OLEH :
MARDIANUS BILI NGARA : 2018410102
ISTO BORIS DAPPA : 2018410087
ERDIYANTO MALO : 2018410011
2. Sejarah
Bekicot merupakan salah satu hewan dengan kelimpahan spesies yang cukup besar. Hewan ini
merupakan salah satu siput darat yang memiliki cangkang. Di Indonesia dikenal dua macam jenis
bekicot yaitu Achatina fulica dan Achatina variegata. Menurut Mead (1961) dan Purchon
(1968), A.fulica yang semula berasal dari Afrika Timur telah masuk di Indonesia lewat Kalimantan
sejak tahun 1939. Sedangkan untuk jenis A. variegata masuk ke Indonesia bersama-sama dengan
masuknya tentara Jepang (Amiruddin Aidin Beng, dkk., 1982).
Cara membedakan dua macam bekicot tersebut yakni pada A.fulica memiliki cangkang
berwarna cokelat dengan garis-garis tidak jelas dan bentuk cangkangnya lebih langsing.
Pada A.variegata memiliki cangkang dengan warna lebih cerah (lebih muda) dengan garis cokelat
kemerahan lebih jelas dan bentuk cangkangnya lebih gemuk. Dalam hal penyebaran, A.fulica lebih
luas daripada A.variegata.
3. Morfologi
Bekicot tercakup di dalam sub clasiss pulmonata dari clasiss gastropoda yang merupakan
kelompok mollusca yang sangat besar. Siput darat berbeda dengan gastropoda lainnya, pertama,
dalam hal pernapasan, ia sudah tidak memiliki ctenidia, yaitu semacam insang dan fungsinya telah
diganti oleh bagian pillium yang tipis dan kaya dengan pembuluh pembuluh kapiler-kapiler darah,
kedua mengenai system nervosium, ganglia yang utama terkumpul membentuk bangunan serupa
cincin mengelilingi esgophagus, tanpa jaringan pengikat di dalamnya. Bentuk cangkang siput pada
umumnya seperti kerucut dari tabung yang melingkar seperti konde. Puncak kerucut merupakan
bagian yang tertua, disebut apex. Sumbu kerucut disebut columella. Gelung terbesar disebut body
whorl dan gelung kecil-kecil di atasnya disebut spire. Di antara bibir dalam dan gelung terbesar
terdapat umbilicus, yaitu ujung culumella yang berupa celah sempit sampai lebar dan dalam. Apabila
umbilicus tertutup, maka cangkang disebut imperforate.
Bekicot termasuk keong darat yang pada umumnya mempunyai kebiasaan hidup di tempat
lembab dan aktif di malam hari (nocturnal). Sifat nocturnal bekicot bukan semata-mata ditentukan
oleh factor gelap di waktu malam tetapi ditentukan oleh factor suhu dan kelembaban lingkungannya.
Di waktu siang setelah hujan, banyak ditemukan bekicot berkeliaran dimana-mana.
Bekicot termasuk golongan mollusca karena memiliki badan lunak dan coelom tanpa segmen.
Badan ditutup oleh cangkang, panjang sekitar 90 mm. ciri-ciri umumnya yakni memiliki sel-sel
kemoreseptor yang terletak pada ujung tentakel okuler dan juga memiliki reseptor cahaya berupa
ocelli. Menurut hasil penelitian Issogianti dengan menggunakan SEM, tentakel okuler bekicot
mempunyai susunan serupa dengan tentakel Helix pomatia maupun Helix aspersa.
Bekicot dapat hidup normal sampai umur 3 tahun. Bekicot senang berada di tempat yang
lembab dan banyak terdapat sampah. Hewan ini memakan berbagai tanaman budidaya, oleh karena
itu bekicot termasuk salah satu hama tanaman. Lebih lanjut dijelaskan bahwa bekicot sebagai hewan
yang rakus, cepat berkembang biak, dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan. Bekicot
memiliki toleransi yang luas terhadap berbagai macam makanan. Bahkan dikatakan bahwa bekicot
tahan terhadap persediaan makanan yang terbatas. Bekicot tidak tahan terhadap sinar matahari
langsung. Kondisi lingkungan optimal untuk hidupnya adalah di daerah tropis basah. Suhu minimal
letal adalah 45 ˚F atau 7,22 ˚C dan bekicot senang di daerah yang mempunyai pH antara 7-8. Selain
itu, di lingkungan yang berkapur mempunyai korelasi yang positif dengan banyaknya populasi
bekicot.
4. Makanan Bekicot
Mead (1961) telah menginventarisasi macam-macam tumbuhan termasuk tanaman budidaya
yang menjadi makanan bagi bekicot. Bagian tumbuhan yang diserang bekicot berbeda-beda mulai
dari bagian kulit batang, daun, bunga, buah, tumbuhan muda, sisa tumbuhan yang telah kering
sampai bagian keseluruhan dari tumbuhan tersebut. Macam-macam tumbuhan yang telah
diinventarisasi antara lain papaya (Carica papaya), ketimun (Cucumis sativus), kol (Brassica sp),
ketela rambat (Ipomoea batatas), balaran (Ipomoea pescapre) dan sebagainya.
Bekicot yang pada awalnya diburu dan dibunuh untuk pakan tambahan itik, sekarang
diburu dan dikumpulkan untuk disetor kepada perusahaan pengekspor bekicot. Hal ini
terjadi karena adanya permintaan pasar luar negeri terutama Perancis.
Sebagai usaha produksi peternakan, bekicot mempunyai masa depan yang cukup cerah.
Hal ini disebabkan oleh :
Sebagai bahan makanan, nilai gizi bekicot cukup tinggi. Kandungan protein dalam 100
gram daging bekicot ada 57,08 gram, 3,34 gram lemak, 2,05
gram serat besar, 13,8 abu, 1,58 gram kalsium dan 1, 48 gram pospor.
(Chaves, 1997 dalam Sovia Emmy. 1980).