Anda di halaman 1dari 7

NAMA : DICHA EFELZITA

BP : 1801183
KELAS : 2018 C
TUGAS : FARMAKOGNOSI TENTANG RESUME MATERI ALKALOID
DOSEN : DWI DINNI AULIA BAKHTRA M.FARM,APT

A .DEFENISI ALKALOID
Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di alam. Hampir
seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan
tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid
adalah senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan
karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar heterosiklik
atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis pada manusia dan hewan.
Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina sebagai obat penenang, atrofina berfungsi
sebagai antispamodia, kokain sebagai anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan,
1969). Selain itu ada beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N
(Nitrogen) terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.
Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara
karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan fisiologi
yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya
mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan
adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang
elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.
Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan bahwa sebagai hasil
kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa alkaloid akhirnya harus ditinggalkan
(Hesse, 1981). Garam alkaloid dan alkaloid bebas biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal
tidak berwarna (berberina dan serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan
biasanya hanya satu dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal
campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer sementara tumbuhan
lain mengandung enantiomernya (Gritter, 1995).

B. SIFAT-SIFAT ALKALOID
1.Sifat-Sifat Fisika
Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N
seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin primer, sekunder
maupun tertier yang semuanya bersifat basa (tingkat kebasaannya tergantung dari struktur molekul
dan gugus fungsionalnya)
Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut dengan titik lebur
yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan
beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.
Kebanyakan alkaloid tidak berwarna, tetapi beberapa senyawa yang kompleks, species
aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada umumnya,
basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan
protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

2. Sifat-Sifat Kimia
Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan elektron
pada nitrogen.Jika gugus fungsional yang berdekatan dengan nitrogen bersifat melepaskan elektron,
sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik dan senyawa lebih bersifat
basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada
etilamin. Sebaliknya, bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus
karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid
dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.
Kebasaan alkaloid menyebabkan senyawa tersebut sangat mudah mengalami dekomposisi,
terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida.
Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika
penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik
(tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah
sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya.

C.KLASIFIKASI ALKALOID
Metode klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur
nitrogen yang dikandungnya, yaitu :
1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin heterosiklis.
Alkaloid ini dibagi menjadi alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid piperidin, alkaloid piridin,
alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin,
alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid izidin.
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina.
3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina.
4. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.
5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina.
(Widi, 2007)

D. FUNGSI ALKALOID
Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian terutama karena
pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang farmasi, tetapi fungsinya dalam
tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam
tumbuhan sebagai berikut (Gritter, 1995):
a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam hewan
(salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut lagi).
b. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen meskipun banyak
alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut meskipun sangat kekurangan
nitrogen.
c. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit atau pemangsa
tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang mendukung fungsi ini tidak dikemukakan,
mungkin merupakan konsep yang direka-reka dan bersifat ‘manusia sentris’.
d.Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa alkaloid
menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang perkecambahan yang lainnya
menghambat.
e. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa, dapat
mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam tumbuhan.

Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis adalah
morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari tanaman memiliki sifat
antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman berri solanum khasianum mungkin
bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal yang berhubungan dengan AIDS.
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap Giarde dan
Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek mereka pada usus kecil.
Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang potensial efektif terhadap typanosoma dan
plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid kuartener planar aromatik seperti berberin dan harman
dihubungkan dengan kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal dalam bidang
farmakologi :

Senyawa Alkaloid
Aktivitas Biologi
(Nama Trivial)
Nikotin Stimulan pada syaraf otonom
Morfin Analgesik
Kodein Analgesik, obat batuk
Atropin Obat tetes mata
Skopolamin Sedatif menjelang operasi
Kokain Analgesik
Piperin Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin Obat malaria
Vinkristin Obat kanker
Ergotamin Analgesik pada migraine
Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin Analgesik dan antitusif
Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker
Saponin Antibakteri

E. Tanaman Penghasil Alkaloid


Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh
alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan. Secara organoleptik,
daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-
daunan, senyawa alkaloid dapat ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.
Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur), tumbuhan, dan
hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan melalui teknik ekstraksi asam-
basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid"
(berarti "mirip alkali", karena dianggap bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich
Wilhelm Meissner (1819), seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa
yang diperoleh dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya,
morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa yang tergolong
alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang tidak ada batasan yang jelas
untuknya.
1. Cokelat
adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti
teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-
kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat
jika dimakan dalam jumlah normal secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.
2. Tembakau
mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin termasuk dalam golongan
alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin dalam jumlah banyak terdapat dalam
tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan
kokain dapat pula ditemukan pada daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari
berat kering tembakau, dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun
tembakau. Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi
nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin yang sangat
sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada masa lalu.
3. Kecubung
adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal sejak ribuan tahun,di antaranya
Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia suaviolens, namun daya khasiat masing-masing
jenis kecubung, berbeda-beda. Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat
yang didapat malah racun (menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian
tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh bagiannya
mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin, seperti pada tanaman Atropa
belladona.Alkahoid ini bersifat racun sehingga pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji
kecubung mengandung hiosin dan lemak, sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat.
Berkhasiat mengobati rematik, sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang
anak telinga.
4. Kopi
juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid. Kopi terkenal akan
kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder
golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang pahit.
5. Buah pare
dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari kawasan Asia Tropis. Buahnya
mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna, daunnya mengandung momordisina,
momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid,
dan asam momordial. Manfaat buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk,
memperlancar pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat
menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.

F. Prosedur Pengujian Alkaloid


1 .Prosedur umum pengujian alkaloid
Secara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan menggunakan beberapa pelarut
untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian ekstraknya dibasakan dengan larutan
NH310% dan Al2O3. Campuran ini selanjutnya dipisahkan secara kromatografi kolom dan
diidentifikasi. Identifikasi senyawa alkaloid dapat dilakukan dengan metoda fisika, dengan cara
penyinaran kromatogram di bawah sinar ultraviolet 254 nm dan 366 nm. Beberapa alkaloid
memberikan warna fluoresensi biru atau kuning di bawah sinar tersebut, serta metoda kimia dengan
menggunakan pereaksi tertentu, seperti pereaksi dragendorf membentuk endapan jingga-merah.
R – N = R + K[BiI4] → R2N+K[BiI4] (endapan jingga)
R3N+ + K[BiI4] → K(R3N) [BiI4] (endapan jingga)
Identifikasi selanjutnya adalah dengan spektroskopi ultraviolet dan sinar tampak yang
memberikan keterangan tentang tipe struktur molekulnya. Panjang gelombang maksimum yang
diberikan oleh suatu senyawa dapat digunakan sebagai perkiraan awal terhadap jenis senyawa
tersebut. Cara identifikasi lainnya adalah dengan menggunakan spektroskopi inframerah yang
memberikan informasi tentang gugus-gugus fungsional dalam suatu senyawa. Pada umumnya
senyawa alkaloid memberikan serapan khas pada daerah frekuensi 3480-3205 cm-1-N-H ), 2100-1980
cm-1 (=N+-H), 1660-1480 cm-1 (C=N-), 1350-1000 cm –l (-C-N-) dan beberapa serapan lainnya
yang khas untuk masing-masing. (Widi, 2007)

2. Prosedur Khusus Pengujian Alkaloid


Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang mengandung
alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks
dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan
filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida
1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes
positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid
diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan endapan dengan
pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti
untuk menentukan adanya alkaloid quartener.
Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman
(lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi basa bebas
dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak
dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2
N. Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi
mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh
dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin.
Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid. Pereaksi sering
didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom
tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan
merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit
berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood.
Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai
pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid
yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi
wagner atau dragendorff.
Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan
alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan
alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi
digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan
memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan
bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang
berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan adalah asam
fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.
Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok
alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus.
Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat
karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS)
berasam (asam sulfat atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol.
Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid.
Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid Rauvolfia.
Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah
direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida
steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.

G. PENGGOLONGAN ALKALOID
1. True alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan fisiologis yang besar, basa,
biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin heterosiklis, turunan asam amino, distribusinya
terbatas dan biasanya terbentuk di dalam tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada
beberapa alkaloid ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk
alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari alkaloid ini adalah koridin dan
serotonin.

2. Proto alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang sederhana, di mana atom
nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam cincin heterosiklis, biosintesis berasal dari asam
amino dan basa, istilahbiologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini
adalah meskalina dan efedrina.
3. Pseudo alkaloid
Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino dan umumnya bersifat
basa.

I . Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklikDimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya.
Yang termasuk pada golongan ini adalah :

a.. Alkaloid Piridin-Piperidin


Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini
adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana
tabacum dari famili Solanaceae.

b. Alkaloid Tropan
Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat
mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang.
Yang termasuk dalam kelas ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk
melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii,
Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca
(Famili Erythroxylaceae)

c. Alkaloid Quinolin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk disini adalah ; Cinchona
ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin yang toxic terhadap Plasmodium vivax

d. Alkaloid Isoquinolin
Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili
Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp), Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora
secondiflora

e. Alkaloid Indol
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan
psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan vinkristin dari
Catharanthus roseus famili Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk
penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

f. Alkaloid Imidazol
Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae.
Contohnya; Jaborandi paragua.

g. Alkaloid Lupinan
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam :
Leguminocaea).

h. Alkaloid Steroid
Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung
4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.

i. Alkaloid Amina
Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana
dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini
ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)
j. Alkaloid Purin
Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea
arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari
famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae
dan Theobroma cacao.

II . Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik


Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon
pada rantai samping.

a. Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)


Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon
pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi,
Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.

b.. Alkaloid Capsaicin


Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum,
Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.

Anda mungkin juga menyukai