Anda di halaman 1dari 12

OBAT ANTIPERDARAHAN

OBAT YANG MEMPENGARUHI HEMOSTATIS

Hemostatis merupakan proses fisiologi untuk mencegah perdarahan dan menjaga aliran
darah regular. Proses ini berkaitan dengan penghentian perdarahan vasokonstriksi dan koagulasi.
Proses ini melibatkan tiga unsur penting yaitu pembuluh darah, pratelet, dan protein plasma.
Proses hemostatis, ssegera setelah ada luka maka terjadi fase vasokontriksi untuk mencegah
perdarahan , dan platelet bergerak menuju sisi luka untuk melepaskan mediator granul untuk
keperluan agregasi platelet, untuk merangsang jalur koagulasi.

Selanjutnya, terjadi pembentukan enzim treombin (dari prothrombin), memperantarai


perubahan fibrinogen menjadi fibrin, yang kemudian menjadi fibrin yang stabil berupa klot yang
dinamakan thrombus. Proses koagulasi darah secara normal dikontrol oleh system fibrinilisis,
yang berfungsi mencegah pembewntukan klot dalam proses koagulasi, melarutkan klot dan
mengembalikan aliran darah normal dalam pembuluh darah. Proses ini melibatkan plasminogrn
menjadi plasmin senyawa yang berfungsi mendegradasi klot fibrin.

Ringkasnya proses hemostatis dibagi menjadi tiga fase 1) fase vaskuler (kerusakan
jaringan, 2) fase platelet (agregrasi platelet) dan 3) fase koagulasi (aktivasi factor instrisik dan
ekstrinsik jalur koagulasi), yang kemudian menghasilkan proses thrombosis. Pada pembentukan
klot fibrin melibatkan dua jalur , yaitu jalur intrinsik (melibatkan komponen yang terdapat pada
darah) dan ekstrinsik (sebagian besar kompenennya dari luar darah) keduanya menghasilkan
factor X, yang mengubah protombin mwenjadi thrombin . proses koagulasi diatas dikontrol oleh
inhibitor enzim , antithrombin III dan system fibrinilisis untuk mencegah terbentuk klot darah
proses hemostatis selengkapnya bisa dilihat dari gambar 8.

Gangguan pada keseimbangan tersebut bisa menyebabkan dua kemungkinan 1)


perdarahan, atau 2) thrombosis (pembentukan thrombus) . pembentuksn thrombus dihasilkan
oleh beberapa hal antara lain kerusakan lapisan endothelium , penurunan aliran darah yang
tinggi, factor genetic yang menyebabkan hiperkoagulasi. Pembentukan penyakit atherosklreosis,
yang terjadi pada pembuluh darah arteri yang dapat mengganggu aliran darah sehingga
mengakibatkan iskemia atau infark. Sedangkan adanya thrombus pada vena bila berubah menjadi
embolus maka mudah terbawa oleh aliran darah, bila menuju ke pembukuh darah kecil akan
terjadi penyumbatan atau dapat menetap dibeberapa organ sehingga mengganggu fungsi organ
tersebut.

1. Obat anti agrerasi platelet


Platelet berfungsi menjaga integritas sirkulasi sistemik. Pada kondisi sehat, endothelium
pembuluh darah mencegah terjadinya adhesi platelet. Proses adhesi platelet, atau pergerakan
platelet menuju daerah luka/ penyakit, apabila menjadi aktif, mengakibatkan pembentukan
dan pelepasan tromboksan A2 (TXA2) dari asam arakidonat yang terdapat pada fasfolipida
membrane platelet. TXA2 merupakan senyawa pengagregrat poten dan vasokonstiktor.
Aktivasi platelet juga menyebabkan pelepasan ADP (adenosine difosfat) dari granul
penyimpanan platelet. TXA2 dan ADP beraksi pada reseptor spesifik pada permukaan
platelet. TXA2 dan ADP beraksi pada reseptor spesifik pada permukaan platelet, sehingga
mengakibatkan reseptor glikoprotein (GP) IIb/ IIIa berikatan dengan fibrinogen dan protein
adesif vWF (von Willebrand factor). Akibatnya, fibrinogen yang telah terikat pada platelet
tersebut, berikatan dengan kompleks fibrinogen-platelet lainnya sehingga terjadi proses
agregrasi platelet. Sedangkan vWF berperan dalam adesi platelet ke jaringan lainnya.
Pembentukan thrombus terjadi pada permukaan platelet teraktivasi tersebut.
Aktivasi platelet dihambat oleh kenaikan cAMP platelet. Prostasiklin (PGI 2) yang
dilepaskan sel dinding pembuluh darah, dan NO dari sel endothelial meningkatkan
konsentrasi cAMP, sehingga mempunyai efek menghambat proses agrerasi platelet. Aksi
protasiklin melibatkan reseptor prostasiklin, suatu reseptor yang terhubung protein Gs pada
platelet, memberikan signaling pada adelinat siklase untuk memproduksi cAMP dalam
sitosol. cAMP berperan dalam menghambat aktivasi platelet dan aksi TXA2. Di lain pihak,
prostasiklin tersebut juga mengaktivasi reseptornya pada endothelium, untuk meningkatkan
cAMP sitosol, yang berperan untuk mengaktivasi protein kinase A (PKA). PKA
memfoforilasi proses selanjutnya, dan menghambat myosin light;chain kinase yang
menyebabkan relaksasi pembuluh darah dan vasolidatasi. Dalam hal ini, prostasiklin dan
TXA2 merupakan antagonism fisiologi/ fungsional.
Obat penghambat agregrasi platelet (anti agregrasi platelet) menurunkan pembentukan
senyawa kimiawi yang merangsang pembentukan platelet. Obat yang menghabat agrregrasi
platelet dimakan secara klinik untuk terapi propilaksis terhadap thrombosis arter, dan selama
terapi serangan jantung atau infark diklasifikasikan sebagai berikut:
a. TXA2 inhibitors. Obat ini mempunyai tiga sasaran yaitu proses sintesis, pembentukan
dan reseptor. TXA2-synthesis inhibitors meningkatakan sintesis PGI2 sebagai
komposisi terhambatnya TXA2. Kenyataan, obat ini hanya mempunyai potensi
penghambatan yang lemah. Hal ini kemungkinan karna produk endoproksida lain yaiu
PGH2 merupakan agonis reseptor tromboksan. TXA2-reseptor inhibitors, contoh
klasik NSAIDs, obat antiflamasi non-steroid termaksud aspirin. Obat beraksi dengan
menghambat pembentukan TXA2 melalui menghabatan enzim siklooksigenase. Obat ini
digunakan untuk penghambat agregrasi platelet dan memperpanjang waktu perdarahan.
TXA2 receptors antagonist,beraksi dengan menhamabat reseptor tromboksan.
Ridogrel merupakan obat yang dapat menghambat baik proses sintesis, pembentuka dan
sebagai antagonis reseptor tromboksan.
b. Phosphodiesterase inhibitors. Conto obatnya adalah dipiridamol. Dipiridamol
bereaksi menghambat enzim fosfodiesterase suatu enzim yang mengaktivasi (reaksi
hidrolisis) Camp aktif menjadi 5-AMP. Kenaikan cAMP akan menyebabkan penurunan
adhesi platelet menuju endothelium. Obat ini tidak mempengaruhi waktu pendarahan.
Obat ini juga merupakan vasodilator coroner yang baik sehingga digunakan dalam terapi
angina. Dalam kiln, obat ini sering dikombinasikan denagan aspirin atau warfarin.
c. Platelet GP IIb/IIIa receptor antagonist. Obat ini menghabat iktan fibrinogen dan
factor von willebrand terhada reseptor Gb III/IIIa pada permukaan platelet sehingga
mencegah proses agregrasi platelet.contoh obat adalah tirofiban dan
epetifibatid.absiksimab merupakan antibodi monoclonal simerik terhadap reseptor Gb
IIIb/IIIa pada permukaan platelet sehingga dapat juga di gunakan untuk mencegah
agregrasi platelet.
d. Penghambat agregrasi tergantung ADP (ADP – dan dependen ngregration).contoh
obatnya adalah tiklopidin dan klopidogrel.obat ini menghambat agregrasi platelet dan
memperpanjang waktu pendarahan.
e. Synthetic prostacyclin. Pastikan (PGI)meningkatkan konsentrasi cAMP,sehingga
mempunyai efek menghambat proses agregrasi platelet.

2. Obat anti koagulasi


Fase koagulasi pada hemostatis berperan dalam pembentukan klot darah.obat ini bekerja
dengan mempengaruhi fase koagulasi hemostatis,ataumenghambat perkembangan pada
peluasan pembentukan klot darah.efek samping dari penggunaan antikoagulan tersebut
adalah hemoragi atau pendarahan.seperti obat antiplatelet,obat antikoagulan juga tidak efektif
terhadap klot darah yang sudah terbentuk dan tidak dapat melarutkan atau melisis klot
tersebut,sehingga penggunaannya hanya bersifat preventif. Antikoagulan mencegah atau
memperlambat pembentukan klot darah yang terjadi.obat ini di gunakan pada terapi
propilaksis thrombosis arteri maupun vena,dan pada pasien yang mengalami fibrilasi atrium
bias menurunkan risiko embolisme dan sroke.obat golongan ini di bagi menjadi dua
berdasarkan cara pemberiannya yaitu antikoagulan injeksi dan oral.
a. Antikoagulan injeksi, Contohnya:heparin obat bekerja dengan mempengaruhi aktivasi
factor pembentukan klot,baik pada jalur intrinsic dan ekstrinsik.heparin beraksi dengan
mengikat anti thrombin (AT)III.komplek heparin dan ATIII dapat Mengahambat
pembentukan trobin,dan selanjutnyan menghambat pembentukan klot darah.
Ringkasnya,heparin (berkaitan dengan ATIII) mempercepat proses inaktivasi factor
pembentukan klot ,sehingga mencegah proses pembentukan klot darah heparin sering
dalam bentuk lou-molecular-weight (LMW) heparin,digunakan secara akut dalam jangka
pendek. Protamine merupakan antagonis heparin, digunakan pada kasus pendarahan yang
disebabkan heparin.
b. Antikogulan Oral, Contohnya : warfarin dan dikumarol . warfarin merupakan antagonis
vitamin k. apa fungsi vitamin dalam hemostatis ? Vitamin k merupakan vitamin larut
lemak yang berasal dari tanaman. Vitamin k sangat penting dalam pembentukan factor
pembentuk klot, dan dalam sistensis factor tersebut membentuk vitamin k sebagai co-
faktor. Ringkasanya,factor pembentuk klot (dalam bentuk aktif)dibentuk oleh
prekursonya dengan melibatkan vitamin k sebagai co-faktor. Warfarin berefek
berlawanan vit k, yaitu memperlambat proses pembentukan factor pembentukan klot aktif
tersebut. Namun, warfarin tidak dapat berefek terhadap factor tersebut apabila sudah
teraktifasi. Pemberian vitamin k dapat melawan efek antikoagualan tersebut, namun
memerlukan waktu ada lama (24 jam). Hal ini disebabkan untuk menghasilkan faktro
koagulasi yang baru juga membentukan waktu lama . warfarin digunakan terapi jangka
panjang.
3. Agen trombolisis (fibrinolysis)
Fibrinolysis merupakan suatu proses pemecahan fibrin yang sudah membentuk klot .
proses ini dipicu oleh aktivasi plasminogen menjadi plasmin,enzim penting yang terdapat
dalam yang berfungsi mendegrasi protein plasma darah. Plasmin dapat juga berfungsi
melarutkan klot darah. Proses fibrinolis tersebut diperantai urokinase dan tissue plasminoger
activator (upA dan tpA, serta factor hamegan (factor XII) . obat trombolisis merupakan
plasmi nogen activator. Obat ini di rekomendasikan pada awal terbentuknya klot ,karena jika
klot sudah lama terbentuk maka sulit dilisis. Obat ini digunakan untuk melisis klot baik
dalam vena maupun arteri ,dan memperlancar kembali perfusi kejar ringan. Secara klinik
obat ini di gunakan dalam terapi emboli paru-paru, trobosis vena, dan tromboemboli arteri.
Disamping itu juga efektif untuk penanganan serangan jantung akut yang disebabkan karena
klot pada arteri coroner. Efek samping obat adalah pendarahan. Obat golongan dibagi
menjadi dua jenis :
a. Obat generasi pertama, misalnya streptokinase dan erokunasi. Obat ini mempunyai aksi
mengubah semua plasminogen menjadi plasmin di seluruh tubuh plasmatubuh.
Steptonease, sehingga bias mengakibatkan reaksi anafilaksi alergi.
b. Obat generasi kedua yaitu tissue plasminogen activator (tPA). Obat ini mengaktivikasi
plasminogen yang “ hanya” terikat oleh fibrin, sehingga obat golongan ini menpunyai
efek samping yang relatif rendah. Obat ini tidak bersifat alergenik, karena tPA juga
merupakan senyawa endogen tubuh. Contoh obat ini adalah alteplse ,duteplase dan,
retplase.

JENIS-JENIS OBAT ANTI PERDARAHAN

1. ADONA (AC-17) dan ADONA-FORTE


Karbozaokrom natrium sulfonat 5 mg/ml; 10 mg/tablet; 30 mg/tablet forte. In : tendensi
perdarahan yang disebabkan menurunnya resitensi kapiler dan meningkatnya permeabilitas
kapiler; perdarahan dikulit; membrane mukosa dan membrane internal, pendarahan difundus
mata pendarahan ginjal , perdarahan abnormal selama/pasca operasi akibat penurunan
resistensi kapiler. KL: Penderita yang hipersensitif terhadap komponen obat. ES:
Hipersensitifitas, gangguan sistim pencernaan (nafsu makan berkurang) DS : Tab : Dewasa:
30-90 mg/oral dalam 3 dosis terbagi ; IM atau SC 10 mg atau 1 amp 2 ml, 1x sehari; IV atau
infus 25-100 mg atau 1 amp 5 ml-2 amp 10 ml 1 x sehari (dosis tunggal untuk dewasa),
dosisnya dapat ditambah atau dikurangi sesuai usia dan berat ringannya gejala.
2. ADROME
Karbozaokrom natrium sulfonat 10 mg. In: perdarahan pra opeasi atau pos operasi, indogen.
Ds: sehari 30-100 mg dalam dosis terbagi. Perdarahan otak : 90-120 mg selama 3-4 minggu.
Pemeliharaan : sehari 30 mg.
3. ASAMNEX
Asam traneksamat 500 mg. In: pendarahan abnormal dan gejala penyakit hemoragik
lainnya seperti hemoptysis, pendarahan abnormal selama operasi. Perh: gangguan fungsi
ginjal, thrombosis. ES: Gangguan Gastro Intestinal. DS : sehari 3-4 x 1 tablet.
4. ASAM TRANEKSAMAT
Tranexamic acid injeksi 500 mg/ 5 mg. In: Epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks,
edema angiioneurotik herediter, perdarahan abnormal sesudah operasi gigi pada penderita
hemophilia. KI: Hipersensitif dan telah diterapi dengan thrombin, kelainan penglihatan
warna. Es: gangguan-gangguan gastrointestinal: mual, muntah-muntah, anoreksia,
eksantema, dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Dengan injeksi
intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. Untuk menghindari hal
tersebut maka pemberian dapt dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 ml/menit. Ds :
500-1000 mg (IV) dengan injeksi lambat (I ml/menit) tiga kali sehari perdarahan abdominal
setelah operasi : 1 gram tiga kali sehari pada 3 hari pertama, kemudian dilanjutkan oral 1
gram 3-4 kali sehari selama 7 hari. Khususnya untuk perdarahan setelah operasi gigi pada
penderita hemophilia; segera sebelum operasi : 10 mg/Kg BB (IV), setelah operasi : 25
mg/kg BB (oral) Tiga sampai 4 kali sehari selama 6 sampai 8 hari.
5. CHROMAZOL
Na Karbazokrom sulfonat 10 mg. In: tendensi perdarahan (purpura, dll) yang berkaitan
dengan penurunan resistensi kapiler dan peningkatan permeabilitas kapiler. Hemorrhage
pada kulit, membrane mukosa dan memebran internal. Hemorrhage pada dasar mata,
nephroti hemorrhage dan metrorrhagia. Pendarahan yang abnormal selama dan setelah
operasi yang diakibatkan oleh penurunan resistensi kapiler. Kl : hipersensitif. Perh :
kehamilan, pasien dengan riwayat hipersensitif, pasien usia lanjut, efek terhadap tes
labolatorium: matabolit karbozokrom dapat menyebabkan hasil uji positif pada tes
urobilinogen urin. Es : hilang nafsu makan, dyspepsia, reaksi hipersensitif, rasa tidak
nyaman pada perut untuk pemakaian secara oral.. DS: dewasa: sehari 30-90 mg dalam dosis
terbagi 3.
6. CROME
Carbazochrome Na Sulfonate Indikasi : Kecenderungan perdarahan karena meningkatnya
resistensi kailer permeabilitas kapiler, perdarahan pada kulit, membran mukosa, dan
membran internal, sekitar mata, perdarahan nefrotik, metroragia. Perdarahan abnormal
selama & sudah op karena penurunan resistensi kapiler. Dosis : Dewasa tab 30-90 mg/hari
dalam 3 dosis terbagi. Amp 25-100 mg scr inj atau drip IV.
7. KALNEX
Tranexamic acid 250 mg/kap ; 500 mg/tab; 50 mg/tab; 50 mg/mL inj; 100 mg/mL inj.
Indikasi : Fibrinolisis lokal seperti epistaksis, prostatektomi, konisasi serviks, edema
angioneurotik, perdarahan abnormal setelah operasi, perdarahan setelah ekstraksi gigi pada
pasien hemofilia, menoragia. Dosis : KALNEX 250, sehari 3-4 1-2 kap; Kalnex 500, 3-4x 1
tab; kalnex 50mg injeksi, sehari 1-2 ampul (5-10 mL) disuntikkan secara intravena atau
intramuskular, dibagi dalam 1-2 dosis. Pada waktu atau setelah operasi bila diperlukan dapat
diberikan intravena sebanyak 2-10 ampul (10-50mL) dengan cara infus; Kalnex 100 mg
injeksi 2,5-5 mL disuntikkan secara intravena atau intramuskular dibagi dalam 1-2 dosis.
Pada waktu atau sesudah operasi, bila perlu, 5-25 mL diberikan intravena dengan cara drip
infus. Es: sakit kepala, gejala efek samping dapat membaik dengan menurunkan dosis atau
menghentikan terapi. Kejadian kejang pernah dilaporkan pada pasien yang mengalami
hemodialisa. Anoreksia, jmual, muntah, diare, heartburn, gatal, kemerahan dan mengantuk
pernah dilaporkan.
8. INTERMIC
Tranexamid acid. Indikasi : fibrinolisis local: epistaksis, prostatektomi, konisasi servikal.
Edema angioneurotik herediter. Perdarahan abnormal sesudah op. Perdarahan akibat
pencabutan gigi pada penderita hemophilia Dosis : Fibrinolisislokal 500-1000 mg dg inj IV
lambat 1 mL/menit 3x/hari. Perdarahan abnormal sesudah operasi 1 g tiap 8 jam dengan inj
IV perlahan pada 3 hr pertama dilanjutkan 1 g peroral 3-4x/hari mulai hari ke 4 sesudah
operasi. Pasca op gigi pada penderita hemopilia sesaat sebelum operasi 10 mg/kg BB dg inj
IV sesudah op: 10 mg/kg BB 3-4x/hari.
9. LUNEX
Asam tranexamat 250 mg/5 mg/5 ml amp; 500 mg/5 ml amp. Indikasi : fibrinolisis lokal
(misalnya epitaksis, prostatektomi dan konisasi serviks), edema angoneurotik herediter,
perdarahan abnormal paska operasi, perdarahan setelah operasi gigi pada penderita
hemofilia. Kontaindikasi : individu dengan riwayat tromboembolik. Perhatian : pasien
dengan insufiensi ginjal, tidak untuk hematuria karena gangguan pada parenkim ginjal,
hamil, menyusui. Efek samping : Hipotensi pusing. Dosis : Fibrinolisis lokal sehari 3x 500-
1000 mg scr inj IV lambat (1 ml/mnt) jika lama terapi > 3 hari perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan pemberian secara oral. Pendarahan abnormal paska operasi (3 hari pertama paska
operasi): sehari 3x 1 g scr inj IV lambat, pendarahan setelah operasi gigi pada penderita
hemifilia: segera setelah operasi : 10 mg/kg/BB secara IV, diberikan terapi perental 10
mg/Kg/BB/hari terbagi dalam 3-4 dosis. Penderita dengan difusiensi ginjal dengan kreatinin
serum 120-250: 15 mg/kgBB sehari 1x km : 10 Amp
10. NEO-K
Ftonadion 2 mg/ml. In : profilaksis dan pengobatan pendarahan pada bayi bru lahir. Dosis :
profilaksi pada bayi baru lahir : 0,5-1 mg vit K1 diberikan IM 1-6 jam setelah bayi
dilahirkan. Pengeobatan perdarahan pada bayi baru lahir: 1 mg vit K1 diberikan IM atau SC.
11. NEXA

Asam traneksamat 500 mg/tab, 50 mg dan 100mg/ml inj. Indikasi : epitaksis, prostatektomi,
konisasi serviks, edema angioneurotik heriditer, perdarahan abnormal sesudah operasi,
perdarahan sesudah operasi gigi pada penderita hemofilia. Kontra indikasi : penderita
perdarahan subaraknoid dan penderita dengan riwayat tromboembolik, penderita dengan
kelainan pada penglihan warna, penderita yang hipersensitif terhadap tranexamic acid. Dosis
: febrinolisis lokal ; oral : 1-1,5 gr 2-3x sehari. Parentral: dosis yang dianjurkan adalah 500-
1000 mg (IV) dengan injeksi lambat(1 ml/menit) 3 x sehari.perdarahan abdominal setelah
operasi : 1 gr 3 x sehari (injeksi IV pelan-pelan) pada 3 hari pertama, kemudian dilanjutkan
oral 1 gr 3-4 x sehari. Untuk mencegah perdarahan ulang dapat diberikan peroral 1 gr 3-4
sehari selama 7 hari. Khusus untuk perdarahan setelah operasi gigi pada penderita hemofilia:
segara sebelum operasi:10 mg/kg BB(IV). Setelah operasi : 25 mg/kg BB (oral) 3-4x sehari
selama 6-8. Gangguan-gangguan gastrointestinal : mual, muntah muntah, anorexia,
eksantema dan sakit kepala dapat timbul pada pemberian secara oral. Gejala-gejala ini
menghilang dengan pengurangan dosis atau penghentian pengobatannya. Dengan injeksi
intravena yang cepat dapat menyebabkan pusing dan hipotensi. Untuk menghindari hal
tersebut maka pemberian dapat dilakukan dengan kecepatan tidak lebih dari 1 ml / menit.
Untuk penderita gangguan ginjal : kadar kreatinin 120-150 (1,36 - 2,83 mg/dL) dapat
diberikan dosis oral 15 mg/kg BB 2 x sehari dan dosis intervena 10 mg/kg BB 2 x sehari.
Untuk kadar kreatinin 250-500 ( 2,83- 5,66 mg/dL) oral 15 mg/kg BB 1 sehari, intravena 10
mg /kg BB 1 x sehari, untuk kadar kreatinin > 500 (>5,66 mg/dL) dosis oral 7,5 mg /kg BB
1 x sehari dosis intravena 5 mg /kg BB 1 x sehari.
12. NEXITRA KAPL
Tranexamic acid 500 mg. In : pengobatan jangka pendek untuk perdarahan atau resiko
perdarahan yang dihubungakan dengan peningkatan fibrionalisis atao fibrinogenolisis.
Fibrinolysis local yang terjadi pada kondisi prostatektomi dan operasi bladder, menorrhagia,
epistaksis, konisasi pada serviks, hyphematromatis, udema, angioneurotik herediter,
esktraksi gig pada penderita hemophilia. Ds : fibrinolysis local dosis yang direkomendasikan
15-25 mg / kg BB (2-3 kapl), sehari 2-3 kali. Pada keadaan dibawah ini dapat diberikan
dosis sebagai berikut * prostatektomi profilaksi dan pengobatan perdarahan pada pasien
dengan resiko tinggi sebaiknya diberikan pra atau pasca operasi dengan sediaan Injnya,
setelah itu dilanjutkan 2 kapl, sehari 2-4 kali * menorrhagia sehari 3-4 kali 2-3 kapl. Terapi
dimulai hanya setelah terjadi perdarahan berat * epistaksis perdarahan berulanng sehari 2
kapl 3 kali selama 7 hari * koisasi pada serviks sehari 3 kali 3 kapl. * hypemia traumatis
sahari 2-3 kali 2-3 kapl (dosis berdasarkan 25 mg / kg BB sehari 3 kali). Hemophilia pada
ekstraksi gigi 2-3 kapl tiap 8 jam (dosis berdasarkan 25 mg / kg BB). Udema angioneurotik
hereditel pada pasien yang mengetahui onset dari peni; pemberian dosis intermiten sehari 2-
3 x 2-3 kapl selama beberapa hari. Pasien pasien lain diobati terus menerus ini.
13. PLASMINEX
Asam tranexsamat 500 mg/ tab; asam tranexsamat 100 mg/ml inj, In : fibrionalisis local,
angioneurosis, edema hereditel, pengobatan operasi gigi penderita hemofila. KI :
insufisiensi ginjal berat, hematuria, gangguan penglihatan warna, resiko thrombosis tinggi,
perh; hamil, menyusui, peurunan dosis pada pasien insufiensi ginjal, pasien hematuria berat.
Periksa mata rutin pada pasien angioreurosis edema hereditel. Es: mual muntah diare,
hipotensi. IO: oral: kontrasepsi estrogen. Inj: tidak dicampur dengan darah atau larutan
penisilin, Ds : oral sehari 3 – 4 x 1 tab; pasien dengan gangguan ginjal sesuai brosur. Inj,
fibrinolysis local sehari 3 x 0,5 -1 g IV 1 ml/ menit, ; pasien dengan gangguan ginjal sesuia
brosur. Km : dus 10 x 10 tab salut selaput Rp 226.500 - ; Dus 10 amp 5 ml Rp. 104.500,-
14. PROHEM
Phytonadione. In : lihat pada dosis. Ds : neonates mencegah perdarahan 0.5 – 1 mg IM 1-6
jam sesudah bayi lahir. Mengobati perdarahn 1 mg IM / SK. Km : us 5 amp @ 1 ml inj 2
mg/mL.
15. PYTRAMIC
Asam tranexsamat 250 mg, 500 mg. In : fibrinolysis local sptepitaksis, prostatektomi dan
konisasi serviks. Edema angioneurotik herediter. Pendarahan abnormal setelah operasi.
Pendarahan setelah ekstraksi gigi pada pasien hemophilia. Ki: gangguan ginjal berat,
peni.tromboembolis. Perh : insufisiensi ginjal, hamil, menyusi, perdarahan massif,. Es :
gangguan GI, anoreksia, eksantema, sakit kepala. Ds : dewasa : sehari 3-4 x 1-2 kap.
16. RONEX
Asam tranexsamat 500 mg/ tab ; 250 mg/mk In : fibrinolysis local pada epitaksis,
prostatektomi, konisasi serviks, edema angineurotik herediter, perdarahan abnormal pasca
oprasi, perdarahan setelah operasi gig pada hemophilia .Perh. gangguan ginjal, hematuria
massif, hamil, menyusui, pemeriksaan teratur mata dan tes fungsi hati pada pemakaian lama.
Ds : fibriolisis local 15 – 25 mg / kg sehari 2 -3 x. edema angioneuritik heredittel sehari 2-3
x 1-1,5 g, fibrinolysis local, edema angioneurotik hereditel 0,5 – 1 g intravena. Pencegahan
perdarahan ulang sehari 3-4 x 1 g selama 7 hari. Perdarahan setelah operasi gigi pada
hemophilia 10 mg / kg BB intravena pada [pra operasi, diikuti 10 mg/kg pada pasca operasi
Km: 5 x 6 tab 500 mg tab salut selaput; 4 amp 5 ml
17. SANDOSTATIN LAR
Oktreotid 20 mg/ vial. Km : susp 20 mg vial x 5 ml + 1 pre – filled syringe, (solvent) 2.5 ml
+ 2 set inj.
18. SOMANOVELL
Somatostatin 3 mg In : perdarahan akut berat pada saluran cerna bagian atas (tukak
lambung, tukak duo denum atau gastritis erosive akut atau gastritis hemoragik) dan varises
esophagus. Ds: 3,5 mcg / kg yaitu 250 mcg secara bolus IV lambat selama tidak < 1 menit
dilanjutkan segera dengan infus IV continu 3,5 mcg/kg/jam selama 12 jam. Pemerian
kontinu : minimal selama 48 jam untuk pemberian mask 5 hari Km : dus, vial.
19. SOMATOSTATIN –UCB
Somatostatin 250 mcg; 3 mg. In : terapi vistula intestinal dan pancreas. Terapi simptomatik
untuk sekresi berlebihan dari tumor endokrin pada saluran GI. Terapi perdarahan GI akut
dan berat yang diakibatkan oleh ulkus gaster atau duodenum, [endarahan pada gastritis,
vsrises esophagus, pendarahan yang diketahui dengan endoskopi. Ki : hamil, menyusui,
pemberian selama masa pra dan pasca melahirkan. Perh : hindari pemberian ulang.
Perdarahan arterial yabg terlihat selama endoskopi harus diatasi dengan pembedahan. Es :
pemberian yang terlalu cepat dapat menyebabkan sensasi panas dan kemerahan pada wajah,
mula, nyeri abdomen, diare, bradikardi, gangguan pada kadar glukosa darah, hipertensi,
hipotensi. Ds : awal; 3,5 mcg / kg yaitu 250 mcg scr bolus IV selama tidak < 1 menit segera
diikuti dengan pemberian infus IV 3,5 mcg / kgBB/jam (1 amp 3 mg) selama 12 jam.
Pemberian secara terus menerus sebaliknya diberikan minimal 48 jam untuk maksimal 5
hari.
20. STILAMIN
Liopilized siklik somatostatin 250 mcg; 3000 mcg In : pendarahan akut karena varises
esophagus gastritis atau ulkus duodenum atau menyerupai gastritis akut erosive atau
hemoragi. Ki : kehamilan, menyusui, nifas. Perh : monitor kadar gula darah pada pasien
IDDM tiap 3-4 jam Es : mual, vertigo, kemerahan muka. Ds : mula dengan inj IV lambat
250 mcg dan segera dilanjutkan dengan infus IV kontinu 3000 mcg / 12 jam.
21. TRANXA
Asam traneksamat 50 mh/ml inj. In: fibrinolysis local atau pencegahan pendarahan
sptprostatektomi, konisasi Rahim, prosedur operasi and ekstraksi gigi pada hemophilia. KI :
pasien dengan riwayat tromboembolik. Ds : sehari 1-2 x 250-500 mg IV perlahan / IM.
Fibrinosis local sehari 3 x 500-1000 mg IV lambat.
22. TRAXCID
Asam traneksamat 250 mg. In: Fibrinolisis pada menoraia, istaksis, traumatic hyphaemia,
neoplasma tertentu, komplikasi pada persalianan, prosedur op tertentu, pencabutan gigi. KI:
riwayat troemboembolik, perdarahan subaraknoid, hipersensitif. ES: Mual muntah, diare,
pusing. DS: fibrinolisiS Lokal: angioedema herediter sehari 2-3 x 1-1,5 g, perdarahan
setelah operasi gigi pada penderita hemophilia : sehari 3-4 x 25 mg/kbBB selama 2-8 hari.
Khusus penderita gabgguan ginjal : jika serum kreatinin 120-250 mikromol/L : Sehari 2x15
mg/kg BB ; 250-500 mikromol/L ; sehari 1x15 mg/kg BB tiap 48 jam atau 7,5 mg/kg BB
sehari 1x.
23. VITAMIN K
Menadione (Tab : na bisulfite Inj : HCL)
24. VITRA INFANT
fitomenadion. In : profilaksis dan pengobatan perdarahan pada bayi baru lahir (neonatus).
DS: Profilaksis perdarahan pada neonatus 0,5-1 mg IM, 1-6 jam sesudah lahir. Pengobatan
perdarahan neonatus 1 mg IM/SK.

Anda mungkin juga menyukai