Aktm Kelompok 6 Tip
Aktm Kelompok 6 Tip
“BERDUKA TERANTISIPASI”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah asuhan keperawatan terminal
muslim yang dibimbing oleh Ibu Poppy Siti Asyiah,S.Kep,.Ners,.M.Kep
Di Susun Oleh:
Andri Setia Permana 102017002
Dinda Permata Sari 102017011
Mitha Ambar Pratiwi 102017025
Nisa Salma Mulki Ladesya 102017030
Reza Nurpatria 102017037
Rizka Nur Rahmalita 102017039
Widi Maudina Sonia 102017049
2020
BAB I
LATAR BELAKANG
A. Latar Belakang
Lahir , kehilangan dan kematian adalah kejadian yang universal dan
kejadian yang sifatnya unik bagi setiap individual dalam pengalaman hidup
seseorang.
Berduka merupakan istilah yang dalam pandangan umum berarti sesuatu
yang kurang enak atau nyaman untuk dibicarakan. Hal ini dapat disebabkan karena
kondisi ini lebih banyak melibatkan emosi dari yang bersangkutan atau
disekitarnya.
Dalam perkembangan masyarakat dewasa ini, proses kehilangan dan
berduka sedikit demi sedikit mulai maju. Dimana individu yang mengalami proses
ini ada keinginan untuk mencari bantuan kepada orang lain.
Pandangan pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat
apabila menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang
pandangan diperlukan dalam asuhan keperawatan yang komperhensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi keperawatan yang tidak tetap.
Perawat bekerjasama dengan klien yang mengalami beberapa tipe
kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu klien untuk memahami
dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga kehidupan mereka
dapat berlanjut.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun permasalahan yang kami angkat dari makalah ini adalah bagaimana asuhan
keperawatan pada klien dengan berduka terantisipasi.
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, adalah :
1. Mengetahui konsep dasar diagnosa berduka terantisipasi
2. Mengetahui tindakan keperawatan yang harus di berikan pada pasien dengan
diagnosa berduka terantisipasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2. Teori Bowlby
Pemahaman Bowlby (1980) proses berduka akibat suatu kehilangan memiliki 4 fase
a. Mati rasa dan penyangkalan terhadap kehilangan
b. Kerinduan emosional akibat kehilangan orang yang dicintai dan memprotes
kehilangan yang tetap ada.
c. Kekacauan kognitif dan keputusasaan emosional, mendapatkan dirinya sulit
melakukan fungsi dalam kehidupan sehari-hari.
d. Reorganisasi dan reintegrasi kesadaran diri sehingga dapat mengembalikan
hidupnya.
4. teori rodebaught et al. (1999), proses dukacita sebagai suatu proses yang melalui 4
tahap, yaitu:
a. Reeling: klien mengalami syok, tidak percaya, atau menyangkal.
b. Merasa (feeling): Klien mengekspresikan penderitaan yang berat, rasa bersalah,
kesedihan yang mendalam, kemarahan, kurang Konsentrasi, gangguan tidut,
perubahan nafsu makan, kurang konsentrasi, gangguan tidur, perubahan nafsu
makan, kelelhan dan ketidaknyamanan fisik yang umum.
c. Menghadapi (healing): Klien mulai mengintegrasikan kehilangan sebagai bagian
kehidupan dan penderitaan yang akut berkurang. Pemulihan tidak berarti bahwa
kehilangan tersebut dilupakan atau diterima.
1. mengingkari (denial)
Tindakan keperawatan
Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya:
a. secara verbal mendukung pasien tetapi tidak mendukung denial
b. tidak membatah denial pasien
c. duduk disamping pasien
d. teknik komunikasi diam dan sentuhan
e. perhatikan kebutuhan dasar pasien
2. marah (Anger)
Tindakan keperawatan
Mendorong dan memberi waktu pada pasien untuk mengungkapkan kemarahan secara
verbal tanpa melawan dengan kemarahan secra verbal tanpa melawan dengan kemarahan:
a. bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah suatu respon yang
normal untuk meresahkan kehilangan dan tidak keberdayaan
b. fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
c. hindari menarik diri dan dendam karena pasien dan keluarga bukan sedang marah pada
perawat
d. tangani kebutuhannya pada reaksi kemarahan
3. Tahap Bargainning
Membantu pasien mengungkapkan rasa bersalah dan takut :
Mendengarkan ungkapan dengan penuh perhatian
Mendorong pasien untuk membicarakan rasa takut atau rasa bersalahnya
Bila pasien selalu mengungkapkan “kalau” atau “seandainya…” beritahu pasien bahwa
perawat hanya dapat melakukan sesuatu yang nyata.
Membahas bersama pasien mengenai penyebab rasa bersalah dan rasa takutnya
4. Tahap Depression
Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah dan takut :
a. Mengamati perilaku pasien dan bersama dengannya membahas perasaannya.
b. Mencegah tindakan bunuh diri atau merusak diri sesuai derajat resikonya,
Membantu pasien mengurangi rasa bersalah:
a. Menghargai perasaan pasien
b. Membantu pasien menemukan dukungan yang positif dengan mengaitkan pada
kenyataan
c. Memberi kesempatan menangis dan mengungkapkan perasaan
d. Bersama pasien membahas fikiran negative yang selalu timbul
5. Tahap Acceptance
Membatu pasien menerima kehilangan yang tidak bias dielakkan:
a. Membantu keluarga mengunjungi pasien secara teratur
b. Membantu keluarga berbagi rasa
c. Membahas rencana setelah masa berkabung terlewati
d. Memberi informasi tentang kebutuhan pasien dan keluarga
BAB III
TINJAUAN KASUS
2.1 Kasus
Seorang pasien An. 12 tahun, terdiagnosa kanker leukimia, sudah menjalani kemoterapi dan
radiasi sejak 3 tahun yang lalu. Saat ini kondisi anaknya semakin menurun, mudah sesak
hasil pemeriksaan tanda vital TD: 90/70mmHg, RR: 26x/mnt, N: 67x/mnt, S: 38℃. Sudah
menjalani transfusi 2 labu karena Hb terus turun. Ibu pasien mengungkapkan kepada
perawat “suster, berapa lama anak saya hidup?, saya belum kuat bila harus mengalami
kehilangan anak saya, tapi saya kasian dengan anak saya tiap hari disuntik”
2.2 Askep
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An. X
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin :-
Agama :-
Suku Bangsa :-
Status :-
Alamat :-
Tgl. Masuk :-
Tgl. Pengkajian :-
Nomor RM :-
Diagnosis Medis : Leukimia
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
-
b. Program Terapi
Trasfusi Darah 2 labu
B. Analisa Data
DO: -
Dukacita antisipatif
Menurut kasus diatas, yaitu terdapat pasien An. X dengan diagnosa medis kanker
leukemia dan sudah menjalani kemoterapi sejak 3 tahun yang lalu. Kondisinya semakin
menurun. Dan sudah menjalani transfusi 2 labu karna Hb terus menurun. An X mudah
sesak dan hasil pemeriksaan TTV yaitu TD: 90/70 mmHg. RR: 26x/mnt, N: 27x/mnt, S:
38℃. Ibu klien belum kuat bila harus mengalami kehilangan anaknya, tapi ibu juga merasa
kasihan terhadap anaknya ketika tiap hari harus disuntik dan melakukan kemoterapi.
Berdasarkan kasus, pengkajian yang harus dilakukan adalah dengan mengkaji lebih lebih
dalam tentang spiritualnya. Seperti keyakinan dan makna (arti hidup klien, sumber arti
hidup, bagian terpenting dalam hidup), pengalaman dan emosi (pengalaman spiritual,
konsep sehat sakit, perubahan perasaan dari makna spiritual yang dialami), ritual dan
ibadah (kebiasaan ibadah, frekuensi ibadah, situasi yang membutuhkan dukungan spiritual,
kebutuhan spiritual). Dengan memberikan intervensi diatas diharapkan Ibu klien dapat
mengontrol perilaku paniknya. Tidak lupa dengan memberikan intervensi spiritual untuk
meyakinkan bahwa penyakit yang diberikan kepada anaknya ini merupakan pelebur dosa
bagi anaknya dan Allah SWT tidak akan memberikan cobaan kepada hambaNya melebihi
batas kemampuannya dan ada hikmah dibalik semuanya.
DAFTAR PUSTAKA
Haswita dan Reni (2017). Kebutuhan Dasar Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan dan
Kebidanan. CV Trans Info Media: Jakarta
Moorhead, Sue. Et al. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). Fifth Edition.
United States of Amerika: Elseveir
Nanda. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 – 2017. Edisi 10 editor
T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC