Dermatitis
Dermatitis
I. PENDAHULUAN
II. EPIDEMIOLOGI
Tidak ada data yang tepat mengenai insiden dan prevalensi, tetapi penyakit
ini diyakini lebih umum dari psoriasis, misalnya mempengaruhi setidaknya 2 sampai
5 persen dari populasi. Penyakit ini dapat menyerang bayi ataupun pada orang
dewasa. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada umur bulan-bulan pertama,
kemudian jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya
pada umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih
1
sering terjadi pada pria daripada wanita. Terjadinya dermatitis seboroik pada pasien
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) mempunyai prevalensi yang tinggi
sampai 85 %. Laporan pertama pada tahun 1984 dengan mengikuti observasi dari
seluruh dunia. Pasien dengan gangguan sistem saraf pusat seperti epilepsi dan
penyakit Parkinson juga tampak rentan terhadap pengembangan dermatitis
seboroik.1, 4, 5
III.ETIOPATOGENESIS
A. Efek Mikroba
Ragi Malassezia (peningkatan jumlah ragi yang umum hidup pada kulit
manusia) - Malassezia furfur atau bentuk ragi nya, Pityrosporum ovale mungkin
memainkan peran penyebab dalam dermatitis seboroik. Ragi ini ditemukan dalam
kelimpahan yang tinggi pada kulit normal dan lipofilik. Komposisi lipid pada kulit
pasien ditemukan berbeda dalam proporsi peningkatan kolesterol, trigliserida dan
parafin. Kelainan pada lipid permukaan dapat menyebabkan keratinisasi tidak efektif
dan / atau aktivitas lipase dari Pityrosporum ovale, yang dapat menghasilkan asam
2
lemak inflamasi. Penelitian juga menunjukkan bahwa Malassezia furfur atau
metabolismenya sebesar-produk dapat menyebabkan peradangan melalui respons
yang diperantarai sel imun yang melibatkan sel T, sel Langerhans dan kaskade
komplemen. 5, 6
D.S. dapat diakibatkan oleh proliferasi epidermis yang meningkat seperti pada
psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi dengan sitostatik dapat
memperbaikinya.1 Riwayat eksim dalam keluarga mungkin mempengaruhi
seseorang untuk terkena dermatitis seboroik. 5Dermatitis seboroik sering terkait
dengan variasi kelainan neurologi, contohnya postensefalitis parkinson, trauma
supraorbital, kelumpuhan wajah, trauma unilateral gangglion Gasser, poliomielitis,
siringomelia, qudriplegia. Stress emotional tampaknya memperburuk penyakit ini.
Hal ini menunjukkan bahwa sistem saraf mungkin terlibat, meskipun tidak ada bukti
kuat belum untuk mendukung teori ini. 4, 5, 7, 8.
Variasi musim dan temperatur
kelembapan juga terkait dengan penyakit ini. Musim dingin dan kelembapan yang
rendah akan memperburuk kondisi.Aktivitas meningkat pada musim dingin dan awal
4,8
musim semi, dengan remisi sering terjadi di musim panas.
3
antijamur mungkin 'jelas' membuat gejala membaik dengan kondisi penurunan
jumlah mikroba, rekolonisasi dan relaps terjadi setelah menghentikan pengobatan.
Ini bisa dijelaskan dengan masalah imunologi yang mendasari, menunjukkan bahwa
yang immunocompromised mungkin bertanggung jawab atas meningkatnya jumlah
Malassezia furfur. 1, 5, 7-9
A. Kelelahan
B. Stress emosional
C. Infeksi
D. Defisiensi imun1
IV.GEJALA KLINIS
Kelainan kulit terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas. Kelainan kulit dapat disertai rasa gatal
walupun jarang. D.S. yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama-
skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh
kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Kelainan tersebut
disebut pitiriasis sika (ketombe, dandruff). Bentuk yang berminyak disebut
1, 9
pitiriasis steatoides yang dapat disertai eritema dan krusta-krusta yang tebal.
Sumber :http://www.mayoclinic.com/health/medical/IM02630
4
tersebut mempunyai kecenderungan rontok walaupun jarang ditemui, mulai dibagian
vertex dan frontal. Rambut rontok dapat disebabkan banyak faktor individu dan.
Digabungkan, termasuk produksi minyak berlebih dari ketidakseimbangan hormon,
stres, cuaca panas atau dingin yang ekstrim, daerah yang lembab, imunodefisiensi,
penyakit Parkinson, kondisi neurologis tertentu dan kebersihan kulit kepala.
Pertumbuhan rambut akan kembali seperti semula setelah diberikan terapi yang
efektif.1, 9, 11
Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-papul.
Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan
berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga
posaurikular dan leher. Pada daerah dahi tersebut, batasnya sering cembung. Pada
bentuk yang lebih berat lagi, seluruh kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor
1
dan berbau tidak sedap. Pada daerah supraorbital, skuama-skuama halus dapat
terlihat di alis mata, kulit dibawahnya eritematosa dan gatal, disertai bercak-bercak
skuama kekuningan, dapat terjadi pula blefaritis, yakni pinggir kelopak mata merah
disertai skuama-skuama halus.1, 2
Sumber : http://emedicine.medscape.com/article/1108312-clinical#a0217.
5
Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak
terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga
bagian luar, saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak
mata, glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah
presternum, daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital) .6
Dermatitis seboroik yang pada infantil terjadi pada tahun pertama kehidupan,
biasanya muncul usia 3-14 minggu, membaik secara spontan pada usia 8-12 bulan.
Kelainan kulit yang terjadi berupa skuama-skuama yang kekuningan dan kumpulan
debris-debris epitel yang lekat pada kulit skalp (Cradle cap). Lesi bisa terbatas di
skalp namun dapat meluas ke regio lain, antara lain : bagian tengah wajah(dahi, alis,
hidung, bagian belakang kepala), area retroauricular, dada, leher, daerah anogenital
dan lipatan badan.6, 9 Regio frontal dan parietal kulit kepala ditutupi dengan kulit yang
berminyak dan tebal, sering terdapat kerak-kerak yang pecah (crusta lactea or “milk
crust”), biasanya tanpa dasar yang merah. Kelainan kulit dapat disertai gatal
ataupun tidak, tetapi berlebihan menggaruk dapat menyebabkan peradangan, infeksi
5
ringan atau perdarahan.
6
Kelainan kulit pada Leiner’s Disease berupa eritema universal disertai skuama yang
kasar pada daerah kulit kepala, wajah. Sangat cepat menyebar ke bagian lain dari
tubuh3, 4,10-11
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
7
dermis tampak banyak pembuluh darah dengan dinding yang menebal, banyak
ditemukan sel plasma.10
VI. DIAGNOSIS
A. Kelainan kulit yang terdiri dari eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan batasnya agak kurang tegas (skuama dapat halus atau kasar) 1
Gambaran klinis yang khas pada D.S. ialah skuama yang berminyak dan
1
kekuningan dan berlokasi ditempat-tempat seboroik.
A. Psoriasis
Kelainan kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata
dengan skuama berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai
dengan Auspitz sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang
berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada
psoriasis jika dicoba dilepas akan mungkin berdarah tetapi skuama pada
dermatitis seboroik dengan sangat mudah dilepas. Tempat predileksinya pun
berbeda , predileksi psoriasis antara lain skalp, perbatasan skalp dengan
muka, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, dan daerah
lumbosakral, sedangkan predileksi dermatitis seboroik di : skalp, dahi, pipi,
hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telingan luar, lipatan nasolabial,
daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita,
8
interskapular, umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya
melibatkan kuku, disamping menimbulkan kelainan pada kulit, psoriasis dapat
pula menyebabkan kelainan pada sendi walaupun jarang. Pada dermatitis
seboroik rasa gatal akan muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis
gatal sudah dirasakan dari awal penyakit.1, 10, 12
B. Kandidosis Kutis
Dermatitis seboroik dapat menyerupai kandidosis kutispada lipat paha,
lipatan payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang berbatas
tegas, bersisik, basah, dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik
eritema dan skuama berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak kurang
jelas. Pada kandidosis, Lesi dikelilingi oleh satelit berupa vesikel - vesikel dan
pustul – pustul yang kecil atau bula yang bila pecah meningalkan daerah yang
erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer.
Dermatitis seboroik dan kandidosis intertriginosa juga dapat dibedakan pada
tempat predileksinya. Predileksi dermatitis seboroik terdapat pada bagian
tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea yaitu daerah kepala, wajah dan
badan bagian atas.6 Sedangkan predileksi kandidosis intertriginosa selain pada
lipat paha, lipatan payudara dan umbilikus, juga terdapat ada lipatan kulit
ketiak, intergluteal, antara jari tangan atau kaki, glands penis dan
umbilikus.Keluhan gatal yang lebih menonjol dapat mendukung diagnosis
kandidosis intertriginosa. 1
9
Gambar 7: kandisosis intergluteal
Sumber : http://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg
C. Rosasea
Rosasea memiliki kesamaan dengan dermatitis seboroik karena dapat
12
menghasilkan eritema wajah menyerupai dermatitis seboroik. Tempat
predileksi rosasea adalah di sentral wajah, yaitu hidung, pipi, dagu, dahi, dan
alis, terkadang meluas ke leher bahkan pergelangan tangan atau kaki.
Sedangkan dermatitis seboroik terdapat pada tempat sebore, dengan skuama
yang berminyak dan agak gatal. Kelaianan kulit pada rosasea adalah eritema,
telangiektasia, papul, edema, dan pustul. Adanya eritema dan telangiektasia
yang persisten pada setiap episode merupakan gejala khas rosasea. Lesi
umumnya simetris. 1
10
Gambar 10 : Rosasea
Sumber : http://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Pengobatan Sistemik
11
diberikan dosis pemeliharaan 5-10 mg per hari selama beberapa tahun yang
ternyata efektif untuk mengontrol penyakitnya.1
Pada dermatitis seboroik yang parah juga dapat diobati dengan narrow
band UVB (TL-1) yang cukup aman dan efektif. Setelah pemberian terapi 3 x
seminggu selama 8 minggu, sebagian besar penderita mengalami perbaikan. 1
Data tentang efektivitas agen anti jamur sistemik untuk dermatitis seboroik
terbatas. Bila pada sediaan langsung terdapat pityrosporum ovale yang banyak
dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari selama 1 – 3 minggu.
Selain itu oral antijamur itrakonazol dengan dosis 200 mg per hari selama 1
minggu tampaknya menjadi pilihan ketika dermatitis seboroik menyebar secara
luas, tahan terhadap preparat topikal, atau ketika mempengaruhi masalah
psikologis yang dapat mengubah gaya hidup pasien. Efek anti peradangan dan
aktivitas antifungi terhadap Malassezia menunjukkan bahwa itraconazole oral
akan menjadi pengobatan lini pertama pilihan oral untuk dermatitis seboroik di
masa depan. Itrakonazol adalah anti jamur yang lipofilik dan keratinofilik
sistemik. Obat ini tidak memiliki potensi yang sama untuk menyebabkan
hepatotoksisitas sebagai ketokonazol dan mungkin, karena itu, menjadi
alternatif yang lebih aman untuk pasien yang memerlukan pengobatan
oral,walaupun begitu harus dipertimbangkan dengan cermat dalam
merencanakan pengobatan untuk kondisi kronis seperti dermatitis seboroik. 1, 12,
14
B. Pengobatan Topikal
1. Anti-Inflamasi (imunomodulator)
2. Keratolitik
12
Terapi lain untuk dermatitis seboroik dengan menggunakan keratolitik.
Keratolitik yang secara luas dipakai untuk dermatitis seboroik adalah tar,
asam salisilat dan shampo zinc pyrithion. Zinc pyrithion memiliki sifat
keratolitik non spesific dan antijamur dan dapat diterapkan dua atau tiga
kali per minggu. Pasien harus meninggalkan ini sampo pada rambut
selama paling sedikit lima menit untuk memastikan bahwa shampo
mencapai kulit kepala. Pasien juga dapat menggunakannya di tempat lain
10
yang terkena dampak, misalnya wajah.
3. Antijamur Topikal
4. Kortikosteroid Topikal
13
- Ter, misalnya likuor karbonas detergens 2 – 5 % atau krim
pragmatar
- Resorsin 1 – 3 %
- Sulfur Praesipitatum 4 – 20 %, dapat digabung dengan asam
salisilat 3 – 6 %
Obat-obat tersebut sebaiknya dipakai dalam krim.1
IX. PROGNOSIS
X. KESIMPULAN
14
namun terkadang memberikan rasa tidak nyaman. Dermatitis seboroik ini tidak
menular, dan bukan tanda kebersihan yang rendah. Dermatitis seboroik biasanya
memerlukan pengobatan selama bertahun-tahun, karena tidak ada pengobatan yang
dapat benar-benar menyembuhkan penyakit tersebut., hal ini penting dalam
mengedukasi pasien dimana pengobatan yang diberikan tidak memberikan hasil
1, 12, 15
dengan penyembuhan yang total, namun dapat dikontrol.
DAFTAR PUSTAKA
15
2. Gibson EL, Perry HO. Eczematous Rashes. In: Dermatology. Moschella SL,
Hurley HJ, Eds, 3rd Ed. Harcourt Brace Jovanovich, Inc, New York. p : 214
3. Plewig G. Seborrheic Dermatitis. In : Dermatology In General Medicine.
Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolff K, Freedberg IM, Austen KF, Eds. 4 th Ed.
McGraw Hill, Inc, New York. p. 1596-73
4. No name. Seborrheic Dermatitis (SD). Available at
http://www.clinuvel.com/en/skin-science/skin-conditions/common-skin-
conditions/seborrheic-dermatitis-sd. Accesed on 19 may 2012.
5. Gupta AK, Nicol KA. Seborrheic dermatitis of the scalp : etiology and
treatment. Journal of Drugs in Dermatology. 2004.
6. Selden T. Seborrheic Dermatitis Clinical presentation. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1108312-overview#a0101. Accesed
on 15 may 2012.
16
http://www.mayoclinic.com/health/seborrheic-dermatitis/DS00984. Accesed
on 15 may 2012.
16. Leiner’s Disease. Available at
http://vgrd.blogspot.com/2011/01/dermatitis-and-failure-to-thrive.html .
Accesed on 15 may 2012.
17. No name. Dermatitis and failure to thrive. Available at
http://www.infodoctor.org/rss/rss/?cat=14446. Accesed on 15 may 2012.
18. Kusmayoni WM. Kandidosis intergluteal. Available
athttp://www.klikdokter.com/userfiles/kandi2.jpg. Accesed on 15 may 2012.
19. Simatupang MM. Kandidosis. Available athttp://3.bp.blogspot.com/-
yud1mH2IexA/T3WZs62e3QI/AAAAAAAAADE/WLUPYEfpQng/s1600/blog+5.
jpg. Accesed on 15 may 2012.
20. Alai NN, Cole GW, Shiel WC. Rosasea. Available
athttp://medicastore.com/penyakit/813/Rosaea.html . Accesed on 15 may
2012.
17