Anda di halaman 1dari 22

PRESENTASI SEJARAH GEREJA INDONESIA

PEKABARAN INJIL DAN GEREJA DI KALIMANTAN

(DOSEN PENGAMPUH PDT. DR. SIENTJE LATUPUTTY, D.TH)

KELOMPOK 9

SEKOLAH TINGGI FILSAFAT TEOLOGI

GEREJA KRISTEN INJILI

IZAAK SAMUEL KIJNE

JAYAPURA

2019
NAMA PESERTA

NO NAMA SEMESTER KELAS

1 Gamaliel Wandamo IV E
2 Esau A. Patiran IV C
3 Rini Mayor IV B
4 Agustina Mansnandifu IV E
5 Lapas Wutwensa IV A
6 Yohana Mirino IV E
7 Densemina Moreni VIII B
8 Anace Warikar IV D
9 Jein Marisan IV A
10 Yuliana Mambobo IV A
11 Moses Syufi IV C
12 Erik Aliknoe IV A
13 Yohanis Ayomi IV C
14 Rio Sarwuna IV E
15 Lorena Sayori IV E
16 Albertina Rienggub IV A

PENGANTAR

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 2 of 22


Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang, maka Injil sendiri
mempunyai sejarah sejarah yang berisi sejarah keselamatan. Sejarah Gereja itu dimulai dalam
tradisi Gereja sejak Yesus lahir, mati sampai pengutusan para murid yakni melalui tuntunan
Roh Kudus. Maka kami sungguh yakin, bahwa Sejarah Gereja adalah perbuatan Tuhan di
masa lalu, untuk memanggil manusia masuk kedalam pimpinan-Nya secara Universal bagi
dunia. Oleh karena itu sejarah Gereja adalah panggilan Allah kepada manusia, dari
kegelapan dosa, kepada terang Yeus Kristus (Eklesia), walaupun penuh dengan tantangan dan
hambatan.

Dengan demikian sejarah Gereja harus terus menerus mempelajarinya, sebab seorang
Kristen yang tidak tahu sejarah adalah ibarat seorang anak yang tidak mengenal latarbelakang
keluarganya atau identitasnya, terlebih sebagai penerus sejarah kekristenan di dunia ini.

Sehingga kalau kita mau berbicara tentang Sejarah Gereja sangat luas pengertiannya.
Sehingga sejarah Gereja yang kami bahas disini ialah sejarah “PEKABARAN INJIL DAN
GEREJA DI KALIMANTAN” Sejak Allah mau memasuki peradaban orang Kalimantan
yang lebih khusus kami akan fokusan tentang pembaharuan manusia Kalimantan dari
kehidupan lama dari agama suku Dayak, mengenai struktur masyarakat, hubungan dengan
pemerintah Belanda, metode kerja para zendeling, pola pemberitaan injil, soal penebusan dan
pertobatan suku dan juga perorangan kepada orang-orang di Kalimantan selatan, yakni daerah
Pesisir yang berbahasa Melayau dan pedalaman yang berbahasa Dayak.

Kiranya paparan ini, memberi informasi kepada kita tentang pekabaran Injil didaerah
Kalimantan sendiri. Semoga bermanfaat!

Jayapura, 20 Mei 2019

Kelompok 9

DAFTAR ISI

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 3 of 22


DAFTAR NAMA.......................................................................................................................................................... II

PENGANTAR........................................................................................................................................................... III

DAFTAR ISI ........................................................................................................................................................... IV

BAB I GAMBARAN UMUM KALIMANTAN KETIKA BADAN-BADAN


ZENDING (Abad ke-19)

A. Keadaan Geogerafis .......................................................................................................................... 1

B. Struktur Masyarakat ........................................................................................................................ 2

C. Kebudayaan (Termasuk Religi) .................................................................................................... 2

D. Sikap Terhadap Orang Luar Termasuk Terhadap Orang Eropa................................ 3

E. Hubungan dengan pemerintah Hindia Belanda......................................................... 4

BAB II BADAN ZENDING YANG BEKERJA DI KALIMANTAN (RMG)


A. Metode Kerja Para Zendeling....................................................................................................... 5

B. Metode Pekabaran Injil.................................................................................................................... 7

C. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pekabaran Injil............................................................ 7

D. Badan Zending Lain Diluar RMG................................................................. 9

E. Gereja yang Berdiri Sendiri Hasil RMG....................................................... 11

BAGIAN III KESIMPULAN DAN TANGGAPAN KRITIS KELOMPOK

I. Tanggapan ..........................................................................................................................................15

II. Kesimpulan ........................................................................................................................................ 15

Daftar Istilah................................................................................................................................................16

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 4 of 22


Daftar Pustaka ........................................................................................................................................... 17

BAB I

GAMBARAN UMUM KALIMANTAN KETIKA BADAN-BADAN


ZENDING (Abad ke-19)

A. Keadaan Geografis
Pulau Kalimantan terletak di sebelah utara pulau Jawa, sebelah Timur Selat Malaka,
sebelah Barat Pulau Sulawesi dan sebelah Selatan Filipina. Luas Pulau Kalimantan
adalah 743.330 km2 .1

Di wilayah Kalimantan Selatan terdapat dua golongan penduduk. Di daerah pesisir


tinggal orang-orang Melayu yang berbahasa Melayu dan menganut agama Islam. Secara
politis wilayah orang-orang Melayu ini merupakan wilayah kekuasaan kesultanan
Banjarmasin (sampai tahun 1860). Kesultanan Banjarmasin masih merupakan Negara
merdeka (kerajaan yang kokoh). Namun sejak abad ke-18 kerajaan Banjarmasin sudah
termasuk dalam lingkungan Belanda. Sedangkan di daerah pedalaman ditempati orang-
orang Dajak (Dayak), mereka yang terbagi atas berapa suku, antara lain orang-orang
Ngaju (disebalah Barat Laut Banjarmasin), dan orang-orang Maanjan (disebalah Timur
Laut). Sultan-sultan Banjarmasin memandang mereka adalah orang-orang yang berada
dibawah kekuasaanya. Namun pengaruh Belanda meluas didaerah pedalaman sekitar

1
Di unduh, Sabtu,30 Maret 2019, WIT 11:40, tersedia, http://tunasteologi.blogspot.com/2014/03/sejarah-
gereja-kekristenan-di-kalimantan.html

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 5 of 22


tahun 1835, dihilir Sungai Kapuas yang sudah dikuasai oleh orang-orang Belanda.
Secara ekonomi orang-orang Dayak tergantung pada pedagang-pedagang dari pantai.2

B. Struktur Masyarakat
Suku Dayak, terdiri dari enam rumpun suku,menurut Mallnckroft 3 yakni:Bahau, Ot
Donum, Iban, Moeroet, Klemantan dan Poenan. Kemudian W.Stohr membuat
penggolongan dalam tiga golongan, yakni: Golongan Ot Donum, Moeroet dan
Klemantan. Masyarakat di daerah Dayak ini terbagi dua bagian, yakni: golongan yang
memerintah, dan golongan budak (Suku Maanyan tidak mengenal perbudakan). Kelas
yang memerintah terdiri atas sultan dan keluarganya, kemudian menyusul para biokrat.
Menurut adat kebiasaan Banjar, pengganti raja adalah putra mahkota yang diangkat dari
putra sulung raja yang meninggal dengan permaisuri dari golongan bangsawan.
Golongan bangsawan kerajaan merupakan golongan yang dihormati dalam masyarakat.
Selain golongan bangsawan, golongan pedagang mempunyai kedudukan yang cukup
dihargai masyarakat. Pedagang-pedagang kaya mempunyai pengaruh yang besar dalam
masyarakat, bahkan juga pada pemerintahan kerajaan. 4 Hal ini pun di jelaskan oleh
Fridolin Ukur, dalam bukunya “tantangan suku Dayak”5 bahwa dalam masyarakat
Dayak menggunakan dengan istilah mitos dibudakan menurut mitology, yang
dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu: (1).Golongan Merdeka6, Golongan ini terdiri
dari Para bangsawan (Kaya), dan golongan miskin, (2) Golongan Budak7 Golongan ini
lahir dari Mitologi Dayak, bahwa kelas budak ini ada sejak dunia dan Manusia di
ciptakan (3) Golongan Imam, golongan ini bertujuan untuk memimpin upacara-upacara
keagamaan dalam bahasa Batak (utus olo balian, maka golongan ini kaum golongnan
religious).8

C. Kebudayaan (Termasuk religi)

2
Th. van den End, Ragi Carita 1.( Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016), hlm .188.
3
Fridolin Ukur, tantangan suku Dayak, (Jakarta BPK. Gunung Mulia, 1935), hlm 65
4
Th. van den End, Ragi Carita 1. (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016), hlm .188-189
5
Ukur, Ibid, hlm52
6
Ibid, Van den End hlm 66
7
Ibid, hlm 67
8
 Ibid., hal.68  et. seq.  dan halaman 72

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 6 of 22


Jika kita berbicara beradaban suku tertentu maka tentu tidak terlepas dari
Budaya.Demikian pula masyarakat dayak, tidak mungkin terlepas dari budaya mereka,
sebagai warisan nenek moyang. (Ukur 1935:27), menentukan beberapa konsep Orang-
Dayak.
a. Tentang Ilah Tertinggi. Terbagi sesuai tempat kediaman mereka, yakni: Alam
atas, dalam pengaruh islam orang Dayak menyebut tempat tinggal ALLAH-ta-Ala
b. Alam Bawah, disebut “Baluhan Bulau” atau tempat tersimpan
Kekayaan”digambarkan sebagai kelamin betina. Tempat tinggal Tambon, dan
Bawin Balawang (Wanita Permata).
Oleh karena itu pemahaman orang Dayak Langit bersifat laki-laki dan Bumi
perempuan sumber kesuburan.Terdapat juga ilah-ilah pengantara, roh-roh baik dan
roh-roh jahat kemudian ada roh nenek moyang. Penciptaan manusia, dijelaskan (Ukur,
32: 1935. Masyarakat Dayak percaya pada roh-roh:
1. Sangiang nayu-nayu (roh baik);
2. Taloh, kambe (roh jahat).
Dalam syair-syair suci suku bangsa Ngaju dunia roh disebut negeri raja yang berpasir
emas. Upacara adat dalam masyarakat Dayak meliputi:
- upacara pembakaran mayat,
- upacara menyambut kelahiran anak, dan
- upacara penguburan mayat.

Upacara pembakaran mayat disebut tiwah dan abu sisa pembakaran diletakkan di
sebuah bangunan yang disebut Tambak.
Suku Dayak hidup terpencil dan mereka tetap berpegang pada agama suku mereka
(yang dikemudian hari disebut agama Keharingan). Mereka belum bergaul dengan
orang-orang Eropa berabad-abad lamanya, seperti orang-orang Minahasa, dan jugs
agama Kristen bagi mereka masih baru sama sekali. Tetapi karena pedagang-
pedagang dari pantai datang membeli hasil bumi dan jual barang-barang mereka
sampai ke hulu sungai-sungai, maka pengaruh Islam cukup besar. Pekabaran Injil
kelak mengalami halangan dari pihak pedagang-pedagang ini.9

D. Sikap Terhadap Orang Luar Termasuk Terhadap Orang Eropa

9
Th. van den End, Ragi Carita 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016, hlm 188

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 7 of 22


Pada tahun 1920-an zendeling maupun orang Belanda mempertahankan sikap, dengan
menolak adat, yang sejak semula mereka terima dari semula. Sehingga bagi orang
Dayak, menjadi Kristen maupun mengikuti orang Belanada berarti meninggalkan seluruh
warisan nenk-moyang. Misalnya, penerapan oleh para zendeling agar orang Dayak,
menghafal mitos, atau cerita-cerita tradisional lainnya, dan juga bagi orang yang dibaptis
ia hidup terpencil dari teman-teman sesukunya. Metode yang dipakai kepada orang
Dayaklah membuat keterlambatan menerima tradisi dari luar.10

E. Hubungan dengan pemerintah Hindia Belanda


Hubungan yang dialami dari pihak pemerintahan Hindia Belanda, dengan orang .
Orang-orang Belanda merasa kuatir kalau mereka diperalatkan oleh pemerintahnya untuk
merongrong kekuasaan Belanda di Indonesia, yang baru saja digonjangkan oleh perang
diponegoro para utusan harus menunggu ijin kerja di Batavia berbulan-bulan lamanya,
malahan ada yang sampai setahun dan mereka harus berjanji tidak akan menyebarkan
ajaran-ajaran yang tidak memungkinkan timbulnya ide-ide dikalangan masyarakat
Indonesia.11 Tindakan ini tentu saja membuat sikap para zendeling jerman terhadap
pemerintah menjadi lebih kritis lagi. Salah seorang diantara mereka”orang kuatir jangan-
jangan orang melayu (Indonesia) menjadi terlampau pintar karenanya (karena kegiatan
zending), dan tidak mau lagi taat kepada pemerintahan Belanda, sebab bersamaan
dengan menjadi Kristen, mereka itu telah menjadi sadar pula akan ketidakadilan terhadap
mereka.

10
Th. van den End, Ragi Carita 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016,
11
Ibid, hlm 188

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 8 of 22


BAB II

BADAN ZENDING YANG BEKERJA DI KALIMANTAN (RMG)

A. Metode Kerja Para Zendeling.


Metode kerja Zending di Kalimantan, Van den End maupun Sikpan Sihomping
Menjelaskan sebagai berikut:
1. Mereka menetap disebuah kampug, mulai mengadakan kebaktian-
kebaktian. Tetapi mereka sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan pola
kehidupan orang-orang dayak. Dalam kegiatan mereka, mereka menggunakan
bahasa dayak.12
2. Memperbaiki keadaan sosial di sana, dengan menebus budak-budak
yang ada. Dengan budak-budak yang ditebus itu, para penginjil itu ingin
mendirikan suatu golongan masyarakat Kristen. Sampai tahun 1859, ada
sebanyak 1100 orang budak yang sempat ditebus oleh penginjil-penginjil itu,
tetapi tidak semuanya bersedia menjadi Kristen, hanya sebanyak 261 orang yang
bersedia.
3. Mendirikan sekolah-sekolah zending untuk mendidik anak-anak
masyarakat Dayak itu sendiri. Untuk memajukan usaha sekolah ini, zending
meminta pengesahan dari pemerintahan untuk mengadakan peraturan “wajib
sekolah” bagi anak-anak pedalaman masyarakat Dayak itu. Peraturan itu
diperbuat oleh pemerintah Belanda, dan inilah merupakan peraturan wajib
sekolah yang pertama pada waktu itu di Nusantara. Zending juga menerima
subsidi dari pemerintah untuk menyelenggarakan sekolah-sekolah tersebut.
4. Mendirikan rumah-rumah sakit dan balai-balai pengobatan sebagai
sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
5. Mengadakan sekolah-sekolah kursus keterampilan untuk anak-anak
perempuan.
6. Mendirikan sekolah-sekolah tukang dan sekolah-sekolah penginjil.

12
Ibid, hlm, 192

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 9 of 22


7. Menerbitkan buku-buku pelajaran Kristen dalam bahasa Dayak
Ngaju
Selain itu juga kami singgung pola penebusan budak yang dilakukan oleh para
misionaris. Dalam penebusan budak di suku Dayak terdapat dua golongan
yaitu,Golongan Djipen dan golongan Rewer. Golongan Rewer ialah budak yang turun
temurun mejadi kepunyaan dari pemiliknya, sedangakn golongan Djipen adalah
budak akibat utang, harus menebusnya dengan bekerja untuk si piutang. Golongan
Djipen ini nantinya dapat bebas kembali apabila mereka berhasil melunaskan segala
utang mereka, apabila utang itu sudah di lunaskan mereka menerima kembali
kebebasan dengan segala hal dan kewajiban seseorang manusia merdeka,
sebelumnyaharus terlebih dahulu di penuhi beberapa khusus.
Terjadilah kelas Djipen (pendelingschap) di sebabkan oleh beberapa fakor, antara
lain:13
 Berasal dari keturunan ibu yang memang suda menjadi Djipen
 Akibat utang yang tak terlunas setelah habis terimanya
 Akibat terjadinya pelanggaran adat, yang di kenakan denda uang (geldboeten),
tetapi tak mampu dibayar
 Karena tidak mampu membayar unga utang dari capital yang dipinjam.

Sejak tahun 1843 dimulailah usaha menebus para Pandeling itu. Usaha ini disebut
“kolonisasi”, yakni dengan menepatkan budak-budak yang berhasil ditebus itu
disuatu tempat kediaman misionaris, kemudian masing-masing misionaris menebus
dan menggumpulkan budak-budak tersebut diatasi. Para pandeling yang telah ditebus
ini harus mentati beberapa ketentuan, seperti:

a) Mereka diwajibkan mengikuti kebaktian-kebaktian yang diadakan secara


teratur
b) Setiap keluaraga diwajibkan mendirikan rumanya sendiri diatas tanah milik
Zending yang dikususkan untuk mereka
c) Dalam satu pesan ditentukan hari-hari khusus yang merupakan hari kerja
wajib bagi para pandeling ini untuk pekerjaan langsung bagi para
missionaries dengan peraturan: (1), bagi mereka yang berutang, ditetapkan
dua hari kerja wajib. (2) Untuk yang berutangterdapat empat hari kerja wajib

13
Fridolin Ukur, Tantangan Suku Dayak, Jakarta BPK. Gunung Mulia, 1935, hlm 68-69

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 10 of 22


dalam seminggunya. Setalah mereka mentaati, kemudian mereka dibebaskan
dalam kehidupan masyarakat.
d) Pekerjaan yang dilakukan bagi misionaris diluar hari kerja wajib harus
dibayar dalam bentuk upah.
e) Dituntut untuk membayar seluruh utang mereka yang telah dibayarkan oleh
misionaris sewaktu menebus mereka.

Setelah mengalami kebebasan, mereka masih terikat oleh aturan-aturan. Namun


keadaan mereka lebih baik, dari sebelumnya. Setelah itu, para budak mengalami
perubahan cara hidup dan berfikir, hal tersebut dapat terlihat dalam bebrapa segi (1),
berhenti merayakan upacar kurban (2), memiliki rumah sendiri (3), para wanita
mempunyai kesempatan untuk memperoleh pendidikan. Hal ini, secara khusus
dilakukan bagi mereka yang ditebus, (a) setiap pagi dan malam diadakan kebaktian
didalam rumah tangga (b), yang belum membaca dan menulis diwajibkan ikut belajar
setiap hari pada jam yang ditentukan (c), setiap hari minggu disamping kebaktian
umum di pagi hari, lalu dipetang hari diadakan pemberitaan firman oleh misisonaris
dirumah tangga (d) setiap rabu malam melakukan kebatian malam berasama bersama
seluruh warga koloni.

Metode ini hanya digunakan pada tahun 1843-1859. Namun pada tahun 1865,
system perbudakan ini dihapuskan oleh pemerintah Belanda. Sehingga metode ini pun
ikut berakhir. 14

B. Metode Pekabaran Injil.


Metode penginjilan yang dilakukan oleh badan misi Pekabaran Injil
Rheinische Missionsgezelschaft zu Barmen (RMG), di Kalimantan adalah Dengan
beberapa metode yang dipakai oleh para missionaris untuk mencapai orang Dayak
dengan Injil adalah : (1) memenangkan ikatan persahabatan dan persaudaraan, (2)
Para zendeling menggunakan bahasa Dayak. (3) Pendekatan kepada golongan
atasan/kepala suku, sampai melakukan upacara adat (4) Perbaikan taraf hidup sosial
ekonomi rakyat, (5) Pendidikan dan (6) Pelayanan Kesehatan. Dengan lambat sekali
Injil mulai menyelusup dan merintis jalannya sendiri ke celah-celah hati suku
Dayak.15

14
Ibid, hlm 142-145
15
Th. van den End, Ragi Carita 1. Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2016, hlm 190

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 11 of 22


C. Faktor Yang Mempengaruhi Proses Pekabaran Injil.
Hasil Pekabaran Injil yang sudah berlangsung adalah sebuah usaha yang memakan
waktu namun, perjuangan itu musnah dihapus oleh kegagalan, kekecewaan, air mata
dan darah bagi misi Pekabaran Injil RMG, hal ini disebabkan oleh kepentingan elit
politik Belanda, misalnya mengahalangi berjalannya Pekaaran Injil. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor yang membuat pengaruh terhadap penginjilan,
sebagai berikut:

1. Kedudukan Antara Hidayat dan Sri Sultan Pada tahun 1859,


Panjarmasin di tahun ini, pangeran Hidayat, mau menyingkirkan Sultan lalu
naik tahta sendiri. Dari akibat ini, Sri sultan didukung oleh orang pemerintah
Belanda, sehingga pangeran Hidayat melancarkan serangan kepada mereka.16 Sejak
itu Pekabaran Injil di Kalimantan mengalami cobaan berat ketika terjadi
pemberontakan Hidayat dari Kesultanan Banjarmasin 01 Mei 1859, pemberontakan
ini didukung oleh banyak tokoh masyarakat Dayak yang berhasil dihasut. Tujuan
pemberontakan adalah mengusir pemerintah Belanda dan semua orang kulit putih
dari bumi Kalimantan. Pemberontakan ini memakan banyak korban dari pihak
zendeling Jerman, Orang-orang Belanda hampir tidak ada yang menjadi korban
karena mereka pada umumnya berada di kota-kota dengan perlengkapan senjata
dan pengawalan yang kuat. Empat orang missionaris17, tiga orang istri dan dua
orang anak mereka mati dibunuh oleh orang Dayak sendiri. Missionaris Roth,
Wiegand dan isteri, Misionaris Kind dan isteri beserta dua orang anak mereka mati
dibunuh di Tanggohan. Missionaris Hofmeister dan Istrinya dibunuh di Penda Alai,
saat berdoa katanya: “Tuhan yang kekasih, Engkaulah Juru Selamat Saya.
Kasihanilah suku yang malang ini. Janganlah ambil anugerahMu dari mereka dan
berikanlah kiranya FirmanMu yang mulia itu kepada mereka”. Sebagian dari
penginjil-penginjil RMG itu memang bisa selamat dengan melarikan diri dari
tempat itu ke Jawa kemudian, dipindahkan ke Tanah Batak. 18 Sedangkan
Missionaris Klammer yang berada di Tamiang layang, yang dalam keputusasaan
19
dan ketakutan berhasil diselamatkan oleh para pemimpin Dayak Maanyan.
16
Ibid,hlm, 195
17
Diunduh pada tanggal 24 April, 2019 jam 09.00 WIT. Tersedia di
https://gunungmaskab.go.id/index.php/2019/02/22/sejarah-gke/
18
Sikpan Sihombing, Sejarah Gereja Di Indonesia, BPK.Gunung Mulia, Jakarta, 2009 hlm.50
19
Di unduh jpr 24 April jam 09.00 WIT. Teresedia di:
https://gunungmaskab.go.id/index.php/2019/02/22/sejarah-gke/

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 12 of 22


Waktu berlalu beberapa orang Kristen yang terbentuk bercerai-berai, dan beberapa
pos di hancurkan secara fisik.
2. Salah satu akibat nyata yang dialami oleh Badan Zending RMG adalah akibat
Perang Dunia I mulai berlangsung, tahun 1914 hingga tahun 1918. Hal tersebut
membuat dalam kesulitan keuangan yang parah. Sehingga Badan RMG di Jerman
tidak mampu lagi membiayai pelaksanaan Pelaksanaan pekabaran Injil baik di
Kalimantan, sehingga RMG terpaksa menyerahkan lapangan kerja di Kalimantan
kepada lembaga Basler Mission di Swiss. Keputusan ini diambil bukan karena
keputusasaan dalam hasil pekerjaan, tetapi akibat kesulitan-kesulitan keuangan
yang ditimpakan oleh Perang Dunia I bagi seluruh tanah Jerman, sedangkan
tuntutan pelayanan di Kalimantan juga memerlukan biaya dan tenaga yang tidak
kecil.20

D. Badan Zending Lain Diluar RMG

Beberapa badan zending yang lain yang pernah bekerja di Kalimantan, Yakni:

1. American Board of Commisioners for Foreign Missions (ABCFM)/ Chinese


Foreign Mission Union (CFMU)
(ABCFM) adalah salah satu organisasi misionaris Kristen Amerika pertama. Itu
dibuat pada tahun 1810 oleh lulusan baru-baru ini dari Williams College . Pada
abad ke-19 itu adalah organisasi misionaris Amerika terbesar dan paling penting
dan terdiri dari peserta dari tradisi Reformed seperti Presbiterian,
Kongregasionalis, dan gereja-gereja Reformasi Jerman. Di Indonesia Kalimantan
21
sendiri diditikan oleh Dr. R.A. Jaffray Jaffray berhasil menanam gereja;
membangun sekolah Alkitab yang berpusat di Wuchouw dan membangun lembaga
penerbitan khususnya untuk komunitas yang berbahasa Kanton (Cantonese). R.A.
Jaffray mulai perjalanannya ke Indonesia (kepulauan Hindia Belanda) dan
menjejakkan kakinya di Borneo (Kalimantan) pada tanggal 10 Februari 1928.
Inilah perjalanan pertama Jaffray ke Indonesia untuk mengadakan Survey sekaligus
memberitakan Injil Kalimantan. Sekarang Gereja ini disebut GKII (Gereja Kemah
Injil Indoensia) adalah Gereja Sinodal yang meliputi beberapa Wilayah seperti

20
Fridolin Ukur, Tantangan Suku Dayak, Jakarta BPK. Gunung Mulia, 1935, hlm 96
21
Diunduh 16 Mei 2019, 11.WIT, tersedia di:
https://en.wikipedia.org/wiki/American_Board_of_Commissioners_for_Foreign_Missions

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 13 of 22


Wilayah Jawa Sumatera, Wilayah Kalbar, Wilayah Kaltim, Wilayah Bali NTT
serta Wilayah Sulawesi Maluku dan Wilayah Papua.22

2. (WEC)World Wide Evangelization Crusade


(WEC)World Wide Evangelization Crusade yang diberi nama Evangelisasi
Sedunia untuk Kristus WEC didirikan pada tahun 1913 oleh Charles Studd, yang
kemudian melayani di Kalimantan dengan nama gereja Gereja Kristen
Kalimantan Barat (disingkat GKKB) adalah suatu organisasi Gereja Kristen
Kalimantan Barat. GKKB berdiri karena buah pekerjaan misi misionaris-
misionaris dari berbagai negara. Gereja ini dimulai dari tiga gereja yang berdiri
secara terpisah di tiga kota utama: Singkawang, Pontianak, dan Pemangkat. Sejak
tahun 1906, berdirinya gereja ini adalah buah dari hasil pelayanan
misionaris Amerika yang bernama Charles M. Worthington.23
3. CAMA
Cama atau (Christian and Missionary Alliance) atau Kemah Injil yang mula-mula
berpusat di Makassar. Badan ini banyak menerbitkan buku-buku dan majalah-
majalah. Badan ini mulai bekerja di Kalimantan Timur tahun 1929 dan Kalimantan
Barat tahun 1933. Awal penginjilan di Kalimantan Timur dimulai dari kedatangan
misionaris dari CMA New York ke Surabaya,Jawa Timur pada tahun 1929. Para
misionaris tersebut adalah. J. W. Brill dan istrinya, G. E. Fisk dan istrinya, dan
David C. Clench. Perintis pekerjaan misi di Kalimantan Timur adalah David C.
Clench dan George E. Fisk yang masuk kesana pada tahun 1929. Gereja dari
CAMA terdiri jemaat dilingkungan CMA digabungkan mejadi tiga gereja daerah,
yaitu Kemah Injil Gereja Masehi Indonesia Timur (KINGMIT), KINGMI
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.24
4. Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB)
Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (disingkat GPIB) adalah
persekutuan orang percaya Kristen Protestan di Indonesia . GPIB merupakan
bagian dari Gereja Protestan di Indonesia (GPI) yang pada jaman Hindia
22
Rodger Lewis, Karya Kristus Di Indoensia, Bandung Yayasan Kalam Hidup, 1993 hlm 191
23
Di unduh pada tanggal 19;15:00 WIT, tersedia di
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kristen_Kalimantan_Barat#Sejarah
24
Ibid, Lewis, hlm 192

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 14 of 22


Belanda bernama De Protestantse Kerk In Westelijk Indonesie. Pelembagaan dan
pembentukan GPIB sebagai gereja mandiri keempat di lingkungan GPI, disetujui
dan diputuskan tanggal 1 Desember 1948. Gereja ini bersifat Bresbiterial Sinodal.
GPIB didirikan pada 31 Oktober 1948 yang pada waktu itu bernama “De
Protestantse Kerk in Westelijk Indonesie” berdasarkan Tata-Gereja dan Peraturan-
Gereja yang dipersembahkan oleh proto-Sinode kepada Badan Pekerja Am
(Algemene Moderamen) .25
5. Zending HKBP
HKBP (Huria Kristen Batak Protestan) juga pernah bekerja di sekitar
Pontianak, pada permulaan kemerdekaan sampai tahun 1950-an, bekerjasama
dengan GKE.
6. Gereja Methodist di Kalimantan.
Gereja Methodist bekerja di daerah Kalimantan, khususnya di bagian Barat
(Utara Pontianak), dan di Kalimantan bagian Utara (Serawak, Brunei dan Sabah).
Usaha pekabaran Injil Methodist di Kalimantan (Pontianak Utara) dimulai tahun
1906, yaitu oleh sebuah badan yang bernama: “Board of Foreign Missions of the
Methodist Episcopal Chruch”, yang terutama bekerja di kalangan masyarakat
Tionghoa yang ada di sana. Pada mulanya usaha ini juga mengalami rintangan dari
pemerintahan Belanda. Barulah setelah adanya orang-orang Tionghoa yang tamat
dari Pendidikan Methodist dari Singapura, barulah usaha PI Methodist ini bisa
berhasil.26

E. Gereja yang Berdiri Sendiri Hasil RMG


Ketika para misionaris RMG adalah badan misi dari Jerman dan BM adalah
badan misi dari Belanda. (Ukur, 1935:87), menjelaskan bahwa sebelum datangnya
para misionaris dari RMG yang kemudian BM, sudah ada upaya dari seorang
Misionari Portugis yang bernama Ventimiglia, misinya sempat membaptiskan
beberapa orang Dayak, tetapi akhirnya mereka menjadi murtad, dan missioner RK itu
mati terbunuh tahun 1691. Jadi usaha itu gagal sama sekali. 27
Abad ke -19, Abad ini dikenal sebagai “The Great Century” (Abad Agung)
untuk Pekabaran Injil (PI). Pada tahun 1830-an tersiar kabar mengenai pulau
25
Di unduh pada tanggal 19 Mei, 16:10 WIT. Tersedia di: https://gpibblendoeg.wordpress.com/tentang-
gpib/sejarah-gpib/
26
Ibid, Sihombing, hlm 51
27
Op.Sit, Ukur hlm 85

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 15 of 22


Kalimantan di tanah Jerman. Dalam cerita-cerita itu digambarkan mengenai ratusan
ribu orang Dayak masih tertinggal dalam peradaban: sering terjadi perang antar suku,
praktek pengayauan, masyarakatnya tidak mengenal pendidikan dan pelayanan
kesehatan. Orang-orang Dayak tersebut tinggal dalam “kegelapan”, karena belum
menerima Injil. Karena itu muncul kerinduan, kesadaran dan semangat yang
menggebu-begu di kalangan umat Kristen di Jerman untuk memberitakan Injil ke
Kalimantan. Semangat tersebut berdasarkan lapaoran dari seorang pendeta Inggris
yang bernama Medhurst, yang bekerja di kalangan orang-orang Tionghoa di Batavia.
Tahun 1829 dia pernah mengunjungi Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.
Laporannya itu sangat optimis, karena dalam laporan itu dia menggambarkan daerah
28
Kalimantan sebagai daerah yang sangat subur untuk usaha penginjilan. Periodisasi
sejarah hasil RMS sampai GKE: Dr. Fridolin Ukur dalam bukunya: Tantang Jawab
Suku Dayak,29 dan juga dirumuskan ulang oleh Pdt. Sikpan Sihomping, M.Th,
membuat periodisasi sejarah GKE, sbb:

 1835-1920: Masa pembukaan dan penggarapan yang pertama oleh Rheinische


Missionsgesselschaft (RMG).
 1920-1935: PI di Kalimantan dialihkan oleh RMG ke tangan Basler
Mission (BM).
 1935-sekarang: Gereja Kalimantan menjadi gereja yang berdiri sendiri.

1. Periode I, 1835 – 1920


Adalah Periode Perintisan Oleh Misionaris Rheinische Missionsgezelschaft zu
Barmen (RMG), melalui kerinduan, kesadaran dan untuk berangkat ke Kalimantan,
yakni Barnstein dan Heyer. Mereka berdua pertama-tama datang ke Batavia
(Jakarta). Namun, Heyer walaupun dengan penyesalan kemudian harus kembali ke
Jerman karena sakit. Dan sesudah melalui perundingan sekitar enam bulan dengan
pemerintah Hindia Belanda, dengan menumpang kapal selama 44 hari, maka pada
tanggal 26 Juni 1835, Barnstein untuk pertama kalinya menginjakkan kakinya di
Banjarmasin. Selanjutnya, enam bulan kemudian datang lagi menyusul tiga
Missionaris dari Jerman, yakni Becker, Hupperts dan Krusmann. Dalam beberapa
tahun kemudian berdatangan lagi sejumlah missionaris lainnya dari Jerman untuk
memberitakan Injil di Kalimantan.Pada tahap awal kedatangan Barnstein di
Kalimantan, maka sesuai dengan pemberitaan di jerman mengenai Kalimantan, yang

28
Ibid, Sihombing, Hlm 49.
29
Ibid. Ukur, hal.88  et. seq.  halaman 72

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 16 of 22


pertama-tama dicarinya adalah orang-orang Dayak. Karena itu selama beberapa
bulan pertama ia mengadakan sejumlah perjalanan ke pedalaman Kalimantan untuk
menjajaki kemungkinan bagi pelaksanaan pemberitaan Injil. Dalam perjalanan
tersebut, di Gohong (Kahayan Hilir KalimantanTengah), Barnstein mengadakan
upacara“angkat saudara dengan pertukaran darah” (Hangkat hampahari hatunding
daha) dengan Temanggung Ambo Nikodemus, Kepala Suku setempat. Sejak itu
Barnstein dianggap saudara oleh orang Dayak karena telah bertukar darah dengan
kepala suku Dayak. Sesudah melalui sejumlah perjalanan awal itu, selanjutnya
Barnstein bersama dengan beberapa missionaris membuka stasi-stasi pangkalan PI)
di beberapa wilayah Kalimantan Tengah.Dengan adanya stasi-stasi ini, mulailah
diadakan usaha usaha di bidang pendidikan seperti pendirian sekolah-sekolah,
pelayanan kesehatan, pemberitaan, perkunjungan dan percakapan langsung dengan
orang-orang Dayak (Lih metode Zendeling, hlm 9).30 Namun usaha ini dicerai-
beraikan oleh perang Hidayat (Lih hlm 10). Setelah perang Hidayat yang telah
menewaskan sejumlah pekabar Injil itu, maka untuk beberapa waktu lamanya daerah
pedalaman Kalimantan ditutup oleh pemerintah Belanda untuk usaha PI. Baru pada
tahun 1899, pemerintah Belanda kembali mengizinkaan masuknya usaha PI dengan
membuka pangkalan-pangkalan penginjilan di pedalaman oleh Badan Misi (BM)
1920

II. Periode II (1920-1935).


Sejak tahun 1920, RMG menyerahkan pekerjaan zending itu kepada Basler
Mission atau Zending Basel dari Swiss. Adapun alasan RMG menyerahkan pekerjaan
itu kepada Basler Mission ialah karena kesulitan keuangan yang dialami oleh RMG.
Sejak kekalahan Jerman dalam PD II, terjadilah kesulitan ekonomi di negeri itu yang
pengaruhnya juga sampai kepada keuangan RMG. Pada waktu itu daerah Tapanuli
yang diasuh oleh RMG sejak tahun 1861 mengalami kemajuan yang sangat pesat
dalam usaha penginjilan yang digiatkan. Jadi agar RMG bisa lebih
mengkonsentrasikan potensi untuk makin menggiatkan penginjilan di Tanah Batak,
maka RMG melepaskan usaha penginjilan di Kalimantan dan menyerahkannya ke
Basler Mission (BM). BM menerima pekerjaan itu dengan senang hati, dengan tidak
melakukan perubahan yang luar biasa terhadap apa yang sudah dimulai oleh RMG,
walaupun latar belakang BM agak berbeda dari latar belakang RMG. Penginjil-
30
Ukur, Loc. Cit.hlm, 88

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 17 of 22


penginjil RMG lebih banyak berlatar belakang Lutheran sedang penginjil-penginjil
BM pada umumnya berlatar belakang Calvinis atau Reformed. Dalam pengajaran
kekristenan yang diberikan, BM masih tetap mempergunakan Katekhismus Lutheran.
Pada tahun 1932 untuk pertama sekali Sekolah Pendeta dibuka di Banjarmasin, dan
hasilnya tahun 1935, untuk pertama kali lima orang pendeta Dayak yang pertama
ditahbiskan. Sejak tahun 1953, sekolah pendeta ini ditingkatkan menjadi Sekolah
Theologia Menengah agar gereja itu bisa memperoleh tenaga-tenaga pendeta yang
mempunyai tingkat pendidikan theologia yang lebih tinggi. Belakangan sekolah ini
juga sudah ditingkatkan menjadi sebuah Sekolah Tinggi Theologia yang
menghasilkan pendeta-pendeta yang berpredikat Sarjana Theologia.31

III. Periode ketiga.1935-1945


Mulai 4 April 1935 gereja ini mulai dinyatakan sebagai sebuah gereja yang berdiri
sendiri, dengan namanya pada waku itu: “Gereja Dayak Evangelis” (GDE). Tahun
1939, jumlah anggota gereja itu tercatat sebanyak + 15000 orang, 16 orang pendeta,
33 orang pambrita/pemberita, 158 orang guru, 26 orang pembantu perawat, seorang
kolportir dan seorang dokter. Di samping itu masih ada sebanyak 40 orang lagi
pekerja zending dari luar. Sejak tahun 1950 nama gereja ini diubah menjadi: “Gereaja
Kalimantan Evangelis” (GKE), dengan maksud supaya wawasannya jangan hanya
meliputi suku Dayak saja tetapi meliputi seluruh masyarakat Kalimantan. Sampai
sekarang hubungan GKE dengan Basler masih tetap berjalan dengan baik. Misalnya
dalam soal pembangunan dan tenaga-tenaga pendidikan Teologi, GKE masih
menerima bantuan dari BM. Salah seorang tenaga pendidikan theologi yang pernah
diberikan oleh BM kepada gereja itu ialah Dr. Christof Barth, yang setelah dari
Banjarmasin juga pernah mengajar di STT Jakarta.32

31
Op.Sit, Ukur hlm 94
32
Op.Sit, Ukur hlm 100.

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 18 of 22


BAB IV
PENUTUP DAN TANGGAPAN

A. Penutup.
Perkembangan kekristenan tidak terlepas dari jerih lelah orang-orang Kristen
terdahulu, terutama badan misi dari RMG maupun BM, yang bekerja di bumi
Kalimantan walaupun ada kesulitan-kesulitan. Kita perlu belajar dari semangat dan
respon mereka dalam Pekabaran Injil, serta memberikan apresiasi atas perjuangan
dalam memberitakan Injil sampai lahirnya gereja Gereja Dayak Evangelis (GDE) yang
kemudian diganti menjadi “GEREJA KALIMANTAN EVANGELIS” (GKE).
Perjuangan dan kerja mereka adalah semangat misi Kristus. Jadi, Tuhan Yesus sangat
mengharapkan agar semua orang mendengar kabar sukacita dari-Nya dan mereka
beroleh keselamatan kekal.

B. Tanggapan Kritis Kelompok.


Dari hasil bahasan ini, ada beberapa hal yang menjadi tanggapan kelompok, sebagai
berikut:
1. Terjadinya, perang Hidayat adalah kesalahan daripada pemerintah Belanda, Ukur
menyebutnya kaum Kolonial. Dimana orang Belanda mempengaruhi Sultan lalu naik
tahta sendiri kemudian menyuruh masyarakat Kalimantan untuk bayar pajak, kepada
pemerintah bukan dalam bentuk bahan makanan tetapi, Uang. Oleh karena itu wajar
terjadi perang yang memakan korban (Lih, hlm 9). Dengan tidak membedakan kolonial
maupun, para misionaris. Jadi, pemerintah Belanda juga adalah penghambat Pekabaran
Injil di Kalimantan.
2. Metode, yang digunakan dalam pekabaran Injil cukup maksimal dalam menobatkan
orang-orang Dayak.

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 19 of 22


3. Bahwa pemerintah Belanda membeli para budak, dapat dimengerti secara harafiah
kedengarannya kasar. Namun, dalam medan Pekabaran Injil pembelian budak ini cukup
berhasil dalam memenangkan mereka untuk bertobat dan menerima Kristus. Dengan
demikian sebuah sistem yang dibangun pemerintah Belanda cukup memberikan
keringanan bagi para zendeling.
4. Berdirinya gereja, GKE di Kalimantan merupakan hasil usaha dari para zendeling
RMG dan BM, melalui pendekatan-pendekatan budaya, misalnya: Bastein melakukan
upacara angkat saudara dengan pertukaran darah. Hal ini merupakan sebuah tanda
ikatan persaudaraan. Jadi, pendekatan membuat orang Dayak menganggap Bastein
bagian mereka. Terlihat pendekatan budaya yang sangat baik.
5. Pemerintah Belanda tidak mempunyai pendirian atau ambivalen. Karena pada dasarnya,
sering Pemerintah Belanda mendukung proses pekabaran Injil, namun sering juga
menganggap para zendeling ini sebuah penghalang, untuk kepentingan pemerintah
dalam menjajah.

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 20 of 22


DAFTAR ISTILAH

1. (RMG) Rheinische Missions Gesellschaft yaitu lembaga pekabaran Injil yang


ditangani oleh aliran Lutheran dan Calvinis dapat memberikan petunjuk ciri khas
aliran ini. Yang kemudian menjadi VEM (Verenithe Evangelis Mision), misi ini di
Papua kerja di daerah Yalmu dari Apahapsili sampai Angguruk dan juga di lebah
Baliem bagian Kurima.
2. Zendeling artinya Para pekabar Injil, sedangkan Zending adalah Badan Misi.
3. (BM Basler Misssionsgezellschaft.
4. (GKE), “Gereaja Kalimantan Evangelis”
5. Pandeling Artinya Penebusan Budak.
6. HKBP aratinya: Huria Kristen Batak Protestan
7. Prebiterial Sinodal adalah istilah untuk salah satu bentuk pemerintahan gereja
yang berdasarkan kepemimpinan para penatua dalam suatu dewan.
8. Keharingan, Cirinya pembakaran tulang dan ritual penguburan dalam adat suku
Dayak Ngayu dan Dayak Ot-Danum.

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 21 of 22


DAFTAR PUSTAKA

1. Van den End. 1980. Ragi Carita 1 : Jakarta, (BPK Gunung Mulia),
2. Van den End. 1980. Ragi Carita 2 :Jakarta, (BPK Gunung Mulia)
3. Fridolin Ukur, 1935, Tantangan suku Dayak,: (Jakarta BPK. Gunung Mulia).
4. Rodger Lewis, 1993, Karya Kristus Di Indoensia, Bandung Yayasan Kalam Hidup,

Sumber Unduhan dari Internet:

- Diunduh pada 24 April jam 09.00,


terseduhttps://gunungmaskab.go.id/index.php/2019/02/22/sejarah-gke/
- Diunduh 16 Mei 2019, 11.WIT, tersedia di:
https://en.wikipedia.org/wiki/American_Board_of_Commissioners_for_Foreign_Miss
ions
- Di unduh pada tanggal 19 Mei, 16:10 WIT. Tersedia di:
https://gpibblendoeg.wordpress.com/tentang-gpib/sejarah-gpib/
- Di unduh pada tanggal 19;15:00 WIT, tersedia di
https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Kristen_Kalimantan_Barat#Sejarah

Sejarah Gereja Di Kalimantan (SGI) Kelompok 9 Page 22 of 22

Anda mungkin juga menyukai