Disusun Oleh :
Kelompok VI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR
Penulis menghaturkan syukur pada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makala ini yang
berjudul “Asal Usul Kelompok Hewan” dengan baik dan tepat. Penulis
menyadari bahwa sesungguhnya, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis dengan terbuka menerima segala kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini. Penulis sadar bahwa
tulisan ini dapat diselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, terutama dosen dan
teman – teman yang telah meluangkan waktu untuk membantu menyelesaikan
karya tulis ini.
Di akhir kata, semoga melalui makalah ini, penulis berharap agar dapat
mengingatkan diri pribadi dan mengajak pembaca untuk tetap memiliki sifat
kritis, idealis, inovatif, progratif, dinamis dan tanpa meninggalkan akar budaya
bangsa Indonesia yang tercermin dalam “ Bhineka Tunggal Ika”. Semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Evolusi dapat diartikan sebagi perubahan pada sifat-sifat terwariskan suatu
populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-
perubahan ini dapat disebabkan oleh kombinasi dari tiga proses utama yaitu
variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar bagi evolusi
dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan
menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru yang merupakan
penggabungan dari sifat kedua induknya. Sifat baru dapat juga diperoleh dari
perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antar spesies.
Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum
atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan sifat
terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi organisme
menjadi lebih umum dalam suatu populasi - dan sebaliknya, sifat yang merugikan
menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu dengan sifat-sifat yang
menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi, sehingga lebih banyak
individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-sifat yang menguntungkan
ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi melalui kombinasi perubahan kecil
sifat yang terjadi secara terus menerus dan acak ini dengan seleksi alam.
Sementara itu, hanyutan genetic (Genetic Drift) merupakan sebuah proses bebas
yang menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan
genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika
suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi.
Walaupun perubahan yang dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil,
perubahan ini akan berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial
pada organisme. Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies
yang baru. Dan sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan
organisme yang lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal
dari nenek moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara
perlahan.
Kajian catatan fosil dan keanekaragaman hayati organisme-organisme hidup
telah meyakinkan para ilmuwan pada pertengahan abad ke-19 bahwa spesies
berubah dari waktu ke waktu. Namun, mekanisme yang mendorong perubahan ini
tetap tidak jelas sampai pada tahun 1859, dimana Charles Darwin dalam bukunya
yang berjudul On the Origin of Species menjelaskan dengan detail teori evolusi
melalui seleksi alam. Karya Darwin dengan segera diikuti oleh penerimaan teori
evolusi dalam komunitas ilmiah. Pada tahun 1930, teori seleksi alam Darwin
digabungkan dengan teori pewarisan Mendel, membentuk sintesis evolusi
modern, yang menghubungkan satuan evolusi (gen) dengan mekanisme evolusi
(seleksi alam). Kekuatan penjelasan dan prediksi teori ini mendorong riset yang
secara terus menerus menimbulkan pertanyaan baru, di mana hal ini telah menjadi
prinsip pusat biologi modern yang memberikan penjelasan secara lebih
menyeluruh tentang keanekaragaman hayati di bumi. Evolusi diketahui juga
terjadi pada kelompok hewan sehingga dalam makalah ini kami akan membahas
mengenai asal-usul kelompok hewan yang meliputi kelompok hewan invertebrate
dan hewan vertebrata berdasarkan pandangan evolusi.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah asal-usul kelompok hewan invertebrate ?
2. Bagaimanakah asal-usul kelompok hewan vertebrata?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal-usul kelompok hewan invertebrate
2. Untuk mengetahui asal-usul kelompok hewan vertebrata
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar.Fosil Archeopteryx
Penemuan fosil Archeopteryx dalam batuan zaman Jura merupakan salah
satu contoh yang terbaik dari “mata rantai yang hilang”. Hewan ini mempunyai
bulu, dengan demikian kita menyebutnya burung. Tetapi hubungannya dengan
reptilia jelas. Sayap yang agak rudimeter mempunyai cakar, dalam mulut terdapat
gigi dan mempunyai ekor yang panjang. Ciri-ciri reptilia ini tidak ditemui lagi
pada burung-burung yang masih hidup. Meskipun hewan ini pada akhir zaman
Mesozoikum sudah mantap, tetapi pada zaman Cenozoikum burung-burung ini
mengalami radiasi adaptif yang luas. Jumlah spesies yang besar dan distribusinya
yang luas membuktikan keberhasilan mereka.
Struktur dan fisiologi burung diadaptasikan untuk penerbangan yang
efisien, yaitu Sayap menjadi paling utama, memungkinkan burung terbang jarak
jauh untuk mencari makanan yang cocok dan berlimpah dan meloloskan diri dari
pemangsa. yang efisien harus ringan dan kuat. Keringanan tubuh burung diperoleh
dari bulu, tulang-tulang yang berongga dan gonad tunggal (pada betina) yang
membesar dan aktif hanya selama musim kawin. Hilangnya gigi mengurangi berat
kepala. Fungsi gigi ini dilaksanakan oleh empedal. Kekuatan dicapai dengan otot
dada besar yang terpaut pada tulang dada yang sangat membesar. Mempunyai
jantung beruang 4 dan efisiensinya memungkinkan perkembangan suhu tubuh
yang tetap (homeotermi). Homeotermi juga memungkinkan laju metabolisme
yang tinggi pada semua suhu lingkungan. Burung dapat tetap aktif dalam
cuaca dingin. Laju metabolisme yang tinggi mencerminkan pelepasan energi yang
cepat untuk terbang.
5. Mamalia
Mamalia pertama timbul pada akhir zaman Trias dari moyang terapsida.
Mereka merupakan hewan kecil yang sangat aktif yang makanannya terutama
terdiri atas insekta. Kemampuan yang aktif ini berhubungan dengan
kemampuannya untuk memelihara suhu tubuh yang tetap (homeotermi). Hal ini
berkaitan dengan perkembangan jantung beruang 4 dan pemisahan sempurna dari
peredaran darah oksigen dan sistemik. Konservasi panas tubuh dimungkinkan
dengan perkembangan rambut. Sementara mamalia yang paling awal bertelur
seperti moyang reptilia, anaknya setelah menetas diberi makan dengan susu yang
disekresikan oleh kelenjar dalam kulit induknya.
Berlawanan dengan moyang reptilia, gigi mamalia mengalami spesialisasi
untuk memotong (gigi seri), menyobek (gigi taring), dan menggiling (geraham)
makanannya. Bahan kelabu serebrum, yang ditutupi oleh bahan puti pada reptilia,
tumbuh keluar diatas permukaan otak. Modifikasi ini mempunyai akibat yang
jauh. Evolusi mamalia yang paling awal berlangsung mulai beberapa jalur yang
berbeda. Dari kelompok tersebut hanya tiga yang sampai sekarang masih hidup,
yaitu:
1) Monotremata, mamalia bertelur (Subkelas Prototheria)
2) Marsupialia, mamalia berkantung (Subkelas Metatheria)
3) Mamalia berplasenta (Subkelas Eutheria)
Masing–masing dibedakan dari cara merawat anak selama masa
perkembangan embrio. Monotremata tetap bertelur seperti moyang terapsidanya.
Platipus paruh bebek dan pemakan semut berduri (ekidna) merupakan satu-
satunya monotremata yang ada di bumi sekarang. Pada marsupialia anak ditahan
untuk jangka waktu yang pendek di dalam saluran reproduksi induk. Selama
waktu yang pendek ini, makanan diperoleh dari kantung kuning telur yang
tumbuh di dalam uterus. Tetapi anak itu dilahirkan pada tahap perkembangan
yang sangat awal. Kemudian merayap ke dalam kantung yang terdapat di perut
induknya dan melekatkan diri pada puting yang mengeluarkan air susu. Di sini
perkembangan diselesaikan. Marsupialia yang paling awal mungkin mirip dengan
oposum. Pada bulan maret 1982 ditemukan sisa-sisa fosil marsupialia Polydolops
sebesar 25 cm di pulau Seymouz (ujung utara Tanjung Antartika).