Anda di halaman 1dari 29

TRANSLATE JURNAL

EFEK PSIKOFISIOLOGIS TERAPI GERAK TARI DAN LATIHAN FISIK


PADA ORANG TUA DENGAN DEMENSIA RINGAN
Studi Kontrol Acak

Disusun Oleh
Zulfina Ramadhani F. G4A018019
Febri Rachmawati G4A018024
Ahmad Mustafid Alwi G4A018034
Ghufron Febriyan Akbar G4A018050
Katarina Frenka Nadya G4A018055

Pembimbing
dr. Purwa Riana, Sp.KJ

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
2020

1
LEMBAR PENGESAHAN
TRANSLATE JURNAL
EFEK PSIKOFISIOLOGIS TERAPI GERAK TARI DAN LATIHAN FISIK
PADA ORANG TUA DENGAN DEMENSIA RINGAN
Studi Kontrol Acak

Disusun untuk memenuhi sebagian syarat dari


Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Jiwa
Jurusan Kedokteran Umum
Fakultas Kedokteran
Universitas Jendral Soedirman

Disusun Oleh:
Zulfina Ramadhani F. G4A018019
Febri Rachmawati G4A018024
Ahmad Mustafid Alwi G4A018034
Ghufron Febriyan Akbar G4A018050
Katarina Frenka Nadya G4A018055

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Tanggal, April 2020

Pembimbing

dr. Purwa Riana, Sp.KJ


NIP. 197702132009032004

2
ABSTRAK
Tujuan: Demensia mengganggu fungsi kognitif, harian, psikososial, dan
neuroendokrin orang dewasa yang lebih tua. Penelitian ini meneliti efek
psikofisiologis dari terapi gerakan tari (DMT) dan latihan fisik untuk orang tua
dengan demensia.
Metode: Uji coba terkontrol acak ini merekrut 204 orang tua yang didiagnosis
dengan demensia ringan ke dalam DMT, olahraga, atau kelompok kontrol daftar
tunggu. Intervensi DMT dan latihan fisik memiliki intensitas yang sama dan
terdiri dari 24 jam intervensi yang berlangsung selama 12 minggu. Semua peserta
menyelesaikan kuesioner laporan diri tentang kesejahteraan psikososial, fungsi
sehari-hari, penilaian neurokognitif, dan kadar kortisol saliva pada batas wajar dan
3 pengukuran tindak lanjut lebih dari 1 tahun.
Hasil: Kelompok DMT menunjukkan penurunan yang signifikan pada depresi,
kesepian, dan suasana hati yang buruk (d = 0,33-0,42, p <0,05) dan meningkatkan
fungsi harian (d = 0,40, p <0,01) dan kemiringan kortisol diurnal (d = 0,30, p
<0,01). Efek pada fungsi harian dan kemiringan kortisol tetap pada pengukuran
selama 1 tahun. Kelompok latihan dengan intensitas yang cocok menunjukkan
efek yang tidak signifikan pada hasil akhir.
Diskusi: Penelitian ini mendukung potensi kegunaan dari DMT sebagai intervensi
yang beraneka ragam untuk penyesuaian berbagai aspek dalam meningkatkan
fungsi kognitif yang menurun pada orang tua. Kurangnya efek yang
menguntungkan untuk intervensi latihan dan efek DMT jangka panjang
menunjukkan perlunya mempertahankan tingkat latihan dengan intensitas dan
durasi yang memadai.

3
A. LATAR BELAKANG
Demensia adalah gangguan neurodegeneratif yang bersifat progresif.
Demensia ditandai denggan gangguan kognitif, bahasa, dan fungsi eksekutif
(akal yang rasional) (McKhann, et al., 2011). Demensia mengganggu fungsi
individu dalam sehari-hari. Laa kelamaan seorang individu akan mengalami
deterosiasi dalam ingatan dan komunikasi. Hal ini mengakibatkan perawatan
diri yang buruk. Selain itu juga munvul gejala gangguan perlikau dan
psikologis seperti agitasi, mudah marah, dan gangguan mood (Finkel, 1997).
Hongkong memiliki harapan hidup yang tinggi di dunia dengan 18% orang tua
di hongkong didiagnosis demensia sangat ringan atau ringan (Lam, et al,
2008). Demensia menjadi permasalahan yang sering dibicarakan pada orang
yg lanjut usia, karena butuh biaya untuk perawatan medis.
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pengobatan demensia
menggunaka obat memiliki manfaat yang kecil. Selain itu juga diketahui
bahwa efek samping dari obat antipsikosis juga cukup berbahaya seperti
mengakibatkan kualitas hidup yg lebih buruk dan juga kematian. Olahraga
aerobik dikenal sebagai intervensi non farmakologis yang dapat meningkatkan
kualitas hidup seseorang (Pasanen, 2017). Dalam sebuah metaanalisis
olahraga aerobik terbukti dpat meningkatkan kognitif orang tua yang
mengalami demensia (Groot, et al., 2016). Meskipun penelitian lain
mengungkapkan bahwa latihan aerobik hanya meningkatkan fungsi kehidupan
sehari-hari. Latihan aerobik tidak dapat meningkatkan kognitif pasien, gejala
neuropsikiatri, dan depresi pada populasi demensia (Forbes, 2015).
Dance Movement therapy (DMT) adalah intervensi yang
mengkombinasikan pikiran-tubuh. Terapi ini melatih elem fisik dan komponen
psikososial. Sebuah penelitian metaanalisis sebanyak 23 penelitian yang
menjelaskan efek DMT terhadap depresi, kualitas hidup, mood yang positif,
dan afek di berbagai populasi. DMT untuk demensia terdiri aktivitas fisik
tingkat sedang dengan ketentuan 1 jam setiap minggunya. DMT menstimulasi
area otak terkait fungsi memori, fungsi eksekutif, dan keterampilan motorik
(Foster, 2013). Misalnya improvisasi dalam tari menggunakan lobus frontalis,

4
beberapa gerakan mengintegrasikan visual denga gerakan. Komponen-
konponen ini dapat mengaktifkan jaringan entorhinal dan mengasosiasikan
jalur hipokampus dengan memori spasial, area ini mengalami penurunan
fungsi yg parah pada demensia. Gerakan ritmis yang ditingkatkan pada DMT
bermanfaat untuk suasana hati dan memori pada orang tua yang mengalami
gangguan kognitif (Pearce, 2007).
Orang tua dengan demensia mengalami hilanh ingatan dan disorientasi
ruang dan waktu. Disorientasi dapat mengakibatkan rasa takut sehingga pasien
mengisolasi diri. Tarian berkelompok akan meningkatkan koneksi dan
meringankan disorientasi. Pendekatan non verbal dapat menerjemahkan
ekspresi orang tua yang menferita penurunan kemampuan verbal (Hamil,
2012). Gerakan menari tidak hanya meningkatkan respon emosi akan tetapi
meningkatkan keterampilan agar orang tua bisa lebih fungsional kembali.
Emosi yang membaik bermanfaat bagi orang tua yang mengalami demensia.
Beberapa penelitian dilakukan menunjukan manfaat DMT dalam mengurangi
Behavioral and Psychological Symptoms (BPSD) dan meningkatkan ekspresi
dan komunikasi diantara orang tua dan perawat (Guzman-Garcia, 2013).
Kortisol adalah neuroendokrin yang berefungsi sebagai indikator
aktivitas axis hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA), dimana axis tersebut
bertanggungjawab untuk merespon stres dan regulasi kekebalan tubuh. Orang
tua yang sehat dengan peningkatan basal kortisol menggambarkan penurunan
fungsi memori (Lupien et al., 1998). Peningkatan kortisol diatas standar
dikaitkan dengan perkembangan demensia yang lebih cepat (Csernansky et al.,
2006) dan orang tua dengan demensia menunjukan kortisol yang lebih landai
daripada orang dengan kognitif normal (Kovach, 2011). Penilaian terhadap
kortisol diurnal membantu menjelaskan keterkaitan antara respon
neuroendokrin, psychological well-being, dan penurunan demensia. Namun,
belum ada penelitian yang meneliti tentang efek fisiologis DMT dan olahraga
terhadap pola diurnal kortisol pada subjek.
Bukti dari penelitian terkait DMT sebagian besar masih deskriptif dan
dibatasi desain metodologi penelitian. Pada uji coba terkontrol secara acak
DMT terkait demensia. 19 penelitian tidak memenuhi kriteria inklusi dan

5
eksklusi. Mengingat kesenjangan penelitian yang ada. Peneliti membuat upaya
untuk mengevaluasi secara sistematis efek DMT dan melakukan intervensi
dalam fungsi multidimensi pada orang tua dengan demensia ringan. Peneliti
memberikan hipotesis bahwa DMT dan intervensi latihan akan menunjukan
hasil yang signifikan dibanfingkan dengan kontrol. Tujuan kedua dari
penelitian ini adalah untuk melihat efektivitas dari kedua intervensi. Penelitian
ini akan mejadi evidence base intervensi DMT untuk meningkatkan
manifestasi multidimensi pada demensia.

B. METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan single-blind, three arm Randomized
Controlled Trial (RCT) dengan daftar kontrol. Setelah skreening dan
pengumpulan data, responden secara acak di masukan dalam tiga
kelompok. Kelompok DMT, olahraga, dan kontrol, menggunakan
perbandingan 1:1:1 menggunakan pengacakan komputer. Semua
responden di cek ulang sebanyak 4 kali selama 12 bulan. Data pertama
dikumpulkan 1 minggu sebelum intervensi dimulai (Time 1). Penilaian
pasca intervensi dolakukan diakhir intervensi, yaitu 3 bulan setelah
intervensi awal. 2 penilaian yg lainnya dilakukan setelah 6 bulan dan 12
bulan setelah penelitian awal. Follow up diselesaikan 3 bulan dan 9 bulan
setelah selesainya intervensi, kemudian di refleksikan dengan perawatan
jangka panjang. Ethical approve didapatkan dari universitas dan rumaj
sakit terkait (nomer IRB= UW 14-121). Penelitian ini sudah teregistrasi di
Chinese Clinical Trial Registry (ChiCTR-IOR-15006541).
2. Partisipan

Responden berasal dari orang tua dengan diagnosis klinis demensia


(DSM IV) atau gangguan neurokognitif ringan (DSM V) diambil data
rawat jalan psikogeriatri dari rumah sakit lokal dan pusat komunitas orang
tua di hongkong. Responden di skreening oleh tim psikiater dengan
Clinical Dementia Rating (CDR). Kriteria inklusi meliputi nilai CDR 0,5
dan 1 (demensia sangat ringan hingga demensia ringan), usia 65 tahun atau

6
lebih tua, mobilitas pada anggota tubuh bagian atas, kemapuan visual dan
pendengaran yang cukup untuk menyelesaikan assessment. Pasien sedang
menjalani pengobatan dengan dosis stabil selama minimal 30 hari sebelum
skreening. Kriteria eksklusi ketika pasien menderita gangguan jiwa atau
penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol, yang dapat menyebabkan
gangguan kognitif. Selain itu juga pasien yang memiliki riwayat stroke
atau penyakit parah lainnya yang mengakibatkan defisit neurologis.
3. Rekrutmen dan alur penelitian

Grafik
pertama dalam penelitian menggambarkan 339 orang tua yang dinilai
memenuhi syarat, 63 dari mereka tidak memenuhi kriteria inklusi dan
dikeluarkan. 58 orang tua menolak untuk mengikuti penelitian ini, dan 14
lainnya tidak lanjut karena komitmen lainnya. 204 orang tua lanjut usia
yang memenuhi syarat memberikan persetujuan tertulis dan dibagi secara
acak ke dalam kelompok DMT, olahraga, dan kontrol. Responden akan
mendapatkan sertifikat kelulusan setelah menyelesaikan DMT atau
program latihan. Secara total ada 38 responden yang drop out dari
penelitian selama setahun, dengan alasan drop out meliputi penolakan
untuk mengikuti follow up assessment, loss follow up karena dirawat
dirumah sakit, tidak tinggal di hongkong lagi, atau sudah meninggal.
Selama satu tahun secara keseluruhan attrition rate (38/204= 18,6%) lebih
rendah (35%) dari penelitian sebelumnya (Lam et al., 2012) dan kelompok
DMT menunjukan lower attrition lebih rendah 10,1% dari group latihan

7
atau group kontrol (22,4% dan 23,5%). Analisis attrition tidak menemukan
perbedaan yang signifikan dalam demografi dan karakteristik dasar dengan
dropout (n= 38) untuk melengkapi (n= 166). Perbedaan attrition bisa
disebabkan kepuasan penelitian yang lebih besar dan kenyamanan
responden dalam group DMT dibandingkan dengan peserta di kelompok
latihan dan kontrol.
4. Intervensi
Gerakan dance dipimpin oleh orang yang terdaftar sebagai terapis
trainer. Program dimodifikasi dari tarian/ gerakan program terapi yang
sebelumnya sudah diterapkan di China beberapa dekade terakhir ini. Untuk
meningkatkan efektivitas, lebih banyak ditekankan pada gerakan dan ritme
yang mudah, gerakannya juga dimodifikasi sehingga bisa dilakukan dalam
posisi berdiri dan duduk untuk memenuhi kebutuhan responden.
Responden juga butuh istirahat jika kelelahan. Alat-alat seperti scarve,
elastic band, pita, dan alat musik yang kecil sebagai instrumen untuk
meningkatkan kepekaan dalam latihan, elastisitas tubuh, kekuatan, dan
koordinasi. Program telah dimodifikasi dan terbukti bisa dilakukan karena
telah di uj coba pada sepuluh orang tua dengan gangguan kognitif.
DMT terdiri dari empat elemen utama yaitu tarian kelompok yang
sederhana, gerakan dalam bentuk permianan, gerakan improvisasi, gerakan
interaktif dengan anggota kelompok. Elemen-elemen ini bertujuan agar
mendorong peserta untuk mengingat setiap langkah dan urutan,
meningkatkan mood dan vitalitas, menumbuhkan imajinasi, kreativitas,
dan ekspresi. Selain itu juga meningkatkan komunikasi dan peran sosial
(Foster, 2013) masing-masing. Intervensi ini menekankan pada ritme dan
gerakan kontralateral di kedua sisi tubuh. Tujuannya untuk meningkatkan
koordinasi dan stimulasi antara hemisfer otak kanan dan kiri (Phillips-
Silver, 2007). Kegiatan diskusi kelompok dilakukan setiap akhir sesi.
Semua responden diminta untuk mengungkapka satu kata, dua kata, atau
gerakan-gerakan untuk mengekspresikan perasaan mereka tentang
pengalaman selama latihan. Bisa juga memberikan kata-kata untuk
memberikan semangat kepada yang lainnya.

8
Kelompok yang mendapatkan program latihan, terdiri dari latihan
yang ringan hingga sedang dengan panjang latihan dan intensitas yang
sama dengan DMT. Latihan dipandu oleh instruktur fitnes yang terlatih.
Setiap sesi latihan terdiri dari pemanasan (15 menit), gerakan peregangan
sendi (15 menit), olahraga dengan handuk (15 menit), dan pendinginan (15
menit). Denyut nadi responden selalu dipantau sepanjang berlangsungnya
intervensi menggunakan alat yang portabel agar level latihan yang
dilakukan sama pada kedua group (40%-60% dari nilai VO2 max). Untuk
kedau intervensi dilakukan selama 12 minggu, dengan setiap sesi
dilakukan selama 1 jam, 2 kali seminggu. Setiap kelompok beranggotakan
10-12 peserta. Setiap peserta secara total melaksanakan inteervensi selama
24 jam. Untuk kelompok kontrol mendapatkan pengobatan dan perawatan
rutin selama penelitian, selain itu juga ditawarkan untuk mengikuti DMT
dan intervensi latihan setelah penelitian selesai.
5. Pengukuran
Peserta menyelesaikan serangkaian skala penilaian diri pada fungsi
psikososial dan harian di bawah bimbingan dan menerima penilaian
neurokognitif pada fungsi kognitif oleh koordinator penelitian. Penilaian
dilakukan oleh koordinator penelitian yang tidak mengetahui pengacakan
dan telah menerima pelatihan dalam menggunakan instrumen. Peserta
mengumpulkan lima sampel kortisol saliva pada setiap penilaian sebagai
biomarker stress.
6. Instrumen Penyaringan
Skala Penilaian Demensia Klinis (Hughes, Berg, Danziger, Coben,
& Martin, 1982 ) mencirikan enam dimensi kinerja kognitif dan
fungsional: memori, orientasi, penilaian dan penyelesaian masalah, urusan
masyarakat, hobi dan kebiasaan, dan perawatan pribadi. Pada awal, penilai
melakukan wawancara semi-struktur dengan peserta dan pengasuh mereka
untuk menentukan penurunan pada setiap dimensi. Skor CDR keseluruhan
dihitung berdasarkan tingkat penurunan dalam enam dimensi. Peringkat
CDR 0,5 dan 1 menunjukkan kasus demensia sangat ringan dan demensia
ringan.

9
7. Psikososial dan Fungsi Harian
Skala de Jong Fierveld (GT  Leung, de Jong Gierveld, & Lam,
2008 ) adalah skala 6 poin, 3 poin yang dilaporkan sendiri yang
menanyakan perasaan sendirian. Gejala depresi diukur sebagai jumlah dari
empat item dikotomis dari Skala Depresi Geriatrik (Cheng & Chan,
2005 ). 8 macam, 11-point Visual Analogue Mood Scale (Folstein & Luria,
1973 ) menilai suasana hati positif (perasaan santai, energik, dan senang)
dan suasana hati negatif (merasa khawatir, gugup, marah, lelah, dan
cemas) selama seminggu terakhir. Instrumental skala aktivitas kehidupan
sehari-hari (IADL) (Tong & Man, 2002) digunakan untuk menilai
keterampilan berfungsi sehari-hari seperti memasak, melakukan pekerjaan
rumah tangga, dan minum obat. Kemampuan peserta untuk menyelesaikan
tugas-tugas ini dievaluasi melalui respons laporan diri dan informasi dari
pengasuh mereka.
Gejala perilaku dan psikologis demensia (BPSD) dari responden
dinilai oleh 12-item Neuropsychiatric Inventory (VP)  Leung, Lam, Chiu,
Cummings, & Chen, 2001 ). Tingkat keparahan gejala seperti apatis,
halusinasi, dan agitasi dicatat dari pengasuh pribadi peserta pada skala 4
poin (0 =  tidak ada 3 =  parah). Skor total pada kesepian, depresi, suasana
hati positif, suasana hati negatif, IADL, dan BPSD berkisar dari 0 hingga
6, 0 hingga 4, 0 hingga 10, 0 hingga 10, 0 hingga 10, 0 hingga 18, dan 0
hingga 36, masing-masing, dengan skor lebih tinggi untuk suasana hati
yang positif dan IADL menyarankan fungsi yang lebih baik dan
sebaliknya. Lima skala pengukuran yang ditampilkan dapat diterima untuk
keandalan yang baik untuk kesepian ( α  = 0,71), depresi ( α  = 0,61),
suasana hati positif ( α  = 0,78), suasana hati negatif (  = 0,78), IADL (  =
0,81), IADL (  = 0,81), dan BPSD.
8. Fungsi Kognitif
The Fuld Object Memory Evaluation ( Ho, Fong, Hon, et al.,
2018) mengevaluasi pengambilan episodik dari para peserta. Para
responden diinstruksikan untuk mengidentifikasi sepuluh barang sehari-
hari yang tidak terkait dari kantong buram dengan sentuhan dan

10
penglihatan dan kemudian secara lisan mengulang namanya. Ini diikuti
oleh tugas pengambilan semantik cepat 1-menit yang berfungsi sebagai
gangguan untuk mencegah latihan. Kemudian responden akan mencoba
untuk mengingat 10 item dalam 60 detik, dan setiap item yang tidak
diingatkan diingatkan oleh penilai. Proses penarikan kembali pengingat
seperti itu mengulangi empat kali lagi dengan 30-an pengambilan
semantik cepat di antara selama lima uji coba penarikan, dengan uji coba
penarikan tertunda dilakukan setelah 20 menit. Pengambilan total
mengacu pada jumlah total item yang ditarik dengan benar selama lima uji
coba penarikan (kisaran = 0-50). Penarikan tertunda mengacu pada jumlah
item (dari 10) bahwa responden diidentifikasi dengan benar dalam sidang
recall yang tertunda. Baik total retrieval dan recall yang tertunda mewakili
memori episodik jangka panjang. Kefasihan verbal didefinisikan sebagai
jumlah dari jumlah objek yang disebutkan dalam lima tugas pengambilan
semantik (Chiu et al., 1997) dan menunjukkan memori verbal responden.
The Digit Span Test of the Wechsler Adult Intelligence Scale (Yao,
Chen, Jiang, & Tam, 2007) digunakan untuk mengukur memori jangka
pendek dan kerja responden. Responden mendengarkan urutan angka
dengan panjang meningkat dari dua hingga sembilan digit. Mereka
diperintahkan untuk menghafal urutan dan mengulangi angka dalam
urutan asli (maju) atau mundur (mundur). Dua upaya diizinkan untuk
menyelesaikan setiap panjang yang ditetapkan, dan tes berakhir ketika
responden gagal kedua upaya pada panjang yang sama. Rentang digit maju
menilai memori jangka pendek pada pemeliharaan informasi dan rentang
digit mundur mengevaluasi memori yang bekerja pada pemrosesan
informasi.
The trail making test ( Lu & Bigler, 2002 ) mengukur waktu
(dalam menit) peserta harus menyelesaikan dua tugas (Bagian A dan B)
dalam menggambar garis antara angka-angka alternatif. Tes ini
membutuhkan kemampuan konstruksi visuospatial seperti pencarian
visual, perhatian, dan fleksibilitas mental. The trail making test
mencerminkan kemampuan kognitif dalam perhatian kompleks dan fungsi

11
eksekutif. Kedua waktu penyelesaian dibatasi hingga maksimum 5 menit.
The Fuld Object Memory Evaluation , digit span test, dan trail making
test diberikan oleh empat penilai terlatih, dan reliabilitas antar penilai yang
dapat diterima (koefisien korelasi intraclass >70) ditemukan untuk
penilaian ini.
9. Biomarker
Dalam semua gelombang penilaian, peserta mengumpulkan sampel
air liur menggunakan tabung saliva kapas di rumah pada lima kesempatan
pada hari kerja normal: saat bangun (Sampel 1), satu jam setelah bangun
(Sampel 2), siang sebelum makan siang (Sampel 3), sore hari (Contoh 4),
dan malam sebelum tidur (Contoh 5). Penelitian sebelumnya ( Ho, Fong,
Chan, & Chan, 2013 ) telah menunjukkan stabilitas intra-individu yang
dapat diterima untuk hari-hari berturut-turut tindakan kortisol tanpa
perbedaan signifikan sehari-hari antara pasien kanker Cina dan orang
dewasa yang sehat. Instruksi tertulis, penjelasan verbal, dan catatan
pengingat diberikan untuk membantu peserta mengumpulkan air liur.
Mereka diinstruksikan untuk mengumpulkan sampel pertama segera
setelah bangun, menandai waktu pengumpulan masing-masing sampel
pada log harian, dan menghindari konsumsi makanan dan olahraga berat
30 menit sebelum pengumpulan sampel. Lembar instruksi dan sesi
pengarahan diberikan kepada pengasuh mereka untuk meningkatkan
kepatuhan waktu pengambilan sampel air liur. Tabung saliva yang
dikumpulkan disimpan dalam keadaan beku di laboratorium stres
universitas, dan kadar kortisol ditentukan setelah pencairan dan
sentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit menggunakan kit ELISA
(Salimetrics, PA). Variasi intra-assay dan antar-assay kurang dari 8%.
Penapisan awal dari nilai-nilai kortisol winorized outlier yang
menyimpang secara substansial (> 3 SD) dari sarana. Sebanyak 17, 13, 21,
dan 11 outlier kortisol dimenangkan di antara 853, 821, 761, dan 678
sampel saat 1 waktu, Waktu 2, Waktu 3, dan Waktu 4, masing-masing.
Pola kortisol diurnal diringkas oleh kemiringan kortisol diurnal dan rata-
rata kortisol. Yang pertama menunjukkan perubahan setiap jam dalam

12
kadar kortisol dengan meregresi ulang lima nilai kortisol pada waktu
pengumpulan sementara yang terakhir mewakili tingkat kortisol rata-rata
dengan membagi area di bawah kurva dengan waktu yang telah berlalu
antara langkah-langkah kortisol pertama dan terakhir. Lereng diurnal yang
lebih kecil (lebih negatif) menunjukkan penurunan kortisol yang lebih
cepat dan sebaliknya.
10. Analisis Data
Uji independensi chi-square dan analisis varians membandingkan
karakteristik demografi dan variabel dasar di ketiga kelompok, dengan
karakteristik yang berbeda secara signifikan antar kelompok yang
dimasukkan sebagai kovariat dalam analisis selanjutnya. Pemodelan
pertumbuhan laten multigroup digunakan untuk mengevaluasi keefektifan
DMT dan berolahraga melalui estimasi masing-masing lintasan
pertumbuhan dan variasi antar orang dalam hasil. Model pertumbuhan
piecewise memiliki satu intersep laten dan dua faktor lereng laten.
Pencegatan menunjukkan status garis dasar pada Waktu 1, lereng pertama
menggambarkan perubahan selama periode intervensi 3 bulan (Waktu 1 –
Waktu 2), dan lereng kedua memodelkan perubahan selanjutnya selama
periode pemeliharaan 9 bulan (Waktu 2– Waktu 4). Tes Wald keseluruhan
dilakukan untuk setiap variabel hasil untuk memeriksa apakah dua lereng
laten berbeda secara signifikan antar kelompok. Lereng laten dari tiga
kelompok dikontraskan secara berpasangan dengan menghitung perbedaan
rata-rata kemiringan antar kelompok.
Mplus 8 (Muthén & Muthén, 1998-2017) digunakan dengan
estimator kemungkinan maksimum yang kuat untuk data kortisol miring.
Data yang hilang ditangani melalui informasi maksimum kemungkinan
maksimum berdasarkan asumsi atrandom yang hilang, yang
memungkinkan kami untuk menganalisis semua data yang tersedia di
bawah pendekatan klinis intent-to-treat standar. Model fit dinilai
menggunakan kriteria berikut (Hu & Bentler, 1999 ) tidak signifikan χ2 (p
> .05), indeks kecocokan komparatif (CFI) dan indeks Tucker-Lewis (TLI)
≥0,95, dan root mean square error aproksimasi (RMSEA) ≤0,06. Kohen d

13
mencerminkan perbedaan antar kelompok standar pada lereng, dengan
nilai 0,2 ; 0,5 ;dan 0,8 masing-masing menunjukkan ukuran efek kecil,
sedang, dan besar ( Cohen, 1988 ). Menggunakan simulasi Monte Carlo,
ukuran sampel saat ini (n  = 204) menunjukkan kekuatan statistik 77%
untuk mendeteksi signifikansi statistik untuk efek intervensi sedang (d  =
0,5) dalam kesalahan 5% Tipe I.

C. HASIL
1. Hasil Karakteristik Peserta
Usia rata-rata peserta adalah 79,0 tahun (SD = 8.0). Mayoritas dari
mereka adalah perempuan (81,9%), lajang / janda (62,7%), menerima
paling banyak 6 tahun pendidikan (67,5%), dan melakukan latihan rutin
(78,4%). Rata-rata waktu latihan untuk sampel adalah 3,7 jam per minggu
(SD  = 3,7, range = 0-14). Sekitar dua pertiga (68,6%) di antaranya
didiagnosis demensia sangat ringan dengan CDR 0,5 dan sisanya (31,4%)
memiliki CDR 1. Tidak ada perbedaan signifikan (p > .05) ditemukan di
antara tiga kelompok dalam karakteristik demografis termasuk aktivitas
fisik awal ( Tabel 1 ). Pada Waktu 1, tingkat kortisol rata-rata (dalam nmol
/ L) sampel adalah 7.65 (SD = 6.39), 9.39 (SD = 7.96), 4.98 (SD = 5.10),
3.89 (SD = 4.47), dan 2.96 (SD = 3.21) di lima sampel air liur, dengan
waktu pengumupulan rata-rata 0609 jam (SD = 67 menit), 0714 jam
(SD = 81 menit), 1,156  jam (SD = 43  menit), 1,655  jam (SD = 43 menit)
dan 2,058  jam (SD = 35  menit) masing-masing. Baik tingkat kortisol
awal maupun waktu pengumpulan sampel tidak berbeda secara signifikan
antar kelompok (p > . 05). Tabel tambahan 1 menunjukkan statistik
deskriptif dari variabel hasil pada fungsi psikososial, fungsi kognitif,
fungsi sehari-hari, dan pola kortisol diurnal pada titik empat kali oleh
kelompok. Statistik deskriptif dari tiga kelompok tidak berbeda secara
signifikan(p >.05) dalam variabel hasil pada Waktu 1.
2. Efek Intervensi pada Fungsi Psikososial
Growth model pada beberapa kelompok menunjukkan model yang
adekuat untuk seluruh variabel hasil dengan chi-square yang tidak

14
signifikan (p = .16 –85), CFI dan TLI ≥0.96, dan dan RMSEA ≤0,06.
Tabel 2 menunjukkan estimasi DMT dan efek olahraga pada hasil dari
Waktu 1 ke Waktu 2. Uji Wald menunjukkan chi-square yang signifikan
(χ2 = 6,80-14,26, p <0,05) untuk depresi, kesepian, dan suasana hati
negatif, tetapi tidak untuk suasana hati positif dan BPSD (χ2 = 0,60-3,77, p
= .15–0,74). Dari Waktu 1 ke Waktu 2, grup DMT menunjukkan skor
depresi yang lebih rendah secara signifikan (B = .50,51, SE = 0,19, p <.01,
d = 0.33), kesepian (B = .90.96, SE = 0.28, p <.01, d = 0.42), dan suasana
hati negatif (B = .70.74, SE = 0.30, p <0,05, d = 0,30) dibandingkan
kelompok kontrol. Kelompok olahraga menunjukkan efek negatif tetapi
tidak signifikan secara statistik pada variabel-variabel ini (B = −0,03
hingga −0,60, SE = 0,20-0,31, p = .05-0.91, d = 0.01-0.23). Gambar 1
menunjukkan 1 tahun pertumbuhan dari variabel fungsi psikososial untuk
tiga kelompok. Tingkat depresi, kesepian, dan suasana hati negatif
menurun selama tiga bulan pertama untuk kelompok DMT dan sedikit
meningkat pada kelompok kontrol. Dari Waktu 2 ke Waktu 4,
bagaimanapun, kelompok DMT menunjukkan rebound yang cukup
bermakna pada depresi, suasana hati negatif, dan kesepian. Pada Waktu 4,
kelompok DMT dan kontrol tidak berbeda secara signifikan dalam ketiga
variabel ini (d = 0,10-0,21, p = .08 - .42).

15
Tabel 1 Profil Karakteristik Demografik dan Kadar Batas Bawah Kortisol Partisipan
DMT Latihan Kontrol
Variabel X2 df p
N (%) N (%) N (%)
Gender – Wanita 56 (81) 56 (84) 55 (81) 0.20 2 .91
Tingkat Pendidikan 0.30 2 .86
Primer (≤ 6 th) 48 (70) 43 (65) 46 (68)
Sekunder (≥ 7 th) 21 (30) 23 (35) 22 (32)
Status Pernikahan 5.15 2 .08
Belum 38 (56) 49 (74) 41 (61)
menikah/duda-
janda
Menikah 30 (44) 17 (26) 26 (39)
Seting Pelayanan – 40 (58) 38 (57) 46 (68) 2.04 2 .36
Komunitas
CDR 0.80 2 .67
0.5 48 (70) 48 (72) 44 (65)
1 21 (30) 19 (28) 24 (35)
Mean(SD) Mean(SD) Mean(SD) F df p
Usia (th) 79.4 (7.6) 79.3 (8.1) 78.3 (8.4) 0.42 2,19 .66
6
Waktu bangun (jam) 6.1 (0.9) 6.3 (1.3) 6.1 (1.1) 0.98 2,201 .38
Kortisol (nmol/L)
Sampel 1 8.0 (7.0) 6.6 (5.2) 8.2 (6.6) 0.99 2,15 .38
7
Sampel 2 8.5 (6.1) 8.8 (7.9) 10.8 (9.6) 1.39 2,16 .25
8
Sampel 3 4.8 (5.2) 4.8 (5.1) 5.1 (5.0) 0.05 2,17 .95
6
Sampel 4 3.6 (3.9) 4.0 (5.3) 3.9 (4.2) 0.09 2,17 .92
8
Sampel 5 3.4 (3.4) 2.3 (2.7) 2.9 (3.4) 1.54 2,15 .22
9
Waktu Latihan 3.8 (4.1) 3.6 (3.7) 3.7 (3.4) 0.06 2,16 .94
(jam/minggu) 7

Tabel 2 Efek Intervensi DMT dan Latihan terhadap Luaran pada Waktu 1 dan 2

16
Keterangan
B = koefisien dibawah standarisasi; SE = standar eror; d = Cohen d.
Nilai signifikan p: **p < .01; *p < .05.

Gambar 1. Pertumbuhan 1 tahun pada variabel fungsi psikososial untuk tiga


kelompok.

3. Efek Intervensi pada Fungsi Kognitif


Untuk tujuh hasil variabel pada fungsi kognitif, Uji Wald tidak
menunjukkan chi-square yang signifikan (χ2 = 0,18-4,78, df = 2, p = .09

17
– .92). Gambar 2 menunjukkan pertumbuhan 1 tahun dari variabel fungsi
kognitif untuk tiga kelompok. Dari Waktu 1 ke Waktu 2, kedua grup DMT
maupun intervensi olahraga menunjukkan efek yang signifikan pada
fungsi kognitif (d = 0,01-0,22, p = .06 – .92) dibandingkan dengan kontrol.
Dari Waktu 2 ke Waktu 3, kelompok DMT menunjukkan peningkatan
signifikan dalam pemulihan total (B = 1.81, SE = 0.89, p <.05, d = 0.25)
dan ingatan tertunda (B = 0,80, SE = 0,40, p <0,05, d = 0,24)
dibandingkan kelompok kontrol. Namun, pertumbuhan mereka sama pada
Waktu 4 tanpa perbedaan antara kedua kelompok. Gambar 2
menunjukkan pertumbuhan pada uji digit span dan uji trail making di
mana ketiga kelompok menunjukkan sedikit perubahan.

Gambar 2. Pertumbuhan 1 tahun pada variabel fungsi kognitif untuk tiga kelompok
4. Efek Intervensi pada Fungsi Harian dan
Neuroendokrin
Uji Wald menunjukkan chi-square yang signifikan (χ2 = 9,10–
11,07, df = 2, p <.01) untuk IADL dan penurunan kortisol diurnal tetapi
tidak untuk rata-rata kortisol (χ2 = 2.74, df = 2, p = .25). Dari Waktu 1
hingga Waktu 2, baik DMT maupun kelompok olahraga secara signifikan
menurunkan kortisol diurnal (B = .070,07 hingga −0,10, SE = 0,03-0,04, p
= 0,025 – 0,009, d = 0,28-0,30) dan hanya kelompok DMT yang
menunjukkan efek positif yang signifikan pada IADL (B = 1,92, SE =
0,58, p <0,01, d = 0,40) dibandingkan dengan kontrol. Gambar 3
menunjukkan pertumbuhan IADL dan pola kortisol diurnal untuk ketiga
kelompok. Dari Waktu 2 hingga Waktu 4, ketiga kelompok menunjukkan

18
tren penurunan serupa pada kortisol rata-rata dan IADL. Perbedaan post-
intervensi IADL antara DMT dan kelompok kontrol dipertahankan sampai
Waktu 4. Untuk penurunan kortisol diurnal, kelompok DMT menunjukkan
penurunan kontinu dibandingkan dengan kontrol dengan penurunan
kortisol diurnal yang signifikan (B = −0,25, SE = 0,11, p = .02, d = 0.28)
pada Waktu 4. Kelompok olahraga menunjukkan penurunan kortisol yang
lebih negatif daripada kelompok kontrol pada Waktu 4 tetapi
perbedaannya tidak signifikan secara statistic (B = −0.11, SE = 0.10, p = .
26, d = 0.14).

Gambar 3. Pertumbuhan 1 tahun pada variabel fungsi harian dan pola kortisol
diurnal untuk tiga kelompok

D. DISKUSI
1. Efek Intervensi DMT
Uji terkontrol acak ini memberikan evaluasi pertama dari efek
holistik DMT di antara orang tua dengan demesia ringan dalam jangka
waktu 1 tahun. Penelitian ini menunjukkan efek multifaset jangka pendek
untuk DMT pada fung psikososial yang lebih baik (penurunan depresi,
kesepian, dan suasana hati negatif), peningkatan IADL dan fungsi
neuroendokrin dibandingkan dengan kontrol. Hasil ini konsisten dengan
temuan terbaru (Ho et al., , 2016; Ho et al., 2018) pada efek DMT

19
terhadap stres yang dirasakan, rasa sakit, dan kortisol diurnal pada pasien
kanker payudara. DMT adalah terapi integrasi antara pikiran dan tubuh
yang memberikan struktur dan dukungan untuk orang tua dengan
gangguan kognitif tanpa efek samping. DMT dapat diaplikasikan pada
populasi ini karena tiga alasan berikut: pertama, ini dapat meningkatkan
kesadaran terhadap tubuh partisipan dan keterampilan fungsional; kedua,
ini dapat meningkatkan penerimaan yang lebih besar terhadap penyakit
dan berbagi perasaan pribadi; ketiga, pembelajaran motorik relatif lebih
diingat dengan baik pada demensia.
Grup DMT menunjukkan perbaikan yang lambat pada pemulihan
total dan ingatan yang tertunda dibandingkan dengan kelompok kelompok
pada 3 bulan setelah akhir intervensi. Perbaikan muncul setelah beberapa
bulan tetapi tidak segera setelah intervensi, jeda waktu muncul
menjelaskan adanya potensi keberadaan faktor mediasi untuk efek tertunda
ini. Faktor neuroendokrin (fungsi axis-HPA) dan faktor psikologis (depresi
dan tekanan emosional) sementara dapat memediasi efek pengobatan pada
kognisi. Studi longitudinal pada masa yang akan datang harus melibatkan
beberapa faktor dari multidimensi (neuroendokrin, domain untuk domain,
psikologis, atau perilaku) untuk menjelaskan mekanisme yang mendasari
DMT pada perbaikan kognitif.
Pada 1 tahun follow-up, hanya efek DMT pada fungsi harian dan
neuroendokrin yang bertahan dengan penurunan yang lebih sedikit pada
fungsi sehari-hari dan penurunan yang lebih tajam pada kortisol diurnal
dari kelompok kontrol. Efek DMT pada psikososial dan fungsi kognitif
berkurang secara bertahap dan menghilang pada akhir penelitian pada
tindak lanjut 1 tahun. Kurangnya efek DMT jangka panjang dalam aspek
psikososial dan kognitif menunjukkan bahwa tingkat frekuensi dan durasi
masih belum cukup untuk menghasilkan efek jangka panjang. Penelitian
lebih lanjut harus menjelaskan hubungan dosis-respon untuk DMT dan
meneliti apakah intervensi DMT selama 6 bulan dapat menghasilkan efek
berkelanjutan pada evaluasi jangka panjang.
2. Efek Intervensi Latihan

20
Kami menemukan bahwa tidak ada efek yang menguntungkan dari
latihan fisik pada domain fungsi psikososial, kehidupan sehari-hari, dan
kognitif dibandingkan dengan kelompok kontrol daftar tunggu. Hal ini
menunjukkan ketidaksesuaian dengan temuan dari penelitian sebelumnya
(Barnes et al., 2015; Heyn, Abreu dan Ottenbacher, 2004) mengenai efek
yang diharapkan dari latihan fisik dan kebugaran fisik, performa fungsi,
perilaku, dan kualitas hidup. Ada dua penjelasan yang mungkin mendasari
hal tersebut. Yang pertama, tinjauan-tinjauan mengenai latihan aerobik
(Erickson Kramer, 2009; Littbrand, Stenvall, dan Rosendahl, 2011)
menyatakan bahwa aktivitas latihan fisik seharusnya berlangsung minimal
6 bulan dan memiliki intensitas yang cukup untuk memaksimalkan
kapasitas fisik seseorang sehingga menghasilkan perbaikan kognitif.
Walaupun latihan fisik aerobik menunjukkan efek positif sebagai
pencegahan munculnya serta memburuknya demensia, latihan peregangan
tidak menunjukkan efek serupa (Erickson et al., 2011). Dalam penelitian
terkini, karena pemanasan dan pendinginan menghabiskan sekitar separuh
waktu dari intervensi latihan (30 menit), grup ini sebenarnya tidak
melakukan banyak gerakan aerobik. Kurangnya efek latihan yang
diharapkan mungkin terjadi karena insufisiensi tingkat gerakan aerobik.
Yang kedua, sebuah uji coba terkontrol secara acak (randomized
controlled trial/RCT) oleh Baker et al. (2010) menemukan adanya
keuntungan signifikan pada kognisi, kadar insulin dan kortisol melalui
latihan aerobik pada lansia dengan gangguan kognitif ringan. Intervensi
mereka meliputi 96 jam latihan aerobik berintensitas tinggi selama 6
bulan. Sedangkan, oleh karena intervensi latihan pada penelitian ini hanya
terdiri 24 jam sesi latihan dengan intensitas menengah yang dilakukan 2
kali seminggu dalam 3 bulan, hasil penelitian kami ini dapat dipengaruhi
oleh rendahnya tingkat intensitas, frekuensi, dan durasi intervensi latihan.
Hasil penelitian yang nihil ini bukti bahwa tingkat frekuensi dan intensitas
yang adekuat diperlukan sebagai efek protektif latihan aerobik bagi
demensia.

21
3. Efek Tatalaksana yang Dibandingkan
Dibandingkan hasil yang tidak bermakna dari intervensi latihan,
pada penelitian ini ditemukan adanya keuntungan tambahan DMT
dibandingkan latihan fisik terhadap aspek hidup sehari-hari, psikososial,
dan neuroendokrin. Kontras yang jelas antarkedua intervensi ini
menunjukkan perubahan yang positif yang dilakukan DMT dibandingkan
latihan fisik dalam mengurangi depresi, kesepian, dan BPSD, dan
meningkatkan suasana perasaan, skor backward digit span, kelancaran
berbahasa, dan IADL. Walaupun demikian, perbedaan-perbedaan diantara
masing-masing pemberian tatalaksana ini tidak memberikan hasil statistik
yang signifikan, kecuali terhadap kesepian (p<.01), backward digit span (p
= .03), dan secara marginal bagi IADL (p = .067). Mengingat bahwa
masing-masing intervensi diberikan tingkat frekuensi dan durasi intervensi
yang sama, hal ini menunjukkan bahwa target DMT adalah terhadap dua
aspek sekaligus, yakni kesejahteraan mental dan fisik partisipan; dan
nampaknya DMT lebih berhasil dalam memenuhi kebutuhan multiaspek
para partisipan. Sejalan dengan EBM, di masa mendatang, perlu dilakukan
penelitian yang membandingkan efektivitas kedua intervensi ini pada
sampel lain serta usia yang lebih tua dengan konteks yang berbeda untuk
menentukan intervensi mana yang bermanfaat.
4. Keterbatasan dan Kelebihan Penelitian
Beberapa keterbatasan penelitian perlu dicatat. Yang pertama,
program latihan fisik yang berat telah menunjukkan perubahan yang baik
pada kognisi dan menurunkan risiko demensia. Intervensi latihan yang
kami lakukan mungkin tidak memiliki tingkat intensitas, frekuensi, dan
durasi yang adekuat dibandingkan penelitian sebelumnya, sehingga
menyebabkan rendahnya efek latihan yang signifikan terhadap variabel
terikat. Penelitian ini tidak dapat memberikan kesimpulan yang tepat
mengenai efektivitas latihan fisik bagi lansia dengan demensia. Penelitan
di masa mendatang mengenai hubungan antara “respon” dan “dosis”
diperlukan untuk mengevaluasi apakah latihan fisik dengan intensitas dan
dosis yang lebih tinggi dapat memberikan manfaat pada hendaya

22
psikososial dan kognitif lansia. Yang kedua, sekitar tiga perempat
partisipan melaporkan telah melakukan latihan fisik reguler, yang mana
nampak sebagai kontras yang tidak wajar karena pada populasi umum,
semakin tinggi usianya, aktivitas fisik semakin menurun. Berdasarkan
gangguan kognitif yang dialami partisipan, dimungkinkan bahwa mereka
salah mengingat kebiasaan berolahraga mereka dan memberikan laporan
yang berlebihan mengenai frekuensi dan durasi latihan fisik mereka.
Tingkat yang lebih tinggi dari latihan fisik pada sampel ini juga dapat
menggambarkan bahwa bias respon sampling dapat terjadi karena lansia
yang aktif secara fisik lebih tertarik untuk mengikuti intervensi ini. Perlu
diperhatikan pula bahwa populasi lansia di China lebih tidak aktif secara
fisik.
Yang ketiga, penelitian ini tidak membedakan tipe-tipe demensia
dikarenakan skrining CDR hanya menentukan tingkat keparahan demensia
bukan subtipenya. Berdasarkan perbedaan gejala dan managemen di antara
pasien yang mengalami penyakit Alzheimer, demensia frontotemporal,
dan demensia badan Lewy (Robinson, Tang, dan Taylor, 2015), efek DMT
dapat bervariasi antarsubtipe demensia ini. Saran bagi penelitian
mendatang, sebaiknya turut menilai subtipe demensia dan menilai
perannya yang berpotensi lebih sesuai dengan efektivitas terapi yang
diharapkan dan dilakukan pada besar sampel yang lebih. Yang keempat,
pola diurnal kortisol pada masing-masing penilaian diukur hanya pada satu
hari yang mana apabila terdapat fluktuasi kortisol, hal tersebut tidak dapat
dilihat. Laporan mandiri yang dilakukan pasien, baik itu laporan tentang
waktu bangun tidur dan laporan pengumpulan sampel saliva adalah
subjektif dan dapat menjadi bias recall mengingat lansia-lansia ini
mengalami gangguan kognitif. Penelitian di masa mendatang sebaiknya
diberlakukan pengambilan sampel lebih dari sekali dalam dan
memanfaatkan metode pemeriksaan yang objektif seperti aktigrafi untuk
memverifikasi kepatuhan partisipan. Kelebihan penelitian ini adalah
desain penelitian acak yang sistematik dengan besar sampel yang besar
dan adanya pemantauan secara longitudinal. Penelitian ini

23
menggabungkan berbagai sumber data seperti kuesioner laporan mandiri
yang subjektif pada hendaya aktivitas sehari-hari dan psikososial,
penentuan derajat keparahan yang profesional melalui wawancara klinis
dengan bantuan pengasuh, biomarker fisiologis pada kortisol saliva, dan
tugas-tugas penilaian neurokognitif yang objektif.

E. KESIMPULAN
Perbedaan individu secara mendasar terhadap laju penurunan kognitif pada
lansia menggambarkan bahwa deteriorasi area-area otak dan fungsi kognitif
merupakan karakteristik penuaan umum namun bukan berarti tidak
terhindarkan. Ini adalah penelitian pertama yang menilai efek DMT atau
intervensi yang kreatif terhadap fungsi psikofisiologis lansia. Penelitian ini
menunjukkan efek terapetik beragam DMT jangka pendek – namun
sebaliknya tidak terjadi pada intervensi latihan – terhadap fungsi psikososial,
kehidupan sehari-hari, dan neuroendokrin lansia dengan gangguan kognitif.
Kurangnya efek jangka panjang kecuali terhadap hendaya kehidupan sehari-
hari dan neuroendokrin menyoroti pentingnya lansia mempertahankan derajat
atau tingkat kesulitan gerakan tarian. Gerakan tarian dapat tergabung dalam
program rehabilitasi struktural sehingga menyediakan dukungan psikososial
dini bagi lansia yang membutuhkan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk
mampu menjelaskan efektivitas DMT dalam melawan penurunan hendaya
sehari-hari dan hendaya neuroendokrin dengan mengeksplorasi mekanisme
potensial seperti metabolisme insulin dan mekanisme peradangan. Akan
menjadi menarik bila dilakukan investigasi apakah intervensi DMT dapat
menunjukkan perbaikan pada biomarker lainnya seperti transmisi kolinergik
dan plastisitas sinapsis.

F. MATERI TAMBAHAN
Materi tambahan dapat diperoleh di The Journal of Gerontology Series B:
Psychological Sciences and Social Social Sciences secara online.

G. PENDANAAN

24
Karya ilmiah ini didukung oleh General Research Fund, Hong Kong
Research Grants Council (GRF/HKU17402714).

H. UNGKAPAN TERIMA KASIH


Penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada Tiffany Hon, Jacob
Cheung, dan Li Bingyu atas bantuan mereka dalam mengumpulkan data,
Angela Leung dan Alex Hui atas bantuan mereka memimpin intervensi DMT,
para staff dari pusat wredha atas bantuan mereka dengan koordinasi penelitian,
para lansia atas partisipasi mereka dalam penelitan ini, dan dua peninjau
anonim atas masukan mereka yang membangun terhadap manuskrip ini.
Standar etis: Uji coba ini terdaftar dalam Chineses Clinical Trial Registry
(ChiCTR-IOR-15006541). Semua prosedur yang termasuk dalam karya ilmiah
ini memenuhi standar etis menurut komite instutisi relevan tentang eksperimen
terhadap manusia dan sesuai Deklarasi Helsinki tahun 1975, direvisi 2008.

I. KONFLIK KEPENTINGAN
Semua penulis tidak memiliki konflik finansial atau konflik kepentingan
apa pun.

25
DAFTAR PUSTAKA

Baker, L. D., Frank, L. L., Foster-Schubert, K., Green, P. S., Wilkinson, C. W.,
McTiernan, A.,…Craft, S. (2010). Effects of aerobic exercise on mild
cognitive impairment: A controlled trial. Archives of Neurology, 67, 71–79.
doi:10.1001/archneurol.2009.307
Barnes, D. E., Mehling, W., Wu, E., Beristianos, M., Yaffe, K., Skultety, K., &
Chesney, M. A. (2015). Preventing loss of independence through exercise
(PLIÉ): A pilot clinical trial in older adults with dementia. PLoS One, 10,
e0113367. doi:10.1371/ journal.pone.0113367
Cheng, S. T., & Chan, A. C. (2005). Comparative performance of long and short
forms of the geriatric depression scale in mildly demented Chinese.
International Journal of Geriatric Psychiatry, 20, 1131–1137.
doi:10.1002/gps.1405
Chiu, H. F., Chan, C. K., Lam, L. C., Ng, K. O., Li, S. W., Wong, M., & Chan, W.
F. (1997). The modified fuld verbal fluency test: A validation study in Hong
Kong. The Journals of Gerontology, Series B: Psychological Sciences and
Social Sciences, 52, 247– 250. doi:10.1093/geronb/52B.5.P247
Cohen, J. (1988). Statistical power analysis for the behavioral sciences (2nd ed.).
Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Csernansky, J. G., Dong, H., Fagan, A. M., Wang, L., Xiong, C., Holtzman, D.
M., & Morris, J. C. (2006). Plasma cortisol and 568 Journals of
Gerontology: PSYCHOLOGICAL SCIENCES, 2020, Vol. 75, No. 3
Downloaded from https://academic.oup.com/psychsocgerontology/article-
abstract/75/3/560/5211555 by guest on 17 April 2020 progression of
dementia in subjects with Alzheimer-type dementia. The American Journal
of Psychiatry, 163, 2164–2169. doi:10.1176/ajp.2006.163.12.2164
Erickson, K. I., & Kramer, A. F. (2009). Aerobic exercise effects on cognitive and
neural plasticity in older adults. British Journal of Sports Medicine, 43, 22–
24. doi:10.1136/bjsm.2008.052498
Erickson, K. I., Voss, M. W., Prakash, R. S., Basak, C., Szabo, A., Chaddock, L.,
…Kramer, A. F. (2011). Exercise training increases size of hippocampus

26
and improves memory. Proceedings of the National Academy of Sciences of
the United States of America, 108, 3017–3022.
doi:10.1073/pnas.1015950108
Finkel, S. I., e Silva, J. C., Cohen, G., Miller, S., & Sartorius, N. (1997).
Behavioral and psychological signs and symptoms of dementia:
A consensus statement on current knowledge and implications for research
and treatment. International Psychogeriatrics, 8(Suppl. 3), 497–500.
doi:10.1017/S1041610297003943
Folstein, M. F., & Luria, R. (1973). Reliability, validity, and clinical application
of the visual analogue mood scale. Psychological Medicine, 3, 479–486.
doi:1017/S0033291700054283
Forbes, D., Forbes, S. C., Blake, C. M., Thiessen, E. J., & Forbes, S. (2015).
Exercise programs for people with dementia. Cochrane Database of
Systematic Reviews, 1–4. doi:10.1002/14651858. CD006489.pub4 Foster,
P. P. (2013). How does dancing promote brain reconditioning in the elderly?
Frontiers in Aging Neuroscience, 5, 4. doi:10.3389/fnagi.2013.00004
Groot, C., Hooghiemstra, A. M., Raijmakers, P. G., van Berckel, B. N., Scheltens,
P., Scherder, E. J.,…Ossenkoppele, R. (2016). The effect of physical
activity on cognitive function in patients with dementia: A meta-analysis of
randomized control trials. Ageing Research Reviews, 25, 13–23.
doi:10.1016/j. arr.2015.11.005
Guzmán‐García, A., Hughes, J., James, I., & Rochester, L. (2013). Dancing as a
psychosocial intervention in care homes: A systematic review of the
literature. International Journal of Geriatric Psychiatry, 28, 914–924.
doi:10.1002/gps.3913
Hamill, M., Smith, L., & Röhricht, F. (2012). ‘Dancing down memory lane’:
Circle dancing as a psychotherapeutic intervention in dementia—A pilot
study. Dementia, 11, 709–724. doi:10.1177/1471301211420509
Heyn, P., Abreu, B. C., & Ottenbacher, K. J. (2004). The effects of exercise
training on elderly persons with cognitive impairment and dementia: A 
meta-analysis. Archives of Physical Medicine and Rehabilitation, 85, 1694–
1704. doi:10.1016/j. apmr.2004.03.019
Ho, R. T.  H., Fong, T. C.  T., Chan, C. K.  P., & Chan, C. L.  W. (2013). The
associations between diurnal cortisol patterns, selfperceived social support,
and sleep behavior in Chinese breast cancer patients.
Psychoneuroendocrinology, 38, 2337–2342.
doi:10.1016/j.psyneuen.2013.05.004
Ho, R. T. H., Fong, T. C. T., Cheung, I. K. M., Yip, P. S. F., & Luk, M.-Y.
(2016). Effects of a short-term dance movement therapy program on
symptoms and stress in patients with breast cancer undergoing radiotherapy:
A randomized, controlled, single-blind trial. Journal of Pain and Symptom
Management, 51, 824–831. doi:10.1016/j.jpainsymman.2015.12.332
Ho, R. T. H., Fong, T. C. T., Hon, T., Chan, W. C., Kwan, J. S. K., Chiu, P. K. C.,
& Lam, L. C. W. (2018). Psychometric validation of Fuld Object Memory
Evaluation in older adults with cognitive impairments. Aging & Mental
Health, 1–7. doi:10.1080/13 607863.2018.1442414
Ho, R. T. H., Fong, T. C. T., & Yip, P. S. F. (2018). Perceived stress moderates
the effects of a randomized trial of dance movement therapy on diurnal

27
cortisol slopes in breast cancer patients. Psychoneuroendocrinology,
87(Suppl. C), 119–126. doi:10.1016/j.psyneuen.2017.10.012
Hu, L. T., & Bentler, P. M. (1999). Cutoff criteria for fit indexes in covariance
structure analysis: Conventional criteria versus new alternatives. Structural
Equation Modeling, 6, 1–55. doi:10.1080/10705519909540118
Hughes, C. P., Berg, L., Danziger, W. L., Coben, L. A., & Martin, R. L. (1982). A
new clinical scale for the staging of dementia. The British Journal of
Psychiatry: The Journal of Mental Science, 140, 566–572.
doi:10.1192/bjp.140.6.566
Karkou, V., & Meekums, B. (2017). Dance movement therapy for dementia. The
Cochrane Database of Systematic Reviews, 2, CD011022.
doi:10.1002/14651858.CD011022.pub2
Koch, S., Kunz, T., Lykou, S., & Cruz, R. (2014). Effects of dance movement
therapy and dance on health-related psychological outcomes: A meta-
analysis. The Arts in Psychotherapy, 41, 46– 64.
doi:10.1016/j.aip.2013.10.004
Kovach, C. R., Woods, D. L., Logan, B. R., & Raff, H. (2011). Diurnal variation
of cortisol in people with dementia: Relationship to cognition and illness
burden. American Journal of Alzheimer’s Disease and Other Dementias, 26,
145–150. doi:10.1177/1533317510397329
Lam, L. C., Chau, R. C., Wong, B. M., Fung, A. W., Tam, C. W., Leung, G. T.,…
Chan, W. M. (2012). A 1-year randomized controlled trial comparing mind
body exercise (Tai Chi) with stretching and toning exercise on cognitive
function in older Chinese adults at risk of cognitive decline. Journal of the
American Medical Directors Association, 13, 568.e15–568.e20.
doi:10.1016/j.jamda.2012.03.008
Lam, L. C., Tam, C. W., Lui, V. W., Chan, W. C., Chan, S. S., Wong, S.,…Chiu,
H. F. (2008). Prevalence of very mild and mild dementia in community-
dwelling older Chinese people in Hong Kong. International
Psychogeriatrics, 20, 135–148. doi:10.1017/ S1041610207006199
Leung, G. T., de Jong Gierveld, J., & Lam, L. C. (2008). Validation of the
Chinese translation of the 6-item De Jong Gierveld Loneliness Scale in
elderly Chinese. International Psychogeriatrics, 20, 1262–1272.
doi:10.1017/S1041610208007552
Leung, V. P., Lam, L. C., Chiu, H. F., Cummings, J. L., & Chen, Q. L. (2001).
Validation study of the Chinese version of the neuropsychiatric inventory
(CNPI). International Journal of Geriatric Psychiatry, 16, 789–793.
doi:10.1002/gps.427
Littbrand, H., Stenvall, M., & Rosendahl, E. (2011). Applicability and effects of
physical exercise on physical and cognitive functions and activities of daily
living among people with dementia: A  systematic review. American
Journal of Physical Medicine & Rehabilitation, 90, 495–518. doi:10.1097/
PHM.0b013e318214de26
Lu, L., & Bigler, E. D. (2002). Normative data on trail making test for
neurologically normal, Chinese-speaking adults. Applied Neuropsychology,
9, 219–225. doi:10.1207/ S15324826AN0904_4 Journals of Gerontology:
PSYCHOLOGICAL SCIENCES, 2020, Vol. 75, No. 3 569 Downloaded

28
from https://academic.oup.com/psychsocgerontology/article-
abstract/75/3/560/5211555 by guest on 17 April 2020
Lupien, S. J., de Leon, M., de Santi, S., Convit, A., Tarshish, C., Nair, N. P.,…
Meaney, M. J. (1998). Cortisol levels during human aging predict
hippocampal atrophy and memory deficits. Nature Neuroscience, 1, 69–73.
doi:10.1038/271
McKhann, G. M., Knopman, D. S., Chertkow, H., Hyman, B. T., Jack, C. R. Jr,
Kawas, C. H.,…Phelps, C. H. (2011). The diagnosis of dementia due to
Alzheimer’s disease: Recommendations from the National Institute on
Aging-Alzheimer’s Association workgroups on diagnostic guidelines for
Alzheimer’s disease. Alzheimer’s & Dementia: The Journal of the
Alzheimer’s Association, 7, 263–269. doi:10.1016/j.jalz.2011.03.005
McLaren, A. N., Lamantia, M. A., & Callahan, C. M. (2013). Systematic review
of non-pharmacologic interventions to delay functional decline in
community-dwelling patients with dementia. Aging & Mental Health, 17,
655–666. doi:10.1080/136 07863.2013.781121
Muthén, L. K., & Muthén, B. O. (1998–2017). Mplus user’s guide (8th ed.). Los
Angeles, CA:
Muthen & Muthen. Pasanen, T., Tolvanen, S., Heinonen, A., & Kujala, U. M.
(2017). Exercise therapy for functional capacity in chronic diseases: An
overview of meta-analyses of randomised controlled trials. British Journal
of Sports Medicine, 51, 1459–1465. doi:10.1136/ bjsports-2016-097132
Pearce, N. D. (2007). Inside Alzheimer’s: How to hear and honor connections
with a person who has dementia. Taylors, South Carolina: Forrason Press.
Phillips-Silver, J., & Trainor, L. J. (2007). Hearing what the body feels: Auditory
encoding of rhythmic movement. Cognition, 105, 533–546.
doi:10.1016/j.cognition.2006.11.006
Robinson, L., Tang, E., & Taylor, J. P. (2015). Dementia: Timely diagnosis and
early intervention. BMJ (Clinical research ed.), 350, h3029.
doi:10.1136/bmj.h3029
Tong, A. Y.  C., & Man, D. W.  K. (2002). The validation of the Hong Kong
Chinese version of the Lawton instrumental activities of daily living scale
for institutionalized elderly persons. Otjr-Occupation Participation and
Health, 22, 132–142. doi:10.1177/153944920202200402
Yao, S., Chen, H., Jiang, L., & Tam, W. C. (2007). Replication of factor structure
of Wechsler Adult Intelligence Scale-III Chinese version in Chinese
mainland non-clinical and schizophrenia samples. Psychiatry and Clinical
Neurosciences, 61, 379–384. doi:10.1111/j.1440-1819.2007.01672.x

29

Anda mungkin juga menyukai