i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Embriologi dengan materi
“Proses Pembentukan Spora Dan Gametogenesis Pada Tumbuhan Tingkat
Rendah”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putri Emlia Yuriza, M.Pd
sebagai dosen mata kuliah Embriologi yang telah menjadi pembimbing dalam
penyelesaian makalah. Tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan makalah ini,
sehingga dengan adanya bimbingan dan pengarahan tersebut makalah dapat
penulis selesaikan dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin dalam pembuatan dan penyusunannya, tetapi penulis menyadari,
makalah ini jauh dari kesempurnaan sebab kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, namun selaku manusia penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan sekali
demi kebaikan dalam pembuatan makalah dan penulisannya untuk masa yang
akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat mempelajari hal-hal penting yang ada dalam isi makalah.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan maupun hewan terdiri atas jumlah individu yang sangat banyak
ditambah ke dalam jenis terdapat variasi yang meliputi perbedaan ukuran, bentuk
takson sangat penting karena tanpa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem
Meskipun sebagian ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun
namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak memiliki bunga dan
dalam tubuh dilakukan dengan cara difusi. Termasuk kelompok tumbuhan tingkat
rendah diantaranya ciri-ciri tumbuhan tingkat rendah memiliki ciri khas tumbuhan
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan spora dan gametagenesis pada tumbuhan
lumut?
2. Bagaimana proses pembentukan spora dan gametagenesis pada tumbuhan
paku?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan spora dan gametagenesis pada
tumbuhan tingkat rendah.
2. Bagaimana proses pembentukan spora dan gametagenesis pada tumbuhan
paku?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
multiseluler dan telah berdiferensiasi, eukariotik, dan dinding selnya mempunyai
selulosa. Organisme yang termasuk kedalam plantae ini hampir seluruhnya
bersifat autotrof (membuat makanan sendiri) dengan bantuan cahaya matahari saat
proses fotosintesis.
Siklus hidup tumbuhan lumut bersifat metagenesis, karena bergantian
antara reproduksi seksual dan aseksual. Awalnya sporofit menghasilkan spora
yang akan menjadi protonema, dari protonema inilah gametofit terbentuk.
Generasi gametofit ini punya satu sel kromosom yang disebut dengan haploid (n)
dan gametofit ini menghasilkan gametangium (organ reproduksi) yang disebut
dengan anteredium pada jantan dan arkegonium pada betina. Gametangium
dilindungi oleh daun khusus (bract).
Briophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit
dan sporofit. Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari.
Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Fase
sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan menghasilkan spora.
Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase
sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh
(pteridophyta dan spermatophyta) yang memiliki fase sporofit lebih dominan
dibandingkan dengan fase gametofit.
Briophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual secara
bergantian (metagenesis). Reproduksi secara aseksual (sporofit) terjadi melalui
pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari sporangium (kotak spora). Spora
yang dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini kemudian akan tumbuh
menjadi protonema.
Adapun reproduksi secara seksual (gametofit) pada Briophyta, yaitu
dengan cara penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur
dan gamet jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma. Sperma bergerak
menuju sel telur di arkegonia dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan
sperma menyebabkan terjadinya fertiliasi yang menghasilkan zigot. Zigot
membelah secara mitosis membentuk sporogonium. sporogonium terus
berkembang menjadi sporofit yang diploid (2n).
4
Gambar 05. Daur hidup lumut.
Keterangan gambar:
1. Spora akan berkecambah melalui pembelahan mitosis, membentuk
protonema kecil, berwarna hijau seperti benang yang menyerupai alga hijau
2. Protonema haploid itu terus tumbuh dan berdiferensiasi (buds= gametofit
yang berkembang), dan akhirya membentuk gametofit yang dewasa secara
seksual.
3. Sperma berenang melalui lapisan tipis yang lembab sampai ke arkegonium
dan membuahi telur
4. Zigot (diploid) akan membelah secara mitosis dan berkembang menjadi
sporofit embrionik di dalam arkegonium
5
5. Sporofit menumbuhkan batang panjang (seta) yang muncul dari
arkegonium, akan tetapi dasar sporofit itu tetap menempel pada gametofit
betina
6. Menancap dengan kakinya, nutrisis sporofit tetap bergantung pada
gametofit
7. Pada ujung batang terdapat sporangium, yaitu kapsul tempat pembelahan
meiosis terjadi dan spora haploid berkembang. Ketika penutup sporangium
membuka, spora akan menyebar.
6
Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora jantan dan betina yang
sama ukurannya, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).
7
4. Zigot berkembang menjadi sporofit baru, dan tumbuhan muda itu
tumbuh keluar dari arkegonium induknya, yaitu gametofit.
5. Bintik-bintik pada permukaan bawah daun reproduktif (sporofil)
disebut sori (tunggal, sorus). Setiap sorus adalah kumpulan sporangia.
Sporangia melepaskan spora, yang akan menjadi gametofit.
8
Spermatozoid dan sel telur yang bertemu kemudian membentuk zigot yang
diploid.
Spora tersebut yang kemudian akan menjadi sel spora indukan pada fase
gametofit selanjutnya (prosesnya berulang kembali).
9
Sama halnya dengan metagenesis paku homospora, sel telur dan
spermatozoid yang bertemu akan membentuk zigot yang diploid.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
11
Zigot berkembang menjadi sporofit baru, dan tumbuhan muda itu
tumbuh keluar dari arkegonium induknya, yaitu gametofit.
Bintik-bintik pada permukaan bawah daun reproduktif (sporofil)
disebut sori (tunggal, sorus). Setiap sorus adalah kumpulan sporangia.
Sporangia melepaskan spora, yang akan menjadi gametofit.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan, hendaknya makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca dan makalah ini
bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca.
12
DAFTAR PUSTAKA
13