Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PENDEKATAN BEHAVIORAL DAN KOGNITIF SOSIAL DALAM


PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan yang diampu oleh :
Dr. Riski Setiawan, M.Pd.

Disusun oleh :
1. Rizki Yuliana Ningsih 19406241015
2. Dido Ardelia Azzahra 19406241031
3. Dwi Widyanti 19406244011

PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN SEJARAH


FAKULTAS ILMU SOSISAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020

I
Kata Pengantar

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat izin karunia dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Pembuatan
makalah ini dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Adapun masalah-masalah yang di bahas yaitu “Pendekatan Behavioral dan Kognitif
Sosial dalam Pembelajaran”. Selain itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada Dr. Riski Setiawan, M.Pd. Sebagai dosen pengampu mata kuliah tersebut. Tak
lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


kekurangan dan belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf atas kesalahan
dan mohon diberikan saran atau masukan untuk menyempurnakan makalah ini. Dan
penulis berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi semua.

Yogyakarta, 06 Februari 2020

Penulis

II
DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................................ i

Kata Pengantar........................................................................................................... ii

Daftar Isi..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendekatan behavioral klasik dan operan untuk pembelajaran................... 3


B. Analisis perilaku terapan dalam pendidikan ............................................... 7
C. Pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran........................................... 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 12

III
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses untuk mengembangkan dan menanamkan
pengetahuan tentang sikap yang baik agar peserta didik mampu menjadi seseorang
yang berpengetahuan dan beretika (Ani Siti Anisah, 2016:01). Dalam pembelajaran
selayaknya menanamkan nilai kemandirian, kerja keras dan kreatifitas agar peserta
didik mampu mempertahankan atau menentukan nasibnya sendiri dengan keputusan
rasional. Dari sinilah pentingnya menerapkan pendidikan afektif yang harus dilakukan
dalam pembelajaran. Tujuannya agar pendidikan tercapai dalam belajar dapat di
tentukan oleh strategi atau pendekatan yang di lakukan oleh guru. Salah satunya
pendekatan yang biasa di lakukan oleh guru adalah pendekatan Behavioral Operant
Conditioning yang ditemukan oleh Burrhusm Frederic Skinner (Agustina Rahayu, dkk
2018 :172). Teori ini merupakan sebuah teori pembelajaran yang lebih menekankan
pada perubahan perilaku yang bertujuan untuk menghilangkan perilaku buruk dan
meningkatkan perilaku baik.

Selain menerapkan pendekatan Behavioral dapat juga melakukan dengan


pendekatan Kognitif sosial. Karena untuk mengurangi kecenderungan perilaku
pelanggaran aturan atau pelanggaran sosial pada peserta didik, terutama pada masa
remaja. Masa remaja merupakan tahap kehidupan yang bersifat peralihan atau masih
labil. Pada masa tersebut sering terpengaruh dengan sifat negatif. Hal tersebut
merupakan problem yang ada pada remaja. Biasanya problem yang di hadapi para
remaja sehubungan dengan adanya kebutuhan untuk menyesuaikan diri terhadap
lingkungan tempat berkembang (Willis, s.s, 2005). Maka dari itu belajar merupakan hal
yang penting dalam kehidupan. Karena belajar akan mengubah seseorang untuk
menjadi yang lebih baik.

Banyak teori pembelajaran yang di siapkan untuk persiapan mengajar. Tanpa


teori pembelajaran tidak akan ada kerangka konseptual yang digunakan sebagai dasar
dalam pembelajaran. Selain itu, sebuah teori pembelajaran juga menyangkut suatu
praktik untuk membimbing cara memperoleh pengetahuan dan keterampilan. Namun,
dalam makalah ini hanya membahas tentang pendekatan behavioral, pendekatan
kognitif, dan analisis dalam pembelajaran.

1
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pendekatan behavioral klasik dan operan untuk pembelajaran ?


2. Bagaimana analisis perilaku terapan dalam pendidikan ?
3. Bagaimana pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran ?

3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pendekatan behavioral klasik dan operan untuk pembelajaran.


2. Untuk mengetahui analisis perilaku terapan dalam pendidikan.
3. Untuk mengetahui pendekatan kognitif sosial untuk pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan Behavioral Klasik dan Operant Untuk Pembelajaran
Pendekatan mengenai belajar dapat di kemukakan beberapa pendapat psikolog
pendidikan yang pada hakikatnya satu dengan yang lain mempunyai kemiripan. Salah
satu pendekatannya yaitu pendekatan Behavioral yang di kemukakan oleh Ormod
bahwa ada tiga pendekatan atau perspektif psikologi mengenai belajar yaitu
pendekatan bahaviorisme, kognitive sosial dan psikologi kognitive (Ormrod ,Jeanne
Allis, 2003:191). Teori belajar behaviorime mencakup pembiasaan klasik,
koneksionisme thorndike dan pengondisian operan. Namun pada pembahasan ini
hanya membahas tentang pendekatan behavioral klasik. Behavioral klasik ini
bertujuan untuk memprediksi dan mengontrol perilaku yang di amati dalam psikologi,
pemberian stimulasi ini harus di tentukan sehingga dapat di prediksi responnya.
Adapun teori belajar dalam behavioral di antaranya :

1. Classical Conditioning ( Pengkondisian Klasik)

Classicial Conditioning (Pengkondisian Klasik) merupakan teori yang


menjelaskan bagaimana seseorang kadangkala mempelajari respons-respons yang
baru sebagai sebuah hasil dari dua stimulus atau lebih yang muncul hampir pada
waktu yang sama (Ormrod, 2003:302). Selain itu, Pavlov mengemukakan bahwa
hukum-hukum pengkondisian bisa di jelaskan oleh kegiatantimbal balik dari dua
proses utama dalam otak : eksitasi dan inhibisi. Eksitasi adalah proses
pembangkitan, proses yang cenderung membuat respons terjadi. Sementara
inhibisi adalah proses penekanan yang cenderung mencegah terjadinya respon.
Keduanya beroperasi dengan saling bertentangan, diantara keduanya, eksitasi
memainkan peran yang jauh lebih besar dalam menciptakan pengkondisian,
namun inhibisi bisa menjelaskan bagaimana berlangsungnya pengkondisian
dalam hal-hal khusus (Hill, Winfred F, 2009 :38). Beberapa keutamaan teori
pengkondisian klasik dibagi menjadi tiga, diantaranya :

1. Generaslisasi perangsang

Dalam kamus psikologi karangan J.P Chaplin Generalisasi perangsang


berarti prinsip yang menyatakan bahwa apabila subjek telah dikondisikan
untuk memberikan reaksi terhadap satu stimulasi, maka perangsang yang

3
mirip akan dibangkitkan pula. Generalisasi perangsang akan mengacu pada
proses respons yang dikondisikan berpindah ke perangsang lain yang mirip
dengan rangsangan kondisi yang asli. Contoh, misal dalam agama Islam
diajarakan bahwa ketika ada yang membaca Al-Qur’an, mengumandangkan
adzan, maka kita harus diam untuk mendengarkan.

2. Diskriminasi

Diskriminasi ini merujuk pada suatu proses yang dipelajari tidak untuk
merespon stimulus-stimulus yang mirip dengan cara yang sama. Pembedaan
berbanding terbalik dengan generalisasi, karena generalisasi merespon
dengan cara yang sama terhadap dua stimulus yang berbeda, sedangkan
diskriminasi bermaksud untuk merespon dengan cara berbeda dua stimulus
yang mirip. Misalkan contohnya siswa mempunyai masalah dalam belajar,
jika mereka tidak dapat menceritakan perbedaan garis lingkaran dengan garis
kurva, atau tidak dapat membedakan antara huruf v dengan huruf u, tanda-
tanda tersebut menandakan bahwa siswa mempunyai masalah dalam
membaca.

3. Eksisting

Eksisting merupakan suatu proses dimana respons yang dikondisikan


gagal atau hilang. Dalam dunia pendidikan biasanya sering dijumpai dalam
pengalaman. Misal siswa senior memperingatkan siswa junior tentang guru
“A” yang suka marah akan mengajar pada tingkatan kelas berikutnya. Hal
tersebut membuat siswa junior merasa takut, cemas, namun setelah beberapa
minggu diajar oleh guru “A”. ternyata guru tersebut orangnya ramah dan
menyenangkan. Pada akhirnya rasa cemas dan takut pada siswa akan hilang
dengan seiring berjalannya waktu.

Penerapan teori pengkondisian klasik dalam kelas iantaranya :

1. Memberikan suasana yang menyenangkan ketika memberikan tugas belajar.


Misal menekankan pada kerjasama dan kompetisi antar kelompok daripada individu,
siswa akan memiliki respons emosional secara negatif terhadap kompetisi secara
individual, yang mungkin digeneralisasikan dengan pelajaran-pelajaran lain.

4
2. Membantu siswa mengatasi secara bebas dan sukses situasi-situasi yang
mencemaskan atau menegangkan. Misal mendorong siswa yang pemalu untuk
mengajarkan siswa yang lain agar memahami materi pelajaran. Selain itu, memberi
dorongan siswa untuk berani berbicara di tempat umum.

3. Membantu siswa untuk mengenal perbedaan dan persamaan terhadap situasi-


situasi sehingga mereka dapat membedakan dan menggeneralisasikan secara tepat.
Misal meyakinkan siswa yang cemas ketika menghadapi ujian sekolah, bahwa
tersebut sama dengan tes ulangan harian.

2. Operant Conditioning (Pengkondisian Operant)

Operant Conditioning adalah bentuk pembelajaran dimana konsekuensi-


konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku
itu akan diulangi (Santrock, 2007 :272). Teori Behavioral Operant Conditioning
juga memiliki beberapa prinsip, antara lain :

1. Reinforcement (Penguat atau Imbalan)

Reinforcement merupakan suatu proses yang memperkuat perilaku atau


memperbesar kesempatan agar perilaku tersebut tidak terjadi (Nyayu
Khodijah. 2016 :96). Reiforcement ini ada dua kategori, yaitu positif dan
negatif. Menurut Skinner, perilaku terbentuk oleh konsekuensi yang
ditimbulkannya. Perilaku yang menyenangkan atau penguatan positif akan
membuat sesuatu tersebut di ulang-ulang. Namun jika perilaku tidak
menyenangkan atau penguatan negatif maka akan di hindari (kemungkinan
kecil tidak dilakukan lagi di masa yang akan datang).

2. Punishment (Hukuman)

Punishment berperan untuk mengurangi perilaku yang bisa terjadi


dimasa mendatang. Hukuman seharusnya tidak diterapkan kecuali pada saat
mendesak atau terpaksa. Selain itu, hukuman harus pada garis yang wajar
atau tidak terlalu kejam. Punishment (hukuman) tidak hanya bersifat negatif,
namun juga dapat menjadi motivasi. Misal saja seperti seorang siswa yang
pernah mendapat hukuman di sekolah karena tidak mengerjakan tugas. Maka
dari itu siswa akan berusaha tidak memperoleh hukuman lagi dan siswa

5
tersebut berusaha mengerjakan tugasnya agar terhindar dari hukuman. Hal
tersebut dapat mendorong siswa agar lebih rajin dalam belajar.

3. Shaping (Pembentukan Respons)

Shaping (Pembentukan Respons) merupakan suatu teknik yang


dilakukan dengan cara menguatkan individu pada setiap kali bertindak ke
arah yang diinginkan, sehingga individu dapat menguasai atau belajar
merespons. Jadi shaping itu adalah prosedur yang digunakan untuk
membentuk perilaku seorang individu. Biasanya banyak orang tua yang
menggunakan prosedur ini dalam mengajarkan anaknya untuk berbicara.
Misal ketika bayi mulai mengoceh, biasanya itu sang bayi berusaha
mengajak bicara pada orang tua walaupun memakai bahasa aslinya. Pada saat
mulai mengoceh biasanya orang tua memperkuat perilakunya dengan
belaian, pelukan, ciuman kepada anaknya.

4. Extinction (Eliminasi Kondisi)

Extinction (Eliminasi Kondisi) merupakan perlakuan dengan


menghilangkan perilaku yang yang di pelajari dengan menghentikan penguat
dari perilaku tersebut. Misalnya contoh seorang Ibu sering memberikan
penguatan negatif terhadap sikap anaknya yang pemarah dengan memberikan
perhatian. Jika sang Ibu mengabaikan kemarahan anak dengan cara
memberikan perhatian khusus, maka kemarahan anak akan berkurang.
Namun sang anak akan mengulangi kemarahnnya jika tidak mendapatkan
perhatian dari ibunya.

5. Generalisasi dan Diskriminasi

Generalisasi merupakan penyamarataan perilaku atau respons stimulus


yang sama untuk di aplikasikan dalam bentuk yang lain. Contohnya saja,
seorang anak memperoleh kasih sayang dari orangtuanya lantaran meminang
dan menyayangi kucing keluarganya, maka anak akan segera melakukan
respons meminang kucing tersebut dengan kucing lainnya. Dengan demikian,
generalisasi dapat dikendalikan dengan latihan diskriminasi. Diskriminasi
yaitu respons individu terhadap suatu penguatan, tetapi tidak terhadap jenis
penguatan lain. Jadi diskriminasi ini akan lebih efektif jika terdapat stimulasi

6
yang lebih jelas dalam membedakan kasus. Lalu respons harus dilakukan
secara khusus dan mesti memperoleh penekanan. Contohnya Angga yang
memberikan penguatan dengan tertawa atas ceritanya lucu di suatu tempat,
maka Angga akan mengulang cerita yang sama namun di tempat berbeda.
Seseorang akan belajar menceritakan leluconnya di tempat atau dalam
kondisi yang riuh dan banyak orang agar lebih ramai dan menyenangkan.

Selain itu, terdapat juga langkah-langkah pembelajaran yang dapat ditempuh


berdasarkan teori operant conditioning, antara lain :

1. Mempelajari keadaan kelas. Jadi seorang guru harus berusaha mencari dan
menemukan perilaku positif dan negatif pada siswa, agar seorang guru dapat
memperkuat perilaku positif dan perilaku negatif akan diperlemah.

2. Memperkuat perilaku positif. Seorang guru berusaha mencari perilaku yang di


senangi peserta didik. Seperti melakukan kegiatan di luar sekolah yang dapat
dijadikan penguat bagi siswa.

3. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi urutan perilaku


yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku dan evaluasi. Dalam
melaksanakan program pembelajaran, guru mencatat perilaku, penguat yang berhasil
dan yang tidak berhasil. Ketidak berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi
modifikasi perilaku selanjutnya (Gledler, 1991:154-156)

B. Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan

Analisis Perilaku Terapan dalam Pendidikan merupakan cara untuk menerapkan


prinsip-prinsip pengkondisian operan atau jenis proses pembelajaran asosiatif yang
melalui kekuatan suatu perilaku diubah dengan penguatan atau hukuman. Analisis
atau cara tersebut digunakan untuk mengubah perilaku manusia terutama dalam
proses pembelajaran. Selain itu, penerapan analisis perilaku terapan ini juga berfungsi
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan dan mengurangi perilaku yang tidak
diinginkan.

Diperlukan beberapa langkah dalam menganalisis perilaku terapan dalam


pendidikan. Langkah-langkah tersebut yaitu pertama observasi umum yang kemudian

7
dapat menentukan perilaku spesifik yang perlu untuk diubah dan diganti. Yang kedua,
menentukan tujuan behavioralnya, memperkuat perilaku yang telah dipilih,
melakukan program manajemen perilaku dan mngevaluasi kesuksesan maupun
kegagalan dari program tersebut (Anisa Safitri dan Sofi Saifiyah: 2017). Ada tiga
penggunaan penting analisis perilaku terapan dalam bidang pendidikan. Tiga
penggunaan penting tersebut yaitu:

1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan atau diinginkan


Dalam meningkatkan perilaku yang diharapkan, analisis perilaku terapan
menganjurkan pada para pendidik untuk mencari tahu penguat apa yang paling
baik bagi peserta didik sehingga nantinya didapatkan penguat tertentu.
Penguat yang paling sering digunakan pendidik adalah aktivitas. Aktivitas
yang memiliki tingkat probabilitas yang tinggi akan mudah mempengaruhi
aktivitas dengan probabilitas yang rendah. Dengan adanya hal tersebut,
pendidik dapat mengetahui perilaku yang bisa ditingkatkan dan perilaku yang
harus dihilangkan atau perilaku yang tidak diinginkan. Menjadikan penguat
yang kontingen dan tepat waktu, penguat akan lebih efektif jika diberikan
tepat waktu dan sesegera mungkin setelah peserta didik mendapat perilaku
yang diinginkan.
Memilih jadwal penguat terbaik, pemilihan jadwal ini dilakukan saat telah
ditentutakannya kapan suatu respon akan diperkuat. Ada empat jadwal
penguatan yang utama yaitu pertama jadwal rasio-tetap, suatu perilaku
diperkuat setelah sejumlah respon. Kedua, jadwal rasio-variabel merupakan
penguatan positif yang diberikan setelah respon muncul berkali-kali tetapi
dalam basis yang tidak tetap dan tidak dapat diprediksi. Ketiga yaitu jadwal
interval-tetap, dalam jadwal ini objek akan menyadari kapan ia dapat penguat
positif sehingga selama jangka waktu tertentu dia tidak menerima penguat
positif, respon objek akan berkurang dan akan meningkat lagi ketika dia
mendekati waktu mendapat penguat positif. Yang terakhir yaitu jadwal
interval-variabel. Jadwal interval-variabel suatu respon akan diperkuat setelah
sejumlah variasi waktu telah berlalu.

2. Menggunakan dorongan (prompit) dan pembentukan (shaping)

8
Dorongan (prompit) ialah isyarat tambahan yang diberikan sebelum
respon dan meningkatkan kemungkinan respon itu akan terjadi. Pembentukan
(shaping) merupakan suatu pengajaran perilaku baru yang diperkuat dengan
perilaku sasaran.
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
Ketika seorang pendidik atau guru ingin mengurangi suatu perilaku dari
peserta didik yang tidak diharapkan (seperti perilaku peserta didik yang sering
mengejek, mengganggu berjalannya diskusi kelas, atau merasa lebih mampu
dalam beberapa hal) yang harus dilakukan menurut analisis perilaku terapan
yaitu yang pertama adalah menggunakan penguatan diferensial. Dalam
penguatan diferensial, pendidik memperkuat perilaku yang lebih tepat atau
yang tidak sesuai dengan perilaku peserta didik. Yang kedua, menghentikan
penguatan (pelenyapan). Strategi ini menarik penguatan atau perilaku positif
terhadap perilaku yang tidak diinginkan atau yang tidak tepat. Ketiga dengan
menghilangkan stimulan yang lebih diinginkan. Yang terakhir adalah dengan
memberikan atau menyajikan stimulan yang tidak diinginkan (hukuman).

C. Pendekatan Kognitif Untuk Pembelajaran

Pendekatan Kognitif pada umumnya menekankan pada proses internal yaitu


mental manusia. Pada proses ini mental manusia dilihat dari tingkah laku manusia.
Untuk mengetahui mental manusia atau tingkah lakunya sebagai bentuk responnya,
bisa dilihat dari bagaimana cara individu bisa mengetahui apa yang harus dikakukan
dalam melakukan suatu tindakan dan memahami dirinya dan lingkungannya. Atau
bisa dilihat dari bagaimana manusia mengaplikasikan ilmu atau informasi yang ia
peroleh.

Kita bisa mengambil contoh untuk menggambarkan bagaimana proses


pendekatan kognitif untuk pembelajaran. Kita bisa mengambil contoh pada saat anak
mendapatkan materi matematika. Pada saat pelajaran matematika, guru memberikan
materi tentang peluang. Dalam materi peluang guru menyampaikan tentang
bagaimana kita bisa memperoleh keuntungan, dan mengaba-aba dalam melakukan
suatu tindakan. Misalnya, peluang untuk mendapatkan hadiah dalam undian sepeda.
Dalam peluang pastinya diajarkan berbagai cara atau rumus untuk mengetahuinya.

9
Sehingga dalam penerapannya anak bisa berpikir bagaimana cara memperoleh hadiah
sepeda secara sistematis. Ini berarti anak tersebut sudah dapat mengaplikasikan ilmu
yang ia dapat di Sekolah.

Untuk bisa melakukan kegitan pembelajaran di Sekolahan dengan menggunakan


pendekatan Kognitif, maka guru harus bisa memahami mental dan tingkah laku anak.
Karena setiap anak memiliki mental dan sifat yang berbeda-beda. Sehingga dalam
proses pembelajaran guru dapat memberikan materi atau memperlakukan anak
dengan mengetahui terlebih dahulu karakter anak tersebut. Untuk mengolah pola pikir
anak memerlukan cara yang tepat tanpa menyingung atau membuat anak merasa tidak
nyaman. Misalnya anak yang memiliki hobi menyanyi. Guru bisa memberikan
motivasi atau saran kepada anak agar terus mengembangkannya, atau bisa
menyalurkan kemampuan anak tersebut dengan cara mengikutkan lomba. Sehingga
anak bisa terus melakukan kegiatan yang ia sukai dan mendapatkan keuntungan dari
hobinya tersebut. Ini berarti guru tersebut telah berhasil melakukan pendekatan
kognitif. Dibuktikan dengan adanya tindakan dari anak untuk mengolah
kemampuannya.

10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan Behavioral klasik
ini bertujuan untuk memprediksi dan mengontrol perilaku yang di amati dalam
psikologi, pemberian stimulasi ini harus di tentukan sehingga dapat di prediksi
responnya. Sedangkan Operant Conditioning merupakan bentuk pembelajaran dimana
konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas
perilaku itu akan diulang.

Analisis perilaku terapan dalam pendidikan diperlukan untuk mengetahui proses


perubahan perilaku dalam pembelajaran. Diperlukan beberapa langkah dalam
menganalisis perilaku terapan dalam pendidikan. Langkah yang pertama yaitu
observasi umum dan yang kedua menentukan tujuan behavioralnya. Ada tiga
penggunaan penting analisis perilaku terapan dalam bidang pendidikan. Tiga
penggunaan penting tersebut yaitu:

1. Meningkatkan perilaku yang diharapkan atau diinginkan


2. Menggunakan dorongan (prompit) dan pembentukan (shaping)
3. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan

Pendekatan kognitif pada umumnya menekankan pada proses internal manusia


yaitu mental manusia. Pada proses ini untuk mengetahui mental manusia dapat dilihat
dari tingkah lakunya. Pendekatan kognitif dalam pembelajaran dapat dilihat dari
contoh pelajaran matematika yang mempelajari tentang peluang dan keuntungan dari
mengerjakan sebuah soal. Untuk memahami mental manusia sebagai peserta didik,
guru harus mampu memahami sifat dan tingkah laku setiap siswanya. Mental setiap
peserta didik tentu berbeda satu dengan lainnya, guru dapat memberikan materi atau
cara pembelajaran yang sesuai dengan sifat dan tingkah laku siswa tersebut.

11
Daftar Pustaka
Ani Siti Anisah, “ Pendekatan Pembelajaran Analisis Nilai Untuk Meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Sikap Kepedulian Sosial Siswa Pada Mata Pelajaran
Ilmu Sosial”, Vol. 09, No. 01, 2016, Hal 01 diakses pada tanggal 10 Februari
2020 pukul 10.30
Anisa Safitri, Sofi Saifiyah. (2017). “Pendekatan Perilaku dan Kognitif Sosial”.
Artikel Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.

Agustina Rahayu, Wahyuni Ismail, Saprin, “Penerapan Penndekatan Behavioral


Operant Conditioning Pada Pembelajaran PAI Di SMA N 3 Gowa”, Vol. VII,
No. 02, 2018, Hal 172, diakases pada tanggal 07 Februari 2020 Pukul 10.52
Destiannisa, A. (20120. Implementasi Metode Pendekatan Kognitif Dalam
Pembelajaran Paduan Suara. Harmonia: Journal of Arts Research and Education,
12(2).

Gredler, Bell, Margaret E. 1991. Belajar dan Membelajarkan Terjemahan Munandar.


Jakarta : Rajawali Pers. Diakses pada tanggal 07 Februari 2020 Pukul 18.00
Hill, Winfred F.Theories of learning (teori-teori belajar ).Jakarta: Nusa Media,,2009.
hal 38 diakses pada tanggal 08 Februari 2020 Pukul 19.54
Gage, N.L., & Berliner, D. Educational Psychology , 1979. diaskes pada tanggal 08
Februari 2020 Pukul 20.09
John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas.Jakarta : PT.
Erlangga. Di akses pada tanggal 08 Februari 20.50
Nyayu Khodijah, Psikologi Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2016.
diakses pada tanggal 09 Februari 2020 Pukul 18.30
Ormrod ,Jeanne Allis, Educational Psychology:Developing Learners. New
Jersey:Prentice Hall,2003, hal191, diakses pada tanggal 07 Februari 2020 Pukul
17.30
Setyowati, A., & Subali, B. (2011). Implementasi Pendekatan Konflik Kognitif Dalam
Pembelajaran Fisika Untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
SMP Kelas VIII. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2).
Willis, s.s. 2005. Remaja dan Permasalahannya. Bandung: CV Alfabeta. Diakses
pada tanggal 10 Februari 2020 pukul 23.00

12

Anda mungkin juga menyukai