Pengertian produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
masukan untuk menghasilkan output. Hubungan teknis antara input dan output
tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau grafik merupakan fungsi produksi
(Salvatore, 1994).
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan
dalam proses produksi (𝑋1, 𝑋2, 𝑋3, … 𝑋n) secara matematis dapat ditulis sebagai
Di mana:
Q = output
X = input (X1, X2, X3, …, Xn)
input dengan output, dan juga dapat diketahui hubungan antar input itu sendiri.
Apabila input yang digunakan dalam proses produksi hanya terdiri atas modal (K)
dan tenaga kerja (L) maka fungsi produksi yang dimaksud dapat diformulasikan
𝑄 = 𝑓 (𝐾, 𝐿)
Di mana:
Q = output
K = input modal
L = input tenaga kerja
9
10
diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif dari modal dan tenaga kerja
(Nicholson, 1995).
yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan
yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara faktor-faktor yang digunakan
dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa mempehatikan
Di mana:
Y = tingkat produksi atau output yang dihasilkan
X1, X2, X3,…, Xn = berbagai faktor produksi atau input yang digunakan.
Fungsi ini masih bersifat umum, hanya bisa menjelaskan bahwa produk
dan faktor produksi tersebut (Heady & Dillon, 1972). Untuk dapat memberikan
1. 𝑌 = a + b𝑋 (fungsi linear)
PM dapat ditulis dengan ∆Y/∆X. Apabila nilai PM konstan maka dapat diartikan
secara tidak proposional maka peristiwa ini disebut produktivitas yang meningkat
Gambar 2.1
Tahapan dari Suatu Proses Produksi.
Produk Rata-rata (PR), dan Total Produk (PT), maka dapat diketahui elastisitas
produksi usaha dalam keadaan elastisitas produksi yang rendah atau tinggi.
12
positif. Bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol. Bila PT sudah
mulai menurun, maka nilai PM menjadi negatif dan bila PT naik pada tahapan
PR yaitu:
PR = Y/X
Di mana :
PR = Produk Rata-rata
Y = Output
X = Faktor Produksi
Dengan demikian hubungan PM dan PR yaitu bila PM lebih besar dari pada
PR, maka posisi PR masih dalam keadaan meningkat. Bila PM lebih kecil dari PR,
maka posisi PR dalam keadaan turun. Bila terjadi PM sama dengan PR, maka PR
3. Ep > 1 bila PT naik pada tahapan increasing rate dan PR naik di daerah I,
ditambah.
Peristiwa ini terjadi di daerah II, di mana pada sejumlah faktor produksi
Efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu sistem
atau proses untuk setiap unit masukan (Downey & Erickson, 1992). Efisiensi
produksi dapat diartikan sebagai upaya penggunaan input atau faktor produksi yang
jika nilai produk marginal (PM) untuk suatu input sama dengan harga input (P)
𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑥
𝑁𝑃𝑀𝑥
, 𝑎𝑡𝑎𝑢 =1
𝑃𝑥
Di mana:
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian
NPMx = Nilai Produk Marginal
Dalam kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px, yang sering terjadi
adalah NPMx / Px > 1, artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai
efisien, input X perlu ditambah. NPMx / Px < 1, artinya penggunaan input X tidak
(Soekartawi, 1990).
𝑌
PRx =
𝑋
𝑃𝑀𝑥 = 𝛽. 𝑃𝑅𝑥
𝑁𝑃𝑀𝑥 = 𝑃𝑀. 𝑃𝑦
𝑁𝑃𝑀𝑥1 𝑁𝑃𝑀𝑥2 𝑁𝑃𝑀𝑥𝑛
= = =1
𝑃𝑥1 𝑃𝑥2 𝑃𝑥𝑛
Di mana:
Y = Jumlah produksi komoditas pertanian
X = Jumlah faktor produksi komoditas pertanian
PR = Produk rata-rata
PM = Produk marginal
Px = Harga faktor produksi komoditas pertanian
Py = Harga komoditas pertanian
β = Elastisitas produksi komoditas pertanian
diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi (input). Terkait dengan penelitian ini
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini produksi dikatakan
maksimum.
dengan satu (Epp & Malone, 1981). Oleh karena itu dalam penelitian ini
3. Efisiensi Ekonomis (EE) adalah hasil kali antara seluruh efiensi, baik
(Epp & Malone, 1981), sehingga dalam penelitian ini bilamana dapat
15
diperlukan hubungan antara faktor produksi atau input dan komoditas atau output.
persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel independent (X) dan
bentuk double logaritme natural (ln), sehingga merupakan bentuk linear berganda
𝐿𝑛 𝑌 = 𝐿𝑛 𝛽0 + 𝛽1 𝐿𝑛 𝑋1 + 𝛽2 𝐿𝑛 𝑋2 + 𝛽3 𝐿𝑛 𝑋3 + ⋯ + 𝛽 n 𝐿𝑛 𝑋n + 𝑒
Di mana:
Y = Produksi
Xi = Faktor Produksi (X1, X2, X3, …, Xn)
dapat berupa faktor produksi pertanian seperti lahan, tenaga kerja, bibit, pupuk dan
sebagainya.
16
𝐵12.3 𝐵13.2
𝑌𝑖 = 𝐵 1.23 𝑋 2i 𝑋3i
Setelah diambil log-nya dengan bilangan pokok
Di mana:
Y = output
X3 = modal
X2 = tenaga kerja dalam satuan
B0 = 1n B1.23
dan B13.2 mengukur elastisitas output terhadap tenaga kerja dan modal. Jumlah B12.3
+ B13.2 memberikan informasi mengenai return to scale yaitu besarnya reaksi output
terhadap perubahan input secara proporsional. Jika B12.3 + B13.2 = 1 berarti return to
scale berada pada keadaan konstan, artinya jika input menjadi dua kali, maka secara
proporsional output juga menjadi tetap dua kali. Jika B12.3 + B13.2 < 1 (kurang dari
1) berarti terjadi penurunan return to scale, artinya jika input menjadi dua kali,
maka secara proporsional output akan menjadi kurang dari dua kali. Jika B12.3 +
B13.2 >1 (lebih besar dari 1) berarti akan terjadi kenaikan return to scale, artinya jika
input menjadi dua kali, maka secara proporsional output menjadi lebih dari
dua kali.
1. Tidak ada pengamatan variabel penjelas (X) yang bernilai nol, sebab logaritma
setiap pengamatan. Dalam arti bahwa kalau fungsi ini dipakai sebagai model
dalam suatu pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih
dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan
4. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklim adalah sudah tercakup
Faktor produksi disebut dengan input. Input merupakan hal yang mutlak,
tenaga kerja, tanaman, pupuk, pestisida, tanaman pelindung, dan umur tanaman.
produksi yaitu:
1. Lahan pertanian
misalnya sawah, legal, dan pekarangan. Sedangkan, tanah pertanian adalah tanah
18
yang belum tentu diusahakan dengan usaha pertanian. Ukuran luas lahan secara
tradisional perlu dipahami agar dapat ditransfomasi ke ukuran luas lahan yang
dinyatakan dengan hektar. Di samping ukuran luas lahan, maka ukuran nilai tanah
juga diperhatikan.
2. Tenaga kerja
proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya
tenaga kerja saja tetapi kualitas dan macam tenaga kerja perlu juga diperhatikan.
Jumlah tenaga kerja ini masih banyak dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas
tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga kerja. Bila kualitas tenaga kerja
ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan dalam proses produksi.
3. Modal
Dalam proses produksi pertanian, modal dibedakan menjadi 2 macam, yaitu (1)
modal tidak bergerak (biasanya disebut modal tetap). Faktor produksi seperti tanah,
bangunan dan mesin-mesin sering dimasukkan dalam kategori modal tetap. (2)
Sebaliknya modal tidak tetap atau modal variabel, adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses produk dan habis dalam satu kali dalam proses produksi, misalnya
biaya produksi untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan atau yang dibayarkan
4. Manajemen
Dalam usaha tani modern, peranan manajemen sangat penting dan strategis,
5. Produk
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Dalam bidang
mencerminkan nilai sebenarnya, maka sering nilai produksi diukur menurut harga
bayangannya/shadow price.
diselesaikan dalam 80 s.d. 150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap
pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi
berketinggian antara satu sampai tiga meter, ada varietas yang dapat mencapai
tinggi enam meter. Tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Graminae
Famili : Graminaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
20
kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan
amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan
amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi
lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui
dan sukrosa. Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan
karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih
Jika ditinjau dari bagaimana suatu kultivar (varietas) jagung di buat maka
4. Hibrida, merupakan keturunan langsung (F1) dari persilangan dua, tiga, atau
12 s.d. 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang lebih
sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai banyak
daun. Panjang daun berkisar antara 30 s.d. 150 cm dan lebar daun dapat mencapai
21
Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah ( Berger, 1962 ).
tanaman. Tinggi tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang
Biji jagung merupakan jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan
berat rata-rata 250 s.d. 300 mg. Biji jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar
yang merupakan hasil pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung
diklasifikasikan sebagai kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur
embrio yang sempurna. Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru
yang telah dilakukan para peneliti perlu dilakukan. Pengkajian atas hasil-hasil
terdahulu akan sangat membantu dalam menelaah masalah yang dibahas dengan
dalam budidaya jagung di District Winnipeg USA yang dilakukan oleh Yeh (1961).
time series dan cros section dengan variabel independen berupa : benih, pupuk,
pestisida, tenaga kerja dan luas lahan. Sedangkan, variabel dependennya adalah
produksi padi. Model yang digunakan adalah fungsi produksi Frontier. Dengan
seperti yang ditunjukkan oleh nilai R/C Ratio > 1, Efisiensi teknis (ET) pada lahan
sawah tadah hujan lebih efisien dibanding dengan lahan jenis pengairan teknis.
Efisiensi harga pada lahan pengairan teknis lebih efisien bila dibanding lahan
tadah hujan.
Penelitian yang dilakukan oleh Sisno (2001) dengan judul “Efisiensi Relatif
Usaha Tani Tembakau Berdasarkan Luas Lahan Garapan (Studi Kasus di Desa
Data yang dipergunakan adalah data time series dan cros sections dengan variabel
independent berupa bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja, sedangkan variabel
adalah fungsi produksi Cobb-Douglas dengan hasil produksi tembakau rata-rata per
hektar petani kecil lebih besar dibandingkan dengan petani besar. Hasil estimasi
fungsi produksi sebagai fungsi keuntungan dibanding dengan petani besar. Petani
kecil maupun petani besar pada usahatani tembakau berada pada skala hasil yang
semakin menurun.
sawah menggunakan metode regresi linier berganda dengan model fungsi produksi
23
usahatani padi sawah. Variabel yang dipergunakan dalam penelitiannya yaitu enam
variabel bebas yang meliputi bibit (X1), pupuk Urea (X2), pupuk NPK (X3), pupuk
organik (X4), pestisida (X5), tenaga kerja (X6), dan variabel terikat (Y) yaitu jumlah
produksi padi. Hasil analisis efisiensi teknis menunjukkan tidak adanya variabel
bebas yang berada pada daerah elastisitas produksi I, variabel bebas X2, X3, dan X4
berada pada daerah elastisitas produksi II, sedangkan variabel bebas X1, X5, dan X6
berada pada daerah elastisitas produksi III. Hasil analisis efisiensi harga
keuntungan yang diperoleh tidak maksimal. Ditinjau dari efisiensi ekonomi, seluruh
yaitu tidak menggunakan data time series dan cros sections dan berbeda lokasi
varietas bibit, tersedianya pupuk, tenaga kerja serta teknologi yang digunakan. Oleh
24
karena itu dapat upaya peningkatan pendapatan petani itu harus memperhitungkan
beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja (Mubyarto,
1994). Berdasarkan landasan teori yang telah dibahas dan hasil penelitian terdahulu,
ada beberapa variabel yang dimasukkan dalam model ini yaitu tenaga kerja, bibit,
seperti tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida, penelitian ini
natural. Dalam proses analisis ditetapkan beberapa kriteria yaitu kriteria ekonomi,
nilai root mean square erorr (RMSE) dengan mean absolute error (MAE) untuk
menentukan metode peramalan yang lebih tepat digunakan, dan aplikasi model
untuk mengetahui apakah model sudah bagus dalam penelitian ini, sehingga dari
jagung.. Setelah itu dilakukan analisis efisiensi yang meliputi: efisiensi teknis,
harga, dan ekonomis sehingga akan diketahui apakah faktor produksi efisien atau
tidak. Mengacu pada teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat disusun suatu
model dalam penelitian ini, untuk lebih jelasnya kerangka pemikiran penelitian ini
seperti Gambar 3.
25
Pembangunan Pertanian di
Kabupaten Gianyar
Analisis Efisiensi :
𝑁𝑃𝑀𝑥
𝑃𝑥
Simpulan
Rekomendasi
Gambar 2.2
Skema kerangka pemikiran
26
2.6 Hipotesis
penelitian terdahulu serta kerangka pemikiran, maka dalam penelitian ini dapat
1. Tenaga kerja, bibit, pupuk Urea, pupuk NPK, dan pestisida berpengaruh
ditingkatkan efisiensinya.