Anda di halaman 1dari 27

ARSITEKTUR LANSKAP

OBSERVASI LANSKAP DI DESA ADAT TEGALLALANG

oleh:
I Nyoman Anggara Bayu (1805521023)
Komang Martin Ery Surya (1805521053)
Cokorda Gde Agung Nadindra Sena (1805521091)
I Gusti Ngurah Wahyu Tata Nugraha (1805521094)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, laporan yang berjudul, ”observasi lanskap di Desa adat
Tegallalang” dapat terselesaikan tepat pada waktu yang ditentukan. Laporan ini
kami susun untuk melaksanakan kewajiban yang telah diberikan kepada
mahasiswa semester genap tahun ajaran 2020/2021 dalam mata kuliah Arsitektur
Lanskap.
Terima kasih kami ucapkan atas peran serta semua pihak yang telah
mendukung kami baik saran, bimbingan, maupun informasi yang sangat
membantu kami dalam penyusunan laporan ini. Kami sadar sepenuhnya bahwa
laporan ini masih belum sempurna. Untuk itu, kami harapkan segala kritik &
saran yang bersifat mendukung atau membangun guna menyempurnakan laporan
ini. Semoga dengan adanya laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya mengenai pengetahuan tentang lanskap pembentuk desa/kota.
Om Santhi, Santhi, Santhi Om.

Denpasar, Maret 2020

Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3. Tujuan...................................................................................................2
1.4. Manfaat.................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................3
2.1. Pengertian Arsitektur Lanskap..............................................................3
2.2. Tujuan Arsitektur Lanskap....................................................................4
2.3. Dasar Pembentuk Lanskap....................................................................4
2.4. Elemen Lanskap....................................................................................5
BAB III METODE DAN OBJEK.........................................................................9
3.1. Metode Pengumpulan Data...................................................................9
3.2. Metode Analisis Data............................................................................9
3.3. Identitas Objek......................................................................................10
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN...............................................................11
4.1.Lanskap di Desa Tegallalang.................................................................11
4.2. Sawah dan Terasering ..........................................................................11
4.3. Sungai....................................................................................................13
4.4. Lapangan...............................................................................................14
4.5.Koridor Desa Tegallalang......................................................................16
4.6. Pura.......................................................................................................16
4.7. Pasar......................................................................................................16
4.8. Potensi Lanskap....................................................................................17
BAB V PENUTUP................................................................................................18
5.1. Kesimpulan ..........................................................................................18

ii
5.2. Saran......................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................18

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi ukuran tanaman 5


Tabel 2.2 Seleksi bentuk pohon 6
Tabel 2.3 Klasifikasi bentuk semak 7

iv
DAFTAR GAMBAR

2.1 Gambar tanaman kontras 8


3.1. Peta Lokasi Desa Tegallalang 10
4.1 Gambar objek lanskap 11
4.2 Gambar sawah 12
4.3 Gambar terasering 13
4.4 Gambar Sungai 14
4.5 Gambar lapangan voli 14
4.6 Gambar lapangan umum 15
4.7 Gambar lapangan di setra Tegallalang 15
4.8 Gambar Koridor Desa 16
4.9 Gambar Pura 17
4.10 Gambar Pasar 17
4.11 Pemetaan pontensi lanskap 18

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam suatu proses penciptaan ruang yang berkesinambungan antara
mahlukk hidup dan alam, tentu arsitektur lanskap memiliki pranan penting dalam
mengelola unsur-unsur penyusu ruang itu sendiri. Lansekap diartikan sebagai tata
ruang di luar gedung atau mengatur pemandangan yang dapat di nikmati oleh
panca indra dengan karakter menyatu secara alami dan harmonis unutk
memperkuat karakter lansekap tersebut. lansekap terususun atas elemen hardscape
dan elemen softscape. Lanskap memiliki dua jenis yaitu lansekap alami (natural
landscape) dan lansekap buatan (artificial landscape). Lanskap terbentuk dari
beberapa faktor yang masing-masing saling berinteraksi. Faktor pembentuk
lanskap meliputi vegetasi, tanah, batuan, air, bentuk lahan, iklim makro maupum
mikro, hewan maupun manusianya. Lanskap terbentuk dari interaksi yang
kompleks antara vegetasi, iklim mikro kawasan, tata air, bentukan lahan dan tanah
serta keberadaan penggunanya yaitu manusia dan hewan.
Dalam memenuhi tugas mata kuliah Arsitktur Lanskap, kami
mengeksplorasi eksisting dan potensi lanskap Desa Adat Tegallalang, Gianyar.
Desa Tegallalang merupakan salah satu desa yang berpotensi mengembangkan
lanskapnya lebih lanjut. Memiliki hamparan sawah, terasering, sungai, hingga tata
desa yang unik, tegallalang merupakan stojek studi yang baik. Objek yang
diobservasi pada pembahasan kali ini merupakan objek-objek yang sekiranya
memiliki peranan penting dalam tata desa di Tegallalang.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa saja potensi lanskap yang dimiliki oleh Desa adat Tegallalang?
2. Bagaimana potensi lanskap yang dimiliki oleh Desa adat Tegallalang?
3. Bagaima kondisi elemen lanskap fisik dan non fisik di Desa adat
Tegallalang?

1.3. Tujuan
1. Mengetahui potensi lanskap di Desa adat Tegallalang
2. Mengetahui kondisi lanskap di Desa adat Tegallalang

1.4. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, mempelajari dan memahami lanskap alami dan lanskap
terbangun pada sebuah objek dan dapat menerapkannya pada desain.
2. Masyarakat umum/klien, memberikan pengetahuan tambahan tentang
lanskap alami dan lanskap terbangun di Desa adat Tegallalang.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Arsitektur Lanskap


Arsitektur Lanskap adalah bagian dari kawasan lahan yang dibangun atau
dibentuk oleh manusia (di luar bangunan, jalan dan utilitas) sampai ke alam bebas
yang dirancang terutama sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia (Garret
Eckbo, Landscape for Living, 1950) . Dalam aspek cakupan kawasannya,
Arsitektur Lanskap dapat menjadi ilmu terapan yang spesifik. Adapun beberapa
pengembangan dari ilmu Arsitektur Lanskap:
1. Streetscape
Merupakan lanskap/pemandangan di sepanjang koridor jalan, jalan yang
alami. Contohnya adalah high way, median jalan, traffic island.
2. Cityscape
Merupakan lanskap yang didominasi oleh area terbangun.
3. Ruralscape
Merupakan lanskap alami dan lanskap pertanian merupakan pemandangan
dominan.

2.2. Tujuan Arsitektur Lanskap


Lanskap merupakan salah satu elemen krusial dalam menciptakan suatu
ruang. Berikut merupakan penjabaran tujuan dari arsitektur lanskap :
1. Pemenuhan kebutuhan manusia dalam memanfaatkan kebutuhan lahan
secara efisien tanpa merusak sumber daya alam dalam menunjang
kehidupan berkelanjutan.
2. Meningkatkan keindahan, keselarasan, kenyamanan dan keamanan
lingkungan.
3. Menjaga keselarasan dengan alam untuk menciptakan lingkungan yang
sustainable

3
2.3. Dasar Pembentuk Lanskap
2.3.1 Sumber Daya Alam
Secara geografik terdapat beberapa unsur pembentuk lanskap atau
bentang alam menurut Dalam Burton (1995) antara lain :
1. Tofografi
2. Vegetasi
3. Tanah
4. Iklim
2.3.2 Sumber Daya Budaya
Mendefinisikan lanskap budaya sebagai suatu kawasan geografis yang
menampilkan ekspresi lanskap alami oleh suatu pola kebudayaan tertentu
(Nurisjah dan Pramukanto, 2001). Adapun beberapa elemen sumberdaya
budaya yang erat kaitannya dengan elemen dasar pembentuk lanskap
meliputi Sejarah, Tata Guna Lahan, Estetika, dan Rintangan Fisiografi.

2.4. Elemen Lanskap


Dalam merancang sebuah taman agar dapat berfungsi secara maksimal dan
estetis, perlu dilakukan pemilihan dan penataan secara detail terhadap elemen-
elemennya (Arifin, 2006). Elemen taman, atau di sebut juga unsur taman, adalah
apa saja yang berkaitan dengan taman. Elemen taman dapat dibedakan
berdasarkan karakter menjadi:
2.4.1 Elemen Lunak
Elemen Lunak (soft material) yang meliputi bunga, tanaman,
semak, pohon, dan sebagainya. Selain tanaman, air juga termasuk elemen
lunak yang bisa dihadirkan pada taman. Adapun fungsi tanaman terbagi
sebagai berikut:
1. Pengendali Pandangan
2. Pembatas Fisik
3. Pengendali Iklim
4. Pengendali Suara
5. Penyaring Bau dan Debu

4
6. Pemberi Udara Segar
7. Pencegah Erosi
8. Habitat Hewan
9. Nilai Estetis

2.4.2 Karakteristik tanaman


Menampilkan ciri dan bentuk tanaman yang terdiri dari: ukuran,
bentuk, warna dan tekstur tanaman. Masing-masing ciri tersebut
berpengaruh langsung terhadap hasil penataan lansekap.
a. Ukuran
Tinggi dan lebar tanaman merupakan faktor yang harus
diperhitungkan dalam pemilihan maupun penetapan titik tanam.
Karenanya perancang harus memahami benar pertumbuhan maksimal,
serta kondisi lingkungan yang dikehendaki tanaman.

Tabel 2.1. klasifikasi ukuran tanaman

5
b. Bentuk
Bentuk pohon yang umum termasuk bulat, columnar, oval,
piramidal, vase shaped, dan weeping. Bentuk pohon yang berbeda
digunakan untuk daya tarik visual, tetapi bentuk ini juga penting untuk
fungsinya. Membuat area teduh di kebun membutuhkan pohon bulat
atau oval, sementara untuk penghalang biasanya membutuhkan bentuk
yang lebih berbentuk kolom atau piramidal, dan bentuk pohon yang
weeping membuat titik fokus yang baik.

Tabel 2.2. Seleksi bentuk pohon

6
Tabel 2.3. Karakteristik semak

c. Warna
Warna tanaman dihasilkan oleh daun, bunga, buah, tunas, batang
dan cabang. Penampilan warna tanaman dalam penataan lansekap
dibagi ke dalam kelompok dasar:
1. Warna Gelap
Biasanya dihasilkan oleh warna daun yang lebih tua atau terjadi
karena kerapatan daun. Contoh: Kijibeling, Karet munding,
Pinus.
2. Warna Terang
Memiliki daun yang berwarna terang atau hijau muda. Contoh:
Kol banda, pangkas kuning, sri gading, diefen bahia

3. Warna Kontras
Yang dimaksudkan kontras disini adalah bila warna yang
dihasilkan baik oleh daun maupun bunga sangat kontras dengan
lingkungan sekitarnya.

7
Gambar 2.1. Tanaman kontras

d. Tekstur
Tekstur tanaman adalah kesan halus atau kasar yang ditimbulkan
oleh penampilan tanaman, baik secara individual maupun
kelompok. Tekstur tanaman diekspresikan oleh bentuk dan susunan
daun.
2.4.3 Elemen keras 
hardscape adalah suatu sebutan yang sering digunakan oleh para
insinyur ataupun praktisi dibidang tumbuhan dan lingkaran profesi sekitar,
mendifinisikan objek tidak vertikal yang mengalami pengerasan secara alami
maupun buatan, dengan sifat fisik solid yang menutupi suatu bidang, semua
pengerasan masuk dalam kategori benda mati atau dikenal sebagai abiotik.
Material keras dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok besar, yaitu:
1. Material keras alami (organic materials) yaitu kayu
2. Material keras alami dari potensi geologi (inorganic materials used in
their natural state) yaitu batu-batuan, pasir, dan batu bata
3. Material keras buatan bahan metal (inorganic materials used in highly
modified state) yaitu aluminium, besi, perunggu, tembaga dan baja
4. Material keras buatan sintetis atau tiruan (synthetic materials) yaitu
bahan plastik atau fiberglas
5. Material keras buatan kombinasi (composite materials) seperti beton
dan plywood

8
BAB III
METODE DAN OBJEK

3.1. Metode Pengumpulan Data


Metode observasi lapangan berdasarkan sistem pengamatan langsung dari
lanskap pembentuk desa/kota. Dengan pengamatan langsung maka akan
mengenali secara nyata mengenai lanskap yang ada secara langsung pada objek
sehingga memunculkan pertimbangan mengenai pengaplikasiannya pada objek
wilayah yang diamati. Dalam observasi ini dilakukan pencatatan dan dokumentasi
serta wawancara kepada pihak yang ahli dibidangnya.
Selain itu, penulis juga menggunakan metode kajian pustaka sebagai acuan
dalam pengumpulan dan pengolahan informasi, yang diperoleh dalam berbagai
buku/tulisan/artikel ilmiah. Metode kajian pustaka ini juga mendorong penulis
untuk lebih mudah mempelajari dan memahami berbagai aspek pada subjek yang
dibahas. Dengan penggabungan prinsip dan metode tersebut diharapkan mampu
memecahkan berbagai macam masalah yang telah ditentukan

3.2. Metode Analisis Data


Dalam penyusunan laporan ini penulis membagi diri dalam kelompok
kecil antara lain, kelompok pencari literatur/materi pada buku/artikel/tulisan
ilmiah, kelompok pengolahan/analisa materi dan data, serta penyusunan laporan.
Sedangkan untuk pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ke
objek studi dilakukan oleh semua kelompok kecil tersebut dengan harapan semua
memahami kondisi di lapangan. Pembagian kelompok kecil ini memudahkan
penulis dalam memilah serta menganalisis data yang telah dikumpulkan melalui
prinsip dan metode yang digunakan.
Literatur yang dikumpulkan sebagai pendukung objek bahasan antara lain,
deskripsi mengenai arsitektur lanskap, elemen lanskap, penataan lanskap fisik dan
non fisik, ruang terbuka, dan ruang terbuka hijau. Pengumpulan data dilakukan
terhadap penataan lanskap di desa/kota tentang fisik maupun non fisiknya. Setelah
data terkumpul dan didukung oleh materi literatur, kemudian data tersebut di
analisa untuk mendapatkan kesimpulan. Kemudian penulis juga memberikan

9
saran terhadap pembaca tentang penerapan sistem pengkondisian udara pada
bangunan tersebut.
Jadi, metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif
yaitu menjelaskan data secara detail untuk menemukan solusi terhadap
permasalahan yang dihadapi berdasarkan hasil observasi kondisi nyata di
lapangan dan kajian pustaka yang dimuat dalam bentuk artikel/tulisan ilmiah.

3.3. Identitas Objek


Desa yang digunakan pada laporan ini adalah Desa Tegallalang yang
berlokasi di Kecamatan Tegallalang, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali. Desa
Tegallalang merupakan desa yang terbentuk tahun 1765. Terdiri dari 7 banjar
adat, Tegallalang memiliki penataan desa tradisional Bali dataran.

Gambar 3.1. Peta Lokasi Desa Tegallalang

10
BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Lanskap di Desa adat Tegallalang


Seperti yang kita ketahui, lanskap terbagi 2 yaitu lanskap alami dan
lanskap buatan. Lanskap alami merupakan lanskap yang terbentuk secara alami
akibat kegiatan alamiah di bumi. Sedangkan lanskap buatan ialah lanskap yang
dibentuk oleh manusia melalui beragam cara. Dalam hal ini, Desa Tegallalang
memiliki potensi lanskap yang terdiri dari lanskap alamiah dan lanskap buatan.
Berikut adalah pemetaan elemen lanskap di Desa adat Tegallalang:

4.2 Sawah dan terasering


Sawah adalah tanah yang digarap dan diairi untuk tempat menanam padi.
Untuk keperluan ini, sawah harus mampu menyangga genangan air karena padi
memerlukan penggenangan pada periode tertentu dalam pertumbuhannya. Untuk

11
mengairi sawah digunakan sistem irigasi dari mata air, sungai atau air hujan.
Sawah yang terakhir dikenal sebagai sawah tadah hujan, sementara yang lainnya
adalah sawah irigasi. Padi yang ditanam di sawah dikenal sebagai padi lahan
basah (lowland rice). Pada lahan yang berkemiringan tinggi, sawah dicetak
berteras atau lebih dikenal terasiring atau sengkedan untuk menghindari erosi dan
menahan air. Sawah berteras banyak terdapat di lereng-lereng bukit atau gunung.

Desa Tegallalng memiliki lahan sawah yang luas terutama di bagian utara
desa. Persebaran sawah di Desa Tegallalang ini membuat suatu lanskap yang
natural ditambah dengan kegiatan yang berlangsung di dalamnya. Beberapa
elemen hardscape dibangun oleh subak untuk kepentingan kegiatan mereka di
sawah seperti pondok-pondok kayu kecil, jalan setapak, dan lain-lain.

Selain itu salah satu elemen lanskap di Desa Tegallalang yang terkenal
adalah ceking rise terrace. Ceking teras merupakan salah satu elemen lanskap
yang penting di Desa Tegallalang. Ceking adalah terasering yang menjadi objek
wisata di Desa Tegallalang. Pemandangan terasering yang indah, diperkuat
dengan udaranya yang sejuk menjadi daya tarik Ceking, Tegallalang.

Sebagai salah satu objek wisata yang indah, ceking memiliki lanskap yang
sayang unik. Kontur tanah pada terasering yang dinamis memberi identitas
tersendiri ada objek wisata ini. Warna padi yang ditanam memberi nilai tambah

12
bagi keindahan lanskap ceking Tegallalang. Namun dibalik indahnya lanskap
yang ditawarkan objek wisata ini memiliki penataan toko yang tidak baik.
Ketidaksinambungan pembangunan di area ini membuat view sawah terganggu
oleh toko-toko sekitar. Ditambah lagi eksploitasi pada lahan sawah seperti
pembuatan jalan dan objek wisata membuat nilai alami dari ceking berkurang.

4.3 Sungai

Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam
sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air,
limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu juga berasal dari lelehan
es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.

Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk irigasi pertanian, bahan baku
air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan dan air limbah, bahkan
sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai.

Desa Tegallalang meiliki 3 alur sungai yaitu di sisi barat desa sebagi batas
dengan Desa Keliki, di tengah desa sebagai batas antara Banjar Tegallalang
dengan Banjar Pejengaji, dan di sisi timur desa sebagai batas dengan Desa
Kedisan dan Manuaba. Lanskap sungai di Desa Tegallalang masi natural sebab
belum ada pemanaatan lebih lanjut, hanya sebagai saluran irigas dan keperluan

13
adat. Sungai di sisi barat desa memiliki bendungan yang menciptakan lanskap
yang indah bila dilihat dari atas.

4.4 Lapangan
Desa tegallalang mmiliki 3 lapangan dan alun-alun. Lapangan terletak di
depan Pura Penataran, di barat pasar, di depan Pura Prajapati. Lapangan di depan
Pura Penataran sebenarnya merupakan Jaba sisi dari Pura namun difungsikan
sebagai lapangan voli. Alih fungsi ini menurut kami menurunkan kualitas lanskap
sebab menghalangi arsitektur pura yang dibangun tahun 1765 tersebut.

14
Lapanagan kedua di barat pasar merupakan alun-alun Desa Tegallalang
yang sering kali digunakan sebagai tempat fesival desa, kegiatan olahraga, dan
lainnya. Lanskap dari alun-alun Desa Tegallalang tersusun dari gabungan
lapangan sepak bola, lapangan basket, sungai, dan sedikit hutan tropis.

Lapangan ketiga yaitu di depan Pura Prajapati (kuburan) merupakan lahan


kosong yang biasanya digunakan untuk upacara adat, festival desa, sampai
olahraga. Lahan ini merupakan “enterance gate’ ke Desa Tegallalang sebab
menjadi batas dengan Banjar Sapat dan merupakan suatu lahan rimbun yang
menciptakan kesan natural sebelum mencapai Desa Tegallalang.

15
4.5 Koridor Desa Tegallalang
Pada tahun 1980-2000an awal Desa Tegallalang menjadi produsen barang-
barang seni yang sebagian besar pasarnya di luar negeri. Oleh sebab itu koridor
Desa Tegallalang dipenuhi oleh artshop di pinggir jalan utamanya yang
menggambarnya kesan pariwisata yang kental. Bangunan-bangunan pembentuk
lanskap koridor desa ini rata-rata memiliki usia yang cukup tua.
Desa Tegallalang memiliki pusat pada perempatan utama dengan berbagai
penyusun lanskapnya seperti pasar umum tegallalang, Puri Tegallalang, hingga
beberapa elemen kecil seperti pos polisi.

4.6 Pura
Sebagai desa tradisional yang berlandaskan Agama Hindu, Desa
Tegallalang memiliki beberapa pura mulai dari Khayangan tiga (Pura Dalem,
Pura Desa dan Pura Puseh), pura pemaksaan, hingga pura penyawangan
khayangan jagat (Pura Duurbingan). Lanskap yang dibangun oleh pura-pura di
Desa Tegallalang yang paling terlihat adalah dari fasadnya yang sangat kental
akan arsitektur tradisional Bali dataran dimana tersusun dari paras dan bata merah.

16
4.7 Pasar tradisional
Desa Tegallalang memiliki satu pasar umum yang terletak di catus pata.
Pasar Tegallalang memiliki peran yang besar dalam pembentukan lanskap Desa
sebab di dalamnya berlasung berbagai aktivitas perdagangan yang berakibat pada
banyaknya fasilitas-fasilitas yang terbangun disana. Fasilitas-fasilitan seperti pos
polisi, parkir, hingga padmasana memberi andil dalam pembentukan lanskap
pasar dan lebih luasnya lagi dalam lanskap catus pata Desa Tegallalang.

17
4.8 Potensi pengembangan lanskap

Tegallalang memiliki banyak lanskap yang memiliki potensi untuk


dikembangkan lebih jauh. Pengembangan lebih jauh tentu bermanfaat mendukung
perkembangan pariwisata Desa Tegallalang itu sendiri. Saat ini Desa Tegallalang
sudah memiliki pengelolaan lanskap yang terbilang sukses yang bisa dilihat dari
berkembangnya laju pariwisata di desa ini.
Walau demikian Desa Tegallalang masi memiliki banyak potensi yang
dapat dikembangkan yang dapat dilihat dari gambar diatas. Objek sawah dapat
dikembangkan sebagai suatu objek wisata tradisional yang menurut kami tidak
perlu ada gubahan yang mengurangi nilai dari sawah itu sendiri. Sama halnya
dengan sawah, objek ceking terasering sepatutnya memiliki tata lanskap yang
tetap menjaga keasrian sawahnya tana ada pembangunan yang dapat mengurangi
nilai natural dan tradisi. Penataan lebih lanjut di ceking terasering dapat dilakukan
dengan penataan toko-toko dan lahan parkir agar elemen lanskap di wilayah ini
tetap terjaga nilai originalnya sebagai lahan persawahaan.
Selanjutnya objek yang bisa ditata lanskapnya adalah koridor artshop. Bila
dapat ditata dengan baik sama halnya dengan di Malioboro tentu akan membawa
keuntungan bagi pariwisata di Desa Tegallalang sebagai suatu lanskap yang

18
menarik. Penataan itu dapat dilakukan dengan mempertahankan sempadan jalan
atau yang biasa disebut dengan telajakan dalam tradisi Bali.
Dalam perkembangan lanskap Desa Tegallalang, objk wisata seperti
wisata kopi, swing, hingga restaurant memiliki andil yang besar dalam penataan
lanskap Desa Tegallalang. selain secara visual, tentunya objek-objek ini memiliki
peran yang besar dalam sektor pariwisata desa.
Selain elemen-elemen lanskap diatas objek seperti pura, pasar, dan elemen
alami seperti sungai dan lapangan perlu dijaga nilai originalitasnya. Sebab elemen
tersebut memberi identitas kepada Desa Tegallalang sebagai elemen lanskap.
Pengembangan objek objek seperti ini baiknya tidak di ekplorasi terlalu berlebih
agar nilai-nilai yang terkandung didalamnya tetap terjaga.

19
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Desa Tegallalang merupakan salah satu Desa Tradisional yan terletak di
Kabupaten Giayar, Bali. Desa Tegallalang memiliki banyak sekali potensi lanskap
yang bisa dikembangkan baik itu elemen lanskap softscape seperti sawah
terasering, dan hutan desa hingga elemen hardscape seperti pura, puri, pasar,
hingga koridor desa. Selain itu Desa adat tegallalang terbukti sukses dalam
penataan lanskap yang ditunjukan dengan tingginya kunjungan wisatawan ke
Desa Tegallalang.
5.2. Saran

Sebagai mahasiswa arsitektur hendaknya kita menjaga apa yang bisa kita
jaga dari lingkungan kita dan mengembangkan potensi yang bisa dikebangkan,
tentunya dengan tidak mengurangi nilai dari objek itu sendiri. Sebagai masyarakat
hendaknya juga kita dapat menjaga apa yang telah kita miliki salah satunya
dengan mempelajari elemen-elemen lanskap di sekitar kita.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Eckbo Garret, 1950, Landscape for Living


 Wirly Daulay, Makalah Lanskap. Seleksi Tanaman Berdasarkan Habitus
Fungsional. Makalah.

 Gall Hansen (2016). Basic Principles of Lanscape Design.

 Rizal Mahdi Kurniawan (2010). Dasar-dasar Arsitektur Lanskap. Makalah.

 Jurusan Arsitektur Lansekap (2008). Jurnal Arsitektur Lansekap,


Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan Bentang Alam.

21

Anda mungkin juga menyukai