BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK
EMPIRIK
Hal II- 1
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Di sisi lainnya, manusia merupakan makhluk biologis dan makhluk sosial didalam
suatu lingkungan hidup (biosfir) memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan
untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan dan seluruh
kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungannya. Akan tetapi proses interaksi
manusia dan lingkungannya ini tidak selalu mendapat untuk, kadang-kadang
merugikan dan mengakibatkan timbulnya perusakan lingkungan sesuai dengan
prilakunya.
Hal II- 2
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan pembangunan telah juga
meningkatkan kualitas hidup dan mengubah gaya hidup manusia. Pembangunan
selalu menyebabkan perubahan terhadap struktur kehidupan, termasuk didalamnya
adalah lingkungan dan efek sampingnya. Fenomena pemanfaatan Iptek dalam
pembangunan tersebut mengandung risiko terjadinya pencemaran dan kerusakan
lingkungan sebagai akibat pemakaian produk berbasis kimia yang meningkatkan
produksi air limbah bahan berbahaya dan beracun.
Hal II- 3
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
ini dapat mengakibatkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun yang pada
akhirnya menjadi beban sosial seluruh masyarakat.
Hal II- 4
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 5
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Gambar 2.1. Alur Pikir Kebutuhan Regulasi Pengelolaan Air Limbah Domestik
Berdasarkan Aspek Interaksi Manusia dan Lingkungan Hidup
Dampak dari Iptek, pembangunan dan pertambahan penduduksaat ini dan di masa
mendatang efek samping dan dampaknya akan dialami oleh Kabupaten Bangka.
Dilihat dari kondisi eksisting di beberapa lingkungan permukiman yang diobservasi
bahwa air limbah rumah tangga (black water dan grey water) dan sampah belum
dikelola secara baik. Demikian juga limbah industri skala rumah tangga, limbah
rumah makan/restoran, serta limbah pasar masih dilepas ke lahan terbuka, seluran
air/drainase dan dibuang ke sungai, hal ini lama kelamaan akan mengakibatkan
pencemaran dan penyumbatan saluran yang mengakibatkan terjadinya genangan
air pada wilayah-wilayah tertentu. Genangan air limbah pada dirainase dan
tercemar air sungai akan menjadi media berkembangnya barbagai penyakit.
Hal II- 6
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Black Water mempunyai perbedaan karekteristik dengan Grey Water sebagai mana
yang dikemukakan pada Tabel 2.3. berikut ini.
Resiko penularan penyait dari Black Resiko penularan penyait dari Grey Water
Water lebih besar jika dibandingkan lebih kecil.
dengan dari Grey Water.
Volume Black Water lebih kecil dari volume Volume Grey Water lebih besar dari
Grey Water, sekitar 1: 6 volume Black Water, sekitar 6 :1
Hal II- 7
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Sistim ini dibagi menjadi 2 jenis dimana pembagian didasarkan pada jumlah orang
yang dilayani, yatu sitim individual dan sistim komunal. Pada sistim individual unit
pengolah air limbah rumah tangga ( misal: Tangki Septik) yang digunakan
berukuran relatif kecil dan melayani sedikit orang atau satu keluarga. namun pada
beberapa kasus melayani lebih dari satu keluarga. Tidak ada ketentuan berapa
orang atau berapa rumah tangga maksimal yang boleh dilayani.
Hal II- 8
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Pada sistem on-site ada dua jenis sarana yang dapat diterapkan yakni sistem
individual dankomunal. Pada skala individual sarana yang digunakan adalah tangki
septik dengan varian pada pengolahan lanjutan untuk efluennya yakni:
1) Dengan bidang resapan
2) Dialirkan pada small bore sewer
3) Dengan evapotranspirasi
4) Menggunakan filter
Sedangkan tinja dari septik tank akan diangkut menggunakan truk penyedot tinja
dan diolah di IPLT (Instalasi Pengolahan Limbah Tinja).
Hal II- 9
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
sehingga membutuhkan pipa penyalur tinja yang cukup panjang serta menuntut
kemiringan ( perbedaan tinggi) yang cukup besar.
Hal II- 10
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Tabel 2.4. Keuntungan dan Kerugian pada Sistem Setempat dan Sistem Terpusat
SISTIM SETEMPAT SISTIM TERPUSAT
KEUNTUNGAN
Biaya pembuatan relatif rendah jika Pegolahan dapat tuntas
hanya mengolah Black Water
Teknologinya sederhana Cocok untuk daerah perkotaan dengan
kepadatan menengah keatas
Dapat dilaksanakan secara pribadi Mengolah Black and Grey Water sehingga
maupun dengan melibatkan pihak swasta pencemaran bau terhadap lingkungan dapat
dihindari
Pelaksanaannya cepat sehingga dapat Dapat diterapkan pada kawasan yang
segera dimanfaatkan. mempunyai perkolasi tanah yang tidak
memenuhi syarat
KERUGIAN
Tidak cocok untuk kawasan yang Biaya pembangunan tinggi dan memerlukan
kepadatan penduduknya tinggi, muka air sosialisasi yang intensif serta memerlukan
tanah tinggi, dan daya resap tanahnya tenaga-tenaga terdidik untuk operasi &
terlalu rendah atau terlalu tinggi. pemeliharannya.
Memerlukan bidang peresapan yang Apabila kawasan yang dilayani telah
relatif luas untuk mengolah air luapannya terbangun banyak tantangan yang harus
( effluent) . Apabila kurang , effluent dihadapi terutama menyangkut pemebasan
tersebut akan mencemari saluran tanah dan ganti rugi bangunan yang tergusur
drainase dan badan-badan air lainnya .
Memerlukan unit pengolah yang relatif Keuntungan hanya bisa dicapai sepenuhnya
besar (mahal) jika harus mengolah Black setelah selesai seluruhnya dan digunakanoleh
Water dan Grey Water. seluruh penduduk didaerahtersebudan.
Apabila pelanggan kurang, biaya operasi dan
pemeliharaan sulit didapat sehingga
berpotensi menghabiskan.
anggaran untuk subsidi.
Perlu dikontrol secara periodik . Apabila -
tidak berpotensi mencemari air tanah dan
sumur dangkal.
Hal II- 11
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 12
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 13
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 14
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi;
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Hal II- 15
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 16
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Kepastian Hukum. Kepastian hukum adalah jantung dari aturan hukum dan tata
kelola pemerintahan yang baik. Kepastian hukum sangat penting untuk sistem
pemerintahan yang baik dan efisien. Kepastian hukum juga akan memberikan
jaminan keamanan terhadap investasi. Kepastian hukum akan memberikan
persamaan secara sosial dan mencegah timbulnya konflik dalam masyarakat.
Dengan demikian, kepastian hukum tidak saja penting bagi pemerintah, melainkan
juga bagi dunia usaha dan masyarakat.
Hal II- 17
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta penjabaran lebih lanjut dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi. Menurut Pasal 4 Permendagri No. 80 Tahun 2014,
selain materi muatan perda dapat memuat materi muatan lokal/kearifan lokal
sesuai ketentuan peraturan-perundang undangan.
Hal II- 18
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 19
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Mengingat Perda adalah merupakan produk politis maka kebijakan daerah yang
bersifat politis dapat berpengaruh terhadap substansi Perda. Oleh karena itu, perlu
Hal II- 20
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 21
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Paul Scholten:
“Asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam dan di belakang
sistem hukum, masing-masing dirumuskan dalam aturan-aturan perundang-
undangan dan putusan-putusan hakim, yang berkenaan dengannya dimana
ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individual dapat dipandang sebagai
penjabarannya”.
Satjipto Rahardjo :
Mengartikan asas hukum sebagai suatu hal yang dianggap oleh masyarakat hukum
yang bersangkutan sebagai basic truth atau kebenaran asasi, sebab melalui asas-
asas hukum itulah pertimbangan etis dan sosial masyarakat masuk ke dalam
Hal II- 22
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Smits:
Memberikan pandangannya bahwa asas hukum memiliki 3 (tiga) fungsi, yaitu :
Pertama, asas-asas hukum memberikan keterjalinan dari aturan-aturan hukum
yang tersebar; Kedua, asas-asas hukum dapat difungsikan untuk mencari
pemecahan atas masalah-masalah baru yang muncul dan membuka bidang-bidang
liputan masalah baru. Dari kedua fungsi tersebut, diturunkan fungsi ketiga, bahwa
asas-asas dalam hal-hal demikian dapat dipergunakan untuk “menulis ulang”
bahan-bahan ajaran hukum yang ada sedemikian rupa, sehingga dapat
dimunculkan solusi terhadap persoalan-persoalan baru yang berkembang.
Merujuk pada uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa asas-asas hukum bertujuan
untuk memberikan arahan yang layak/pantas menurut hukum (rechtmatig) dalam
hal menggunakan atau menerapkan aturan-aturan hukum. Asas hukum berfungsi
sebagai pedoman atau arahan orientasi berdasarkan mana hukum dapat
dijalankan. Asas-asas hukum tersebut tidak saja akan berguna sebagai pedoman
ketika menghadapi kasus-kasus sulit, tetapi juga dalam hal menerapkan aturan.
Hal II- 23
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 24
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 25
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bangka terdapat beberapa jenis
penyakit yang paling sering diderita oleh penduduk akibat sanitasi buruk yaitu : diare
sebanyak 4853 orang diikuti dengan penyakit malaria sebanyak 3554 orang, dan
terbanyak terjadi di Kecamatan Sungai Liat sebanyak 1340 orang. Uraian Jenis
Penyakit Menular Akibat Sanitasi Burukdapat dilihat pada Tabel 2.9. di bawah ini.
BesarPuding
Sungai .Liat
Merawang
SilipRiau
Belinyu
Bakam
Pemali
No Jenis Penyakit
1. Kolera 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2. Diare 1.340 436 523 869 429 567 176 513 4.853
3. Diare Berdarah 0 0 0 9 33 0 0 1 43
4. Tifus perut klinis 109 51 28 0 31 0 0 2 221
5. TBC Paru BTA + 81 7 19 45 26 18 0 17 213
6. Ters. TBC Paru 628 73 183 6 2 117 0 143 1.152
7. Kusta PB 2 0 0 0 1 0 0 2 5
8. Kusta MB 0 0 1 0 0 1 0 0 2
9. Campak 15 0 0 0 1 0 0 1 17
10 Difteri 0 0 0 0 0 0 0 0 0
11 Batuk Rejan 0 0 0 0 0 0 0 0 0
12 Tetanus 0 0 0 0 0 0 0 0 0
13 Hepatitis Klinis 7 0 0 0 0 0 79 86
Hal II- 26
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Kecamatan Total
Mendo Barat
BesarPuding
Sungai .Liat
Merawang
SilipRiau
Belinyu
Bakam
Pemali
No Jenis Penyakit
Persepsi
No Kecamatan
Study
EHRA
SKPD
Akhir
Skor
r
Hal II- 27
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Hal II- 28
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Gambar 2.5. Peta Wilayah Beresiko Berdasarakan SKPD Data Sekunder & Studi EHRA Tahun 2010
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Pada tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa w alaupun masalah utama yang
dihadapi setiap kecamatan sedikit berbeda namun terdapat satu indikator yang
menjadi masalah di setiap kecamatan tersebut yaitu mengenai cakupan jamban
dengan tangkiseptik. Untuk diketahui bahwa di Kabupaten Bangka masyarakatnya
belum familiar terhadap pembuatan lobang pembuangan kotoran dengan jenis
tangkiseptik namun yang biasa dibuat masyarakat adalah cubluk. Kita ketahui pula
bahwa lobang pembuangan dengan jenis cubluk masih menjadi kontaminan pada
sumber air minum masyarakat.
dijumpai di perut seseorang, sebut saja cacing keremi, cacing cambuk, cacing
tambang, serta cacing gelang.
Kolam/Sawah
Sungai/Irigasi
MCK umum
Septik tank
Lainnya
No Kecamatan Jml KK
Cubluk
Kebun
1 Sungailiat 28.796 0,08 13,70 77,38 0,01 1,48 4,49 1,92
2 Belinyu 17.663 0,06 25,31 53,72 0,01 0,83 17,06 1,70
3 Merawang 7.236 0,00 11,79 67,41 0,00 0,00 0,93 2,65
4 Mendo Barat 11.431 0,00 4,94 63,61 0,00 0,00 0,56 3,28
5 Pemali 7.373 0,00 5,70 83,74 0,00 0,00 1,14 1,56
6 Bakam 4.810 0,00 3,26 62,02 0,00 0,00 1,29 2,58
7 Riau Silip 7.934 0,62 4,94 57,56 0,00 1,00 0,73 1,07
8 Puding Besar 5.145 0,54 2,00 65,21 0,19 1,63 1,27 0,66
Jumlah 90.388 0,13 12,07 67,48 0,02 0,81 16,08 1,97
Keterangan: KK = Kepala Keluarga
Sumber : Registrasi Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab. Bangka, 2011.
Banyaknya penggunaan bahan kimia dalam rumah tangga, salah satu diantaranya
adalah Deterjenumumnya yang digunakan oleh setiap rumah tangga untuk
keperluan mencuci pakaian sehari-hari telah menyebabkan menurunnya kualitas air
baik air sungai maupun air tanah dangkal. Penggunaan deterjen oleh setiap rumah
tangga dilakukan secara terus menerus dan berbanding lurus dengan pertambahan
jumlah penduduk. Bahan baku deterjen adalah bahan kimia sintetik, meliputi
surfaktan, bahan pembangun dan bahan tambahan. Menurut struktur kimianya,
molekul surfaktan dibedakan menjadi dua yaitu rantai bercabang ( alkyl bensen
sulfonat atau ABS) dan rantai lurus (linier alkyl sulfonat atau ALS).
Deterjen ABS mempunyai sifat yang tidak mudah diuraikan oleh bahan-bahan alami
seperti mikroorganisme, matahari, dan air. Banyaknya percabangan ABS ini
menyebabkan kadar residu ABS sebagai penyebab terjadinya pencemaran air.
Sedangkan untuk deterjen LAS merupakan jenis surfaktan yang lebih mudah
diuraikan oleh bakteri. Deterjen LAS mempunyai kemampuan berbusa maksimal
rata-rata 10-30% bahan organik aktif. LAS juga menghasilkan busa yang dapat
hilang secara berangsur-angsur sehingga tidak mengganggu lingkungan. Akan
tetapi bahan polifospat dalam deterjen ini akan terhidrolisis menghasilkan limbah
yang mengandung fosfor sehingga menyebabkan eutrofikasi.
Tabel 2.13. Cara Pembuangan Limbah Cair Rumah Tangga (Grey Water)
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Terbuka/GotSaluran
TerbukaKebun/Lahan
EmpangKolam/
Danau/Kolong
Lainnya
Sungai
SPAL
Jml Ket.
No Kecamatan
KK
% % % % % % %
28.36
1 Sungailiat 4 2,04 18,10 1,83 0,51 26,42 0,06 0,18
2 Merawang 7.236 0 0 0 0 0 0 0 tidak ada
11.43 data
3 Mendo Barat 1 0 0 0 0 0 0 0
4 Pemali 7.373 0 0 0 0 0 0 0
5 Bakam 4.810 0 0 0 0 0 0 0
6 Riau Silip 7.901 2,19 5,7 0,09 1,43 58,31 0,82 0,62
7 Puding Besar 5.145 0,74 12,15 1,09 1,17 66,55 0,19 0
17.65
8 Belinyu 1 0,42 12,29 0,56 0,20 35,18 0,22 0,91
89.91
Jumlah 1 0,96 9,32 0,76 0,39 24,17 0,15 0,29
Keterangan: KK = Kepala Keluarga
Sumber : Registrasi Jamkesmas Dinas Kesehatan Kab. Bangka, 2011.
2.3.7. Permasalahan
a. Aspek pelayanan
Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Bangka belum dapat ditangani
secara maksimal, hal ini dikarenakan prasarana dan sarana yang dimiliki
pemerintah daerah masih sangat terbatas salah satunya berupa fasilitas
pengolahan air limbah domestik secara komunal yang dibutuhkan untuk melayani
pengolahan air limbah domestik yang dihasilkan oleh penduduk. Walaupun
demikian pihak swasta berupa perusahaan swasta besar sudah melaksanakan
pengolahan air limbah yang dihasilkan dari pabrik mereka sendiri. Jasa pelayanan
swasta pengelolaan limbah khususnya untuk pelayanan pengelolaan air limbah
rumah tangga sampai saat ini belum ttersedia.
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
Informasi lainnya terkait permasalahan yang saat ini timbul dalam usaha
menangani masalah air limbah domestik di Kabupaten Bangka seperti pada Tabel
2.15. berikut ini.
2. Kelembagaan -.
3. Aspek Teknis dan Operasional tidak adanya saluran yang memadai dan
keterbatasan inovasi teknologi yang tepat
untuk penanganan air limbah domestik
terutama untuk mengatasi baunya air
limbah.
kurangnya perawatan pada saluran air
limbah sehingga banyak dipenuhi sedimen
dan air tidak mengalir secara baik.
4. Peran Masyarakat dan Swasta kurangnya respon masyarakat maupun
swasta terhadap penyuluhan-penyuluhan
mengenai sanitasi. Walaupun ada respon
masyarakat yang baik terkait dengan
masalah pembuatan sarana sanitasi
Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik (NA) dan Rancangan Peraturan Daerah (RAPERDA)
Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Bangka
2.4. Kajian Terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang Akan Diatur
Dalam Peraturan Daerah Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat
dan Dampaknya Terhadap Aspek Beban Keuangan Negara.
Kondisi pengelolaan air limbah yang buruk telah menyebabkan pencemaran
terhadap yang sebagian besar sungai-sungai di Indonesia sebagai sumber air
minum dimanfaatkan PDAM setempat telah menyumbang dampak kerugian
ekonomi yang tidak sedikit kepada produksi air bersih di Indonesia. Jika melihat
hasil analisa Japan International Corporation Association (JICA) pada tahun 2006
terhadap 32 sungai yang ada di Indonesia menunjukkan bahwa BOD pada sungai
yang menjadi sumber air baku berkisar antara 0,8 mg/liter hingga 32,5 mg/ liter.
Dampak ekonomis dari tingkat BOD pada sungai-sungai tersebut terhadap biaya
produksi air minum adalah sebesar Rp 8 - Rp 325 per m3 atau sebesar 2% - 82 %
dari tarif air rata-rata saat itu (Rp 400 per m3). Kondisi diatas sangat logis, karena
semakin tinggi polutan dalam air sungai tersebut, maka proses pengolahan air
menjadi air bersih menjadi lebih mahal.
anak tiap tahun. Sedangkan sumbangan yang tidak langsung, misalnya malnutrisi,
infeksi, dan lain-lain mencapai 50 ribu orang per tahun. Pada skala dunia, tiap 15
detik satu orang anak mati karena diare atau 5.760 anak meninggal per harinya.
Penelitian mencatat, sekitar 90 persen penyebab diare adalah makanan dan
minuman yang tercemar tinja.