OLEH:
KELOMPOK 1
Keterangan:
1. BHD
2. Code Red (ewaspadaan Bencana)
3. Komunikasi efektif
4. Clinical phatway
5. Pelatihan standart diagnosa keperawatan
Terdapat lima tenaga medis di Ruang Melati RS Universitas Jember telah
mengikuti dan memiliki sertifikat pelatihan. Pelatihan wajib yang pernah diikutipun
berbagai macam diantaranya adalah pelatihan Code Blue (BHD), Code Red
(Kewaspadaan Bencana), Komunikasi Efektif yang diadakan setiap tahun, pelatihan
standart diagnosa keperawatan, serta Clinial Pathway yang diadakan setiap bulan.
Pelatihan merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mengembangkan
kompetensi perawat dimana pelatihan tersebut berguna untuk meningkatkan
kompetensi dalam segi knowledge dan skill perawat itu sendiri, dan pada dasarnya
seorang perawat yang berada di sebuah instalasi rawat inap masih belum terdapat
standart yang baku terkait pelatihan yang harus pernah diikuti. Berdasarkan
pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak pelatihan yang
diikuti oleh tenaga keperawatan maka semakin baik pula kompetensi yang dapat
dimiliki oleh perawat tersebut, sehingga pelayanan yang diberikan akan lebih
optimal.
RS Universitas Jember juga memberikan kesempatan bagi perawat ruangan
yang berkeinginan untuk melanjutkan jenjang pendidikan (ijin belajar) dengan
melalui prosedur yang sebelumnya telah ditetapkan oleh rumah sakit. Pemberian
beasiswa pada perawat sudah dilakukan bagi perawat yang melanjutkan pendidikan.
Berdasarkan hasil dari kesepakatan Asosiasi Instusi Pendididikan Ners Indonesia
(AIPNI) dengan kementerian RI dalam rapat RTA AIPNI pada 13 Oktober 2016 yaitu
perbandingan perawat profesi dan perawat vokasional dalam satu ruangan yaitu 40%
untuk perawat profesi dan 60% untuk perawat vokasional. Perhitungan tanaga
perawat di Ruang Melati berdasarkan hasil kesepakatan tersebut sebagai berikut:
1. Perawat profesi
Kebutuhan perawat profesi = 40% dari jumlah tenaga Kesehatan
= 40% x 12 = 5 orang
2. Perawat vokasional
Kebutuhan perawat vokasional = 60% dari jumlah tenaga Kesehatan
= 60% x 12 = 7 orang
Berdasarkan hasil pengkajian tenaga keperawatan di Ruang Melati dengan
total tenaga keperawatan berjumlah 12 perawat memiliki pendidikan terakhir S1 Ners
berjumlah 5 orang dan pendidikan terakhir D3 keperawatan berjumlah 7 orang. Hal
tersebut sesuai dengan peraturan AIPNI 2016.
c. Struktur organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
RS UNIVERSITAS JEMBER
Kepala Ruangan
e
A, S.Kep., Ns.
I, Amd., Kep.
Administrasi Pekarya
Pekarya
Struktur organisasi di Ruang Melati dibuat dengan menerapkan metode tim,
dimana di ruang melati terdapat kepala ruang dan dua ketua tim yang dipimpim oleh
perawat profesional. Ketua tim masing-masing memiliki beberapa perawat pelaksana
yang terdiri dari perawat profesional dan perawat vokasional. Perawat di ruang Melati
telah melakukan tugasnya masing-masing. Kepala ruang telah melakukan Sebagian
besar tugasnya dengan baik seperti menyusun visi dan misi ruang melati, menyusun
struktur organisasi, dan menmbuat jadwal dinas bersama ketua tim. Kepala ruang
bertanggung jawab terhadap setiap perencanaan dan pelaksanaan asuhan
keperawatan. Ketua tim juga telah melakukan tugasnya dengan baik seperti membuat
daftar alokasi pasien kepada perawat pelaksana, membuat jadwal dinas bersama
kepala ruang, memimpin pre conference dan post conference, mengatur
pendelegasian dalam timnya, melakukan observasi terhadap pelaksanaan asuhan
keperawatan kepada pasien yang dilakuan oleh perawat pelaksana, serta
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien. Dalam menjalankan tugas asuhan
keperawatan dan dalam pendokumentasian keperawatan ketua tim dibantu oleh
perawat pelaksana.
4 jam X 6 pasien
=
8 jam
= 3 perawat
2) Minimal Care
= Jam perawatan X Rata-rata Pasien
Jam kerja
= 2 jam X 7 Pasien
8 jam
= 2 perawat
3) Total Care
= Jam perawatan X Rata-rata Pasien
Jam kerja
= 6 jam X 2 Pasien
8 jam
= 2 perawat
Jadi, 3 perawat + 2 perawat + 2= 7 perawat
DIDAMPINGI:
1. KELUARGA PASIEN PENDAFTARA
2. 2. PIHAK
BERWENANG
IGD POLI
PENDAFTARA
PERAWATAN PASIEN
Nurse station
Administrasi Gudang
1 1 15 100%
2 2 15 100%
3 3 15 100%
Sumber: Data Primer Ruang Melati RS Universitas Jember 2020
d. Peralatandan Fasilitas
1) Peralatan
Tabel 2.7 Alat-Alat Medis Yang Terdapat Di Ruang Melati 2020
Kondisi
No Nama barang Jumlah
Baik Rusak
1 Tensi dewasa 2 V
2 Stetoskop dewasa 3 V
3 Timbang berat badan 1 V
4 Suction 1 V
5 Ambu bag 1 v
6 Juction rees 1 v
7 Gunting verban 2 v
8 Termometer axial 3 v
9 Standart infuse 15 v
10 Reflek Hammer 0 v
11 Nebulizer 1 v
12 ECG 1 V
13 Lampu tindakan 1 v
14 Oximetri 1 v
15 Lampu baca foto 0 v
16 Troli suntik 0 v
17 Lemari alkes 1 v
28 Flow Meter 0 v
19 Inhalator 0 v
20 Gelas ukur 200cc 0 v
21 Nierbekken 3 v
22 Pispot 1 v
23 Baskom besar 2 v
25 Standar bak mandi 1 v
26 Tourniquet 2 v
27 Sampah medis 3 v
29 Sampah non medis 3 v
30 Oksigen regulator 4 v
31 Safety box 1 v
32 Lemari linen 1 v
36 Tempat cuci tangan 1 v
37 Hand scrub 18 v
2.) Fasilitas untuk Pasien
Tabel 2.8 Fasilitas Pasien di Ruang Melati RS Universitas Jember 2020
No. Nama Barang
1 Bed pasien
2 Standart infuse
3 Lemari dan Meja makan pasien
4 Televisi
5 Jam dinding
6 Kipas angina
7 Rak piring
8 Kursi penunggu
9 Toilet
10 Korden jendela
11 Korden pintu
12 Wastafel
13 Rak sepatu
14 Keranjang obat
15 AC
16 Tempat sampah non medis besar
17 Washlap
18 Sprei
19 Sarung bantal
20 Selimut
21 Kursi roda
22 Brancard
23 Setrail
24 Penanda Resiko jatuh
25 Restrain
Tabel 2.9 Gambaran Kondisi Bed Pasien di Ruang Melati RS Universitas Jember
2020
Nurse
Pengunci
Side Rail Control Foot Board Handrub
No. Roda
Panel
J F T J F T J F T Ada Tidak Ada Tidak
1. 0 0 0 2 2 0 2 2 0 v v
2. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 v v
3. 2 2 0 2 0 2 2 2 0 v v
4. 2 2 0 2 0 2 2 2 0 v v
5. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
6. 0 0 0 2 2 0 2 2 0 V v
7. 2 2 0 2 0 2 2 2 0 V v
8. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
9. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
10. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
11. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
12. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
13. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 V v
14. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 v v
15. 2 2 0 2 2 0 2 2 0 v v
Sumber: Data Primer Ruang Melati 2020
Keterangan
J : Jumlah
F : Fungsi
T : Tidak berfungsi
Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat 2 bed yang memiliki side rail yang tidak berfungsi. Terdapat 3 bed yang
memiliki pengunci roda dengan keadaan tidak berfungsi. Selain itu, semua bed
yang memiliki nurse control panel, foot board dan handrub. Menurut keterangan
dari kepala ruang, pernah dilakukan usaha untuk memperbaiki bed yang kurang
layak pakai dengan mengirimkan satu persatu bed yang rusak ke Instalasi Sarana
Prasarana (IPS) namun belum ada tindak lanjut dari IPS dengan alasan alat untuk
memperbaiki bed tidak ada sehingga bed tersebut terpaksa diambil kembali oleh
ruangan.
3. Metode (M3)
1. Visi dan Misi Rumah Sakit Universitas Jember
a. Visi
Menjadi rumah sakit Pendidikan yang bermutu, mandiri, dan menjadi
pilihan utama masyarakat.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan Rumah sakit yang bermutu, berorientasi
pada kepuasan pelanggan dan menjadi pilihan utama masyarakat
2) Melaksanakan fungi Rumah Sakit Pendidikan yang berbasis pada ilmu
dan tehnologi kedokteran
3) Menjalin Kemitraan untk mencapai kemandirian Rumah Sakit
4) Menjadi Rumah Sakit Pusat rujukan wilayah Jawa Timur bagian
Timur
2. Visi dan Misi Ruang Melati Universitas Jember
a. Visi
Menjadi ruang perawatan yang mampu memberikan asuhan keperawatan
yang holisik, unggul dalam pelayanan dan pendidikan serta menjadi
pilihan utama masyarakat.
b. Misi
1) Menyelenggarakan pelayanan medis dan atau keperawatan yang
bermutu, berorienasi pada kepuasan pelanggan, dengan mengacu pada
standar asuhan keperawatan dank ode Etik keperawatan
2) Menjalankan fungsi sebagai bangsal perawaan, pendidikan dan
pelayanan yang berbasis pada ilmu dan teknologi kedokeran dan
keperawaan.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan hubungan yang
professional guna meningkatkan kesejahteraan
4) Menjadi bangsal perawatan pusat rujukan pelayanan dan pendidikan
keilmuan di wilayah Jawa Timur bagian timur.
Falsafah Keperawatan: ruang Melati tidak memiliki falsafah keperawatan
Motto: Melayani dengan sepenuh hati, Ramah, Ilmiah dan bertanggung
jawab.
Pelayanan keperawatan di rumah sakit dikelola oleh bidang
keperawatan yang mengacu kepada visi, misi dan tujuan dari rumah sakit,
sedangkan pelayanan keperawatan di ruangan dipimpin oleh kepala ruang
dalam pelaksanaanya mengacu pada visi, misi dan tujuan pelayanan
keperawatan.
Hasil penelitian sebelumnya terkait dengan visi misi yang
dilakukan oleh Sukaningtyas (2014) dengan judul “Pengembangan
Kapasitas Manajemen Sekolah dalam Membangun Pemahaman Visi dan
Misi” didapatkan data bahwa setelah dilakukan analisis data dengan
menggunakan Uji keabsahan data dilakukan dengan kredibilitas,
transferabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas didapatkan bahwa
sekolah yang membangun pemahaman visi misi berdasarkan nilai-nilai
luhur pendiri lebih memiliki dasar kuat untuk pengembangan sekolah.
Menurut Fianda 2014 terkait dengan struktur organiasi hasil penelitian
menunjukkan bahwa dimensi struktur organisasi yang terdiri dari variabel
kompleksitas, formalisasi, sentralisasi secara bersama-sama berpengaruh
terhadap efektivitas organisasi. Selanjutnya hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa secara parsial dimensi struktur organisasi yang terdiri
dari variabel kompleksitas, formalisasi, sentralisasiberpengaruh signifikan
terhadap efektivitas organisasi.Dengan adanya visi dan misi ruangan akan
membantu tercapainya tujuan dalam pelayanan kesehatan. Sehingga
penting bagi ruangan untuk memiliki suatu visi dan misi.
4. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) merupakan teknik atau cara untuk
menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan
keadaan pasien. Timbang terima pasien harus dilakukan seefektif mungkin
dengan menjelaskan secara singkat jelas dan komplit tentang tindakan mandiri
perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan/belum dan perkembangan
pasien saat itu (Nursalam, 2014). Berdasarkan hasil pengkajian dan observasi
di ruang Melatirumah sakit Universitas Jembertelah melakukan proses
timbang terima disetiap pergantian shift. Timbang terima yang disampaikan
menggunkan sudah menggunakan metode SBAR, hanya poin-poin penting
tentang pasien yaitu dengan menyebutkan nomer bed, nama pasien, diagnosa
medis, keluhan utama pasien, terapi obat yang diberikan, terapi rencana yang
akan dilakukan (jika ada), hasil pemeriksaan diagnostik ataupun lainnya (jika
ada), dan tanda tanda vital apabila dalam rentang tidak normal.
Terkait dengan waktu operan tepat waktu, tidak ada perawat yang
datang terlambat.Timbang terima dilakukan di ruang perawat. Hal ini
bertujuan untuk menjaga privasi pasien, yang dikhawatirkan apa yang
disampaikan pada timbang terima didengar oleh pasien ataupun keluarga yang
lain. Setelah timbang terima dilaksanakan, perawat yang sedang bertugas
memvalidasi secara langsung ke semua pasien namun terkadang masih tidak
dilakukan.Berdasarkan SOP timbang terima terdapat tiga tahap, yaitu
persiapan, pelaksanaan, dan post timbang terima (Nursalam, 2015).
Berdasarkan hasil pengamatan diruang Melatirumah sakit Universitas
Jembersaat setelah timbang terima perawat pergantian shift tidak setiapsaat
memvalidasi ke bed pasien secara langsung. Presentasi pelaksanaan timbang
terima di Ruang Melatirumah sakit Universitas Jemberadalah sebagai berikut:
Tabel 2.11 Standar Operasional Timbang Terima
B. Post Conference
a. Definisi
Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Conferensi merupakan
pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan
sebelum atau setelah melakukan operan dinas, pagi, sore atau malam
sesuai dengan jadwal dinas perawatan pelaksanaan. konference
sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar.
b. Tujuan Post Conference
Tujuan post conference adalah untuk memberikan kesempatan
mendiskusikan penyelesaian masalah dan membandingkan masalah
yang dijumpai.
c. Syarat Post Conference
1) Post conference dilakukan sesudah pemberian asuhan keperawatan
2) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit
3) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang keadaan
pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-data yang perlu
ditambahkan
4) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan, ketua tim
dan anggota tim
d. Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :
1) Utamanya tentang klien (biodata, status sosial, ekonomi,
budaya)
2) Keluhan klien
3) TTV dan kesadaran
4) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.
5) Masalah keperawatan
6) Rencana keperawatan hari ini.
7) Perubahan keadaan terapi medis.
8) Rencana medis selanjutnya (tindak lanjut)
e. Perawat pelaksana mendikusikan dan mengarahkan perawat
tentang masalah yang terkait dengan perawatan klien yang
meliputi :
1) Klien yang terkait dengan pelayanan seperti : keterlambatan,
kesalahan pemberian makan, kebisingan pengunjung lain,
kehadiran dokter yang dikonsulkan.
2) Ketepatan pemberian infuse.
3) Ketepatan pemantauan asupan dan pengeluaran cairan.
4) Ketepatan pemberian obat / injeksi.
5) Ketepatan pelaksanaan tindakan lain,
6) Ketepatan dokumentasi.
f. Menggiatkan kembali standar prosedur yang ditetapkan.
g. Menggiatkan kembali tentang kedisiplinan, ketelitian, kejujuran
dan kemajuan masing–masing perawatan asosiet.
h. Membantu perawat menyelesaikan masalah yang tidak dapat
diselesaikan.
Tahap – tahap inilah yang akan dilakukan oleh perawat – perawat
ruangan ketika melakukan post conference
Berdasarkan observasi yang dilakukan bahwa pre conference dan post
conferencedi Ruang Melatidiikuti oleh kepala ruang, katim, dan anggota tim yang
dilakukan setelah timbang terima. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala
Ruang Melati pelaksanaan pre dan post conference dilakukan dengan perawat
pelaksana menyapaikan keadaan pasien, perencanaan tindakan keperawatan,
perencanaan medis selanjutnya, serta menyapaikan pesan yang ingin disampaikan.
Namun di ruang melati masih sedikit SOP keperawatan yang sesuai dan masih up
to date untuk digunakan.
a. Supervisi Keperawatan
Supervisi menurut Nursalam (2014) dilakukan oleh kepala ruang terhadap
kinerja dan tim (ketua dan anggota) dan atau Perawat Primer dalam melaksanakan
asuhan keperawatan yang dilihat berdasarkan aspek tanggung jawab, kemampuan,
dan kepatuhan dalam menjalani delegasi. Proses dalam supervisi dilakukan
dengan beberapa bagian seperti melakukan penilaian (fair), feedback dan
melakukan klarifikasi serta melakukan reinforcement dan follow up perbaikan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruangan Melati di RS Universitas
Jember supervisi keperawatan dilakukan tetapi belum dilaksanakan secara
terjadwal. Menurut Kepala Ruang Melati, yang dilakuan saat supervisi yaitu
menilai ketepatan pelaksanaan SPO suatu tindakan yang akan dilaksanakan oleh
perawat pelaksana. Namun berdasarkan pengamatan belum adanya
pendokumentasian hasil supervisi yang tersetruktur. Setiap pagi ketika melakukan
timbang terima dari shift malam ke pagi,kepala ruangan mendiskusikan terkait
dengan permasalahan yang ditemukan setiap hari untuk mengontrol dan
mengevaluasi berjalannya pelayanan keperawatan di ruang Melati. Apabila
terdapat kesalahan yang dilakukan perawat, kepala ruang langsung menegur
perawat di ruang perawat, dan apabila permasalahannya banyak, maka kepala
ruang akan mendiskusikan dengan semua anggota perawat. Saat ini Supervisi
ruang Melati yang biasa dilakukan setiap bulan sekarang menjadi tidak rutin lagi.
b. Diskusi Refleksi Kasus
Diskusi refleksi kasus (DRK) adalah suatu metode pembelajaran dalam
merefleksikan pengalaman tenaga keperawatan yang aktual dan menarik dalam
memberikan dan mengelola asuhan keperawatan di lapangan melalui suatu diskusi
kelompok yang mengacu pada pemahaman standar yang ditetapkan (Supinganto,
Mulianingsih, & Suharmanto, 2015). DRK bertujuan untuk mengembangkan
profesionalisme perawat, meningkatkan aktualisasi diri membangkitkan motivasi
belajar, wahana untuk menyelesaikan masalah dengan mengacu pada standar
keperawatan yang ditetapkan, dan belajar menghargai kolega untuk lebih
bersabar, banyak mendengarkan, tidak menyalahkan serta tidak memojokkan dan
meningkatkan kerja sama. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang
Melati Rumah Sakit Universitas Jember menyatakan bahwa diskusi refleksi kasus
belum dilakukan diruangan.
c. Discharge Planning
Discharge planning merupakan komponen sistem perawatan
berkelanjutan, pelayanan yang diperlukan klien secara berkelanjutan dan bantuan
untuk perawatan berlanjut pada klien dan membantu keluarga menemukan jalan
pemecahan masalah dengan baik, pada saat yang tepat dan sumber yang tepat
(Nursalam, 2014).Berdasarkan hasil wawancarayang dilakukan kepada Kepala
Ruangan di Ruang Melati bahwa discharge planning hanya dilakukan saat pasien
akan pulang untuk memberikan atau mengingatkan terkait dengan minum obat
dan control rutin ke poli di rumah sakit.
d. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat dapat meminimalkan risiko duplikasi obat,
menghindari penggunaan pasien dapat dikontrol oleh perawat (Nursalam,
2014). Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang
akan diberikan kepada pasien diserahkan sepenuhnya kepada perawat,
pengeluaran dan pembagian obat sepenuhnya dilakukan oleh perawat
(Nursalam, 2008).Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Ruang
Melati bahwa peresepanobat, spuit dan cairan infuse diperoleh dari apotek
yang sebelumya diresepkan oleh dokter. Setelah itu, perawat yang
mengirimkan resep ke apotek. Setelah obat masuk ke ruangan akan didata
terlebih dahulu di lembar observasi obat dan cairan. Obat dan cairan infus
yang diberikan dari apotek ke ruangan telah diberikan label nama pasien,
nomor registrasi dan ruangan. Obat yang telah diberikan diletakkan di
kotak dengan nomer kamar yang terletak di ruang sentralisasi obat tanpa
ada label nama pasien, nomer register, maupun nama obat.Satu kotak
pasien berisi obat oral maupun obat intravena.Di Ruang Melati terdapat
obat cadangan dan obat khusus emergency. Apabila obat ada yang tersisa
akan direturn ke apotik rawat inap. Dalam mensentralisasi obat,di ruang
melati tidak pernah ada kesalahan dalam pemberian obat kepada pasien.
Perawat selalu menerapkan prinsip 6 benar pemberian obat yaitu benar
pasien, benar obat, benar dosis, benar cara atau rute, dan benar
dokumentasi.Etiket dan label obat ataupun cairan saat pemberian tidak
tertera secara lengkap. Perawat hanya menyertakan nomer kamar dan nama
pasien saat akan memberikan obat.
e. Dokumentasi Keperawatan
Pendokumentasian merupakan bukti legal pelaksanaan pelayanan di rumah
sakit.Kualitas pelayanan di suatu rumah sakit salah satunya dapat dilihat dari
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan (Wang, Hailey, & Yu,
2011).Siswato, Hariyati & Sukihananto (2013) menjelaskan bahwa beban kerja
perawat dan pelatihan berhubungan dengan kelengkapan pendokumentasian
asuhan keperawatan.Dokumentasi keperawatan dituliskan didalam format catatan
perkembangan pasien terintegrasi.
Menurut Nursalam (2008) bahwa model ini memusatkan data tentang
klien yang didokumentasikan dan disusun menurut masalah klien. Sistem
dokumentasi jenis ini mengintegrasikan semua data mengenai masalah yang
dikumpulkan oleh dokter, perawat, atau profesi kesehatan lain yang terlibat dalam
pemberian layanan kepada klien. Pendokumentasian jenis ini menggunakan
format subjektif, objektif, analisis, planning (SOAP) sebagai bentuk
evaluasi.Pendokumentasian implementasi dan evaluasi dalam satu format catatan
perkembangan pasien terintegrasi yang dievaluasi dengan menggunakan SOAP
namun untuk SOAP terkadang masih tertulis lanjutkan intervensi tanpa tertulis
dengan jelas intervensi apa yang harus dilanjutkan. Pendokumentasian dilakukan
setiap pergantian dinas dan dilaporkan ketika timbang terima namun tidak
membaca status pasien melainkan membaca buku timbang terima perawat.
Rincian urutan format pendokumentasian dari awal pasien MRS sebagai berikut :
Tabel 2.9 Urutan Form Rekam Medis Pasien di Rumah Sakit Universitas Jember
Form Tentang Diisi Tidak Diisi
1 Serah terima pra operasi √
2 Persetujuan tindakan kedokteran √
3 Persetujuan tindakan anastesi lokal √
4 Assesmen Awal Medis Prabedah √
5 Formulis monitoring infeksi daerah operasi √
6 Hak dan kewajiban pasien √
7 Formulir transfer pasien intra RS √
8 General Consent √
9 Formulir Timbang Terima √
10 Pengkajian awal medis rawat inap √
11 Rencana asuhan gizi √
12 Catatan perkembangan pasien √
13 Pengkajian awal keperawatan rawat inap √
14 Form asuhan keperawatan √
15 Implementasi keperawatan √
16 Form rekonsiliasi obat dan daftar obat yang
√
dibawa dari ruma
17 National early warning score √
18 Lembar penempelan hasil pemeriksaan penunjang √
19 Lembar konsul √
20 Formulir edukasi pasien dan keluarga
√
terintegrasi
21 Ringkasan pasien pulang √
22 Formulir Monitoring kateter intravena pasien
23 Assesmen nyeri √
Sumber: Rekam Medik Rumah Sakit Universitas Jember
4. Money (M4)
a. Sistem yang digunakan dalam Hal Keuangan Ruangan
1) Sistem yang digunakan dalam sumber keuangan ruangan
Sistem keuangan di Ruang Melati (Penyakit Dalam) di Rumah Sakit
Universitas Jember menggunakan sistem keuangan yang terpusat pada sistem
keuangan dirumah sakit. Pada ruang melati sendiri tidak terdapat pengelolaan
secara mandiri pada ruang melati tersebut. Ruang Melati Rumah Sakit Universitas
Jember memiliki petugas Administrasi yang bertugas merinci dan melakukan
checklist terkait tindakan medis atau asuhan keperawatan yang telah diberikan.
Untuk sistem pengisian atau checklist tersebut dilakukan secara online yang
terintegrasi dengan database pusat di Rumah Sakit yang memungkinkan agar
bidang keuangan pusat mengetahui langsung terkait hal itu. Mekanisme sistem
keuangan yang ada di ruang melati jika ada pasien pulang (KRS) terlebih dahulu
dilakukan proses return obat yang sisa ke apotik rumah sakit serta pasien akan
mendapat print out obat-obatan yang sudah digunakan, kemudian administrasi
melakukan perincian pengeluaran dan mengarahkan keluarga pasien ke loket
pembayaran.
Mekanisme pengajuan pengadaan barang pada Ruang Melati kurang
maksimal, dikarenakan birokrasi yang dinilai cukup menyusahkan. Apabila pihak
ruangan ingin mengajukan pengadaan barang atau alat maka petugas administrasi
harus terlebih dahulu ke bagian pengadaan barang. Kemudian melengkapi form
permintaan barang yang berisi nama barang, jenis, kegunaan, jumlah, alasan,
kondisi barang yang terdahulu, dan lain-lain. Setelah itu pihak pengadaan barang
akan melakukan verifikasi berkas terlebih dahulu selanjutnya jika permintaan
telah disetujui maka pihak pengadaan barang akan mengajukan berkas ke pusat
untuk pencairan dana, kemudian pusat akan memprioritaskan pengadaan barang
terlebih dahulu dari setiap ruangan dan melakukan pencairan dana yang akan
dikirim ke pihak pengadaan barang selanjutnya setelah pihak pengadaan barang
memperoleh dana maka akan menyediakan barang yang dibutuhkan kemudian
mengirim barang tersebut ke ruang Melati.
Pendidikan dan Pelatihan yang didapatkan oleh karyawan Rumah Sakit
masih sangat jarang. Terkadang karyawan atau tenaga kesehatan yang ingin
mengikuti pelarihan atau seminar menggunakan dana mandiri. Hal ini
menyebabkan masih banyak SOP yang digunakan sudah tidak up to date,
mekanisme dokumentasi masih manual dan masih belum diterapkannya dengan
sempurna patient safety pada Rumah Sakit, khususnya di Ruang Melati.
Sumber keuangan rumah sakit Universitas Jember didapatkan dari pihak
pusat Universitas Jember. Rumah sakit ini juga bekerja sama dengan pihak lain
yaitu BPJS, SPM, dan Dinas Sosial. Apabila pasien merupakan mahasiswa
Universitas Jember dan tercantum dalam beberapa pihak terkait diatas maka
pasien tidak perlu melakukan pembayaran langsung. Kerja sama rumah sakit
dengan BPJS perlu mendapat perhatian sebagai bentuk kewaspadaan mengingat
adanya tunggakan dana yang seharusnya diberikan oleh pihak BPJS setiap
bulannya. Hal ini dapat mengancam kelangsungan rumah sakit dalam memberikan
perawatan pada pada pasien BPJS.
Threath
a. Rumah Sakit Universitas 1,00 3 3,00
Jember berdekatan dengan
rumah sakit lain yang
memiliki akreditasi lebih
baik