Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERBILIRUBINEMIA

NAMA : Iin Candra


NIM : 18.021
TINGKAT : 2A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


PRODI D3 KEPERAWATAN TRENGGALEK
Jl. Dr. Soetomo No. 5 Trenggalek Telp (0355) 791293
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam
darah berlebihan sehingga menimbulkan joundice pada neonatus. (Dorothy R.
Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah
yang mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus
ditandai joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh.(Adi
Smith, G, 1988)
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia)
yang disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne
C. Smeltzer, 2002)
Jadi dapat disimpulkan bahwa hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana
kadar bilirubin dalam darah melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum. Untuk
bayi yang baru lahir cukup bulan batas aman kadar bilirubinnya adalah 12,5 mg/dl,
sedangkan bayi yang lahir kurang bulan, batas aman kadar bilirubinnya adalah
10 mg/dl. Jika kemudian kadar bilirubin diketahui melebihi angka-angka
tersebut, maka ia dikategorikan hiperbilirubin.
2. Patofisiologi
a. Uraian
Beberapa penyebab hiperbilirubinemia adalah peningkatan produksi bilirubin,
gangguan fungsi hati, gangguan transportasi, gangguan konjugasi bilirubin, dan
faktor fisiologis/prematuritas. Peningkatan kadar bilirubin direk secara tidak
langsung menyebabkan lethargi pada bayi baru lahir sehingga bayi merasa malas
minum dan daya hisapnya kurang. Karena tidak adekuatnya intake cairan pada
bayi menyebabkan bayi berisiko kekurangan volume cairan.
Fototerapi merupakan salah satu cara untuk menurunkan kadar bilirubin pada
bayi baru lahir. Fototerapi menggunakan sinar ultraviolet sehingga dapat
menghangatkan tubuh bayi baru lahir, namun pajanan sinar ultraviolet yang
terlalu lama tanpa dimonitor secara berkala dapat menyebabkan resiko kerusakan
integritas kulit.
Fototerapi merupakan terapi yang dilakukan dengan menggunakan cahaya dari
lampu fluorescent khusus dengan intensitas tinggi secara umum metode ini efektif
untuk mengurangi serum bilirubin dan mencegah ikterus yang dipaparkan pada
kulit bayi. Penatalaksanaan fototerapi menyebabkan meningkat suhu lingkungan
sekitar bayi mempengaruhi kerja hipotalamus. Hipotalamus akan memicu kelenjar
keringat mengeluarkan keringat dan juga akan memicu pembuluh darah untuk
melebar (dilatasi) sehingga penjalaran panas dari pembuluh darah ke permukaan
kulit menjadi optimal. Penjalaran panas ini berfungsi untuk mengeluarkan
kelebihan panas pada darah menuju permukaan kulit. Mekanisme kerja
hipotalamus ini mengakibatkan resiko peningkatan suhu tubuh pada bayi.
b. Skema

Peningkatan Gangguan Gangguan Gangguan Faktor


produksi fungsi hati transportasi konjugasi fisiologik/
bilirubin bilirubin prematuritas

Hiperbilirubinemia

Peningkatan kadar Fototerapi


bilirubin indirek

Perubahan suhu
lethargi lingkungan

Malas minum (reflek Pajanan sinar intensitas


hisap lemah) tinggi secara terus
menerus

Intake tidak adekuat

Hipotalamus Gangguan
integritas kulit
Kekurangan volume
cairan tubuh Vasodilatasi

Peningkatan suhu
tubuh
3. Etiologi
Beberapa penyebabb hiperbilirubin pada bayi BBL adalah :
1) Faktor fisiologik / prematuritas
2) Berhubungan dengan air susu ibu
3) Meningkatnya produksi bilirubin / hemolitik,
4) Adanya penyakit / hipothiroidism, galaktosemia, bayi dengan ibu DM.
5) Pembentukan bilirubin yang berlebihan.
6) Gangguan pengambilan (uptake) dan transportasi bilirubin dalam hati.
7) Gangguan konjugasi bilirubin.
8) Penyakit Hemolitik, yaitu meningkatnya kecepatan pemecahan sel darah
merah. Disebut juga ikterus hemolitik. Hemolisis dapat pula timbul karena
adanya perdarahan tertutup.
9) Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan, misalnya
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obatan tertentu.
10) Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan sel darah merah seperti :
infeksi toxoplasma, Siphilis
4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari hiperbillirubinemia adalah :
1) Kulit berwarna kuning hingga jingga
2) Pasien tampak lemah
3) Nafsu makan berkurang
4) Reflek hisap kurang
5) Urine pekat
6) Perut buncit
7) Pembesaran lien dan hati
8) Gangguan neurologik
9) Feses seperti dempul
10) Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
11) Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
12) Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada
bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi.
13) Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke
3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.
5. Penatalaksanaan
a. Foto Terapi
Merupakan tindakan dengan memberikan terapi melalui sinar yang menggunakan
lampu, dan lampu yang digunakan sebaiknya tidak lebih dari 500 jam untuk
menghindari turunnya energi yang dihasilkan oleh lampu.
Cara melakukan foto terapi:
1) Buka pakaian bayi agar seluruh bagian tubuh bayi kena sinar.
2) Tutup kedua mata dan gonat dengan penutup yang memantulkan cahaya.
3) Jarak bayi dengan lampu kurang lebih 40 cm.
4) Posisi sebaiknya diubah setiap 6 jam sekali.
5) Lakukan pengukuran suhu setiap 4-6 jam.
6) Periksa kadar bilirubin setiap 8 jam atau sekurang-kurangnya sekali dalam 24
jam.
7) Lakukan pemeriksaan HB secara berkala terutama pada penderita mengalami
hemolisis.
8) Lakukan observasi dan catat lamanya terapi sinar.
9) Berikan atau sediakan lampu masing-masing 20 watt sebanyak 8-10 buah
yang disusun secara paralel.
10) Berikan ASI yang cukup, yang cara memberikan dengan mengeluarkan bayi
tempat dan dipangku penutup mata dibuka dan diobservasi ada tidaknya
iritasi.
b. Tranfusi Tukar
Merupakan cara yang dilakukan untuk mengkuarkan darah dari bayi untuk
ditukar dengan darah yang tidak sesuai atau patologis dengan tujuan mencegah
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Pemberian transfusi tukar apabila kadar
bilirubin indirek 20mg%, kenaikan kadar bilirubin yang cepat yaitu 0,3-1mg/jam,
anemia berat dengan gejala gagal jantung dan kadar Hb tali pusat 14mg% dan uji
coombs direk poisitif.
Cara pelaksanaan transfusi tukar:
1) Anjurkan pasien untuk puasa 3-4 jam sebelum transfusi tukar
2) Siapkan pasien di kamar khusus
3) Pasang lampu pemanas dan arahkan kepada bayi.
4) Tidurkan pasien dalam keadaan terlentang dan buka pakaian pada daerah
perut.
5) Lakukan transfusi tukar sesuai dengan prorap.
6) Lakukan observasi keadaan umum pasien, catat jumlah darah yang keluar dan
masuk.
7) Lakukan pengawasan adanya perdarahan pada tali pusat.
8) Periksa kadar Hb dan bilirubin setiap 12 jam.
Perawatan Setelah Transfusi
Dapat meliputi perawatan daerah yang dilakukan pemasangan kateter transfusi
dengan melakukan kompres NaCl fisiologis kemudian ditutup dengan kassa steril
dan difiksasi, lakukan pemeriksaan kadar Hb dan bilirubin serum setaip 12 jam
dan pantau tanda vital.
6. Data Penunjang
1. Tes Comb pada tali pusat bayi baru lahir
Hasil positif dari test Comb indirect menunjukkan adanya antibodi Rh positif,
anti-A, atau anti-B dalam darah ibu. Hasil positif dari test Comb direct
menandakan adanya sensitisitas (Rh positif, anti-A, atau anti-B) sel darah merah
dari neonatus.
2. Golongan darah bayi dan ibu
Mengidentifikasi adanya inkompatibilitas ABO.
3. Bilirubin serum
Kadar bilirubin direct (terkonjugasi) bermakna bila melebihi 1,0-1,5 mg/dl. Kadar
bilirubin indirect (tak terkonjugasi) tidak boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi
preterm atau 15 mg/dl pada bayi aterm dan peningkatannya tidak boleh lebih dari
5 mg/dl dalam 24 jam.
4. Protein serum total
Kadar di bawah 3,0 g/dl menandakan penurunan kapasitas pengikatan bilirubin,
terutama pada bayi preterm.
5. Kadar hemoglobin dan hematokrit
Hb mungkin menurun (<14 mg/dl) pada hemolisis. Ht mungkin meningkat
(>65%) pada polisitemia.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
A. Anamnese
1) Biodata bayi dan orang tua bayi.
2) Alasan bayi dibawa ke ruang neonatus: didapatkan data bahwa bayi
mengalami lethargi, warna kulit dan sclera berwarna kuning, bayi tidak mau
menyusu, daya hisap lemah.
3) Riwayat prenatal: riwayat ANC, riwayat penyakit hepar yang pernah diderita
ibu selama hamil, obat-obatan yang dikonsumsi tertentu seperti salisilat,
sulfonamidoral, sitomegalovirus, imunisasi TT, nutrisi ibu selama hamil.
4) Riwayat natal : bayi lahir cukup bulan atau tidak, cara kelahiran, lama
persalinan, kelahiran tunggal/kembar, prosedur khusus selama persalinan,
tempat dan penolong persalinan, APGAR score dan keadaan air ketuban.
5) Riwayat postnatal : pemberian ASI dan imunisasi
B. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lesu, latergi, koma.
2) TTV :
RR : 120-160 x/menit
Nadi : 40 x/menit
S : 36,5-37oC
3) Pemeriksaan antropometri
4) Pemeriksaan kepala : bentuk kepala, ada atau tidaknya trauma persalinan,
fontanel, sutura, rambut, adanya kelainan kongenital/tidak
5) Wajah : adanya gambaran dismorfik atau tidak
6) Mata : sclera berwarna kuning
7) Hidung : adanya sumbatan/tidak, pernafasan cuping hidung ada/tidak,
kelainan anatomi ada/tidak
8) Mulut : warna bibir dan lidah serta ada tidaknya kelainan pada bibir dan
lidah.
9) Telinga: simetris, ada pembengkakan/tidak
10) Leher : leher kaku
11) Thorak : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultas
12) Jantung : inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi
13) Abdomen: inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi
14) Punggung, tulang belakang, dan pinggul : ada atau tidaknya pembengkakan,
dislokasi, atau kelainan punggung dan pinggul
15) Ekstremitas atas dan bawah : pergerakan lemah
16) Kulit : Terlihat juondice di seluruh permukaan kulit.
17) Genetalia : kondisi skrotum untuk bayi laki-laki dan labia mayor dan minor
untuk bayi perempuan
BAB : proses eliminasi mungkin lambat, feses lunak, coklat atau kehijuan
selama pengeluaran bilirubin.
BAK : urine berwarna gelap pekat, hitam kecoklatan (sindrom bayi Gronze).
18) Refleks
Rooting : lemah
Sucking : lemah
Menelan : lemah
Berkedip : normal
Tonik neck neglick : lemah
Moro : lemah
Palmar : lemah
Graps : lemah
2. Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit b/d pajanan sinar fototerapi secara terus menerus
Batasan karakteristik gangguan integritas kulit :
- Nyeri akut
- Perdarahan
- Benda asing menusuk permukaan kulit
- Hematoma
- Area panas normal
- Kemerahan
2. Kurangnya volume cairan b/d tidak adekuatnya intake cairan
Batasan karakteristik kurangnya volume cairan tubuh:
- Perubahan status mental
- Penurunan turgor kulit
- Penurunan tekanan darah
- Penurunan tekanan nadi
- Penurunan volume nadi
- Penurunan turgor lidah
- Penurunan haluaran urine
- Penurunan pengisian vena
- Membran mukosa kering
- Kulit kering
- Peningkatan suhu tubuh
- Peningkatan frekuensi nadi
- Peningkatan hematokrit
- Peningkatan konsentrasi urine
- Penurunan berat badan tiba-tiba
- Haus
- Kelemahan
3. Peningkatan suhu tubuh akibat efek samping fototerapi berhubungan dengan efek
mekanisme regulasi tubuh oleh hipotalamus
Batasan karakteristik peningkatan suhu tubuh:
- Postur abnormal
- Apnea
- Koma
- Kulit kemerahan
- Hipotensi
- Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
- Gelisah
- Letargi
- Kejang
- Kulit terasa hangat
- Stupor
- Takikardia
- Takipnea
- Vasodilatasi
3. Intervensi
No NOC NIC Rasional
.
Dx
1 Setelah dilakukan 1. Monitor warna dan 1. Warna kulit kekuningan
tindakan keperawatan keadaan kulit setiap 4- sampai jingga yang
selama 3x24 jam 8 jam semakin pekat
diharapkan integritas 2. Monitor keadaan menandakan konsentrasi
kulit kembali bilirubin direk dan bilirubin indirek dalam
baik/normal dengan indirek (kolaborasi darah tinggi.
kriteria hasil: dengan dokter dan 2. Kadar bilirubin indirek
- Kadar bilirubin analis) merupakan indikator
dalam batas 3. Ubah posisi miring berat ringan joundice
normal (0,2-1,0 atau tengkurap. yang diderita.
mg/dl) Perubahan posisi setiap 3. Menghindari adanya
- Kulit tidak 2 jam berbarengan penekanan pada kulit
berwarna kuning dengan perubahan yang terlalu lama
- Tidak timbul lecet posisi lakukan massage sehingga mencegah
akibat penekanan dan monitor keadaan terjadinya dekubitus atau
kulit terlalu lama kulit iritasi pada kuit bayi.
dan pajanan sinar 4. Jaga kebersihan kulit 4. Kulit yang bersih dan
fototerapi dan kelembaban kulit lembab membantu
memberi rasa nyaman
dan menghindari kulit
bayi mengelupas atau
bersisik
2 Setelah dilakukan 1. Pantau masukan dan 1. Peningkatan kehilangan
tindakan keperawatan haluan cairan, timbang air melalui feses dan
selama 3x24 jam berat badan bayi 2 kali evaporasi dapat
diharapkan cairan sehari. menyebabkan dehidrasi.
tubuh neonatus 2. Perhatikan tanda- tanda 2. Bayi dapat tidur lebih
adekuat dengan dehidrasi (mis: lama dalam
kriteria hasil: penurunan haluaran hubungannya dengan
- Tugor kulit baik urine, fontanel tertekan, fototerapi, meningkatkan
- Membran mukosa kulit hangat atau kering resiko dehidrasi bila
lembab dengan turgor buruk, jadwal pemberian makan
- Intake dan output dan mata cekung). yang sering tidak di
cairan seimbang 3. Perhatikan warna dan pertahankan.
- TTV dalam frekuensi defekasi dan 3. Defeksi encer, sering dan
keadaan normal urine. kehijauan serta urine
4. Tingkatkan masukan kehijauan menandakan
cairan per oral keefektifan fototerapi
sedikitnya 25%. Beri dengan pemecahan dan
air diantara menyusui ekskresi bilirubin. Feces
atau memberi susu yang encer
botol. meningkatkatkan risiko
5. Pantau turgor kulit kekurangan volume
6. Berikan cairan per cairan akibat
parenteral sesuai pengeluaran cairan
indikasi berlebih.
4. Meningkatkan input
cairan sebagai
kompensasi pengeluaran
feces yang encer
sehingga mengurangi
risiko bayi kekurangan
cairan.
5. Turgor kulit yang buruk,
tidak elastis merupakan
indikator adanya
kekurangan volume
cairan dalam tubuh bayi.
6. Mungkin perlu untuk
memperbaiki atau
mencegah dehidrasi berat
3 Setelah dilakukan 1. Pantau kulit neonatus 1. Fluktuasi pada suhu
tindakan keperawatan dan suhu inti setiap 2 tubuh dapat terjadi
selama 3x24 jam jam atau lebih sering sebagai respon terhadap
diharapkan tidak sampai stabil (mis; pemajanan sinar, radiasi
terjadi peningkatan suhu aksila) dan atur dan konveksi.
suhu tubuh dengan suhu incubator dengan 2. Peningkatan suhu tubuh
kriteria hasil: tepat dapat terjadi karena
- Suhu tubuh dalam 2. Monitor nadi, dan dehidrasi akibat paparan
rentang respirasi sinar dengan intensitas
normal(36,50C- 3. Monitor intake dan tinggi sehingga akan
370C) output mempengaruhi nadi dan
- Nadi dan respirasi 4. Pertahankan suhu respirasi, sehingga
dalam batas tubuh (36,50C-370C) peningkatan nadi dan
normal (N:120- jika demam lakukan respirasi merupakan
160 x/menit, RR : kompres aspek penting yang harus
35 x/menit) 5. Cek tanda-tanda vital di waspadai.
- Membran mukosa setiap 2-4 jam sesuai 3. Intake yang cukup dan
lembab yang dibutuhkan output yang seimbang
6. Kolaborasi pemberian dapat membantu
antipiretik jika demam mempertahankan suhu
tubuh dalam batas
normal.
4. Suhu dalam batas normal
mencegah terjadinya
cold/ heat stress
5. Untuk mengetahui
keadaan umum bayi
sehingga memungkinkan
pengambilan tindakan
yang cepat ketika terjadi
suatu keabnormalan
dalam tanda-tanda vital.
6. Antipiretik cepat
membantu menurunkan
demam bayi
DAFTAR RUJUKAN

Ela. (2017, Maret). Dipetik April 20, 2020, dari


https://josindonesia.blogspot.com/2017/03/pengetian-hiperbilirubinemia.html
Harismi, A. (2019, Desember 30). SehatQ. Dipetik April 22, 2020, dari
https://www.sehatq.com/artikel/hiperbilirubin-penyebab-bayi-baru-lahir-kuning
Keliat, B. A., Mediani, H. S., & Tahlil, T. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi
dan Klasifikasi 2018-2020. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
KEPERA. (2011, November 08). Dipetik April 20 , 2020, dari
http://praditaarga.blogspot.com/2011/11/hyperbilirubinemia.html
Keperawatan. (2016, Juni 22). Dipetik April 20, 2020, dari
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2016/06/asuhan-keperawatan-
hiperbilirubinemia.html
Lutfi. (2015, November 23). Slideshare. Dipetik April 22, 2020, dari
https://www.slideshare.net/nslutfi90/sap-hyperbilirubin
Mutaqin, Z. (t.thn.). Dipetik April 20, 2020, dari academia.edu:
https://www.academia.edu/37049315/LAPORAN_PENDAHULUAN_HIPERBILIRU
BINEMIA
Unknown. (2015, Januari 10). Dipetik April 20, 2020, dari
http://rosyerma94.blogspot.com/2015/01/laporan-pendahuluan-hiperbilirubin.html
Waluyo, E. (2015). Dipetik April 22, 2020, dari http://repository.ump.ac.id/2739/3/Eko
%20Waluyo%20BAB%20II.pdf
FORMAT
ASUHAN KEPERAWATAN BAYI BARU LAHIR (NEONATUS)

DI SUSUN OLEH :

NAMA : _ Iin Candra


NIM : _ 18.021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN TRENGGALEK 2019/2020
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
-KampusUtama : Jl.BesarIjen No. 77 C MALANG 65112 Telp.(0341) 556746
-Kampus I : Jl.Srikoyo No. 106 JEMBER Telp.(0331) 486613
-Kampus II : Jl.A. YaniSumberporong LAWANG Telp.(0341) 427847
-Kampus III : Jl.Dr. Soetomo No. 56 BLITAR 66133 Telp.(0342) 801043
-Kampus IV : Jl.KH. WakhidHasyim No. 64B KEDIRI Telp.(0354) 773095
-Kampus V : Jl.Dr. Soetomo No.5 TRENGGALEK Telp.(0355) 791293
-Kampus VI : Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.82A PONOROGO Telp.(0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NEONATUS


I. ANAMNESE
A. Identitas :
a. Bayi / Neonatus :
A. Nama : By. N
B. Tanggal lahir/umur : 16 April 2020 jam 07.00
C. Jenis kelamin : laki-laki
D. Anak ke :1
E. Diagnosa Medis : Hiperbilirubinemia
F. Tgl pengkajian : 16 April 2020 jam 16.00
b. Orang tua
A. Nama :
B. Umur :
C. Status Perkawinan :
D. Agama :
E. Pendidikan :
F. Pekerjaan :
G. Penghasilan :
H. Bangsa / suku :
I. Alamat :

B. Alasan bayi dibawa ke ruang neonatus :


Bayi dibawa ke ruang perawatan bayi dengan keadaan lemah, bayi lahir dengan
riwayat ketuban pecah dini.
C. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Prenatal, Natal, Postnatal
A. Riwayat Prenatal
a. ANC (waktu dan tempat) : ANC rutin setiap bulan
b. Keluhan selama hamil : mual pada bulan pertama
kehamilan
c. Obat – obatan yang dikonsumsi : -
d. Penyakit yang diderita oleh ibu :-
e. Penggunaan alkohol, rokok :-
f. Imunisasi TT :-
g. Nutrisi :-
h. Letak janin pada akhir kehamilan :-
B. Riwayat Natal
a. Masa gestasi : 36 minggu
b. Cara kelahiran : spontan
c. Lama persalinan :-
 Kala I :-
 Kala II :-
d. Kelahiran kembar / tunggal : tunggal
e. Prosedur khusus :
 Resusitasi :-
 O2 :-
 Anastesi/sedasi pada ibu :-
f. Tempat bersalin dan Penolong : RS
g. Keadaan bayi saat lahir :
 Apgar score 1 menit : 6-7
 Apgar score 5 menit : 7-8
h. Keadaan air ketuban :
 Warna : jernih
 Jumlah (cc) :-
 Bau :-
C. Riwayat postnatal
Data nutrisi bayi
a. Pemberian ASI : belum diberikan ASI
b. Pemberian PASI : tidak ada
c. Imunisasi : tidak ada
d. Alergi : tidak ada
D. Riwayat kesehatan keluarga
Genogram : -
II. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
a. Status Kesadaran : status 4
b. Kelelahan : tonus otot lemah

B. TTV
a. Suhu : 37,1 °C c. Respitarory rate : 54 x/mnt
b. Nadi : 150 x/mnt

C. Pemeriksaan antropometri
a. Lingkar Kepala : 34 cm d. Lingkar lengan atas : 11 cm
b. PB : 48 cm e. Lingkar dada : 32 cm
c. BB : 2560 gr f. Lingkar perut : 35 cm

D. Kepala
a. Bentuk kepala : oval
b. Trauma persalinan :
a. Caput succedarium : terdapat caput succedarium ± 1 cm
b. Cephal hematum : tidak ada
c. Perdarahan Intra Kranial : tidak ada
d. Fontanel
• Depan :belum menutup
• Belakang :belum menutup
e. Sutura : terlihat jelas dan tidak menumpuk atau melebar
f. Rambut
• Warna : hitam
• Distribusi : belum merata
• Mudah dicabut : tidak
• Lain – lain : tidak ada
g. Kelainan congenital
• Hidrocepalus : tidak ada
• Microcepalus : tidak ada
• Ancephalus : tidak ada
• Lain – lain : tidak ada

E. Wajah
Wajah pada area kening dan pipi berwarna kekuningan
Adanya gambaran dismorfik.
1. Mata mengarah ke atas : tidak ada
2. Telinga letak rendah : tidak ada
3. Lipatan epikantus : tidak ada

F. Mata
1. Sklera : putih
2. Konjungtiva : merah muda
3. Pupil : mengecil ketika terkena cahaya
4. Nistagmus : tidak ada
5. Strabismus : tidak ada
6. Ptosis : tidak ada
7. Edema : tidak ada

G. Hidung
1. Sumbatan : tidak ada
2. Pergerakan cuping hidung : terdapat pernafasan cuping hidung
3. Kelainan anatomi : tidak ada

H. Mulut
a. Bibir
1. Warna : tidak ada
2. Moniliasis : tidak ada
3. Trismus : tidak ada
4. Stomatitis : tidak ada
5. Keadaan Palatum : tidak ada
6. Kelainan kongenital : tidak ada

b. Lidah dan gigi


1. Sianosis lidah : tidak ada
2. Kelainan kongenital : tidak ada
3. Toot Buds : tidak ada
I. Telinga
a. Letak
1. Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
2. Daun telinga : menempel, tulang rawan bentuk terbentuk
sempurna
3. Pembengkakan dibelakang : tidak ada
4. Pengeluaran lendir : tidak ada
5. Kelainan kongenital : tidak ada

J. Leher
1. Bentuk : pendek
2. Gerakan : bisa digerakkan ke kiri dan ke kanan
3. Pembesaran kelenjar : tidak ada
4. Kelainan kongenital : tidak ada

K. Thorax
a. Paru
a. Inspeksi : bentuk dada cembung, irama nafas irreguler, tidak terdapat
retraksi suprasternal
b. Palpasi : getar suara sama antara kanan dan kiri saat bayi
merintih
c. Auskultasi : terdengar suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas
tambahan

b. Jantung
a. Inspeksi/palpasi : tidak terlihat pulsasi,ictus cordis teraba di ics 5
midclavikula kiri, tidak melebar
b. Auskultasi : Suara jantung terdengar regular
c. Bunyi jantung 1 terdengar lup di ICS IV sinistra.
d. Bunyi jantung 2 terdengar dup di ICS II dexstra dan sinistra

L. Abdomen
a. Inspeksi : bentuk abdomen datar, terdapat bayangan
pembuluh darah, tali pusat masih basah, tidak ada tanda infeksi
seperti berbau, merah, bengkak.
b. Auskultasi : bising usus terdengar 5x/mnt
c. Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak terdapat skibala
d. Perkusi : bunyi abdomen tympani

M. Punggung, tulang belakang dan panggul


a. Pembengkakan punggung :tidak ada
b. Kelainan punggung : tidak ada
c. Dislokasi panggul : tidak ada
d. Kelainan panggul : tidak ada

N. Ekstremitas atas / bawah


a. Bentuk : simetris antara kanan dan kiri
b. Pergerakan : lemah, tidak aktif
c. CRT : kembali kurang dari 3 detik
d. Kelainan congenital : tidak ada

O. Kulit
a. Warna : kemerahan
b. Kelembaban : lembab
c. Turgor : kembali lebih dari 2 detik
d. Lanungo : terdapat lanugo pada bahu dan wajah
e. Vernix caseosa : terdapat vernik caseosa
f. Akral : dingin
g. Kelainan kulit : tidak ada
h. Lapisan lemak : tipis

P. Genetalia dan anus


a. Laki – laki
1. Scrotum : terdapat testis dan rubai-rubai
2. Kelainan kongenital :-
b. Perempuan
1. Labia Mayor dan minor :-
2. Kelainan kongenital : -
c. Urethra
1. Retensi : tidak ada
2. Anuri : tidak ada
3. BAK : mampu buang air kecil
d. Anus
1. Meconium : sudah keluar
2. BAB : tidak ada kelainan
3. Kelainan kongenital : tidak ada

Q. System syaraf pusat


a. Refleks
1. Rooting : ada, lemah
2. Sucking : ada, lemah
3. Menelan : ada, lemah
4. Berkedip : ada
5. Tonik Neek Neglic : ada, lemah
6. Moro : ada, lemah
7. Palmar : ada, lemah
8. Graps : ada, lemah
b. Gangguan pada syaraf : tidak ada

III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. x – foto : -
b. Tes kematangan paru :-
c. Laboratorium :
Waktu Jenis pemeriksaan Hasil Standart Normal
pemeriksaan

16-4-2020 Bilirubin total 11, 5 gr/dl

IV. PENATALAKSANAAN TERAPI


1. Diberikan fototerapi 5 jam/hari

Trenggalek, 20 April 2020

Nama Mahasiswa
ANALISA DATA

NO. DATA MASALAH ETIOLOGI


1. DS: Kekurangan
lethargi
- Dari hasil anamnese bayi dibawa volume cairan
ke ruang perawatan bayi dengan tubuh
keadaan lemah Malas minum
- Dari hasil anamnese bayi belum (reflek hisap
diberi ASI lemah)
DO:
- TTV
Suhu : 37,10C Intake tidak
Nadi : 150x/menit adekuat
RR : 54x/menit
- Turgor : kembali lebih dari 2
detik
- Bayi mampu BAK dan meconium
sudah keluar
- Reflek rooting, sucking, dan
menelan ada namun lemah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Tgl Teratasi Tanda
Tangan
1. 20 April 2020 Kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat yang
ditandai dengan:
DS:
- Dari hasil anamnese Bayi
dibawa ke ruang perawatan
bayi dengan keadaan lemah
- Dari hasil anamnese bayi
belum diberi ASI
DO:
- TTV
Suhu : 37,10C
Nadi : 150x/menit
RR : 54x/menit
- Turgor : kembali lebih
dari 2 detik
- Bayi mampu BAK dan
meconium sudah keluar
- Reflek rooting, sucking,
dan menelan ada namun
lemah
C. INTERVENSI
No. Tanggal No. Dx NOC NIC Rasional Tanda
Kep. Tangan
1. 20 April 1 Setelah dilakukan 1. Pantau masukan dan 1. Peningkatan kehilangan air
tindakan keperawatan haluan cairan, melalui feses dan evaporasi dapat
2020
selama 3x24 jam timbang berat badan menyebabkan dehidrasi.
diharapkan cairan tubuh bayi 2 kali sehari. 2. Bayi dapat tidur lebih lama dalam
neonatus adekuat 2. Perhatikan tanda- hubungannya dengan fototerapi,
dengan kriteria hasil: tanda dehidrasi (mis: meningkatkan resiko dehidrasi
 Tugor kulit baik penurunan haluaran bila jadwal pemberian makan
 Membran mukosa urine, fontanel yang sering tidak di pertahankan.
lembab tertekan, kulit hangat 3. Defeksi encer, sering dan
 Intake dan output atau kering dengan kehijauan serta urine kehijauan
cairan seimbang turgor buruk, dan menandakan keefektifan
 TTV dalam keadaan mata cekung). fototerapi dengan pemecahan dan
normal 3. Perhatikan warna dan ekskresi bilirubin. Feces yang
RR:120-160 x/menit frekuensi defekasi encer meningkatkatkan risiko
Nadi: 40-60 x/menit dan urine. kekurangan volume cairan akibat
S : 36,5-37oC 4. Tingkatkan masukan pengeluaran cairan berlebih.
cairan per oral 4. Meningkatkan input cairan
sedikitnya 25%. Beri sebagai kompensasi pengeluaran
air diantara menyusui feces yang encer sehingga
atau memberi susu mengurangi risiko bayi
botol. kekurangan cairan.
5. Pantau turgor kulit 5. Turgor kulit yang buruk, tidak
6. Berikan cairan per elastis merupakan indikator
parenteral sesuai adanya kekurangan volume cairan
indikasi dalam tubuh bayi.
6. Mungkin perlu untuk
memperbaiki atau mencegah
dehidrasi berat
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
-KampusUtama : Jl.BesarIjen No. 77 C MALANG 65112 Telp.(0341) 556746
-Kampus I : Jl.Srikoyo No. 106 JEMBER Telp.(0331) 486613
-Kampus II : Jl.A. YaniSumberporong LAWANG Telp.(0341) 427847
-Kampus III : Jl.Dr. Soetomo No. 56 BLITAR 66133 Telp.(0342) 801043
-Kampus IV : Jl.KH. WakhidHasyim No. 64B KEDIRI Telp.(0354) 773095
-Kampus V : Jl.Dr. Soetomo No.5 TRENGGALEK Telp.(0355) 791293
-Kampus VI : Jl.Dr. Ciptomangunkusumo No.82A PONOROGO Telp.(0352) 461792
Website : Http://www.poltekkes-malang.ac.id Email : direktorat@poltekkes-malang.ac.id

LEMBAR KONSULTASI
Nama : Iin Candra
NIM : 18.021
No Tanggal Catatan Pembimbing Paraf
.
1. 21-04-2020 Membenahi LP Elok
- Untuk pathway satu etiologi tidak bisa untuk 2 masalah
keperawatan, coba uraikan lagi menurut konsep yang anda
ketahui
- Periksa ulang pathway yang dibuat, diagnosa yang muncul
sesuai dengan pathway anda
2. 22-04-2020 Membenahi LP
- Pada bayi selalu ada pengkajian reflek dan di manifestasi Elok
reflek ada masalah dg bayi hiperbilirubin. Coba cek ulang
manifestasi. Dalam manifestasi akan masuk data dalam
pengkajian sebisa mungkin pengkajian selain fokus ke
penyakit mengikuti format pengkajian neonatal
a. Komponen LP
3. 24-04-2020 1. Konsep penyakit : definisi, etiologi, manifestasi,
penatalaksanaan, data penunjang Elok
2. Konsep askep : pengkajian, diagnosa, intervensi
b. Uraian yang dituliskan merupakan penjelasan dari skema
pathway yang telah dibuat, sehingga detail sampai ke
masalah keperawatan juga dimunculkan.
c. Setiap diagnosa dalam konsep LP masukkan data subyektif
dan data obyektifnya ya, sebagai dasar untuk menganalisa
data.

27.04.2020 Sudah sesuai Acc Elok

Anda mungkin juga menyukai