PEMBIMBINGAN
PPL
MODUL PENYEGARAN DOSEN/INSTRUKTUR
PENDIDIKAN PROFESI GURU
UNIT 2
PEMBIMBINGAN PPL
Penulis:
Karsono, S.Sn., M.Sn.
Penelaah:
Prof. Dr. Luthfiyah Nurlaela, M.Pd.
Istiqomah, S.Pd., M.Pd.
Copyright © 2020
Direktorat Pendidikan Profesi dan Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
1. PENDAHULUAN
Mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah bagian dari kurikulum
PPG yang di dalamnya mencakup kegiatan praktik keprofesionalan dalam bentuk
mengajar dan nonmengajar, praktik penelitian tindakan kelas (PTK), dan praktik industri.
Kegiatan praktik mengajar dan nonmengajar, serta praktik PTK dilaksanakan oleh LPTK,
sedangkan kegiatan praktik di dunia usaha/dunia industry (DU/DI) dikoordinasikan oleh
Politeknik. Tujuan umum kegiatan praktik mengajar dan nonmengajar di sekolah agar
mahasiswa PPG memiliki pengalaman nyata dan kontekstual dalam menerapkan
seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat menunjang tercapainya
penguasaan kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogi, dan
kompetensi profesional penguasaan materi bidang studi secara utuh. Tujuan khusus
kegiatan praktik nonmengajar di sekolah adalah mendalami, berpartisipasi, dan
mempraktikkan kegiatan-kegiatan nonpembelajaran yang meliputi: administrasi sekolah,
kultur sekolah, ekstrakurikuler (kepramukaan, UKS, majalah dinding, dll), rapat-rapat
sekolah, layanan bimbingan dan konseling bagi mahasiswa. Sementara tujuan kegiatan
praktik PTK adalah memperbaiki praktik dan meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah. Materi pada unit 2 kegiatan belajar (KB) 1 ini memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada rekan dosen/instruktur perihal pembimbingan praktik pengalaman
lapangan (PPL) dalam program PPG. Pengetahuan dan wawasan ini penting dipahami agar
dalam melaksanakan pembimbingan mahasiswa PPL dapat terlaksana secara sistematis,
efisien, efektif dan dapat menyesuaikan dengan perkembangan teknologi pembelajaran
yang aktual
Dalam implementasinya, kegiatan PPL menerapkan pendekatan supervisi klinis
dan tindakan reflektif dengan prinsip berkelanjutan, terstruktur, dan relevan dengan
perangkat pembelajaran. Supervisi klinis adalah suatu bentuk bimbingan yang diberikan
kepada mahasiswa Prodi PPG sesuai dengan kebutuhannya untuk meningkatkan
profesionalitas sebagai guru. Kegiatan PPL menerapkan pendekatan supervise klinis dan
tindakan reflektif dengan prinsip berkelanjutan, terstruktur, dan relevan dengan perangkat
pembelajaran. Langkah-langkah dalam supervisi klinis adalah: (1) pengamatan kinerja
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti kegiatan belajar ini, peserta diharapkan dapat:
1. Mengidentifikasi keterampilan dasar mengajar.
2. Menilai kinerja mahasiswa PPL PPG dalam praktik mengajar.
3. Mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan mahasiswa PPL PPG dalam mengajar.
4. Menyusun rekomendasi/saran untuk mahasiswa PPL agar dapat melaksanakan
pembelajaran yang mendidik.
Keterampilan Mengajar
Dalam kajian mengenai pembelajaran, kegiatan mengajar merupakan proses
interaksi di mana seorang yang berperan sebagai pengajar (guru) melakukan sebuah
tindakan untuk mendapatkan respon (balikan) dari siswa atau orang yang diajarnya. Lebih
spesifik prinsip dasar dari kegiatan mengajar yaitu sebuah tindakan yang dilakukan
seorang individu (guru) dengan fokus untuk memfasilitasi individu lain untuk belajar
(Mustofa, 2015). Dalam definisi lain, mengajar dipandang sebagai rangkaian kegiatan
yang dirancang untuk mendukung proses pembelajaran secara internal (Sequeira, 2012:3).
Merujuk Concise Oxford English Dictionary Jarvis (2002) meringkas konsep mengajar
sebagai aktivitas: (1) memberikan informasi sistematis kepada seseorang, (tentang subjek
atau keterampilan), (2) mempraktikkan diri secara profesional, (3) memungkinkan
seseorang melakukan sesuatu dengan instruksi dan pelatihan, (4) menjadi pelindung
prinsip moral (5) berkomunikasi, memberi petunjuk dalam prinsip moral, (6) membujuk
seseorang melalui contoh atau hukuman untuk melakukan atau tidak melakukan hal, dan
(7) membuat seseorang untuk tidak melakukan sesuatu. Sebagai perbandingan, Jarvis
(2002:17-18) juga merujuk Collins Dictionary yang menyajikan batasan konsep mengajar
sebagai aktivitas: (1) membantu belajar (2) memberi petunjuk atau informasi, (3)
merekayasa untuk belajar atau memahami sesuatu, dan (4) mengajari seseorang sebuah
mata ajar.
Berdasarkan konstruksi definisi di atas, dapat diidentifikasi bahwa aktivitas
mengajar berada di dalam proses pembelajaran. Elemen yang terlibat di dalam proses
tersebut yaitu pengajar sebagai elemen yang memberi petunjuk, membantu merekayasa
atau mengajari sebuah mata ajar, sering disebut sebagai pengajar atau guru. Selain
pengajar, elemen lain dalam proses pembelajaran adalah pihak yang diajari, sering disebut
sebagai siswa atau peserta didik. Dengan demikian, guru dan siswa merupakan dua elemen
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 74
yang terlibat secara interaktif di dalam proses pembelajaran. Relasi interaktif terbangun
karena baik guru maupun siswa saling melakukan aksi (tindakan) dan reaksi (respon).
Namun demikian, di dalam relasi interaktif ini guru memiliki peran yang penting dalam
mengelola dan bertanggung jawab dalam proses pembelajaran tersebut.
Rujukan mendasar mengenai tugas guru secara komperhensip salah satunya dapat
dilihat dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Di dalam
landasan hukum tersebut guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah. Berdasarkan rujukan hukum tersebut, maka mahasiswa pendidikan profesi
guru (PPG) yang disiapkan untuk menjadi guru tentunya harus dapat menguasai
kemampuan yang berkaitan dengan tugas utama guru. Oleh karena itu di dalam kegiatan
PPL PPG, Bapak/Ibu dosen/instruktur diharapkan dapat membimbing dan memastikan
bahwa mahasiswa dapat menguasai kemampuan yang berkaitan dengan tugas utama guru
tersebut.
Di dalam kegiatan PPL PPG, tugas utama keprofesian guru yang dilatihkan pada
mahasiswa adalah kemampuan mengajar. Dalam praktik mengajar di PPL, mahasiswa
PPG diminta menerapkan rencana pembelajaran dalam perangkat yang sudah disusun pada
saat lokakarya. Tugas Bapak/Ibu dosen/instruktur adalah memantau dan membimbing
keterlaksanaan perencanaan pembelajaran dan ketercapaian penguasan keterampilan
mengajar mahasiswa. Keterampilan mengajar adalah kemampuan yang mutlak dikuasai
mahasiswa PPL PPG sebagai seorang calon guru. Keterampilan mengajar memiliki fungsi
penting dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam perkembangan teknologi pendidikan, Bapak/Ibu dosen/instruktur tentunya
sudah mengenal konsep keterampilan dasar mengajar (KDM) atau generic taching skills.
Agar lebih menyegarkan kembali pemahaman kita pada konsep tersebut, mari kita kaji
kembali sepuluh keterampilan dasar mengajar yang idealnya dikuasai oleh pengajar,
termasuk oleh mahasiswa PPL PPG sebagai calon guru.
a. Lingkup Penilaian
Penilaian pendidikan khususnya pada pendidikan dasar dan menengah
terdiri atas: (1) penilaian hasil belajar oleh pendidik, (2) penilaian hasil belajar oleh
satuan pendidikan, dan (3) penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian
tersebut hendaknya meliputi penilaian aspek kompetensi sikap, kompetensi
pengetahuan, dan kompetensi keterampilan. Penilaian sikap merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai
perilaku peserta didik. Penilaian pengetahuan adalah kegiatan yang dilakukan
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 94
untuk mengukur penguasaan pengetahuan peserta didik. Penilaian keterampilan
merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengukur kemampuan peserta didik
menerapkan pengetahuan dalam melakukan tugas tertentu. Untuk penilaian
pengetahuan dan keterampilan dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan,
dan/atau Pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas maka mahasiswa PPL PPG sebagai calon
pendidik tentunya harus memiliki keterampilan untuk melakukan penilaian aspek
sikap, pengetahuan, dan keterampilan dari peserta didik. Perencanaan penilaian
tentunya sudah disusun mahasiswa PPL PPG pada saat lokakarya perancangan
perangkat pembelajaran. Dalam kegiatan pembimbingan PPL, Bapak/Ibu
dosen/instruktur dapat memonitor dan memastikan bahwa penilaian yang
dilakukan mahasiswa sudah mencakup ketiga aspek tersebut.
b. Tujuan Penilaian
Dalam Permendikbud No. 23/2016, penilaian hasil belajar oleh pendidik
bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil
belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar
Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh
Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional
pada mata pelajaran tertentu.
Dengan melihat pada ketentuan di atas, mahasiswa PPL PPG dapat
diberikan pemahaman dan diarahakan untuk melakukan penilaian dengan tujuan
memantau dan mengevaluasi proses pembelajaran, memantau kemajuan belajar,
dan menggunakannya sebagai strategi memperbaiki hasil belajar peserta didik
secara berkesinambungan. Hasil penilaian menjadi bahan refleksi guru untuk
meningkatkan kinerja proses pembelajaran sehingga tercapai ketuntasan belajar
kelas yang optimal
c. Prinsip Penilaian
Dalam melaksanakan penilaian pembelajaran, seorang guru harus
memahami prinsip-prinsip penilaian agar tindakan penilaian yang dilakukannya
d. Bentuk Penilaian
Sesuai Permendikbud No. 23/2016, penilaian hasil belajar oleh pendidik
dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain
yang diperlukan. Berdasarkan ketentuan ini, mahasiswa PPL PPG dapat diminta
untuk mengembangkan bentuk-bentuk penilaian yang beragam. Bentuk penilaian
tersebut misalnya mengembangkan instrumen ujian formatif berupa tes tertulis
(obyektif dan subyektif) maupun tes lisan. Bapak/Ibu dosen/instruktur perlu juga
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 96
untuk memberikan penugasan kepada mahasiswa PPL PPG untuk menyusun
lembar kerja siswa maupun pedoman penugasan atau proyek.
e. Mekanisme Penilaian
Mekanisme penilaian hasil belajar oleh pendidik dalam Permendikbud No.
23/2016 termaktub pada Pasal 9 ayat 1 yang isinya menyatakan bahwa:
a) Perancangan strategi penilaian oleh pendidik dilakukan pada saat penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan silabus;
b) Penilaian aspek sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan dan teknik
penilaian lain yang relevan, dan pelaporannya menjadi tanggung jawab wali
kelas atau guru kelas.
c) Penilaian aspek pengetahuan dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan
penugasan sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
d) Penilaian keterampilan dilakukan melalui praktik, produk, proyek, portofolio,
dan/atau teknik lain sesuai dengan kompetensi yang dinilai;
e) Peserta didik yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) satuan
pendidikan harus mengikuti pembelajaran remedi;
f) Hasil penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan peserta didik
disampaikan dalam bentuk angka dan/atau deskripsi.
Berdasarkan ketentuan tersebut, hal yang penting untuk digarisbawahi
bahwa mahasiswa PPL PPG, khususnya PPG SD adalah calon guru kelas, sehingga
mereka kelak juga akan bertanggungjawab pada pelaporan penilaian aspek sikap.
Selain itu, penilaian pencapaian pengetahuan dan keterampilan tidak hanya terdiri
dari angka sebagai simbol nilai, namun harus dilengkapi dengan deskripsi atas
simbol angka tersebut.
f. Prosedur Penilaian
Prosedur penilaian pembelajaran sudah diatur secara lebih terinci pada pasal
12 dan 13 Permendikbud No. 23/2016. Prosedur tersebut dapat dicermati dalam
uraian di bawah ini:
1. Penilaian aspek sikap dilakukan melalui tahapan: (a) mengamati perilaku
peserta didik selama pembelajaran; (b) mencatat perilaku peserta didik dengan
g. Instrumen Penilaian
Pembahasan mengenai instrumen penilaian dalam Permendikbud No.
23/2016 menjelaskan bahwa instrumen yang digunakan oleh pendidik dalam
penilaian dapat berbentuk tes, pengamatan, penugasan perseorangan atau
kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan
tingkat perkembangan peserta didik. Perihal sistem penilaian ini sudah diatur
dalam pedoman penilaian yang diterbitkan oleh kementerian pendidikan dan
kebudayaan. Dalam Modul Instruktur PPG tahun 2020 ini kegiatan pembimbingan
evaluasi dan penilaian akan dihadirkan dalam modul tersendiri yaitu di Modul 3.
REFLEKSI PEMBELAJARAN:
1. Mahasiswa PPL PPG menyampaikan kilas balik pengalaman mengajar termasuk menyampaikan
kesulitan, kendala, kemudahan, dalam pembelajaran, penilaian diri mengenai pencapaian
keberhasilan dan hal yang dianggap kurang berhasil
2. Guru Pamong dan Dosen/Instruktur menyampaikan hasil penilaian
3. Guru Pamong dan Dosen/Instruktur mendeskripsikan kelebihan dan kelemahan pembelajaran
4. Guru Pamong & Dosen/Instruktur menyampaikan saran untuk perbaikan pembelajaran
6. TES FORMATIF
Silakan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu kuasai. Pilihlah satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi jawaban
yang Bapak/Ibu anggap benar.
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur, apa faktor penyebab munculnya kelemahan
dalam pembelajaran mahasiswa praktikan PPL?
2. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur apa faktor penyebab munculnya kelebihan dalam
pembelajaran mahasiswa praktikan PPL?
3. Menurut prediksi Bapak/Ibu dosen/instruktur, dari keterampilan dasar mengajar
keterampilan mana yang akan paling sulit dilaksanakan mahasiswa? Mengapa?
1. Mohon memberi tanda (silang, lingkaran, atau tanda lainnya) pada angka-angka 1, 2, 3, atau 4 di bawah kolom Angka berikut ini untuk
memberikan skor kompetensi mahasiswa PPG pada tiap Aspek yang Diobservasi (angka 4 menunjukkan nilai terbaik dari tiap aspek)
2. Untuk beberapa catatan/informasi tambahan terkait aspek yang diobservasi, mohon dituliskan pada kolom Catatan.
3. Silahkan mengisikan saran perbaikan untuk peningkatan aspek pembelajran
c Menyampaikan apersepsi 1 2 3 4
2 Kegiatan Inti
a Penguasaan Materi
2.b.10 Kepribadian 1 2 3 4
3 Menutup Pembelajaran
a Merangkum materi pembelajaran 1 2 3 4
1. PENDAHULUAN
Selain kegiatan mengajar di kelas sebagai tugas pokok guru, di dalam kegiatan PPL
mahasiswa PPG juga diminta untuk aktif dalam kegiatan keprofesionalan nonmengajar.
Tujuan khusus dari kewajiban melaksanakan kegiatan praktik nonmengajar di sekolah
adalah agar mahasiswa PPL PPG dapat mendalami, berpartisipasi, dan/atau
mempraktikkan kegiatan-kegiatan nonmengajar. Kegiatan praktik nonmengajar tersebut di
antaranya: mengerjakan administrasi sekolah, membiasakan diri dalam kultur sekolah,
membina ekstrakurikuler, menghadiri rapat-rapat manajemen sekolah, serta melaksanakan
layanan bimbingan dan konseling bagi siswa.
Berbagai kegiatan nonmengajar tersebut penting dilatihkan dan dibiaskaan kepada
mahasiswa PPL PPG dengan pertimbangan bahwa kelak pada saat mereka menjadi guru
sesungguhnya tugas mereka di sekolah tidak hanya mengajar. Selain itu, dengan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengelola kegiatan nonmengajar,
mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan diri (softskill) secara lebih fleksibel
seperti kemampuan kepemimpinan, kemampuan kerjasama, kemampuan komunikasi, dan
kemampuan lainnya. Kegiatan nonmengajar juga dapat memberikan kesempatan kepada
mahasiswa PPL untuk menjalin hubungan lebih intensif dengan civitas akademik sekolah
seperti dengan siswa, guru, staff sekolah, dan kepala sekolah.
Dalam pelaksanakan kegiatan praktik nonmengajar tersebut, Bapak/Ibu
dosen/instruktur diharapakan dapat aktif melakukan pembimbingan kepada mahasiswa.
Pada saat proses pembimbingan, dosen/instruktur dapat memberikan fasilitasi kepada
mahasiswa berupa ruang dan waktu untuk berdiskusi mengenai perencanaan kegiatan yang
akan dilakukan, memantau perkembangan kegiatan yang dilaksanakan mahasiswa, dan
memberikan motivasi pada saat mahasiswa melaksanakan berbagai kegiatan tersebut. Hal
penting dari proses pembimbingan kegiatan nonmengajar yaitu adanya kerja sama dan
komunikasi antara dosen/instruktur, kepala sekolah dan guru pamong. Kerja sama dan
komunikasi penting agar ketiga elemen ini dapat saling memastikan bahwa mahasiswa
melaksanakan kegiatan nonmengajar dan dapat memantau perkembangan kegiatan yang
dilakukan mahasiswa PPL.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 108
2. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
Dalam menggunakan modul ini, disarankan bagi dosen/instruktur untuk melakukan
aktivitas membaca, mengkaji informasi yang ada di dalam modul ini, mengerjakan lembar
kerja yang tersedia, merefleksi informasi yang terkumpul, dan selanjutnya dosen/instruktur
dapat mengukur pemahaman atau penguasaan materi dengan mengerjakan tes formatif.
Untuk memperkaya pemahaman, dosen/instruktur juga dapat membaca pustaka dan
sumber-sumber rujukan lainnya.
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami kegiatan nonmengajar mahasiswa PPL PPG di sekolah.
2. Menganalisis kegiatan nonmengajar mahasiswa PPL PPG di sekolah.
3. Menyusun strategi pembimbingan kegiatan nonmengajar mahasiswa PPL PPG.
4. MATERI
1. Kegiatan Nonmengajar di Sekolah
Kegiatan nonmengajar yang dapat dilakukan mahasiswa PPL PPG melekat
dalam keseluruhan kegiatan penyelenggaraan sekolah. Oleh karena itu, mahasiswa
PPL diharapkan untuk dapat aktif berkoordinasi dengan guru pamong dan kepala
sekolah mengenai kegiatan non-mengajar yang dapat dikerjakan oleh mahasiswa.
Untuk menyegarkan kembali wawasan mengenai kegiatan non-mengajar di sekolah,
berikut ini diuraikan kegiatan-kegiatan tersebut dengan tujuan Bapak/Ibu
Dosen/Instruktur dapat mengembangkan strategi pembimbingan dan pemantauan pada
saat mahasiswa melaksanakannya.
3) Ekstrakurikuler
Kegiatan nonmengajar lain yang menjadi tugas mahasisiwa PPL PPG
adalah membina kegiatan ekstrakurikuler. Aktivitas mahasisiwa PPL PPG dalam
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 112
membina berbagai kegiatan ekstrakurikuler ini dapat menjadi wahana
mengembangkan kompetensi sosial dan kepribadian. Kegiatan ekstrakurikuler pada
umumnya dilakukan di lingkungan sekolah dengan waktu pelaksanaan di luar jam
pembelajaran. Terdapat banyak kegiatan ekstrakurikuler di sekolah yang
dikelompokkan dalam unit-unit kegiatan sekolah. Untuk jenjang pendidikan
sekolah dasar (SD) kegiatan ekstrakurikuler yang umumnya ada yaitu kegiatan
Pramuka, kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), kegiatan olah raga, kegiatan
seni, dan kegiatan cinta lingkungan sekolah.
5. RANGKUMAN
Kegiatan nonmengajar dalam kegiatan PPL PPG merupakan serangkaian kegiatan
yang dilaksanakan untuk membina kompetensi kepribadian dan sosial mahasiswa agar
kelak pada saat mereka menjadi guru sesungguhnya tugas mereka di sekolah mahasiswa
sudah terbiasa melakukannya. Kegiatan nonmengajar tersebut antara lain:
1. Mengerjakan Administrasi Sekolah: pada satuan pendidikan sekolah dasar (SD)
tidak semua sekolah memiliki staff yang khusus bertugas mengerjakan administrasi
sekolah. Semua administrasi mulai dari administrasi kelas, pengelolaan data pokok
pendidikan (DAPODIK), data beasiswa, data sekolah dan data sarana prasarana
sekolah.
2. Beradaptasi Dengan Kultur Sekolah: menganggap sekolah tersebut seolah-olah
sebagai tempat mengabdi menjadi guru yang sesesungguhnya dan berusaha
menyesuaikan diri dengan budaya sekitar.
3. Ekstrakurikuler: melaksanakan kegiatan di luar jam pelajaran seperti Pramuka,
UKS, dan pengembangan minat bakat siswa.
4. Mengikuti Rapat Manajemen Sekolah: menghadiri beberapa kesempatan rapat
pengelolaan sekolah yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah bersama dewan guru.
5. Bimbingan dan Konseling Siswa: mengidentifikasi dan mendeteksi kesulitan
belajar siswa yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal.
6. TES FORMATIF
Silakan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu kuasai. Pilihlah satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi jawaban
yang Bapak/Ibu anggap benar.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 123
1. Dalam kegiatan PPL mahasiswa diminta melaksanakan kegiatan nonmengajar, salah
satunya membantu menyusun administrasi sekolah dalam bentuk program semeseter
(prosem). Di bawah ini aspek yang tidak memiliki kesesuaian dengan prosem adalah…
a. Prosem mencakup kalender pendidikan dan ciri khas satuan pendidikan
berdasarkan kebutuhan tingkat kelas dalam satuan pendidikan
b. Prosem memuat minggu pembelajaran efektif, dan waktu pembelajaran efektif
(untuk setiap minggu)
c. Prosem merupakan dasar menyusun prota (program tahunan)
d. Prosem berisi alokasi waktu yang tersedia untuk suatu subtema
5. Dengan turut serta mengelola kegiatan pengembangan minat dan bakat olah raga di
sekolah mahasiswa PPL dapat memetik manfaat atau keuntungan sebagai bagian dari
kegiatan nonmengajar yaitu….
a. Mahasiswa dapat mengadopsi strategi pembelajaran olah raga dari pelatih
b. Mahasiswa dapat berlatih menjadi penyelenggara kegiatan industri olah raga
c. Mahasiswa dapat mengekspresikan perasaan estetiknya bersama siswa
d. Mahasiswa dapat berprestasi dalam bidang olah raga di sekolah
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur apakah pelaksanaan kegiatan nonmengajar perlu
diawali dengan analisis risiko? Apa alasannya?
2. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur apakah kegiatan nonmengajar tersebut
bermanfaat nantinya bagi mahasiswa PPL? Apa alasannya?
3. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur jenis asemen apa yang mudah dilakukan untuk
menilai kinerja nonmengajar mahasiswa PPL? Apa alasannya?
Petunjuk pengerjaan: Isilah matrik di bawah ini dengan kegiatan-kegiatan non-pembelajaran yang dapat dilakukan mahasiswa pada saat PPL
Petunjuk pengerjaan: Isilah matrik di bawah ini dengan bentuk pemantauan kegiatan non pembelajran Mahasiswa PPL
1 Membina Pramuka (contoh) Diskusi/pemberian contoh/ Mahasiswa membuat laporan soft file berisi: Bertanya pada guru/ Bertanya pad
penugasan mengakses sumber ateman sejawat/ Bertanya pada
1. Tempat/tanggal
informasi dsb*) siswa/ Bertanya pada kepala
2. Durasi pelaksanaan
sekolah *)
3. Jumlah peserta
4. Analisis resiko
5. Materi Kegiatan
6. Dokumentasi (foto2)
7. Pelaksana (mandiri/kelompok)
Dll dst..
2 Dll…
3 Dll…
4 dst
1. PENDAHULUAN
Keberhasilan dalam pembelajaran di kelas tidak hanya ditentukan oleh faktor
kemampuan guru dalam menguasai materi pelajaran. Faktor lain yang tidak kalah penting
adalah kehadiran sosok guru yang memiliki pesona bagi siswanya. Pesona atau daya tarik
guru memiliki potensi besar untuk menarik perhatian siswa, sehingga interaksi
pembelajaran dapat berjalan dengan optimal, materi pembelajaran dapat tersampaiakan
dengan lancar, dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Pesona merupakan modal
individual seorang guru yang tidak dapat dikuasai hanya berbasis pada pengetahuan
teoritis. Pesona guru adalah bentukan dari interaksi intensif dan berkelanjutan dari proses
pembelajaran. Oleh karena itulah mahasiswa PPL PPG yang masih dalam taraf ‘belajar’
menjadi guru, perlu berlatih membangun citra diri dalam latihan pembelajaran di kelas
sehingga dapat membentuk dirinya menjadi guru yang memesona para siswanya.
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami aspek-aspek pembentuk guru yang memesona;
2. Menganalisis aspek pembentuk guru yang memesona;
3. Menyusun strategi melatih guru yang memesona.
5. Terampil Berkomunikasi
Keterampilan berkomunikasi merupakan salah satu aspek yang dapat
membangun daya tarik dan menjadikan guru memesona bagi siswanya. Proses
pembelajaran sebagai aktivitas interaktif terbangun dari adanya proses komunikasi
antara guru dengan siswa, maupun antara siswa dengan siswa lain. Komunikasi dalam
pembelajaran adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan dari satu individu
kepada individu lainnya perihal informasi yang berkaitan dengan pengetahuan atau
keterampilan. Dengan demikian, keterampilan guru dalam berkomunikasi adalah
kemampuan guru untuk menyampaikan materi dan mengelola pertukaran informasi
pada saat proses pembelajaran berlangsung sehingga tujuan pembelajarn dapat
tercapai.
Komunikasi pembelajaran dapat berwujud komunikasi verbal dan non verbal.
Komunikasi verbal adalah penyampaian pesan menggunakan bahasa baik secara lisan
maupun menggunakan tulisan. Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan
yang tidak menggunakan bahasa namun dapat berupa kode, isyarat, gambar, lambang,
simbol, gerak-gerik, mimik wajah dan sebagainya. Untuk dapat membentuk diri
menjadi guru yang memsona, mahasiswa PPL harus berlatih mengembangkan
keterampilan menggunakan dua bentuk komunikasi tersebut.
Keterampilan komunikasi verbalik dalam pembelajaran diperlukan guru pada
saat memberikan penjelasan, instruksi, dan penugasan kepada siswanya.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 134
Mengembangkan keterampilan komunikasi verbal ini tidak mudah. Pada beberapa
kasus ditemukan kenyataan bahwa ketika di luar pembelajaran mahasiswa PPL sangat
terampil dan lancar berbicara maupun menjelaskan sesuatu, namun ketika sudah
mengajar di kelas keterampilan tersebut tidak muncul. Hal ini bisa disebabkan
berbagai faktor seperti karena gugup, minder, atau tidak terbiasa berkomunikasi
secara formal. Namun yang perlu dicermati bahwa ketika guru menampilkan
kemampuan komunikasi verbal yang lemah, seperti berbicara terputus-putus,
menjelaskan terbata-bata, tidak merumuskan kalimat yang mudah dipahamai, atau
menulis di papan tulis dengan tidak rapi dan kurang jelas, maka hal tersebut akan
memunculkan ketidakpercayaan siswa pada kemampuan guru. Ketidakpercayaan ini
akan menyebabkan hilangnya daya tarik guru sehingga siswa kurang termotivasi
mengikuti pembelajaran. Sebaliknya, guru yang memberikan penjelasan dengan
kalimat yang mudah dimengerti, dengan penjelasan yang mengalir, suara jelas, dan
tulisan yang mudah dibaca, akan membuat siswa tertarik sehingga termotivasi
mengikuti pembelajaran.
Selain komunikasi verbal, kemampuan komunikasi nonverbal guru juga
penting karena digunakan untuk menunjang keseluruhan komunikasi pembelajaran.
Komunikasi nonverbal misalnya kemampuan menyajikan gambar, lambang atau
simbol sebagai visualisasi dari penjelasan verbal. Komunikasi nonverbal juga dapat
berupa isyarat atau kode yang dapat dipahami siswa, misalnya pada saat guru
melakukan penguatan pembelajaran, pemberian reward, atau pengendalian situasi dan
kondisi kelas.
Guru yang terampil memanfaatkan berbagai bentuk komunikasi dan
melakukannya dengan gaya yang sesuai akan menjadi guru yang menarik bagi
siswanya. Oleh karena itu, dalam pembimbingan PPL, Bapak/Ibu dosen/instruktur
dapat meminta mahasiswa untuk banyak berlatih mengembangkan kemampuan
komunikasi verbal maupun nonverbal. Di samping itu, mahasiswa dapat diminta
untuk banyak berlatih berbicara di depan forum yang dihadiri banyak orang agar
terbiasa secara mental, sehingga tidak lagi gugup pada saat berada di depan kelas.
Satu hal yang penting juga bahwa untuk dapat berkomunikasi dengan lancar pada saat
pembelajaran, maka mahasiswa PPL harus dapat menguasai materi dan skenario
pembelajaran dengan baik sebelum praktik mengajar berlangsung.
7. Murah Hati
Murah hati adalah sebuah sifat atau kepribadian yang dimanisfesasikan oleh
seseorang dalam bentuk perilaku gemar menolong orang lain yang sedang
menghadapi permasalahan. Guru yang memiliki sikap murah hati adalah guru yang
penuh kasih sayang sehingga bersedia membantu siswanya yang sedang menghadapi
permasalahan. Permasalahan di sini tidak saja masalah yang berhubungan dengan
proses pembelajaran saja, namun juga masalah di luar pembelajaran yang mungkin
dapat menyebabkan prestasi belajar siswa tidak optimal. Guru adalah orang tua kedua
bagi siswa, oleh karena itu guru idealnya ikut memantau perkembangan siswa
termasuk dalam membantu siswa memecahkan permasalahannya.
Bantuan guru yang diberikan kepada siswa tidak selalu bantuan yang sifatnya
rumit, sulit, berat atau sangat serius. Bahkan bantuan dalam hal-hal kecil justru
terkadang membuat siswa yang dibantu merasa hormat, dan siswa yang lain yang
melihat menjadi tertarik dan terpesona pada tindakan guru tersebut. Intinya, kemurah
hatian dibentuk oleh kepekaan guru dalam melihat masalah di sekitarnya, dan
kepekaan ini harus diasah dan dibiasakan melalui intensitas interaksi dengan siswa
baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran.
Dalam konteks guru berniat memberikan bantuan kepada siswa yang sifatnya
serius dan sensitif, maka guru perlu berkonsultasi juga dengan kepala sekolah dan
orang tua siswa agar bentuk-bentuk bantuan yang diberikan bisa tepat guna dan tidak
dipersepsikan salah oleh orang lain. Kemurahhatian guru akan menjadi daya tarik bagi
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 137
siswanya karena siswa merasa memiliki pelindung dan memiliki sandaran manakala
siswa menghadapi persoalan. Untuk membangun kepribadian guru yang murah hati
Bapak/Ibu dosen/instruktur dapat meminta mahasiswa PPL mengembangkan
pergaulan yang intensif dengan siswa baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Selanjutnya mahasiswa diminta mengidentifikasi dan mencatat berbagai masalah yang
dihadapi individu siswa, terutama permasalahan yang membuat proses belajar mereka
terganggu. Setelah itu mahasiswa PPL dapat menyusun berbagai solusi yang mungkin
dapat dilakukan untuk membantu para siswa tersebut.
8. Sabar
Sabar merupakan kata sifat yang memiliki arti leksikal sebagai kondisi diri
yang tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tenang, dan tidak tergesa-gesa
(https://kbbi.web.id/sabar). Bersesuaian dengan arti tersebut, guru yang sabar
bermakna guru yang memiliki sifat tenang tidak mudah marah dan tidak tergesa-gesa
dalam melakukan berbagai tindakan. Guru dengan tipe sikap yang demikian ini
cenderung memiliki daya tarik dan disukai oleh para siswanya. Guru yang sabar
menjadikan motivasi belajar siswanya tumbuh. Para siswa bersemangat untuk
mengikuti pembelajaran, tidak ragu untuk bertanya, bahkan tidak takut jika memiliki
pendapat yang berbeda dengan gurunya atau dengan teman yang lain karena memiliki
keyakinan bahwa guru yang sabar tidak akan memarahinya. Kesabaran guru adalah
jaminan para siswa merasa dilindungi, merasa diayomi, dan merasa memiliki tempat
untuk mencurahkan berbagai permasalahannya.
Guru yang sabar seringkali memiliki pesona yang kuat, yang menarik
perhatian siswanya dan terekam dalam memori untuk waktu yang lama. Bahkan
kesabaran seringkali dilekatkan sebagai prasayarat sifat yang harus dimiliki seorang
guru. Hal tersebut terjadi karena guru adalah profesi yang mengharuskan berinteraksi
dengan banyak individu yang menjadi siswanya. Keberagaman individu siswa dengan
beragam karakter, beragam latar belakang sosial, dan beragam permasalahan tentu
berpotensi memunculkan beragam masalah di dalam pembelajaran. Guru yang sabar
akan menghadapi berbagai permasalahan tersebut dengan ketenangan dan pendekatan
yang humanis. Sebaliknya guru yang tidak memiliki kesabaran biasanya akan
meyelesaikan masalah dengan mengedepankan otoritarian dan menunjukkan sikap
yang temperamental.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 138
Dalam situasi interaksi keseharian di sekolah, siswa tentu akan melihat
performa kesabaran para guru. Performa kesabaran tersebut dan diperbandingkan
antara guru satu dengan yang lain sehingga siswa dapat membangun persepsi dalam
dirinya mengenai guru yang sabar dan guru yang tidak sabar. Melalui proses inilah
siswa akhirnya banyak tertarik dan mendekat pada guru yang dianggap lebih sabar,
karena kesabaran guru bagi mereka adalah jaminan keamanan dan kenyamanan dalam
belajar. Artinya kesabaran guru merupakan hal yang menarik dan mempesona bagi
siswanya.
Dalam kegiatan PPL PPG, Bapak/Ibu dosen/instruktur diharapkan dapat
membimbing dan mengembangkan sifat dan perilaku sabar dalam diri mahasiswa PPL
pada saat praktik pembelajaran. Model pembimbingan dan pengembangan tersebut
dapat dilakukan dengan memberikan ruang bagi mahasiswa untuk mendiskusikan
permasalahan yang mereka hadapi dalam mengelola kelas. Pemberian motivasi dari
Bapak/Ibu dosen/instruktur merupakan langkah penting untuk membangun kesabaran
dalam diri mahasiswa PPL. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara berbagi
pengalaman memecahkan permasalahan mengajar. Mewujudkan sifat sabar dalam
bentuk tindakan nyata di kelas dan di sekolah merupakan langkah yang harus
direalisasikan mahasiswa PPL bila ingin menjadi pribadi guru yang memesona.
9. Simpatik
Pesona seorang guru, seringkali juga terbentuk karena sikap dan perilaku
simpatiknya kepada siswa. Simpatik berarti ikut merasakan apa yang dirasakan oleh
orang lain. Dalam konteks relasi guru dan siswa dapat berarti bahwa guru yang
simpatik adalah guru yang selalu berusaha untuk ikut merasakan apa yang dirasakan
siswanya, baik itu berkaitan dengan rasa sedih maupun kegembiraan. Guru yang
demikian ini akan memiliki daya tarik bagi siswanya, karena tindakan simpatik guru
menjadikan siswa seperti memiliki tempat untuk berbagi. Perilaku simpatik guru
dapat juga diwujudkan dalam aktivitas selalu memberikan motivasi bagi siswanya,
baik pada saat siswa mengahadapi masalah maupun saat meraih prestasi.
Sebagai sebuah ilustrasi, seandainya kita diminta mengenang guru-guru kita,
maka kenangan yang muncul tidak selalu perihal materi pembelajarannya, namun
bagaimana wejangan, nasihat, atau motivasinya yang membuat kita terpesona
sehingga terkenang sebagai ingatan yang sangat kuat. Untuk menjelaskan hal ini,
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 139
sebagai contoh kita dapat melihat dalam pemodelan ilusif namun kongkret dalam
wujud seorang guru bernama Bu Muslimah dalam film “Laskar Pelangi”, atau Miss.
Katherine Watson dalam film “Monalisa Smile”. Di dalam dua film tersebut, sosok
guru mampu mempesona para siswanya, karena menampilkan pendekatan humanis
dalam pembelajaran. Bahwa proses belajar mengajar adalah interaksi antar manusia,
dalam konteks ruang dan waktu yang menyeluruh, tidak hanya berbatas kelas. Oleh
karena itu tanggung jawab guru adalah tanggung jawab kemanusiaan pada para
siswanya. Kesadaran inilah yang mengantarkan kedua guru di film tersebut untuk
selalu bertindak simpatik dan memotivasi para siswanya, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Pada akhirnya, terkadang pesona seorang guru tidak hanya dibentuk oleh
bagaimana ia menguasai materi atau terampil mengajar saja, namun juga terkait
bagaimana ia bisa tampil sebagai sosok humanis yang mengasihi para siswanya dan
selalu memberikan motivasi bagi siswanya untuk menjadi yang terbaik.
Pengembangan sikap dan perilaku simpatik dalam diri mahasiswa PPL PPG
dapat dilakukan dalam interaksi mahasiswa dengan para siswa di sekolah, baik saat
proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Bapak/Ibu dosen/instruktur dapat
mengembangkan sikap dan perilaku simpatik mahasiswa PPL dengan meminta
mereka untuk membuka komunikasi yang intensif dengan siswa, dan bersedia
mendengarkan berbagai curahan hati dari para siswanya. Dengan tindakan ini siswa
akan merasa memiliki teman untuk berbagi di sekolah. Perasaan kedekatan tersebut
akan membuat siswa tertarik dan kagum pribadi guru (mahasiswa PPL) tersebut.
10. Santun
Santun memiliki arti halus dan baik, kehalusan dan kebaikan tersebut
mencakup dalam budi bahasa maupun tingkah lakunya (https://kbbi.web.id/santun).
Santun juga merupakan aspek yang dapat membangun pesona seorang guru.
Kesantunan akan tampak pada saat guru melakukan pergaulan dan menjalin
komunikasi dengan berbagai pihak. Kehalusan dalam bertutur kata dan perilaku yang
baik akan menjadikan guru menarik perhatian lingkungannya dan menjadikan dirinya
mendapatkan citra diri positif.
Aspek kesantunan juga memegang peran penting dalam proses pembelajaran.
Di media massa beberapa waktu lalu dapat kita peroleh informasi mengenai peristiwa
negatif yang terjadi sebagai ekses dari permasalahan kesantunan dalam pembelajaran.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 140
Misalnya siswa yang depresi karena diperingatkan guru dengan perkataan yang kasar
dan keras, siswa yang berbalik menyerang guru karena dihukum dan diejek, hingga
orang tua siswa yang menuntut guru secara hukum karena merasa anaknya
diperlakukan tidak pantas. Terlepas dari siapa yang akhirnya diputus bersalah, dari
peristiwa tersebut dapat diambil hikmah yang penting bahwa kesantunan dalam
berkomunikasi dan bertindak menjadi kunci penting untuk menjaga kehormatan guru.
Akan sulit bagi masyarakat untuk membayangkan seorang guru yang tidak
dapat bertutur dan berlaku santun. Kesantunan adalah standar moral yang dituntut
masyarakat atas profesi guru. Guru yang santun bukan berarti guru yang harus
bertutur dan bertindak lemah lembut yang dibuat-buat (artifisial). Bukan pula berarti
guru yang harus selalu mengalah pada siswanya. Guru yang santun adalah guru yang
selalu berusaha mengirimkan pesan kebaikan dengan cara yang baik dan penuh
kelembutan hati. Kesungguhan hati untuk selalu menyampaikan kebaikan dengan cara
yang baik inilah yang menjadi daya pikat bagi para siswanya. Oleh karena itu, dalam
kegiatan PPL PPG mahasiswa hendaknya dapat berlatih untuk membiasakan bertutur
dan bertindak santun, baik saat berinteraksi dengan siswa maupun dengan kolega guru
yang lain.
Pengembangan perilaku santun mahasisiwa PPL PPG dapat dikembangkan
oleh Bapak/Ibu dosen/instruktur melalui kegiatan berbagai pengalaman berinteraksi.
Mahasiswa PPL PPG dapat diminta untuk mengidentifikasi aspek kesantunan
berbahasa verbal dan kesantunan berbahasa non verbal yang berlaku di daerah tempat
sekolah. Hasil identifikasi dapat didiskusikan dengan Dosen/Instruktur juga dengan
guru pamong. Dari proses ini dapat ditemukan bentuk-bentuk ekspresi kesantunan
yang tepat untuk diterapkan dalam bergaul dengan siswa, dengan guru, dengan kepala
sekolah maupun dengan orang tua sisiwa.
13. Mantab
Pembentukan guru yang memesona memiliki kaitan dengan kepribadian guru
yang mantab. Pribadi yang mantab di sini memiliki arti bahwa keprofesian guru
adalah benar-benar pilihan hidup baginya, yang didasarkan pada panggilan jiwa dan
memiliki niatan tulus untuk mengabdikan diri untuk kemajuan pendidikan. Pribadi
yang mantab ini akan mendorong seorang guru menjalani profesinya dengan
kesepenuh-hatian, dengan kesungguhan, sehingga merasa bertanggung jawab pada
kualitas proses maupun hasil pendidikan yang dikelolanya.
Kesungguhan dan kesepenuhhatian guru akan mendorong dirinya menjalankan
profesinya dengan penuh kebanggaan dan tanggung jawab. Ia tidak akan menjadikan
profesi guru sebagai tugas sambilan atau merasa rendah diri dengan profesi tersebut.
Kebanggan dan tanggung jawab tersebut diwujudkannya dalam bentuk memegang
teguh prinsip-prinsip kebaikan dalam pembelajaran yang mendidik siswanya.
Kebanggaan dan tanggung jawab inilah yang akhirnya membuat guru selalu berusaha
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 143
menampilkan performa maksimal dalam mengajar karena ingin mencapai hasil
terbaik. Usaha tersebut tentu saja berdampak pada kualitas pembelajaran yang selalu
terjamin baik. Kualitas pembelajaran yang baik inilah yang akhirnya menjadikan guru
tersebut selalu menarik dan mengagumkan di hadapan para siswanya.
Salah satu tujuan kegiatan PPL PPG adalah membentuk guru yang
berpribadian mantab yang benar-benar meniatkan dirinya menjadi seorang pendidik
dan memiliki kebanggan akan profesi tersebut. Tugas Bapak/Ibu dosen/instruktur
adalah mendampingi dan memberikan motivasi kepada mahasiswa PPL PPG untuk
semakin menguatkan niat menjadi guru sebagai sebuah panggilan jiwa. Motivasi
dapat diberikan kepada mahasiswa dalam berbagai sesi kegiatan PPL, baik pada saat
pra mengajar hingga saat refleksi setelah mengajar. Melalui motivasi tersebut
mahasiswa diharapkan dapat sampai pada kesadaran diri bahwa menjadi guru adalah
sebuah profesi mulia, yang mensyaratkan adanya niat yang tulus, serta
berkonsekuensi pada tanggung jawab moral dan sosial. Dengan strategi
pendampingan Bapak/Ibu dosen/instruktur yang tepat dan intensif diharapkan
kemantaban diri mahasiswa untuk menjadi seorang guru dapat dirintis sejak dini.
14. Jujur
Guru yang menarik perhatian siswa salah satunya dibentuk oleh sifat dan
perilaku guru yang jujur. Jujur berarti miliki sifat yang lurus hati, tidak suka
berbohong, dan berkata apa adanya. Siswa menyukai guru yang jujur karena dengan
kejujuran tersebut siswa merasa mendapatkan jaminan bahwa segala informasi yang
dikatakan oleh guru memiliki nilai kebenaran. Perilaku guru yang jujur juga
terefleksikan dalam perilaku pada saat guru membuat janji selalu ditepatinya. Hal
inilah yang membuat siswa senang karena tidak diberi harapan kosong oleh janji-janji
guru. Misalnya saat proses pembelajaran berlangsung kadangkala guru menjanjikan
reward atau hadiah dan sejenisnya. Bila hal tersebut ditepati ia tentu mendapat
apresiasi dan perhatian dari siswanya. Namun bila guru mencederai janji reward
tersebut, maka akan terbangun persepsi dalam diri siswa bahwa sang guru suka
berbohong.
Berdasarkan kenyataan di atas, penting bagi seorang guru untuk membiasakan
diri jujur dalam berinteraksi dengan berbagai pihak, khususnya dengan siswa. Siswa
menganggap guru adalah sumber kebenaran, jadi jangan sampai informasi dan
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 144
pengetahuan yang tidak terkonfirmasi kebenaranya disampaikan kepada siswa karena
hal tersebut akan menyebabkan terjadinya salah konsep dan reproduksi kebohongan.
Jika dalam suatu persitiwa pembelajran terdapat beberapa permasalahan atau
pertanyaan siswa yang tidak dapat dipecahkan oleh guru, maka lebih baik guru jujur
bahwa informasi tersebut belum diperoleh guru dan akan dijawab pada pertemuan
berikutnya. Siswa akan merasa nyaman dan senang jika guru mengatakan sesuatu
sesuai dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya, terbuka, dan tidak menyimpan
dusta.
Dalam membimbing mahasiswa PPL PPG agar menjadi pribadi guru yang
jujur Bapak/Ibu Dosen dapat meminta mahasiswa untuk menyiapkan semua rujukan
informasi yang digunakan dalam pembelajaran. Berbagai rujukan informasi tersebut
idealnya dikaji kembali kebenaranya melalu perbandingan sumber sehingga diperoleh
informasi yang valid untuk dijadikan materi pembelajaran. Strategi konfirmasi ini
penting untuk memastikan bahwa informasi yang diterima siswa terjamin
kebenarnnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, mahasiswa PPL juga
diminta untuk konsekuen bila sudah menjanjikan sesuatu kepada siswa. Usahakan
tidak membuat janji jika tidak mampu menepatinya.
5. RANGKUMAN
Kemampuan menarik perhatian siswa merupakan kompetensi penting dari seorang
guru. Menjadi guru yang memesona tidak dapat dibentuk melalui proses yang instan,
karena membutuhkan proses belajar yang panjang dan praktik intensif yang berkelanjutan
dalam keprofesian guru. Berkaitan dengan hal tersebut, kemampuan ini dapat dipetakan
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 146
menjadi beberapa aspek penampilan maupun kemampuan yang berpengaruh pada
pembentukan guru yang memesona.
1. Penampilan Diri: Sebagai seorang yang diteladani, akan sulit bagi guru untuk
meminta siswanya menjaga kebersihan dan kerapian sementara dirinya sendiri tidak
memperlihatkan hal tersbut.
2. Menguasai Materi Pembelajaran: Siswa menganggap guru lebih pandai dan lebih
tahu dari orang tuanya. Oleh karena itu guru yang menguasai materi dengan baik dan
dapat membimbing siswanya memecahkan berbagai masalah pembelajaran.
3. Memahami Karakter Setiap Siswa: Guru yang mampu memahami karakteristik
akan dianggap sebagai milik semua siswa karena dapat “melayani” keberagaman
keinginan siswa dalam proses pembelajaran.
4. Memfasilitasi Siswa Mengembangkan Diri: Kemauan guru untuk memfasilitasi
siswanya mengembangkan diri.
5. Terampil Berkomunikasi: Guru yang terampil memanfaatkan berbagai bentuk
komunikasi dan melakukannya dengan gaya yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
6. Mudah Bergaul: Guru yang mudah bergaul dengan berbagai kalangan akan banyak
mudah dikenal oleh lingkungannya.
7. Murah Hati: Guru yang memiliki sikap murah hati adalah guru yang penuh kasih
sayang dan bersedia membantu siswanya yang sedang menghadapi permasalahan.
8. Sabar: Guru yang sabar bermakna guru yang memiliki sifat tenang tidak mudah
marah dan tidak tergesa-gesa dalam melakukan berbagai tindakan.
9. Simpatik: Berusaha untuk ikut merasakan apa yang dirasakan siswanya.
10. Santun: kehalusan dan kebaikan mencakup dalam budi bahasa maupun tingkah
lakunya
11. Berakhlak Baik: Berperilaku terpuji dan memiliki adab yang baik serta tidak
melakukan tindakan yang buruk.
12. Arif dan Bijaksana: Mengedepankan pertimbangan dan pemikiran untuk mengambil
keputusan yang tepat sehingga mendatangkan kebaikan
13. Mantab: Kesungguhan guru dalam menjalankan profesinya dengan penuh
kebanggaan dan tanggung jawab.
14. Jujur: Menjamin bahwa segala informasi yang dikatakan oleh guru memiliki nilai
kebenaran.
6. TES FORMATIF
Silahkan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu kuasai. Pilihlah satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi jawaban
yang Bapak/Ibu anggap benar.
1. Dalam pengembangan diri mahasiswa menjadi guru yang memesona, aspek
penampilan diri merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
pembentukan daya tarik dan pesona seorang guru. Aspek penampilan diri ditopang
oleh unsur-unsur di bawah ini, yaitu…
a. Kekinian, kesopanan, kesamaptaan
b. Kerapihan, kekinian, kebersihan
c. Kesopanan, kekinian, kesamaptaan
d. Kebersihan, Kerapihan Kesopanan
2. Menjadi guru yang murah hati merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh
terhadap pembentukan daya tarik dan pesona seorang guru. Unsur perilaku yang
kurang tepat berkaitan dengan dengan sifat murah hati seorang guru adalah….
a. Gemar menolong siswa yang sedang menghadapi permasalahan
b. Penuh kasih sayang sehingga bersedia membantu siswanya
c. Menggunakan tutur kata yang lebut dan mudah dipahami siswanya
d. Memiliki kepekaan dalam menangkap masalah di sekitarnya
3. Pribadi yang arif dan bijaksana merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh
terhadap pembentukan daya tarik dan pesona seorang guru. Sikap dan perilaku yang
bukan merupakan pencerminan dari pribadi arif dan bijaksana guru adalah….
a. Mengedepankan pertimbangan pemikiran untuk mengambil keputusan
b. Penuh kasih sayang sehingga bersedia membantu siswanya
c. Segala keputusan yang diambil diusahakan dapat berdampak baik
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 148
d. Berhati-hati dalam mengambil setiap keputusan
4. Pribadi yang mantab merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
pembentukan daya tarik dan pesona seorang guru. Ekspresi perilaku yang bukan
merupakan pencerminan dari pribadi guru yang mantab adalah….
a. Pribadi yang mantab meyakini bahwa keprofesian guru adalah benar-benar
pilihan hidup baginya
b. Memiliki niatan tulus untuk mengabdikan diri dalam rangka kemajuan
pendidikan
c. Merasa bertanggungjawab pada kualitas proses maupun hasil pendidikan yang
dikelolanya
d. Mengusahakan segala keputusan yang diambil dapat berdampak baik bagi semua
pihak
5. Pribadi yang sabar merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap
pembentukan daya tarik dan pesona seorang guru. Guru yang sabar disukai dan
dicintai siswanya karena….
a. Siswa dapat memberikan pendapat pada guru tanpa akut nilainya dikurangi
b. Siswa dapat mengekspresikan seluruh keinginannya kepada guru
c. Siswa merasa mendapatkan perlindungan dan rasa aman dari guru
d. Siswa merasa mendapatkan orang tua ke dua di sekolah untuk tempat bermanja
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur indikator pesona guru yang mana yang paling
sulit dikembangkan dalam diri mahasiswa PPL?
2. Bagaimana pengembangan diri yang efektif bagi agar menjadi guru memesona?
Pernyataan
No Butir Refleksi Diri Tindak Lanjut saya
Ya Tidak
1 Saya senang membantu siswa saya yang kesulitan
2 Saya selalu marah bila siswa saya gaduh di kelas
3 Saya tidak perduli dengan latar belakang sosial siswa saya
4 Bila bertemu dengan orang lain saya berusaha menyapa lebih dahulu
5 Saya tidak suka bekerja bersama orang lain
6 Saya memiliki banyak teman di lembaga tempat saya bekerja maupun di
masyarakat
7 Saya tidak pernah mengajak siswa saya belajar di lingkungan sekitar sekolah
8 Saya malas berkomunikasi dengan orang tua siswa
9 Saya terbiasa menghukum siswa begitu mereka saya anggap salah
10 Saya selalu menjaga kebersihan diri sebelum dan selama mengajar
11 Saya selalu menjaga kepantasan penampilan sesuai peraturan sekolah
12 Saya tidak suka berbohong
13 Saya selalu disambut siswa saya saat menuju ke kelas
14 Saya selalu memulai dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu
15 Saya senang menulis baik karya ilmiah maupun populer
16 Saya merasa siswa saya mudah menerima penjelasan saya
17 Saya terbiasa membimbing siswa dengan metode yang berbeda-beda
18 Saya menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar
19 Saya sudah menguasai semua materi pembelajaran dengan baik
20 Saya terampil menggunakan media pembelajaran berbasis TIK
21 Saya terbiasa menjalin komunikasi dengan orang tua siswa menggunakan media
sosial
1. PENDAHULUAN
Profesi guru merupakan profesi sosial yang di dalam praktik keprofesiannya
bertanggung jawab terhadap kemajuan pendidikan sekelompok siswa yang belajar
bersamanya. Tugas dan tanggung jawab seorang guru mencakup mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswanya. Untuk dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut seorang guru tidak cukup hanya
memiliki kompetensi profesional atau pedagogik saja, karena dibutuhkan keterampilan
kepememimpinan (Leadership Skill) agar dapat membimbing dan mengarahkan siswa
menuju pencapaian kompetensi sebagai tujuan belajar. Artinya peran kepemimpinan
seorang guru di sini merupakan kepemimpinan dalam konteks pembelajaran. Oleh karena
itu untuk menjadi guru yang ideal dibutuhkan juga keterampilan untuk menjadi pemimpin
siswa di kelasnya.
Berdasarkan pertimbangan di atas maka salah satu capaian pembelajaran dalam
kegiatan PPL PPG adalah mengembangkan kompetensi mahasiswa PPL PPG agar
menguasai leadership skill dalam pembelajaran. Konsep leadership skill dapat dimaknai
sebagai seperangkat pengetahuan, tindakan, atau keterampilan yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan dalam memotivasi atau memimpin orang lain. Hal tersebut
bermakna juga kemampuan dalam memfasilitasi orang lain untuk berkembang sesuai
dengan potensi yang ada dalam dirinya (MTD Training, 2010: 10). Dengan demikian
dapat dirumuskan pemahaman awal bahwa leadership skill seorang guru berkaitan dengan
kemampuannya untuk memfasilitasi siswa agar berkembang sesuai potensinya. Pada
kegiatan belajar 4 ini akan kita pelajari bersama konsep, definisi, dan implementasi
leadership skill dan bagaimana pola pengembanganya untuk mahasiswa dalam kegiatan
PPL PPG.
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta dapat:
1. Memahami indikator kemampuan dalam leadership skill
2. Menganalisis kemampuan dalam leadership skill guru
3. Menyusun strategi mengembangkan leadership skills mahasiswa PPL PPG
4. MATERI
A. Leadership Skills
Konsep leadership skills dalam materi PPL PPG merujuk pengertiannya pada
keterampilan kepemimpinan seorang guru. Dalam mendefinisikan guru yang terampil
memimpin Merideth (2007) membandingkan beberapa pendapat di antaranya: (1)
Katzenmeyer and Moller (2001) mendefinisikan guru leader sebagai guru yang mampu
memimpin dalam dan di luar kelas, mampu mengidentifikasi dan berkontribusi pada
komunitas guru, menjadi pemimpin pembelajaran, dan mampu mempengaruhi orang
lain ke arah peningkatan praktik pendidikan; (2) Sherrill (1999) menyatakan bahwa
yang dianggap sebagai guru-pemimpin adalah pendidik klinis, guru tamu, atau guru
utama ; (3) Crowther, Kaagan, Ferguson, dan Hann (2002) melihat guru-pemimpin
sebagai orang yang memiliki cita-cita untuk memimpin reformasi di sekolah,
memimpin guru yang lain, dan menjadi pengawas klinis. Berdasarkan berbagai
pendapat tersebut, perlu kita garis bawahi bahwa yang dimaksud pengembangan
leadership skill dalam kegiatan PPL PPG ini adalah pengembangan keterampilan
kepemimpinan guru sebagai pemimpin pembelajaran.
Dalam kajian mengenai kepemimpinan, kita telah mengenal beragam gaya
kepemimpinan suatu organisasi. Bersumber pada Ferguson (2009: 25-26) beberapa
gaya kepemimpinan tersebut antara lain:
1) Otoriter/Autokratis. Memiliki pengertian yaitu pemimpin yang selalu
menampilkan ide yang jelas tentang apa yang harus dilakukan anggota yang
dipimpin, bagaimana suatu tugas harus dikerjakan, dan kapan harus selesai.
Pemimpin model ini tidak pernah meminta masukan dari anggota yang
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 152
dipimpinnya. Hingga saat ini gaya kepemimpinan demikian ini masih ada.
Beberapa riset mengemukakan hasil bahwa kelompok yang bekerja di bawah
kepemimpinan otoriter menjadi kurang kreatif, karena mungkin berusaha
menghindari pekerjaan yang dibebankan kepada mereka.
2) Partisipatif/Demokratis. Berbeda dengan gaya otoriter, pemimpin dengan gaya
partisipatif memberikan instruksi kepada anggotanya, namun tetap meminta
anggotanya untuk untuk memberikan saran atau masukan perihal bagaimana
meningkatkan kinerja untuk menyelesaikan sebuah proyek. Pemimpin partisipatif
adalah komunikator yang baik dan senang membantu kelompok dalam
menyelesaikan tugas dengan dorongan semangat dan bimbingan. Beberapa
penelitian merumuskan temuan bahwa kepemimpinan partisipatif adalah gaya
kepemimpinan yang paling efektif. Individu anggota kelompok yang dipimpin
dengan partisipatif biasanya menghasilkan pekerjaan yang berkualitas dan
berkuantitas tinggi.
3) Delegatif/Tanpa Arahan. Pemimpin dengan gaya delegatif biasa memberikan
sedikit panduan atau bahkan tanpa arahan, dan membiarkan anggota kelompok
membuat sebagian besar atau bahkan beberapa keputusan penting. Pendekatan
hanya tepat digunakan pada kelompok dengan anggota yang sudah tepercaya,
sangat terampil dan mampu untuk bekerja tanpa banyak pengawasan.
4) Karismatik. Pemimpin dengan gaya karismatik menggunakan energi motivasi
untuk menginspirasi tim yang ia pimpin. Kepemimpinan dengan gaya ini sering
dipengaruhi oleh egonya, dan percaya bahwa pencapaian yang diraih anggota
kelompok adalah karena kemampuan kepemimpinannya. Keyakinan inilah yang
sering diterjemahkan oleh anggota tim dengan salah, yaitu adanya kepercayaan
bahwa suatu proyek tidak dapat selesai tanpa pengawasan pemimpin mereka.
5) Transformasional. Pemimpin transformasional yaitu pemimpin yang
menginspirasi individu dalam kelompoknya sehingga mampu mengajak
kelompok tersebut merealisasikan visi atau proyek yang direncanakan. Pemimpin
model ini biasanya seorang komunikator yang cerdas dan luar biasa, nmaun
kadang cenderung fokus pada pada gambaran besar daripada sesuatu yang detail.
Pemimpin transformasional sering mendelegasikan tugas dan membutuhkan
asisten yang kuat untuk memastikan bahwa visi atau proyeknya dapat berjalan
sesuai yang diharapkan.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 153
6) Situasional. Gaya Kepemimpinan situasional menggabungkan satu atau lebih
dari gaya kepemimpinan yang tercantum di atas disesuaikan dengan kebutuhan
pencapaian kerja dan disesuaikan dengan personalitas anggota kelompok yang
ada.
Berdasarkan uraian mengenai beberapa gaya kepemimpinan di atas, dapat
dicermati bahwa seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas lebih tepat
untuk menerapkan gaya kempemimpinan partisipatif dan transformasional. Dengan
gaya partisipatif guru dapat memberikan peluang kepada siswa untuk berpartisipasi
dalam menentukan strategi dan cara dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sementara
dengan kepemimpinan transformasional, guru dapat mengajak siswa untuk
membangun visi meraih kemajuan atau merealisasaikan proyek tertentu. Selain itu,
kepemimpinan transformasional dapat diterapkan dengan mendelegasikan tugas
kepada siswa tertentu agar dapat melatih siswa memegang kepercayaan dan tanggung
jawab. Bentuk tugasnya tentu yang masih bersifat sederhana sederhana seperti
memimpin sesama temannya dalam kelompok belajar atau kelompok proyek
penugasan.
Berkaitan dengan keterampilan kepemimpinan guru, Merideth (2007)
berpendapat bahwa kepemimpinan yang disematkan kepada guru bukan berarti guru
mengalami kenaikan satu tingkat perannya dari pendidik ke pemimpin organisasi,
namun kepemimpinan guru dalam pembelajaran harus dianggap sebagai langkah yang
diperlukan guru unutk mewujudkan perannya di kelas. Peran tersebut dapat berupa
guru sebagai model untuk siswa, guru yang efektif mengajar, dan sekaligus guru yang
menjadi bagian dari gerakan peningkatan kualitas sekolah yang berkelanjutan.
Merujuk pada pemetaan Haley (2019) terdapat 7 keterampilan kepemimpinan
yang penting yaitu (1) kemampuan komunikasi, (2) kemampuan menetapkan tujuan,
(3) kemampuan memotivasi, (4) kemampuan membangun tim, (5) kemampuan
memimpin perubahan, (6) kemampuan mengelola konflik, dan (7) kemampuan
melatih/membimbing (coaching). Ketujuh kemampuan tersebut dapat dijadikan dasar
sederhana dalam melatih dan membimbing mahasiswa PPL PPG. Bapak/Ibu
dosen/instruktur dapat menambahkan kemampuan lain sekiranya 7 kemampuan yang
dirumuskan Haley ini dianggap belum lengkap untuk menunjang leadership skills
seorang guru. Pada uraian di bawah ini marilah kita cermati satu persatu kemampuan
dari 7 kemampuan yang dirumuskan Haley tersebut.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 154
a. Kemampuan Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi merupakan aspek penting dari keterampilan
kepemimpinan. Keterampilan komunikasi sangat penting karena menjadi sarana
untuk menghantarkan pesan dari seorang pemimpin kepada anggota kelompok
yang dipimpinnya. Pesan tersebut dapat berupa ide, gagasan, perintah-perintah,
hingga visi, misi, atau orientasi dari kelompok tersebut. Keterampilan komunikasi
ini tentu saja mencakup keterampilan komunikasi verbal maupun non verbal.
Kemampuan komunikasi dalam konteks leadership skills guru merujuk
pada kemampuan guru dalam mengelola pertukaran pesan dengan siswa yang
dipimpinya maupun dengan guru lain yang menjadi kolega dalam pembelajaran.
Komunikasi guru dengan siswa dalam proses pembelajaran adalah kegiatan
bertukar pesan yang berkaitan dengan tujuan, materi, langkah-langkah
intsruksional hingga penilaian pembelajaran. Guru dengan keterampilan
kepemimpinan yang baik akan mengembangkan pola komunikasi yang efektif
terhadap siswanya. Untuk menunjang efektivitas komunikasi guru dapat
memanfaatkan berbagai media penunjang pembelajaran. Guru dengan
keterampilan kepemimpinan yang baik akan menggunakan kemampuan
komunikasinya untuk memotivasi siswa-siswanya meraih hasil belajar yang
optimal. Kemampuan komunikasi dapat digunakan guru untuk menjelaskan
orientasi pembelajaran yang harus dicapai siswa, strategi dan skenario yang akan
digunakan mencapai tujuan tersebut, hingga memberikan fasilitasi kepada
siswanya agar meraih prestasi yang terbaik.
Dalam proses interaksi dengan guru yang lain, kemampuan komunikasi
dapat dimanfaatkan untuk membangun kerja sama dalam rangka memajukan
sekolah. Gerakan memajukan sekolah dapat dibangun melalui interaksi aktif
komunitas guru sebagai komunitas profesional yang memiliki tanggung jawab
untuk meningkatkan kualitas sekolah. Selain bedampak pada peningkatan kualitas
sekolah interaksi aktif komunitas guru juga dapat menumbuhkan kemampuan
kepemimpinan dalam diri setiap guru.
c. Kemampuan Memotivasi
Keterampilan kepemimpinan mensyaratkan adanya kemampuan
memotivasi, baik memotivasi diri sendiri maupun memotivasi orang lain yang
dipimpinnya. Secara leksikal motivasi memiliki pengertian sebagai usaha yang
dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau untuk mendapat
kepuasan dari perbuatannya (https://kbbi.web.id/motivasi). Terdapat dua jenis
motivasi yaitu motivasi instrinsik yang bersumber dari dalam diri sendiri dan
motivasi ekstrinsik yang dipengaruhi oleh situasi tertentu atau orang lain di luar
diri.
Dalam mendiskusikan kemampuan memotivasi yang dimiliki seorang,
beberapa ahli seringkali merujuk pada teori motivasi yang telah berkembang. Salah
satu teori motivasi yang terkenal adalah teori Abraham Maslow yang menjelaskan
kebutuhan manusia dalam pemodelan bentuk piramida untuk menggambarkan
urutan kebutuhan manusia dari tingkat dasar menuju tingkat tinggi. Urutan
kebutuhan tersebut dari level dasar hingga tingkat tinggi yaitu: (1) kebutuhan fisik,
(2) kebutuhan rasa aman, (3) kebutuhan memiliki, (4) kebutuhan dihargai, dan (5)
kebutuhan aktualisasi diri. Maslow merumuskan bahwa kebutuhan tingkat tinggi
seperti kebutuhan memiliki, dihargai, dan aktualisasi diri tidak akan dianggap
penting bagi manusia selama kebutuhan tingkat dasar berupa kebutuhan fisik dan
rasa aman belum tercukupi.
Teori motivasional yang lain berbasis teori kognitif yang mengasumsikan
bahwa seseorang menggunakan proses rasional semacam ‘analisisis keuntungan’
dalam menentukan hal apa yang harus diraih, apa yang harus dilakukan, dan
bagaimana usaha yang harus dilakukan untuk meraih hal tersebut. Selanjutnya
terdapat teori motivasional yang menggunakan keranga pemikiran “pendekatan
situasional” yang meyakini adanya banyak faktor yang memengaruhi motivasi
seseorang untuk bertindak. Secara khusus dalam teori penguatan diasumsikan
bahwa perilaku sesesorang dapat dipengaruhi oleh sistem reward (hadiah) dan
punishment (hukuman).
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 157
Keterampilan guru dalam kempimpinan pembelajaran merupakan turunan
dari konsep keterampilan memimpin secara umum, yang tentunya juga dapat
merujuk pada ketiga teori motivasional tersebut. Guru dan siswa adalah kesatuan
kelompok yang melakukan proses pembelajaran. Proses pembelajaran berada di
dalam ranah pendidikan, yang jika dipetakan menurut teori Maslow maka berada
dalam level pemenuhan kebutuhan tingkat tinggi. Proses pendidikan adalah
kegiatan memenuhi kebutuhan memiliki ilmu pengetahuan, untuk mendapatkan
penghargaan, dan untuk aktualisasi diri. Oleh karena itu dalam proses memotivasi
belajar siswa, guru perlu mempertimbangkan apakah kebutuhan dasar siswa telah
terpenuhi. Seandainya memang kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi, maka guru
akan sulit untuk memotivasi siswa. Kenyataan ini bisa kita lihat misalnya di
sekolah-sekolah yang berada di daerah 3T atau di daerah konflik tentu akan berat
bagi guru di sekolah tersebut untuk memotivasi belajar siswa karena kebutuhan
dasar para siswanya belum terpenuhi.
Keterampilan kepemimpinan guru dalam memotivasi belajar memiliki
pengertian sebagai usaha guru untuk mendorong siswanya tergerak melakukan
aktivitas pembelajaran sesuai desain instruksional dengan tujuan meraih capaian
pembelajaran yang ditentukan. Bila mempertimbangkan teori kognitif maka guru
yang terampil memotivasi siswa akan mendorong siswanya untuk mencapai tujuan
dengan strategi memberikan penjelasan dan argumentasi yang masuk akal sehingga
siswa dapat bersemangat mencapai tujuan tersebut. Sementara guru yang
menggunakan pendekatan situasional dan berdasarkan pada teori penguatan
(reinforcement theory) akan memotivasi pembelajaran menggunakan strategi
pemberian hadiah dan/atau hukuman.
Seorang pemimpin, termasuk guru sebagai pemimpin pembelajaran, dapat
memberikan motivasi yang berdampak lebih besar bila ia mampu membangun
suasana penuh semangat di dalam kelompok yang dipimpinnya. Dengan
memberikan kepercayaan kepada anggotanya untuk bekerja secara mandiri,
menghormati dan menghargai mereka, dan menerapkan berbagai keputusan dengan
tepat, maka seorang pemimpin akan dapat menjaga suasana penuh semangat
sehingga anggotanya dapat mencapai prestasi tertingginya. Suasana penuh
semangat dibangun dari keterbukaan, kejujuran, dan komunikasi yang konstruktif.
Kondisi tersebut dapat dipertahankan jika pemimpin mau mendengar pendapat dan
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 158
masukan dari anggota kelompoknya. Dengan demikian pemimpin akan dapat
memahami apa yang diinginkan anggotanya dan mengembangkan kemampuan
kelompok berdasarkan saran dan pendapat tersebut. Faktor penting lain yang dapat
mempertahankan suasana bersemangat dalam kelompok adalah reaksi pemimpin
dalam mensikapi kesalahan dan kegagalan anggotanya. Anggota kelompok yang
harus menyelesaikan tugas memiliki resiko mengalami kesalahan atau kegagalan
mencapai tujuan. Pemimpin yang terampil idealnya merespon kegagalan tersebut
dengan kembali melatih (coaching) anggota tersebut daripada menghukumnya.
Selain mampu memberi motivasi di dalam kelompok siswa yang diajarnya,
guru sebagai pemimpin pembelajaran juga harus mampu menjadi motivator dalam
komunitas profesi guru di sekolahnya bahkan di lingkungan sekitar. Kemampuan
untuk saling memotivasi kolega dalam satu profesi akan dapat membangkitkan
semangat untuk memperbaiki kualitas pembelajaran maupun kualitas sekolah
secara umum. Dalam bahasa Merideth (2007) gerakan perbaikan ini disebut
sebagai gerakan reformasi pendidikan berkelanjutan.
5. RANGKUMAN
Konsep leadership skills dalam materi PPL PPG merujuk pengertiannya pada
keterampilan kepemimpinan seorang guru (Ferguson, 2009: 25-26). Beberapa gaya
kepemimpinan tersebut antara lain:
1) Otoriter/Autokratis. Memiliki pengertian yaitu pemimpin yang otoriter dengan ide
yang jelas tentang apa yang harus dilakukan anggota yang dipimpin, bagaimana suatu
tugas harus dikerjakan, dan kapan harus selesai.
2) Partisipatif/Demokratis. Pemimpin dengan gaya partisipatif memberikan instruksi
kepada anggotanya, namun tetap meminta anggotanya untuk untuk memberikan saran
atau masukan perihal bagaimana meningkatkan kinerja untuk menyelesaikan sebuah
proyek.
3) Delegatif/Tanpa Arahan. Pemimpin dengan gaya delegatif biasa memberikan sedikit
panduan atau bahkan tanpa arahan, dan membiarkan anggota kelompok membuat
sebagian besar atau bahkan beberapa keputusan penting.
4) Karismatik. Pemimpin dengan gaya karismatik menggunakan energi motivasi untuk
menginspirasi tim yang ia pimpin.
5) Transformasional. Pemimpin transformasional yaitu pemimpin yang menginspirasi
individu dalam kelompoknya sehingga mampu mengajak kelompok tersebut
merealisasikan visi atau proyek yang direncanakan.
6) Situasional. Gaya Kepemimpinan situasional menggabungkan satu atau lebih dari
gaya kepemimpinan yang tercantum di atas disesuaikan dengan kebutuhan pencapaian
kerja dan disesuaiakan dengan personalitas anggota kelompok yang ada.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 167
Merujuk pada pemetaan Haley (2019) terdapat 7 keterampilan kepemimpinan yang
penting di antaranya adalah: (1) kemampuan komunikasi, (2) kemampuan menetapkan
tujuan, (3) kemampuan memotivasi, (4) kemampuan membangun tim, (5) kemampuan
memimpin perubahan, (6) kemampuan mengelola konflik, dan (7) kemampuan
melatih/membimbing (coaching). Ketujuh kemampuan tersebut dapat dijadikan dasar
sederhana dalam melatih dan membimbing mahasiswa PPL PPG. Bapak/Ibu
Dosen/Instruktur dapat menambahkan kemampuan lain sekiranya 7 kemampuan yang
dirumuskan Haley ini dianggap belum lengkap untuk menunjang leadership skills seorang
guru.
6. TES FORMATIF
Silahkan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu kuasai. Pilihlah satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi jawaban
yang Bapak/Ibu anggap benar.
1. Dalam sebuah organisasi terkadang terdapat seorang pemimpin yang terampil
berkomunikasi, mampu memberikan instruksi kepada anggotanya, meskipun tetap
meminta anggotanya untuk memberikan saran atau masukan. Bersumber pada
Ferguson (2009) gaya kepemimpinan model tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam
gaya....
a. Otoriter
b. Kharismatik
c. Partisipatif
d. Transformasional
2. Dalam sebuah organisasi terkadang terdapat seorang pemimpin yang sangat detil
membagi tugas tentang apa yang harus dilakukan anggotanya, bagaimana tugas
dikerjakan, dan jadwal penyelesainnnya. Bersumber pada Ferguson (2009) gaya
kepemimpinan model tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam gaya....
a. Karismatik
b. Otoriter
c. Partisipatif
d. Transformasional
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 168
3. Berikut ini adalah bebagai kebutuhan manusia: (1) kebutuhan rasa aman, (2)
kebutuhan dihargai, (3) kebutuhan aktualisasi diri, (4) kebutuhan fisik, dan (5)
kebutuhan memiliki. Sesuai dengan teori Abraham Maslow dalam piramida
kebutuhan, maka urutan kebutuhan dari level dasar hingga tingkat tinggi yaitu?
a. 4–1–2–5-3
b. 4–1–3–2-5
c. 4–1–5–2-3
d. 4–3–5–1–2
4. Pembentukan tim menurut Haley terdiri dari tahapan antara lain: (1) Pergolakan, (2)
Penampilan, (3) Penormaan, dan (4) Pembentukan. Urutan tahapan yang tepat adalah?
a. 4–2–3-1
b. 4–1–3-2
c. 3– 1 – 4 - 2
d. 3– 1 – 4 – 2
5. Ruang lingkup tugas guru yang termuat pada UU no 14 tahun 2005, salah satunya
adalah melatih. Keterampilan melatih (coaching) ini juga merupakan salah satu dari
keterampilan kepemimpinan dalam pembelajaran. Tindakan yang kurang tepat dalam
melatih siswa adalah….
a. Mengembangkan dan melaksanakan rencana pembelajaran dengan tepat
b. Mengidentifikasi kemampuan dasar siswa yang akan ditingkatkan secara rinci
c. Menentukan standar kompetensi yang kan dicapai dalam pembelajaran dengan
jelas
d. Memberikan punishment (hukuman) agar siswa termotivasi belajar dengan baik
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur indikator Leadership Skills yang mana yang
paling mudah dikembangkan dalam diri mahasiswa PPL? Mengapa?
2. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur indikator Leadership Skills yang mana yang
paling sulit dikembangkan dalam diri mahasiswa PPL? Mengapa?
Petunjuk pengerjaan: Isilah tabel di bawah ini dengan berbagai gaya kepemimpinan
Petunjuk pengerjaan: Isilah tabel di bawah ini dengan 7 keterampilan dasar leadership skills dari Haley dan bagaimana cara melatihnya
2 Dst…
1. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran adalah proses interaksi sosial sistematis antara guru dan siswa
dengan tujuan untuk melakukan alih pengetahuan dan keterampilan sehingga siswa dapat
memiliki pengetahuan dan keterampilan sebagaimana yang diajarkan guru. Guru
merancang dan menerapkan pembelajaran, sementara siswa mengalami proses
pembelajaran. Dalam penerapan tersebut guru menyediakan dan mengelola lingkungan
belajar sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan tersebut
mencakup mengelola sumber belajar, cara belajar, dan cara mengukur ketercapaian
pembelajaran.
Siswa terlibat secara intensif dalam proses pembelajaran karena menjadi subyek
yang aktif mencari, menerima, dan menyimpan berbagai pengetahuan. Siswa juga menjadi
subyek yang aktif mengalami tahapan proses pembelajaran. Oleh karena itu, bila kita ingin
mengetahui atau memberikan penilaian perihal bagaimana sebuah proses pembelajaran
berlangsung maka kita dapat meminta informasi dari siswa yang terlibat dalam proses
pembelajaran. Informasi yang dikumpulkan oleh seorang guru dari siswanya untuk
mengetahui kualitas pembelajaran yang dilakukan biasa disebut umpan balik siswa
(students feedback).
Pada kegiatan belajar 5 ini dibahas mengenai umpan balik siswa dalam
pembelajaran dengan tujuan agar dosen/instruktur dapat memperbarui kembali wawasan
mengenai umpan balik siswa. Wawasan tersebut penting agar Dosen/Instruktur dapat
membimbing mahasiswa PPL PPG dalam kegiatan mengumpulkan umpan balik dari
siswa. Umpan balik merupakan bagian penting dari pembelajaran, khususnya jika seorang
guru ingin meningatkan kemampuan praktik mengajar dan mencapai standar yang tinggi.
Oleh karena itu guru perlu mempertimbangkan bahwa umpan balik terbaik untuk melihat
kualitas pembelajaran sesungguhnya bersumber dari siswa yang diajarnya.
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Mengenal ragam bentuk umpan balik dalam pembelajaran.
2. Menganalisis ragam bentuk umpan balik siswa dalam pembelajaran.
3. Membuat instrumen umpan balik pembelajaran untuk siswa.
4. MATERI
1. Umpan Balik dalam Pembelajaran
Menggunakan umpan balik pembelejaran yang bersumber dari siswa
didasarkan pada berbagai pertimbangan. Pertimbangan pertama bahwa siswa yang
memiliki pandangan yang berharga dalam melihat apa yang terjadi di kelas dan
bagiamana kelas dikelola oleh seorang guru. Tidak ada orang yang melakukan
pengamatan dengan menyeluruh pada sebuah proses pembelajaran selain dari siswa.
Hal ini terjadi karena siswa merupakan partisipan dari sebuah proses pembelajaran.
Pengamatan siswa memang tidak terbangun secara sistematis dan direncanakan sejak
awal pembelajaran. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan berbagai serpihan
pengamatan para siswa ini guru dapat menggunakan teknik mengumpulkan umpan
balik yang sistematis di akhir pembelajaran.
Pertimbangan kedua berkaitan dengan pertimbangan pertama, bahwa sebagai
partisipan seorang siswa akan memiliki pandangan yang detil terkait berbagai langkah
yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Misalnya apakah penjelasan guru sudah
dapat diterima para siswa? Apakah mereka merasa nyaman dalam bertanya?
Bagaimana aktivitas di kelas yang dibangun oleh guru menarik minat dan perhatian
mereka untuk belajar? Bagaimana guru mampu membangun diskusi yang
menyenangkan di kelas? Bagaimana aktivitas di kelas dikelola guru dengan efektif?
serta berbagai pertanyaan lain yang menjadi pemicu pada siswa untuk dapat
mengeluarkan kembali memori pengalaman mereka pada saat mengikuti
pembelajaran.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 174
Dalam memberikan umpan balik terhadap pembelajaran, siswa akan
menggunakan perangkat memori atau ingatan. Artinya, pada dasarnya siswa memang
tidak diminta melakukan sebuah pengamatan kepada gurunya. Aktivitas utama siswa
di kelas adalah belajar sesuai konstruksi pengelolaan kelas yang dibangun gurunya.
Namun dengan keterlibatan yang intensif, siswa tentu merekam pengalaman
pembelajaran tersebut di dalam memori ingatannya. Rekaman tersebut dapat berupa
rekaman ingatan realitas dan dapat pula tercampur dengan kesan pribadi (impresi).
Oleh karena itu untuk dapat mengumpulkan informasi mengenai pembelajaran yang
telah lalu, instrumen umpan balik yang dikembangkan harus dapat menggali kembali
rekaman peristiwa dalam memori siswa.
Di samping itu, karena dalam situasi pembelajaran siswa memang tidak dalam
tujuan dan kapasitas mengamati secara khusus, maka dapat saja gugusan pengalaman
yang terekam di dalam memorinya tersimpan secara acak. Mempertimbangkan hal ini
maka instrumen umpan balik yang diisi siswa harus disusun secara tematis agar
informasi yang dikehendaki dapat dengan mudah dipanggil (recall) oleh oleh sistem
memori siswa. Dengan demikian informasi yang dibutuhan guru dapat benar-benar
disampaikan oleh siswa sesuai dengan apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan
diingatnya.
a. Angket/Kuisioner
Salah satu kegiatan paling umum dan mudah dilakukan untuk
mengumpulkan feedback dari siswa yakni menggunakan angket tertulis. Angket ini
dapat dibuat dengan sederhana, berisi berbagai aspek kinerja guru yang hendak
dimintakan pendapat pada siswa, dengan menggunakan simbol check, silang, atau
lingkaran untuk mengisinya. Dalam penyusunan angket ini, strategi yang efektif
adalah dosen/instruktur dapat meminta mahasiswa untuk membuat angket, dengan
butir pertanyaan yang diturunkan dari instrumen penilaian pelaksanaan
pembelajaran. Pada saat butir pertanyaan sudah jadi maka mahasiswa PPL diminta
mengkonsultasikan kembali kepada dosen/instruktur. Dengan proses ini maka
dapat dihasilkan angket yang reliabel dalam mengukur respon siswa. Tingkat
kesulitan pertanyaan atau pernyataan, kejelasan atau keterbacaan kalimat, dan
diferensiasi jawaban menjadi kunci untuk menghasilkan angket yang andal. Hasil
angket ini nantinya dihitung sesuai rumus yang ditentukan, untuk selanjutnya
diperoleh hasil akhir yang menyatakan tingkat ketercapaian pelaksanaan
pembelajaran atau kepuasan siswa.
Dalam menggunakan angket untuk mengumpulkan feedback dari siswa,
guru harus menyiapkan dulu lembar angket yang berisi pertanyaan atau pernyataan
dengan opsi jawabannya. Kedua hal tersebut harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan dan usia siswa. Misalnya untuk siswa sekolah dasar (SD) maka
pilihan jawaban dapat saja hanya menggunakan “YA” dan “TIDAK” dengan
kombinasi pertanyaan atau pernyataan negatif dan positif.
c. Koin Emoticon
Selain menggunakan model angket klasik dalam bentuk verbal dan
tanggapan tertulis, feedback dari siswa juga dapat dikumpulkan menggunakan
model umpan balik visual. Model umpan balik visual ini dilakukan degan
mewujudkan respon siswa ke dalam koin (kepingan) gambar emoticon (simbol
emosi) yang mewakili perasaan tertentu. Misalnya gambar tertawa mewakili sangat
senang, tersenyum cukup senang, gambar ekspresi datar untuk perasaan biasa-
biasa, hingga gambar menangis atau cemberut untuk mewakili perasaan sedih.
Mahasiswa PPL PPG tentu saja sudah sangat familiar dengan bentuk emoticon
karena kerapkali digunakan dalam komunikasi di media sosial.
d. Bull Eyes
Model feedback visual lain yang dapat digunakan untuk mengumpulkan
respon siswa terhadap pembelajaran yang diampu mahasiswa PPL yakni
menggunakan model lingkaran warna berlapis yang biasa disebut juga dengan bull
eyes. Lingkaran dibuat dengan ukuran sedang, kurang lebih berdiameter 40 cm di
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 179
atas sebuah kertas karton putih. Lingkaran tersebut di dalamnya berisi beberapa
lingkaran lain yang ukurannya lebih kecil. Ruang antar lingkaran diberi warna
yang berbeda dan diberi keterangan. Misalnya lingkaran terluar berwarna merah
mewakili perasaan tidak senang, selanjutnya agak ke dalam warna oranye mewakili
perasaan biasa saja (datar), masuk ke dalam warna kuning mewakili perasaan
senang, dan lingkaran inti memiliki warna hijau mewakili perasaan sangat senang.
Lingkaran bull eyes ini diletakkan di dekat pintu keluar kelas. Siswa diminta
membubuhkan satu titik di area lingkaran sesuai perasaan yang dirasakan selama
pembelajaran, dengan syarat satu siswa satu titik saja. Setelah semua siswa
membubuhkan titik, maka guru dapat menghitung jumlah titik di setiap lingkaran
warna, atau bisa juga cukup melihat kecenderungan jumlah titik terbanyak di
bagian tertentu dari lingkaran.
Sedih
Biasa Saja
Senang
Sangat Senang
5. RANGKUMAN
Menggunakan umpan balik pembelajaran yang bersumber dari siswa didasarkan
pada berbagai pertimbangan. Pertimbangan pertama bahwa siswa yang memiliki
pandangan yang berharga dalam melihat apa yang terjadi di kelas dan bagiamana kelas
dikelola oleh seorang guru. Pertimbangan kedua berkaitan dengan pertimbangan pertama,
bahwa sebagai partispan seorang siswa akan memiliki pandangan yang detil terkait
berbagai langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran. Dalam memberikan umpan
balik terhadap pembelajaran, siswa akan menggunakan perangkat memori atau ingatan.
Artinya, pada dasarnya siswa memang tidak diminta secara kkhusu melakukan
pengamatan kepada gurunya.
Umpan balik secara umum memiliki beberapa fungsi. Dalam konteks proses
pembelajaran, fungsi mendasar umpan balik dari siswa untuk guru antara lain:
a. Fungsi Informatif. Artinya bahwa berbagai tanggapan/umpan balik dari siswa
berfungsi untuk memberi tahu kepada guru mengenai situasi dan kondisi dari
berbagai aspek pembelajaran, sesuai dengan kacamata siswa sebagai partisipan dalam
proses pembelajaran.
b. Fungsi Motivasional. Artinya bahwa berbagai tanggapan/umpan balik dari siswa
berfungsi untuk menjadi informasi yang menyemangati guru agar bekerja lebih baik
lagi.
c. Fungsi Komunikasional. Artinya kegiatan menuliskan dan mengumpulkan umpan
balik dari siswa berfungsi untuk menjalin komunikasi antara siswa dengan guru.
Umpan balik menjadi saluran bagi siswa untuk mengungkapkan berbagai kesan,
pesan, pandangan, dan tanggapan dari berbagai aktivitas pembelajaran yang dikelola
oleh guru.
6. TES FORMATIF
Silakan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu kuasai. Pilihlah satu jawaban yang
Bapak/Ibu anggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi jawaban
yang Bapak/Ibu anggap benar.
1. Pengumpulan umpan balik pembelajaran menggunakan angket/kuisioner memiliki
beberapa kelebihan di antaranya dapat merekam pandangan siswa dengan lebih detil.
Namun angket memiliki kelemahan yaitu….
a. Tidak mampu merekam gambaran proses pembelajaran
b. Kurang dapat menjelaskan proses pembelajaran rinci
c. Lebih menitikberatkan pada konten pembelajaran
d. Dapat membuat malas siswa mengisi karena verbalistik
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur kendala apa yang akan dihadapi mahasiswa PPL
dalam mengumpulkan feedback dari siswa yang diampunya?
2. Hal apa yang idealnya menjadi dasar dalam pemilihan instrumen pengumpulan
feedback bagi siswa?
Petunjuk pengerjaan: Isilah tabel di bawah ini dengan beragam teknik pengumpulan feedback pembelajaran dari siswa dan perbandingan kekuatan dan
kelemahannya
1. PENDAHULUAN
Salah satu fungsi mengajar adalah mengantarkan siswa pada kesadaran adanya
hubungan antara pengalaman yang telah diperoleh dalam pembelajaran dengan makna dari
berbagai pengalaman yang telah diperoleh tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan
untuk menguatkan atau menghadirkan kesadaran hubungan pengalaman dan makna
tersebut yakni melalui kegiatan refleksi pembelajaran (Denton, 2009: 1). Refleksi
pembelajaran penting bagi siswa karena memiliki fungsi untuk melihat kembali berbagai
pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka pelajari, sebagai dasar untuk
peningkatan dan pendalamanbelajar. Refleksi dalam pembelajaran menjadi ruang yang
memberi kesempatan siswa untuk memutar ulang memori perjalanan pembelajaran yang
telah mereka lalui (Chang, 2019: 95). Chang juga mengutip pendapat Helyer yang melihat
bahwa melalui refleksi, siswa akan dapat memiliki keterampilan dalam menyadari bahwa
mereka sedang belajar dan membangun keterampilan secara berkelanjutan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dirumuskan pemahaman awal bahwa refleksi
pembelajaran merupakan bagian penting dari keseluruhan proses pembelajaran di kelas.
Dari pemahaman ini dosen/instruktur dapat memberikan pendampingan dan
pembimbingan kepada mahasiswa PPL PPG untuk senantiasa merencanakan dan
menyiapkan kegiatan refleksi pembelajaran di kelas dengan baik. Di dalam kegiatan
refleksi yang baik nantinya dapat diperoleh informasi yang akurat perihal ketercapaian
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Refleksi pembelajaran di kelas dapat dilakukan di bagian akhir pembelajaran,
umumnya dengan kegiatan diskusi atau tanya jawab antara siswa dengan guru. Refleksi
hendaknya dilakukan dengan terencana, sungguh-sungguh dengan situasi dan kondisi yang
tidak menempatkan siswa dalam tekanan. Artinya, refleksi pembelajaran bukan bagian
dari proses pembelajaran yang memaksa siswa harus menjawab atau mendeklarasikan
pencapaian belajarnya sehingga ia berada dalam posisi yang problematis, antara malu
dengan sesama teman atau takut dengan otoritas guru. Keterampilan guru dalam
berkomunikasi dan membangun suasana reflektif menjadi penting agar siswa yang belum
mencapai kemampuan atau keterampilan tertentu tidak merasa rendah diri, namun justru
menjadi termotivasi. Dengan demikian, dosen/instruktur dapat merintis keterampilan
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami konsep refleksi pembelajaran.
2. Memahami fungsi refleksi pembelajaran.
3. Memahami prinsip-prinsip refleksi pembelajaran.
4. Memahami jenis pendekatan refleksi pembelajaran.
5. Memahami pelaksanaan refleksi pembelajaran di kelas.
6. Menganalisis fungsi refleksi pembelajaran di kelas.
4. MATERI
1. Refleksi Pembelajaran
Konsep refleksi memiliki beberapa pengertian yang berbeda. Pengertian
pertama refleksi dapat berarti menempatkan sebuah proses pembelajaran untuk dilihat
dan disajikan kembali dalam diskusi dengan tujuan melihat sajian pembelajaran
tersebut secara lebih detail. Pengertian kedua, refleksi dapat bermakna sebagai
manfaat yang ditemukan dari tujuan tersirat sebuah penelitian. Pengertian ketiga,
refleksi dapat bermakna proses mental yang rumit untuk memikirkan solusi yang
belum pasti dari suatu masalah (Moon, 1999: 4). Berdasarkan tiga rumusan pendapat
di atas dapat dirajut pengertian bahwa refleksi merupakan sebuah kegiatan mengkaji
kembali berbagai tindakan yang telah dilakukan agar dapat melihat secara detil
berbagai masalah yang ada sehingga dapat dilakukan pemecahan masalah dan
perbaikan tindakan di masa yang akan datang.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 186
Refleksi sebagai sebuah proses berakar pada paradigma keilmuan interpretatif.
Refleksi mewujud dan berfungsi jika dipahami dan dilaksanakan, bukan ketika
dibutuhkan sebagai satu output kegiatan (McIntosh, 2010: 39-44). Oleh karena itu,
proses mengkaji di dalam refleksi bertujuan melihat berbagai tindakan yang
dilakukan, memahami tindakan tersebut dan membuat pemaknaan tindakan alam
kaitannya dengan masa lalu, saat ini, dan masa yang akan datang
Dalam mengkaji refleksi, beberapa ahli melihat bahwa refleksi merupakan
sebuah aktivitas yang memiliki kaitan dengan tugas-tugas profesional. Refleksi
menjadi aktivitas utama misalnya dalam keprofesian kesehatan (kedokteran),
keprofesian pendidikan, keprofesian hukum, hingga dalam keprofesian peneliti sosial
(Schon, 1983; Moon, 1999; McIntosh, 2010). Digunakannya refleksi dalam
keprofesian tersebut karena refleksi merupakan kegiatan yang dipandang menjadi
dasar utama meningkatkan kualitas praktik profesional dan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Dalam dunia keprofesian pendidikan, refleksi merupakan kegiatan yang
digunakan para pendidik (guru/dosen/widyaiswara) untuk meningkatkan kualitas
praktik pendidikan di institusi tempat mengabdi. Di lingkungan sekolah, para guru di
beberapa negara termasuk juga di Indonesia, sudah terbiasa melakukan aktivitas
refleksi yang biasanya disebut sebagai refleksi pembelajaran. Refleksi pembelajaran
yaitu kegiatan melihat kembali dan mengkaji kegiatan pembelajaran yang sudah
dilakukan, untuk menemukan berbagai kelebihan dan kelemahan diri dalam proses
pembelajaran sehingga dapat melakukan perbaikan pada pembelajaran berikutnya.
Refleksi pembelajaran umumnya dilakukan pada akhir tahapan pembelajaran.
Refleksi pembelajaran dilakukan bersama antara guru dan siswa. Jika dalam proses
pembelajaran menghadirkan observer misalnya kepala sekolah atau guru lain, maka
refleksi pembelajaran dapat dilakukan dengan melibatkan pihak-pihak tersebut.
Kegiatan refleksi dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan penting, yaitu:
a) Untuk mendapatkan gambaran mengenai pencapaian siswa dalam pembelajaran.
b) Untuk mendapatkan gambaran mengenai berbagai hal yang mendukung maupun
menghambat siswa dalam belajar.
c) Untuk menggali pendapat siswa mengenai minatnya terhadap pembelajaran.
d) Untuk melatih siswa berani melakukan evaluasi terhadap dirinya.
3. Prinsip-Prinsip Refleksi
Refleksi pembelajaran sebagai sebuah kegiatan yang menjadi bagian dari
kinerja profesional memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaannya. Merujuk pada
pemikiran Ghaye dan Ghaye (dalam McIntosh, 2010: 45-46) terdapat sepuluh prinsip
yang disarankan dapat digunakan sebagai dasar melaksanakan refleksi secara umum,
yaitu:
a) Peningkatan. Refleksi harus dipahami sebagai seperangkat makna, pernyataan,
cerita, dan sebagainya yang menghasilkan sebuah versi dari persitiwa
pembelajaran. Wacana reflektif tersebut harusnya menjadi jantung dari
peningkatan praktik.
b) Berbasis pengalaman. Refleksi dipicu dan dikembangan oleh pengalaman.
Merefleksikan sesuatu adalah cara mengungkapkan kembali pemikiran dan
perilaku seseorang dengan cara yang khusus.
c) Kelaziman. Refleksi berarti melihat kembali nilai-nilai yang diyakini selama ini
perihal pemahaman profesional dan praktik profesional. Refleksi bukanlah
melihat hal-hal yang tak lazim atau yang luar batas, refleksi jutru mendiskusikan
tentang kelaziman berbagai hal yang terjadi setiap hari. Dalam refleksi, berbagai
peran professional yang dijalani harus mempertimbangkan apa yang bisa
3) Menulis Surat
Refleksi setelah pembelajaran juga dapat dilakukan dengan aktivitas
membuat surat. Pada kegiatan ini guru terlebih dulu mengajak siswa
mengingat kembali beberapa kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 199
Selanjutnya guru meminta siswa membuat surat yang berisi berbagai kesan
dan pesan dari siswa kepada guru berkaitan dengan pembelajaran hari ini dan
yang diharapkan pada pembelajran yang akan datang. Moon (1999)
menawarkan bentuk kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan menulis
surat untuk refleksi setelah pembelajaran yaitu:
a) Guru membagikan secarik kertas kepada siswa sebagai instrumen refleksi
(surat/diary);
b) Siswa menuliskan identitasnya (nama, nomor induk siswa, dan kelas);
c) Siswa mengawali dengan menuliskan ucapan terima kasih dan
penghargaan terhadap perjuangan dan usaha guru dalam mengajar
mereka;
d) Siswa menuangkan kesan-kesan yang dirasakan selama mengikuti
pembelajaran dalam rangkaian kata yang singkat, jelas, dan padat dengan
penuh kejujuran dan keterbukaan;
e) Siswa menuangkan pesan-pesan positif kepada gurunya;
f) Siswa mengutarakan harapan, keinginan, dan kebutuhan baik yang telah
tercapai atau belum selama proses pembelajaran;
g) Siswa menambahkan catatan privasi di bagian penutup agar guru dapat
mengetahui apakah hasil refleksi tersebut boleh dipublikasikan atau tidak;
h) Siswa mengumpulkan instrumen refleksi;
i) Guru membaca hasil refleksi, melakukan evaluasi, menindaklanjuti, dan
melaksanakan refleksi tahap berikutnya
5. RANGKUMAN
Refleksi merupakan sebuah kegiatan mengkaji kembali berbagai tindakan yang
telah dilakukan agar dapat melihat secara detil berbagai masalah yang ada sehingga dapat
dilakukan pemecahan masalah dan perbaikan tindakan di masa yang akan datang. Refleksi
pembelajaran memiliki manfaat penting untuk siswa maupun untuk guru. Manfaat tersebut
yaitu: (1) Bagi siswa, kegiatan refleksi bermanfaat menyalurkan ide, gagasan, dan
pendapat, kepada guru dan memberikan kesan atas proses pembelajaran yang baru saja
dialami; (2) Bagi guru, kegiatan refleksi bermanfaat sebagai sarana mengamati kelas untuk
memetakan dan memahami karakter dan daya saing peserta didik sehingga memudahkan
pada saat membagi kelompok, menetapkan keluasan dan kedalaman materi, memodifikasi
pembelajaran, dan melakukan evaluasi pembelajaran.
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 201
Merujuk pada pemikiran Ghaye dan Ghaye (dalam McIntosh, 2010: 45-46)
terdapat sepuluh prinsip yang disarankan dapat digunakan sebagai dasar melaksanakan
refleksi secara umum, yaitu: (1) Peningkatan, (2) Berbasis pengalaman, (3) Kelaziman, (4)
Menjelaskan, (5) Mempertimbangkan, (6) Kepentingan/urgensi, (7) Berpikir Kritis, (8)
Berpikir Simbolik, (9) Keterhubungan, dan (10) Eklektik/Memilih. Dalam konteks
kegiatan pembelajaran, refleksi pembelajaran sebaiknya dilakukan dengan memperhatikan
prinsip yaitu: (1) Berorientasi, (2) Peningkatan kualitas, (3) Kebebasan/Kemerdekaan, (5)
Kritis, (6) Jujur, (7) Menyeluruh, dan (8) Berkelanjutan.
Dalam perkembangan praktik profesional di beberapa bidang, termasuk dalam
bidang pendidikan, berkembang dua jenis pendekatan untuk melakukan proses refleksi,
yaitu: (1) refleksi in action (pada saat tindakan berlangsung), dan (2) refleksi on action
setelah tindakan selesai dilakukan. Dua jenis pendekatan ini berbasis pada Donald Schon
(1983) pada saat menganalisis cara berpikir seorang profesional.
6. TES FORMATIF
Silahkan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu dosen/instruktur kuasai. Pilihlah satu
jawaban yang Bapak/Ibu dosen/instruktur anggap paling tepat dengan memberikan tanda
lingkaran (O) pada opsi jawaban yang dianggap benar.
1. Kegiatan refleksi dalam pembelajaran memiliki beberapa tujuan penting seperti di
bawah ini. Tujuan yang tidak sesuai dengan kegiatan refleksi adalah….
a. untuk mendapatkan gambaran mengenai pencapaian siswa dalam pembelajaran
b. untuk mempengaruhi siswa agar mengakui kesalahannya
c. untuk menggali pendapat siswa mengenai minatnya terhadap pembelajaran
d. untuk melatih siswa berani melakukan evaluasi terhadap dirinya
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur faktor apa saja yang menjadi kendala mahasiswa
PPL dalam mengembangkan keterampilan merefleksi pembelajaran?
2. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur model refleksi pembeljaran yang mana (in acton
atau on action) yang lebih mudah dilakukan mahasiswa PPL? Mengapa?
Petunjuk pengerjaan: Isilah tabel di bawah ini untuk membandingkan kelebihan dan kekurangan refleksi saat pembelajran (reflect in action) ddengan
refleksi setelah pembelajran (reflect on action).
2 Reflect on action
1. PENDAHULUAN
Dalam konstruksi teoritis dan praktis kegiatan refleksi pembelajaran, terutama
refleksi setelah pembelajaran (on action) dimungkinkan untuk dapat melibatkan pihak
eksternal di luar entitas pembelajaran. Konsep demikian ini bersesuaian dengan konsep
pembelajaran lessons study dengan konstruksi langkah dasarnya plan, do, dan see. Dalam
program PPL PPG ini kegiatan refleksi bersama tersebut juga menjadi bagian penting dari
keseluruhan kegiatan praktik mengajar. Kegiatan refleksi bersama untuk mengevaluasi
proses pembelajaran ini juga bersesuaian dengan konsep yang dikembangkan oleh
Michigan State University yang meyebutnya sebagai Konferensi.
Konferensi merupakan kegiatan bertemunya mahasiswa PPL dengan guru pamong
dan dosen pembimbing lapangan secara bersama-sama untuk mendiskusikan kemajuan
mahasiswa yang dicapai dalam kegiatan PPL. Pada pertemuan tersebut dibahas mengenai
capaian mahasiswa dan berbagai masalah yang dihadapi dalam mahasiswa dalam PPL.
Dosen pendamping dan guru pamong dapat melakukan konfirmasi, memberikan saran,
serta solusi permasalahan yang dihadapi mahasiswa (USAID, 2016: 19).
Kegiatan konferensi tersebut dapat diadopsi dalam PPL PPG ini dalam bentuk
refleksi bersama setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, yang melibatkan mahasiswa
PPL PPG bersama dengan guru pamong dan dosen/instruktur pembimbing. Dalam
kegiatan refleksi bersama ini mahasiswa diminta berperan aktif untuk merefleksi
pembelajaran yang sudah dilakukan. Hal ini dapat diawali dengan membangun pertanyaan
reflektif mengenai apa yang sudah terlaksana, hal apa saja yang dirasa mudah dilakukan,
hal apa saja yang terasa sulit dilakukan, performa terbaik pada bagian mana, dan performa
paling rendah pada bagian mana. Selanjutnya dapat didiskusikan perihal faktor yang
mendukung dan menghambat proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Dalam refleksi bersama ini mahasiswa dapat dibimbing untuk membangun refleksi
berdasarkan kesadaran dan kejujuran. Perlu dijelaskan di awal proses refleksi bahwa
kegiatan ini bertujuan menemukan berbagai kelebihan dan kekurangan mahasiswa dalam
mengajar. Kelebihan dalam mengajar tentu dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan.
Di dalam refleksi dapat muncul kritik dan saran dari dosen/instruktur maupun guru
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami fungsi refleksi bersama antara mahasiswa, instruktur dan guru pamong
dalam kegiatan PPL PPG;
2. Memahami langkah-langkah refleksi pembelajaran bersama dalam PPL PPG.
3. Menganalisis langkah-langkah refleksi pembelajaran bersama dosen/instruktur dan guru
pamong.
4. MATERI
1. Refleksi Bersama dalam Kegiatan PPL PPG
Kegiatan refleksi pembelajaran dalam sejarahnya berakar dari usaha John
Dewey (1933, 1938) yang membiasakan refleksi sebagai aktivitas penting dari
pengalaman pengajaran. Kegiatan refleksi didasarkan pada pemikiran reflektif, yang
menurut pandangan Dewey pemikiran tersebut akan memandu seorang guru untuk
bertindak secara terencana dan intensif, dan bukan bertindak responsif, spontan, tanpa
rencana (Shandomo, 2010). Dengan demikian, guru yang membiasakan berpikir
reflektif adalah guru yang selalu berusaha bertindak dengan terencana dan intensif.
Tindakan yang terencana dan intensif ini merupakan wujud dari profesionalitas.
Berdasarkan pandangan di atas, refleksi bersama dalam kegiatan PPL PPG ini
adalah usaha untuk membimbing mahasiswa PPL merintis usaha menjadi guru yang
profesional. Ciri guru profesional salah satunya adalah mengembangkan
keprofesiannya secara berkelanjutan. Refleksi merupakan dasar untuk
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 206
mengembangkan keprofesian guru tersebut. Dengan demikian pembiasaan melakukan
refleksi dalam pembelajaran akan membentuk budaya profesional dalam diri
mahasiswa, sehingga kelak pada saat menjadi guru budaya reflektif tersebut telah
terbentuk. Selain itu refleksi bersama ini menjadi bentuk tanggung jawab profesional
guru pembimbing dan dosen/instrukur dalam proses penyiapan guru. Oleh karena itu
kegiatan refleksi bersama idealnya dilakukan secara berkala dan intensif pada saat
PPL agar agar kualitas proses dan hasil PPG dapat tercapai dengan optimal.
5. RANGKUMAN
Dalam program PPL PPG ini kegiatan refleksi bersama tersebut juga menjadi
bagian penting dari keseluruhan kegiatan praktik mengajar. Kegiatan refleksi bersama
untuk mengevaluasi proses pembelajaran ini juga bersesuaian dengan konsep yang
dikembangkan oleh Michigan State University yang meyebutnya sebagai Konferensi.
Konferensi merupakan kegiatan bertemunya mahasiswa PPL dengan guru pamong dan
dosen pembimbing lapangan secara bersama-sama untuk mendiskusikan kemajuan
mahasiswa yang dicapai dalam kegiatan PPL. Kegiatan refleksi pembelajaran dalam
sejarahnya berakar dari usaha John Dewey (1933, 1938) yang membiasakan refleksi
sebagai aspek penting dari pengalaman pembelajaran. Kegiatan refleksi didasarkan pada
pemikiran reflektif, yang menurut pandangan Dewey pemikiran tersebut akan memandu
seorang guru untuk bertindak secara terencana dan intensif dan bukan bertindak responsif
dan tanpa rencana (Shandomo, 2010).
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 210
Berdasarakan pandangan di atas maka refleksi bersama dalam pembelajaran
sebagaimana yang dilakukan dalam kegiatan PPL PPG memiliki beberapa fungsi, antara
lain: (1) Fungsi Evaluasi, (2) Fungsi Pengendalian dan (3) Fungsi Peningkatan. Langkah-
langkah melakukan refleksi bersama yang dapat dilakukan yaitu:
a) Langkah 1: Dosen/instruktur menjadi pemimpin jalannya refleksi pembelajaran
bersama.
b) Langkah 2: Dosen/instruktur meminta pandangan dari guru mengenai berbagai aspek
kelebihan dan kekurangan serta capaian kemampuan yang telah dipaparkan oleh
mahasiswa.
c) Langkah 3: Berdasarkan penilaian diri (self assesment) mahasiswa dan pandangan
dari guru pamong, dosen/instruktur membuat penegasan dan penguatan perihal aspek
kemampuan yang belum dikuasai dan yang sudah dikuasai oleh mahasiswa PPL.
d) Langkah 4: Dosen/instruktur, guru pamong, dan mahasiswa PPL bersama-sama
menyepakati aspek yang menjadi kelebihan dan kekurangan dari mahasiswa pada
pembelajaran yang lalu.
e) Langkah 5: Dosen/instruktur dan guru pamong dapat menawarkan alternatif
dukungan atau tindakan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki kekurangan dalam
diri mahasiswa agar pembelajaran ke depan lebih baik.
6. TES FORMATIF
Silahkan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat Bapak/Ibu dosen/instruktur kuasai. Pilihlah satu
jawaban yang dianggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi
jawaban tersebut.
1. Refleksi bersama dapat menjadi sarana untuk melihat tingkat pencapaian mahasiswa
dalam kegiatan PPL. Tingkat pencapaian mahasiswa dapat dilihat berdasarkan….
a. Hasil observasi guru dan dosen/instruktur
b. Self asesemen mahasiswa dan hasil observasi dosen/instruktur
c. Self asesemen mahasiswa dan hasil observasi guru
d. Self asesemen mahasiswa dan hasil observasi guru dan dosen/instruktur
2. Refleksi bersama dapat menjadi sarana untuk mengontrol kualitas kinerja mahasiswa
PPL sejak awal. Kontrol atas kualitas mahasiswa diperlukan untuk….
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 211
a. Memastikan kesamaan kompetensi
b. Memastikan variasi kompetensi
c. Memastikan tingkat kompetensi
d. Memastikan standar kompetensi
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur faktor apa saja yang menjadi kendala dalam
pelaksanaan refleksi bersama?
2. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur manfaat baik apa yang diperoleh mahasiswa,
guru pamong dan dosen dalam kegiatan refleksi bersama ini?
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 212
LK.7.1 Pemetaan aktivitas mahasisiwa, guru, dan dosen/instruktur dalam refleksi bersama
Nama Dosen/Instruktur Anggota Kelompok 1. …
2. …
3. …
4. …dst
Petunjuk pengerjaan: Isilah tabel di bawah ini untuk memetakan aktivitas mahasiswa PPL, Dosen Instruktur, dan guru pamong dalam kegiatan refleksi
bersama.
No Langkah Kegiatan Aktivitas yang dilakukan Aktivitas yang dilakukan Aktivitas yang dilakukan
Mahasiswa Guru Pamong Dosen/Instruktur
1 Langkah 1
2 Langkah 2
3 Langkah 3
4 Dst…..
1. PENDAHULUAN
Sebagaimana dibahas dalam kegiatan belajar sebelumnya, refleksi pembelajaran
merupakan kegiatan memikirkan kembali berbagai tindakan yang telah dilaksanakan
dalam kegiatan pembelajaran, untuk menemukan kelebihan dan kelemahan sebagi dasar
membuat perbaikan pada pembelajaran selanjutnya. Refleksi dapat dilakukan pada saat
pembelajaran (reflect in action) maupun setelah pembelajaran (reflect on action). Sebagai
bagian akhir dari kegiatan refleksi pembelajaran adalah menulis jurnal reflektif atau yang
biasa dikenal dengan jurnal refleksi guru atau jurnal refleksi pembelajaran.
Jurnal refleksi guru berisi tanggapan kritis guru terhadap pembelajaran yang ia
lakukan sendiri. Jurnal tersebut bukan jurnal agenda pembelajaran namun sebuah tulisan
yang dialogis antara guru dengan dirinya sendiri perihal berbagai persitiwa yang dialami
dalam pembelajaran. Di dalam jurnal tersebut penting juga dimasukkan hasil pemikiran
bersama dan diskusi dengan siswa di akhir proses pembelajaran. Dapat juga dimasukkan
wawasan atau tanggapan dari pihak lain yang dilibatkan dalam refleksi bersama. Jadi
jurnal refleksi guru adalah semacam ‘buku diary’ guru yang di dalamnya guru berani
untuk mengungkapkan kejujuran dari dirinya sendiri, ditulis oleh dirinya sendiri, dan
untuk perbaikan dirinya sendiri dalam rangka peningkatan kualitas hasil praktik
pembelajaran. Oleh karena itu di dalamnya guru harus berani menuliskan dengan jujur
mengenai kelemahan dan kelebihan pembelajaran yang ia kelola, mengevaluasi seluruh
proses pembelajaran dengan pemikiran kritis, memikiran alternatif perbaikan, menentukan
alternatif perbaikan, dan merencanakan perbaikan.
Dengan melihat pentingnya jurnal refleksi guru, maka dalam kegiatan PPL PPG,
Bapak/Ibu dosen/instruktur diminta untuk dapat membimbing mahasiswa PPL menulis
jurnal refleksi. Dengan pembiasaan jurnal refleksi, mahasiswa PPL PPG diharapkan
memiliki keterampilan untuk mengkaji dan mendokumentasikan peristiwa pembelajaran
yang dilaksanakannya sendiri. Produk jurnal tersebut nantinya selain dapat bermanfaat
bagi diri guru sendiri, juga bermanfaat sebagai sarana berbagai pengalaman dan
pengetahuan kepada guru lain. Oleh karena itu penulisan jurnal reflektif di sajikan dalam
bagian tersendiri pada modul PPL Instruktur ini.
3. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami fungsi jurnal refleksi pembelajaran.
2. Memahami prinsip-prinsip jurnal refleksi pembelajaran.
3. Memahami strategi menyusun jurnal refleksi pembelajaran.
4. Menganalisis langkah-langkah menyusun jurnal refleksi pembelajaran.
4. MATERI
1. Fungsi Jurnal Refleksi
Refleksi bersama yang dilakukan oleh mahasiswa PPL bersama guru pamong
dan dosen/instruktur merupakan kegiatan refleksi pembelajaran yang dilaksanakan
secara berkala, dalam waktu yang ditentukan dan disepakati. Di luar kegiatan refleksi
bersama ini, mahasiswa PPL dapat menyusun jurnal reflektif atas pembelajaran yang
dilakukan, yang disusun secara mandiri. Bapak/Ibu dosen/instruktur dapat meminta
kepada mahasiswa untuk secara teratur menuliskan pemikiran reflektif mahasiswa
atas berbagai aktivitas pembelajaran yang sudah dilakukan.
Jurnal refleksi hendaknya disusun secara teratur oleh mahasiswa pada saat
setelah mengampu pembelajaran. Untuk meminimalisir kealpaan dalam mengingat,
maka penyusunan jurnal reflektif idealnya dilakukan tidak lebih dari satu hari setelah
mengampu kelas. Dengan langkah ini maka berbagai hal yang terjadi selama proses
pembelajaran masih dapat diingat oleh mahasiswa PPL. Langkah lain untuk
meminimalisir agar tidak banyak lupa terhadap berbagai peristiwa penting selama
pembelajaran, maka mahasiswa dapat diminta membuat catatan-catatan kecil
mengenai hal-hal penting, unik, dan menarik, bersamaan dengan saat ia mengampu
kelas. Oleh karena kesibukan mengampu kelas, maka catatan-catatan ini tidak harus
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 215
berbentuk catatan yang lengkap, namun dapat berupa kata kunci yang nantinya
mempermudah mengingat kembali peristiwa pada saat menysusun jurnal reflektif.
Berbeda dengan refleksi bersama, di dalam jurnal refleksi pembelajaran ini
mahasiswa secara mandiri dapat mencurahkan atau menuliskan realitas pembelajaran
dalam kerangka konseptual keilmuan yang dimiliki atau dipahaminya. Pada saat
menempuh pendidikan perkuliahan di strata S1, mahasiswa PPG sudah mempelajari
berbagai konsep dan teori yang berkaitan dengan dunia pendidikan. Jadi di dalam
kegiatan menulis jurnal dalam PPL inilah mahasiswa diaharapkan dapat menggunakan
berbagai konsep dan teori tersebut untuk memaknai realitas yang ditemui selama
praktik pembelajaran. Pemaknaan ini dipandang penting untuk dapat mengantarkan
mahasiswa PPL pada kesadaran bahwa menjadi guru adalah sebuah proses yang tidak
mudah, oleh karena itu profesi guru bukanlah profesi yang setiap orang mampu
melakukannya.
Jurnal refleksi guru merupakan catatan kritis pelaksanaan pembelajaran yang
ditulis oleh guru sendiri. Disebut dengan refleksi karena ada proses merenung,
bercermin pada diri sendiri, dan mengkaji diri sendiri, khususnya dalam hal tindakan
pembelajaran yang sudah dilakukan. Jurnal refleksi adalah sarana bagi guru untuk
merefleksikan pembelajaran dan pengalaman belajar mereka dengan berbagai cara.
Jurnal refleksi memiliki fungsi antara lain:
a. Untuk mencatat perkembangan pembelajaran mencakup gagasan dan wawasan
guru dan siswa dalam hal manajemen kelas, konsep, gagasan, pengalaman belajar
dan materi. Catatan di sini tidak sekedar deskripsi dari berbagai unsur kegiatan
pembelajaran, namun di dalamnya ada tanggapan kritis berbasis keilmuan dan
pengalaman guru.
b. Untuk merenungkan konten subjek dan pengalaman pribadi sebagai sarana untuk
meningkatkan pemahaman diri dan pemahaman karakter siswa. Jurnal refleksi
dapat menjadi sarana untuk menilai diri, perihal kelamahan dan kelebihan diri,
serta berguna memahami karakter siswa dan berbagai harapan siswa yang
diampunya.
c. Untuk menganalisis proses pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas
pembelajaran, pencapaian hasil belajar, dan untuk pengembangan diri guru.
WHAT?
WHAT SO
NEXT? WHAT?
Gambar. 8.1. Skema model refleksi tindakan Terry Borton diadaptasi dari Gary Rolfe (2001)
(Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Reflective_practice)
Concrete Experience
Active Reflective
Expperimentation Observation
Abstract
Conceptualization
5. RANGKUMAN
Jurnal Refleksi Guru berisi tentang tanggapan kritis guru terhadap pembelajaran
yang ia lakukan sendiri. Jurnal tersebut bukan jurnal agenda pembelajaran namun sebuah
tulisan yang dialogis antara guru dengan dirinya sendiri perihal berbagai peristiwa yang
dialami dalam pembelajaran. Jurnal refleksi memiliki fungsi antara lain: (1) Untuk
mencatat perkembangan pembelajaran mencakup gagasan dan wawasan guru dan siswa
dalam hal manajemen kelas, konsep, gagasan, pengalaman belajar dan materi, (2) Untuk
merenungkan konten subjek dan pengalaman pribadi sebagai sarana untuk meningkatkan
UNIT 2 – PEMBIMBINGAN PPL 226
pemahaman diri dan pemahaman karakter siswa, dan (3) Untuk menganalisis proses
pembelajaran dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran, pencapaian hasil belajar,
dan untuk pengembangan diri guru.
Agar dapat tersusun jurnal yang ideal, maka penulisan jurnal refleksi guru dapat
berlandaskan pada beberapa prinsip yaitu: (1) Runtut, (2) Rinci, (3) Jujur Kritis, dan (4)
Visioner. Strategi yang dapat dilakukukan untuk membangun tulisan jurnal refleksi dapat
berbasis pada model refleksi tindakan yang telah dikembangkan beberapa ahli di
antaranya: (1) Model Terry Borton (1970), (2) Model Kolb dan Fry (1975), (3) Model
Graham Gibbs 1988, (4) Model Atkins dan Murphy (1994).
6. TES FORMATIF
Silahkan kerjakan soal di bawah ini untuk mengevaluasi diri apakah materi yang
diuraikan dan dipelajari sudah dapat dikuasai Bapak/Ibu dosen/instruktur. Pilihlah satu
jawaban yang dianggap paling tepat dengan memberikan tanda lingkaran (O) pada opsi
jawaban yang ada.
1. Penulisan jurnal refleksi guru hendaknya memiliki tujuan ke masa depan yang jelas.
Hal tersebut merupakan penjelasan dari salah satu prinsip penulisan jurnal refleksi
yaitu visioner, yang dalam impelementasinya harus….
a. Memperbaiki atau meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran
b. Menceritakan apa adanya sesuai yang terjadi dan yang dialami
c. Mendesain angan dan harapan pembelajaran di masa yang akan datang
d. Menjelaskan dalam urutan logis dan bertahap sesuai peristiwa yang terjadi
2. Tahap What dalam konstruksi refleksi Terry Borton merupakan tahapan yang di
dalamnya berisi kegiatan….
a. Menceritakan apa yang terjadi dalam pembelajaran
b. Merenungkan mengapa terjadi masalah dalam pembelajaran
c. Memikirkan aletrnatif perbaikan pembelajaran
d. Menjelaskan rancangan perbaikan pembelajaran
7. REFLEKSI
1. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur faktor apa saja yang menjadi kendala mahasiswa
PPL dalam menyusun jurnal refleksi pembelajaran?
2. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur model refleksi yang manakah paling mudah
diterapkan dalam memandu penulisan jurnal refleksi? Mengapa?
3. Menurut Bapak/Ibu dosen/instruktur model refleksi yang manakah paling rumit
diterapkan dalam memandu penulisan jurnal refleksi? Mengapa?
Petunjuk pengerjaan: Isilah tabel di bawah ini untuk memetakan langkah-langkah model refleksi.
No Model Refleksi Urutan Langkah-langkah Refleksi Struktur isi tulisan jurnal refleksi
1 Model Terry Borton 1. What?: yaitu…. 1. Deskripsi proses pembelajaran
(contoh) 2. So What?: artinya… 2. Refleksi/pemikiran kritis terhadap proses
3. What Next?: artinya adalah… pembelajaran
3. Perencanaan perbaikan ke depan
1. Referensi Pustaka
Adair, John. 2007. Develop Your Leadership Skills. London and Philadelphia: Kogan
Page.
Ferguson. 2009. Career Skills Library Leadership Skills.Third Edition. New York:
Ferguson Publishing.
Hamza, Ibrahim M., Daw, Abdulsalam., Faryadi Qais. 2013. “Using Multimedia
Instructional Design to Teach the Holy-Quran: A Critical Review”.
International Journal of Humanities and Social Science, 3, 37-43.
Jarvis, Peter (ed.). 2002. The Theory and Practice of Teaching Second (edition)
London & New York: Routledge Taylor & Francis Group.
McIntosh, Paul. 2010. Action Research and Reflective Practice, Creative and visual
methods to facilitate reflection and learning. London and New York:
Rutledge.
Sadiman, A., Rahardjo, Haryono, & Rahardjito (2006). Media Pendidikan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian
pada Kurikulum 2013.
2. Referensi Pustaka
1) https://infed.org/mobi/what-is-teaching/
2) https://www.slideshare.net/sunitaawandkar/microteaching-explanation-skill
3) https://www.slideshare.net/moyusuf/skills-in-explaining
4) https://positivepsychology.com/positive-reinforcement-classroom/
5) Teach Your Best - A Handbook for University Lecturers (DES, 387 p.)
http://www.nzdl.org/gsdlmod?e=d-00000-00---off-0cdl--00-0----0-10-0---0---
0direct-10---4-------0-1l--11-en-50---20-about---00-0-1-00-0--4----0-0-11-10-
0utfZz-8-00&cl=CL1.117&d=HASH01bacd4b975a0db4bc878ddf.9.2.2>=1
6) https://www.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/07/13/pbtcj0409-
cerita-rosida-mengapa-lalu-zohri-bisa-jadi-juara-dunia
7) https://www.teras.id/sport/pat-2/79829/cerita-guru-rosida-menemukan-bakat-
lari-lalu-muhammad-zohri
8) https://ayahalby.files.wordpress.com/2018/10/4_unit-vi-1_prota-prosem-dan-
pemetaan-kd_9-jan-2018.pdf
9) https://www.padamu.net/usaha-kesehatan-sekolah-uks
10) http://digilib.unila.ac.id/1694/8/BAB%20II.pdf
11) http://repo.iain-tulungagung.ac.id/3576/6/BAB%20V.pdf
12) https://www.inirumahpintar.com/2016/10/pengertian-tujuan-manfaat-refleksi-
dalam-pembelajaran.html