai-nilai Pancasila sebagai arahan
dalam kehidupan sehari-hari. Semua segmen dan aktivitas masyarakat maupun
penyelenggara Negara harus sesuai dengan nilai-nilai dasar Pancasila. Dengan
demikian ruang lingkup pancasila sebagai pandangan hidup lebih luas dibandingkan
dengan fungsinya sebagai dasar Negara. Namun dari segi sanksi sebagai pandangan
hidup tidak jelas dan tegas, baik bentuk maupun jangka waktunya.
2. Sebagai jati diri bangsa
Makna hidup bagi bangsa Indonesia tersebut ditemukan dari budaya dan
peradaban bangsa Indonesia sendiri, yang merupakan perwujudan nilai-nilai yang
dimiliki, diyakini, dan dihayati kebenarannya oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat
Indonesia menciptakan tata nilai yang mendukung tata kehidupan sosial dan tata
kehidupan kerokhanian bangsa yang member corak, watak, dan ciri masyarakat
Indonesia, yang membedakan dengan bangsa lain. Pancasila secara material berasal
dari nilai-nilai masyarakat tersebut. Sehingga Pancasila dapat dinyatakan sebagai
pembeda, penciri, atau jati diri bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa
lainnya.
3. Sebagai ideologi bangsa
Pengertian “Ideologi” secara umum dapat dikatakan sebagai kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan, yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok
manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan. hal ini menyangkut :
a) Bidang politik (termasuk didalamnya bidang pertahanan dan keamanan)
b) Bidang sosial
c) Bidang kebudayaan
d) Bidang keagamaan

c. Akulturasi Budaya dan Globalisai

Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yaitu perubahan


dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang
bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu

9
dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia
secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa. Kebudayaan setiap bangsa cenderung mengarah
kepada globalisasi dan menjadi peradaban dunia sehingga melibatkan manusia secara
menyeluruh. Misalnya saja khusus dalam bidang hiburan massa atau hiburan yang
bersifat masal, makna globalisasi itu sudah sedemikian terasa. Sekarang ini setiap hari
kita bisa menyimak tayangan film di tv yang bermuara dari negaranegara maju seperti
Amerika Serikat, Jepang, Korea, dll melalui stasiun televisi di tanah air.
Fakta yang demikian memberikan bukti tentang betapa negara-negara penguasa
teknologi mutakhir telah berhasil memegang kendali dalam globalisasi budaya
khususnya di negara ke tiga. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin
canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan
informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan
kesenian tradisional kita. Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin
tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang
sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Kesenian-kesenian yang bersifat
ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya. Sekalipun demikian, bukan berarti
semua kesenian tradisional kita lenyap begitu saja.
Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di
Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada
pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu
bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan
merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya. Contoh
lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa
Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan
contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi
fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga
dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia

10
Daftar Pustaka

Samaludi, M.Maman. 2017. Identitas Nasional dalam Buku Teks Pelajaran Sejarah
SMA Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 26(2): 139-147.KEHIDUPAN SAAT INI. 2017.
HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL. JAKARTA: CARYA
REMADJA.
Guru Ppkn. 2017. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. JAKARTA.
PARADIGMA.
M. ZAINI DA'UN. 2015. KINERJA APARATUR DAN PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN
BANGSA. 02, p. 282-297.
Ida Bagus Brata. Vol 5, No 1 (2016). KEARIFAN BUDAYA LOKAL PEREKAT
IDENTITAS BANGSA. INDEPENDENT AWARENESS. 2010. HAKIKAT
MANUSIADrs.Sumarsono. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Gramedi Pustaka
Utama.
DR.Kaelan,M.S. 2004. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta :Paradigma.
Ismaun. 1981. Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia. Bandung: Carya Remadja.
KH. Abdurrahman Wahid. 2014. Hakikat Semangat Kebangsaan Kita. Jombang Fityanul Arifin.
2013. Peranan Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa Indonesia. Jember
Goble, G Frank. 1991. Mazhab Ketiga Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta :
Kanisius.

Rachman, Maman. 2000. Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi
Generasi Muda Bangsa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun Ke-7.

Beerkens, E., 2006. Globalisation: Definitions and Perspectives, h. 9. Palmer, T.G., 2003.
Globalization, Cosmopolitanism, and Personal Identity.

Rhotenberg, E.L., 2003. Globalization The Three Tension of Globalization.

Scholte, J.A., 2005. Globalization : A Critical Introduction. 2nd Edition. Palgrave Macmillan,
h. 520.

11
Sapardi Djoko Damono, Kebudayaan Massa dalam Kebudayaan Indonesia: Sebuah Catatan
Kecil dalam Ecstasy Gaya Hidup: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas
Indonesia, Mizan 1997

12

Anda mungkin juga menyukai