Askeb BBLR
Askeb BBLR
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR NEONATUS
1. Pengertian Neonatus
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram.
(Rochmah K, 2012:1)
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada UK 37-42 minggu dengan
berat lahir antara 2500 gr sampai 4000 gram.
(Manuaba, 1994: 186)
Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38 sampai 42 minggu
dengan berat badan sekitar 2.500 sampai 3.000 gram dan panjang badan sekitar 50
sampai 55 cm.
(Manuaba, 1998: 121)
Neonatus cukup bulan adalah bayi yang lahir pada umur kehamilan 37 Minggu
sampai 42 Minggu dan berat badan lahir 2.500 gram sampai 4.000 gram.
(Sarwono Prawirohardjo, 2002: 101).
Neonatus adalah bayi usia o hari sampai 28 hari
(Soejiningsih, 2001: 17).
Sistem Pernafasan
Seiring wakttu, pada usia 8 bulan bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan nafas sepanjang
trimester I dan III. Ketidakmatangan paru akan mengurangi peluang kelangsungan
hidup bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru dan tidak cukupnya jumlah
sulfaktan.
Nafas pertama dipengaruhi oleh 2 faktor yang berperan ada rangsangan nafas
bayi :
1. Hipoksia yang berperan pada rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
2. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru selama persalinan
yang merangsang masuknya udara ke dalam paru secara mekanis.
Upaya bernafas pertama seorang bayi adalah untuk mengeluarkan cairan dalam
paru dan mengembangkan jaringan alveolus paru. Agar alveolus bisa berfungsi, harus
terdapat cukup sulfaktan dan aliran darah ke paru. Produksi sulfaktan di mulai pada usia
20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru matang sekitar 30-40
minggu kehamilan. Sulfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu
menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan. Sulfaktan
adalah lipoprotein yang dihasilkan oleh sel tipe II pneumosit yang melapisi alveolus.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Untuk menciptakan sirkulasi yang baik
guna mendukung kehidupan di luar rahim tercadi 2 perubahan besar yaitu : penutupan
foramen ovale pada atrium jantung dan penutupan duktus arteriosus antara arteri
pulmonali dan aorta.
Rangsangan untuk bernafas berasal dari:
1. Kompresi toraks janin pada proses kelahiran sedikit mendesak cairan dari saluran
pernafasan (1/3 atau ¼ kapasitas residu) sehingga memperluas ruangan untuk masuknya
udara dan mempercepat pengeluaran air dari alveolus.
2. Rangsangan fisik ketika penanganan bayi selama persalinan dan kontak dengan
permukaan yang relativ kasar di yakini merangasang pernafasan secara refleks dari
kulit.
3. Rangsangan berupa dingin, gravitasi, nyeri, cahaya, atau suara.
1. Evaporasi. Evaporasi adalah cara kehilangan panas terutama pada tubuh bayi.
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada permukaan tubuh bayi.
Kehilangan panas tubuh memlalui penguapan dari kulit tubuh yang basah ke udara,
karena bayi baru lahir diselimuti oleh air atau cairan ketuban atau amnion. Proses ini
terjadi apabila BBL tidak segera dikeringkan setelah lahir
2. Konduksi. Konduksi adalah kehilangan panas melaluui kontak langsung antara tubuh
bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih rendah. Misalnya bayi
ditempakan langsung pada meja, perlak, timbangan, atau bahkan ditempat dengan
permukaan yang terbuat dari logam.
3. Konveksi. Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi
terpapar udara atau lingkungan temperatur dingin. Kehilangan panas badan bayi melalui
aliran udara sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya, bayi dilahirkan dikamar yang
pintu dan jendela terbuka, ada kipas atau AC yang dihidupkan.
4. Radiasi. Radiasi adalah pelepasan panas akibat adanya benda yang lebih dingin
didekat tubuh bayi, kehilangan panas badan bayyi melalui pemancaran atau radiasi dari
tubuh bayi ke lingkungan sekitar bayi yang lebih dingin. Misalnya, suhu kamar bayi
atau kamar bersalin di bawah 250C, terutama jika dinding kemaranya lebih dingin
karena bahannya dari keramik atau marmer.
Sistem Gastrointestinal
Setelah lahir gerakan usus bayi mulai aktif, sehingga memerlukan enzim
pencernaan dan kolonisasi bakteri di usus pofitif. Syarat pemberian minum adalah
sirkulasi baik, bising usus positif, tidak ada kembung, pasase mekonium positif, tidak
ada sesak nafas dan muntah. Refleks gumoh dan refleks batuk sudah terbentuk sejak
lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna susu masih terbatas. Hubungan
antara esofagus dan lambung masih belum sempurna (gumoh) dan kapsitas lambung
masih terbatas ( 30 cc).
Dua sampai tiga hari pertama kolon berisi mekonium yang lunak berwarna hijau
kecoklatan yang berasal dari saluran usus dan tersusun atas mukus dan sel epidermis.
Beberapa jam sebelum lahir usus masih steril, tetapi setelah itu bakteri menyerbu
masuk pada hari ketiga atau keempat mekonium menghilang.
Sistem Ginjal
Sistem Hati
Sistem Neurologi
Bayi telah dapat melihat dan mendengar sejak baru lahir sehingga membutuhkan
stimulasi suara dan penglihatan. Setelah lahir jumlah dan ukuran sel syaraf tidak
bertambah. Pembentukan sinaps terjadi secara progresif sejak lahir sampai 2 tahun.
Mielinisasi (perkembangan serabut mielin) terjadi sejak janin 6 bulan sampei dewasa.
Golden period mulai trimester III sampai usia 2 tahun pertambahan lingkar kepala (saat
lahir rata-rata 36 cm, usia 6 bulan 44 cm, usia 1 tahun 47 cm, usia 2 tahun 49 cm, usia 5
tahun 51 cm, dewasa 56 gcm). Saat lahir bobobt otak 25% dari berat dewasa, usia 6
bulan hampir 50%, usia 2 tahun 70%, usi 5 tahun 90%, usia 10 tahun 100%.
Sistem imunologi
Sel fagosit, granulosit, monosi mulai berkembang sejak usia gestasi 4 bulan.
Setelah lahir imunitas neonatus cukup bulan lebih rendah dari orang dewasa. Usia 3-12
bulan adalah keadaan imunodefisiensi sementara sehingga bayi mudah terkena infeksi.
Neonatus kurang bulan memiliki kulit yang masih rapuh, membran mukosa yang mudah
cedera, pertahanan tubuh lebih rendah sehingga resiko terinfeksi lebih besar.Perubahan
beberapa kekebalan alami meliputi perlindungan oleh kulit membran mukosa, fungsi
jaringan saluran napas, pembentukan koloni mikrobe oleh kulit dan usus, dan
perlindungan kimia oleh asam lambung.
Hal-hal yang diawasi pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan metode
APGAR. Aspek-aspek yang termasuk APGAR dan harus dinilai dan dicatat ialah :
TANDA NILAI
0 1 2
7-10 : Bayi mengalami asfiksia ringan atau bayi dalam keadaan normal
h. Pemberian Vitamin K
Semua Bayi harus diberikan Vitamin K1 injeksi 1 mg intramuskular setelah 1
jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu untuk mencegah perdarahan BBL
akibat defisiensi vit K yang dapat dialami sebagian BBL.
i. Pemberian Imunisasi Bayi baru Lahir
Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah Infeksi Hepatitis B terhadap
bayi terutama jalur penularan ibu-bayi. Diberikan setelah 1 jam setelah pemberian vit
K1.
j. Pemeriksaan Bayi Baru lahir
Pemeriksan BBL dilakukan pada:
Saat bayi berada di klinik
Saat kunjungan tindak lanjut (KN), yaitu 1xpada umur 1-3 hari, 1x pada umur 4-7 hari,
dan 1x pada umur 8-28 hari.
(Asuhan Persalinan Normal Revisi ke 5, 2008:124)
b. Faktor persalinan
Komplikasi yang tidak diinginkan, perlakuan salah atau kekerasan mental pada ibu
hamil, dan lain-lain.
c. Faktor post natal
1) Gizi; Untuk tumbuh kembang bayi dibutuhkan zat makanan yang adekuat.
2) Penyakit kronis atau kelainan kongenital; TBC, anemia, kelainan jantung
bawaan menyebabkan referdasi pertumbuhan janin.
3) Lingkungan fisik dan kimia; Sanitasi lingkungan yang kuranbg baik,
kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu mempunyai
dampak negatif terhadap pertumbuhan anak.
4) Psikologis; Hubungan anak dengan orang sekitar.
5) Endokrin; Defisiensi hormon pertumbuhan akan menyebabkan anak kerdil.
6) Sosial ekonomi; Kemiskinan akan menghambat pertumbuhan anak.
7) Lingkungan pengasuhan; Interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi
tumbuh kembang anak.
8) Stimulasi; Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi khusunya
dalam keluarga.
9) Obat-obatan; Pemakaiankortaosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan.
(Tanuwidjaya, 2002).
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2.500
gram atau sampai dengan 2.499 gram.
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi yang berta badan lahirnya kurang atau
sama dengan 2500 gram
Istilah prematuritas telah diganti dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari
2500 gram, yaitu karena umur kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan lebih
rendah dari semestinya, sekalipun umur cukup, atau karena kombinasi keduanya.
Ciri-ciri aktivitas bayi dengan berat badan lahir rendah berbeda-beda sehingga
perlu diperhatikan gambaran umum kehamilan sebagai berikut :
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
sampai dengan 2499 gram.
BBLR adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gr.
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat antara 1500 – 2500 gram.
Definisi bayi prematur dengan berat badan rendah didasarkan atas keputusan
dalam konggres “European Perinatal Medicine” kedua di London tahun 2002 yang
menyatakan bahwa bayi kurang dari 37 Minggu atau 259 hari.
Dari pengertian di atas BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
Adapun ciri-ciri BBLR antara lain adalah berat badan < 2.500 gram, panjang
badan lahir < 45 cm, lingkar kepala < 35 cm, lingkar dada < 30 cm, pernafasan 40-50
x/mnt, suhu 36,5-37,5 OC, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, reflek hisap dan
menelan sudah terbentuk dengan baik, eliminasi baik, mekonium akan keluar 24 jam
pertama, mekonium berwarna kehijauan dan lengket.
2. Klasifikasi BBLR
Klasifikasi atau penggolongan bayi prematur berdasarkan atas timbulnya
bermacam-macam problematika pada derajat prematuritas maka Usher menggolongkan
bayi tersebut dalam 3 kelompok:
a. BBLR atau berat badan lahir rendah, yaitu berat kahir kurang dari 1.500-2.500 gram
b. BBLSR atau berat badan lahir sangat rendah, yaitu berat lahir kurang dari 1.500 gram.
c. BBLER atau berat badan lahir ekstra rendah, yaitu berat lahir kurang dari 1.000 gram.
(Syaifuddin dkk., 2001: 376).
3. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya beral badan lahir rendah
(BBLR) adalah :
1. Faktor ibu
a. Penyakit; meliputi toksemia aravidarum, perdarahan antepartum,
trauma fisik dan psikologis, penyakit lainnya adalah nefritis akut, diabetes militus,
infeksi akut dan tindakan operatif.
b. Usia; meliputi usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun dan
pada multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah
adalah pada usia ibu antara 26-35 tahun.
c. Keadaan sosial; meliputi golongan sosial ekonomi yang rendah, hal ini
disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang baik dan pengawasan antenatal yang kurang.
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hirdamnion, hamil ganda, perdarahan antepartum, solusio plasenta,
plasenta previa, abrusio plasenta, penyakit ibu yang berat, komplikasi kehamilan,
preeklamsia atau eklamsiam, KPP.
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim, kelainan kromosom, radiasi, infeksi, janin
kronik.
4. Patofisiologis
Kegawatan selama periode janin mungkin disebabkan oleh macam-macam faktor
intra uterin yang meliputi gangguan oksigenasi janin karena terganggunya plasenta atau
tali pusat, infeksi seperti sifilis, toxoplasmosis dan penyakit virus lainnya. Defisiensi
diet ibu lebih cenderung mempengaruhi berat badan, malnutrisi pada ibu hamil
menimbulkan tingginya insiden lahir mati atau BBLR. Kehamilan ganda menyebabkan
keregangan uterus yang berlebihan maka kembar atau dua kira-kira 20 % diakhiri
dengan kelahiran kurang bulan.
(Nelson, 2000).
Beberapa faktor penyebab dari ibu juga mempengaruhi pertumbuhan janin yang
sekalipus merupakan faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur, diantaranya
adalah preeklamsia, malnutrisi, penyakit kronis, infeksi intra uterus, perlahan
antepartum, kebiasaan minum obat.
(Dep.Kes.RI., 1999).
5. Dampak Masalah
1. Dampak pada bayi
Bayi yang dilahirkan prematur belum mempunyai alat-alat yang tumbuh lengkap
seperti bayi matur. Oleh sebab itu ia mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup di
luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya maka makin kurang sempurna
pertumbuhannya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi, seperti:
a. Sistem pernafasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru-paru pada
bayi. Lebih prematur alveoli cenderung kecil dengan adanya sedikit pembuluh darah
yang mengelilingi stroma seluler. Semakin matur bayi dan lebih besar berat badannya,
maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya dindingnya dibentuk oleh kapiler.
Otot pernafasan bayi ini lemah dan pusat pernafasan kurang berkembang.
Terdapat pula kekurangan lipoprotein paru-paru, surfaktan diduga bertindak dengan
cara menstabilkan alveoli yang kecil, sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat
terjadi ekspirasi, pertumbuhan dan perkembangan paru yang belum sempurna, otot
pernafasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung menyebabkan
sering terjadinya aspirasi pneumonia.
Di samping itu sering timbul apnoe yang disebabkan oleh pusat pernafasan selama
lebih dari 20 detik atau cukup lama, sehingga menimbulkan syanosis atau bradikordi.
(Socharin, 1998).
b. Sistem kardiovaskuler
Jantung relatif kecil saat lahir. Pada beberapa bayi prematur kerjanya lambat dan
lemah, sirkulasi perifer sering kali buruk dan dinding pembuluh darah juga lemah. Hal
ini merupakan sebab timbulnya kecenderungan perdarahan intrakaranial, tekanan darah
lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm, tingginya menurun dengan menurunnya
berat badan. Tekanan sistolik sekitar 45-60 mmHg, diastolik sekitar 35-45 mmHg, nadi
bervariasi antara 100-160 x/menit. Duetus arteriosus paten yang tetap dan sampai lebih
dari ketiga kehidupan mempunyai insiden bayi dengan BBLR yang meningkat. Pertama
pada bayi yang menderita penyakit membran.
(Socharin, 1998).
c. Sistem gastroentestinal
Semakin rendah umur gestesi maka semakin lemah reflek menghisap dan
menelan. Bayi yang paling kecil tidak mampu untuk minum secara efektif. Distensi
abdomen akibat dari mortalitas usus berkurang, volume lambung berkurang sehingga
waktu pengosongan lambung terlambat, daya untuk pencernakan atau mengabsorbsi
lemak laktosa vitamin yang larut dalam lemak dan beberapa mineral tertentu berkurang,
kerja dari spingter kasdio esofagus yang belum sempurna memudahkan terjadinya
regurgitasi isi lambung ke esofagus dan mudah terjadinya aspirasi.
d. Sistem urogenitas
Fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya filtrasi glamenulus yang menurun
mengakibatkan kesempurnaan untuk mengabsorbsi urine menurun dan urine menjadi
sedikit, akibatnya mudah jatuh dalam dehidrasi. Gangguan keseimbangan dan elektroit
mudah terjadi dari tubulus yang kurang berkembang. Produksi urine yang sedikit tidak
sanggup mengurangi kelebihan air tubuh dan elektrolit dari bahan akibat mudah
terjadinya oedema osidosis metabolik.
e. Sistem neurologi
Perkembangan susunan saraf sebagian besar tergantung pada derajat maturitas
pusat pengendalian fungsi vital, misalnya pernafasan, suhu tubuh dan pusat reflek
kurang berkembang. Reflek mono, tonik ditemukan pada bayi prematur normal, karena
perkembangan syaraf lemah, maka pada bayi kecil khususnya lebih lemah, lebih sulit
untuk membangunkan dan mempunyai tangis yang lemah.
(Sacharin, 1998).
Dengan adanya kelahiran prematur akan mengurangi percaya diri ibu bahwa ibu
mampu menyusui ataupun memproduksi ASI yang mencukupi untuk bayinya. Hal ini
disebabkan bahwa proses interaksi antara ibu dan bayi sangat dibatasi karena masih
dalam pengawasan khusus.
Perhatikan bayi saat minum apakah terjadi muntah, kembung dan siagnosis.
Sesudah minum bayi didudukkan atau diletakkan di atas pundak dan ditepuk ringan
pada punggung selama 10-15 menit untuk mengeluarkan udara di lambung, kemudian
ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi, miring atau tengkurap untuk mencegah
terjadinya aspirasi lambung. Menimbang berat badan bayi setiap hari untuk mengetahui
pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Menerapkan metode kanguru atau perawatan bayi lekat, yaitu dengan cara bayi
diletakkan diantara kedua payudara ibu dalam keadaan tidak memakai baju, hanya
memakai popok dan topi atau tutup kepala, bagian dada dari bayi ditutupi b aju ibu yang
berfungsi sebagai kantong kanguru dan ibu mendekap bayinya. Posisi bayi dalam
kantong kanguru adalah tegak dan vertikal ketika ibu berdiri atau miring pada waktu ibu
berbaring atau tidur. Bila metode kanguru tidak memungkinkan, bayi diletakkan dalam
inkubator atau rungan yang cukup hangat. Suhu untuk bayi berat badan kurang dari
2.500 gram adalah 35 OC dan untuk bayi berat badan kurang dari 2.500 gram adalah 34
O
C agar dapat mempertahankan suhu tubuhnya sekitar 17 OC kelembaban inkubator
berkisar antara 50-60 %, segera mengganti pakaian atau linen tempat tidur yang basah.
Mengevaluasi suhu tubuh minimal 2 kali tiap hari.
3. Pencegahan infeksi
Infeksi pada bayi dapat dihindari dengan cara cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan perawatan dan menyentuh bayi. Mengisolasi bayi yang terkena
infeksi dengan yang sehat.
Segera mengganti pakaian bayi atau linen tempat tidur bila terkena kencing atau
buang air besar. Membersihkan lingkungan bayi atau tempat tidur minimal 2 kali
seminggu. Lakukan perawatan tali pusat dengan teknik septik dan asepstik. Anjurkan
ibu untuk membersihkan payudara saat akan menyusui bayi. Menyeka bayi maksimal 2
kali tiap hari dan mengganti pakaian.
4. Rujukan
Rujukan yang cepat dengan persiapan yang tepat dengan tujuan pada bayi dengan
berat badan 2.000-2.500 gram dapat dirawat di dalam ruang yang cukup hangat, jika ada
dapat digunakan inkubator, pada bayi dengan berat badan kurang dari 2.000 gram dan
memiliki fasilitas kesehatan yang lebih memadai
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada bayi “...” umur “...” hari dengan BBLR
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga
dalam tahap pendekatan ini harus komprehensif yang meliputi data subyektif, data
obyektif dan dari hasil pemeriksaan, sehingga dapat menggambarkan kondisi klien yang
sebenarnya.
Data Subyektif
a. Identitas Bayi
-Nama, agar dapat mengenal atau memanggil pasien dan mencegah kekeliruan dengan
pasien lain.
-Jenis kelamin, agar tidak terjadi kekeliruan dengan pasien lainnya yang bernama sama
-Nomor register, untuk menghindari kesamaan yang terdapat pada pasien dalam
ruangan.
- Nama kedua orang tua, umur ayah dan ibu, untuk memudahkan hubungan
dengan orang tua pasien yang menyangkut perawatan serta dalam pendekatan
- Pekerjaan ayah dan ibu, untuk mengetahui bagaimana sosial ekonomi keluarga
dan sejauh mana pengetahuan terhadap masalah kesehatan dan biaya perawatan.
agama dan dalam keadaan gawat darurat ketika memberi pertolongan dan
perawatan dapat diketahui dengan siapa harus berhubungan dengan pemuka
agamanya.
c. Keluhan utama
Hal yang mendasari klien dirawat di Rumah Sakit, dalam hal ini keadaan bayi
menyusu,.
Riwayat bayi masuk rumah sakit, lahir dengan umur kehamilan berapa minggu,
Penyakit apa saja yang pernah diderita keluarga dan hubungannya ada atau tidak
f. Riwayat neonatal
Riwayat prenatal
Berapa umur kehamilan, bagaimana keadaan ibu saat hamil, keluhan yang pernah
dialami, ibu memeriksakan kehamilannya kemana, obat yang pernah didapat, imunisasi
Riwayat natal
Umur kehamilan berapa saat lahir, waktu dan jam persalinan, bagaimana proses
kelahirannya, apakah ada penyulit atau tidak, dimana dan ditolong oleh siapa,
Riwayat postnatal
Bagaimana keadaan bayi saat lahir, setelah lahir ada kelainan atau tidak, sudah diberi
ASI atau tidak setelah lahir,ada infeksi pada tali pusat atau tidak, cyanosis atau tidak,
g. Riwayat imunisasi
Pasien sudah mendapatkan imunisasi apa saja, apakah imunisasi dasar pasien sudah
diberikan atau belum, pasien dengan BBLR tidak mendapatkan imunisasi karena berat
1) Pola nutrisi
Untuk mengetahui jenis pola nutrisi bayi yang sudah didapat ASI atau PASI, kapan
mulai diberikan pada bayi BBLR umur 1 hari. Pasien menghisap pelan, sedikit demi
sedikit tetapi sering, dengan frekwensi 12 x/hari, jumlah cairan yang didberikan pertama
dalam 60 ml/kgBB/hari.
2) Pola aktifitas
Untuk mengetahui bayi bergerak aktif atau tidak, pada bayi BBLR biasanya posisi
masih fetal, pergerakan kurang dan masih lemah, bayi lebih banyak tidur, tangisnya
3) Pola istirahat
Data yang ditanyakan yaitu berapa lama tidurnya (sekitar 14-18 jam/hari), rewel apa
tidak.
4) Pola eliminasi
Data yang ditanyakan adalah frekwensi, warna dan konsistensi BAB dan BAK dalam
sehari. Pada bayi dengan BBLR hari pertama BAB-nya adalah meconial.
dalam sehari.
Data Obyektif
a. Pemeriksaan umum
Kesadaran : Komposmentis,apatis,samnolen
b. Tanda-tanda vital
RR : 40-60 x/mnt
c. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala :Apakah terdapat benjolan atau tidak, bagaimana keadaan kulit kepala dan
rambut, apakah kepala bayi terdapat caput atau cepal hematom, apakah
Muka :Apakah bayi tampak pucat atau tidak, kulit muka bayi tampak keriput.
Mata :Mata simetris apakah tidak, sklera tampak putih, konjungtiva tampak
Hidung :Apakah ada kelainan bentuk hidung atau tidak, terdapat polip atau tidak,
Mulut dan gigi : Simetris atau tidak, terdapat kelainan bentuk bibir atau tidak, mukosa
bibir lembab atau tidak, apakah gigi sudah tumbuh atau belum.
Telinga : Apakah telinga simetris atau tidak, adakah serumen atau tidak, terdapat
lanugo.
Leher : Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, apakah terdapat
Abdomen : Apakah terdapat lesi, perut membuncit atau tidak, kulit perut ikterus atau
Ekstrimitas : Apakah simetris atau tidak, oedem atau tidak, apakah terdapat gangguan
Palpasi
Perut : Apakah terdapat nyeri tekan atau tidak, apakah terdapat pembesaran pada
hepar.
Genetalia : Simetris atau tidak, pada laki-laki testis sudah turun atau belum.
Auskultasi
Pemeriksaan antomometri
Pada bayi dengan BBLR, BB < 2.500 gr, PB < 45 cm, LK < 35 cm, LD < 30 cm.
Pemeriksaan neorologi
bau susu
Data penunjang
Pemeriksaan laboratorium penting artinya untuk diagnosa yang tepat sehingga dapat
memberikan terapi yang tepat. Pemeriksaan laboratorium yang diperlukan adalah darah
dapat dianalisa untuk menentukan suatu masalah yang kemungkinan terjadi dari konsep
dasar asuhan kebidanan tersebut di atas, maka ditarik analisa sebagai berikut :
Diagnosa : Bayi “...” umur “...” hari dengan berat badan lahir rendah.
DS : Data yang di peroleh dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan lain
DO : Usia kehamilan kurang dari 37 Minggu, A-S: 7-8, berat badan kurang dari 2.500
gram, panjang badan kurang dari 33 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, rambut lanugo
banyak, lemak kulit kurang, pernafasan 45-50 x/mnt, suhu 36,5-37,5 OC, nadi 100-140
x/mnt.
DS: Data yang di peroleh dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan lain
dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi
benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan kebidanan
yang aman. Untuk antisipasi masalah potensial dan diagnosa pada bayi BBLR adalah :
DS: Data yang di peroleh dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan lain
DO: RR lebih dari 50 x/mnt atau pernafasan meningkat, lemak subkutan sedikit, akral
dingin dengan suhu tubuh kurang dari 36,5 OC atau di bawah normal
DS: Data yang di peroleh dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan lain
DO: Reflek menghisap dan menelan lemah, daya absorbsi lambung belum sempurna
DS: Data yang di peroleh dari pihak keluarga maupun petugas kesehatan lain
DO: Terdapat tanda-tanda infeksi seperti kolor, dolor, rubor, tumor. Tali pusat basah.
Suhu > 37 OC
mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan dan atau dokter dan untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai
Intervensi
Pada langkah ini merupakan langkah kelanjutan dari masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi terhadap kondisi klien secara menyeluruh meliputi
setiap masalah yang berkaitan. Gambaran tentang apa yang terjadi beserta pengajaran,
konseling dan rujukan untuk masalah sosial ekonomi kultural serta masalah psikologis.
Rencana asuhan kebidanan harus disetujui antara bidan dan keluarga klien, karena klien
tersebut.
Diagnosa: Bayi “...” umur “...” hari dengan berat badan lahir rendah
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x 24 jam keadaan bayi membaik
a) Suhu 36,5-37,5 OC
d) Ekstremitas hangat
e) Pergerakan cukup
Intervensi :
2) Tempatkan bayi pada inkubator dan jaga jangan sampai bayi menempel pada kaca
inkubator
5) Lakukan observasi tanda bahaya seperti akral yang dingin, pernafasan lambat dan
kelainan.
Intervensi :
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 x 24 jam kesulitan bernafas atau
Intervensi :
1) Catat status respirasi tanda-tanda kesulitan bernafas
2) Kaji ulang riwayat persalinan, A-S resusitasi saat kehamilan, obat-obatan saat
persalinan
terpenuhi
b) Reflek membaik
c) Aktif menetek
d) Tidak muntah
Intervensi :
minuman
selanjutnya.
R/ Mengetahui berapa banyaknya kebutuhan cairan dan nutrisi bayi dan apakah
ada keseimbangan.
Implementasi
apabila diterapkan berdasarkan hakekat masalah. Jenis tindakan atau pelaksanaan bisa
dikerjakan oleh bidan sendiri atau bersama klien serta kolaborasi dengan tim kesehatan
Evaluasi
pelaksanaan serta didasarkan atas tujuan dan kriteria guna mengevaluasi nilai
kebidanan sebagai umpan balik untuk memperbaiki, untuk menyusun langkah baru
dalam asuhan kebidanan, menunjang tanggung jawab dan tanggung gugat dalam asuhan
kebidanan.
Evaluasi dalam asuhan kebidanan ditulis dalam bentuk SOAP sebagai berikut :
S (Subyektif) : Adalah data yang diperoleh dengan wawancara langsung. Data ini
O (Obyektif) : Adalah data yang diperoleh dari hasil observasi dan pemeriksaan
A (Assesment) : Adalah pernyataan yang diambil atau terjadi atas data subyektif dan
obyektif
P (Planing) : Adalah perencanaan yang ditentukan sesuai dengan masalah yang terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba
Medika
Doenges, E. Marylin dan Moor, Mary, Fances, 2001, Rencana Perawatan Maternal