Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EMBRIOLOGI

“PEMBENTUKAN SPORA DAN GAMETOGENESIS PADA


TUMBUHAN TINGKAT RENDAH”

Dosen Pengampu : Putri Emilia Yuriza, M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 7

Rena Tri Andini (1811060344)


Tri Padzila Ulya (1811060203)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan pembuatan
makalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Embriologi dengan materi
“Proses Pembentukan Spora Dan Gametogenesis Pada Tumbuhan Tingkat
Rendah”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Putri Emlia Yuriza, M.Pd
sebagai dosen mata kuliah Embriologi yang telah menjadi pembimbing dalam
penyelesaian makalah. Tidak lupa pula kepada semua pihak yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dalam rangka menyelesaikan makalah ini,
sehingga dengan adanya bimbingan dan pengarahan tersebut makalah dapat
penulis selesaikan dengan baik.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sudah berusaha semaksimal
mungkin dalam pembuatan dan penyusunannya, tetapi penulis menyadari,
makalah ini jauh dari kesempurnaan sebab kesempurnaan hanya milik Allah
SWT, namun selaku manusia penulis menginginkan yang terbaik. Karena itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan sekali
demi kebaikan dalam pembuatan makalah dan penulisannya untuk masa yang
akan datang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat mempelajari hal-hal penting yang ada dalam isi makalah.

Bandar Lampung, 22 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuhan maupun hewan terdiri atas jumlah individu yang sangat banyak

sehingga terbentuk berbagai macam jenisnya. Terdapat perbedaan-perbedaan

sehingga keseluruhan tampak adanya keanekaragaman yang cukup besar,

ditambah ke dalam jenis terdapat variasi yang meliputi perbedaan ukuran, bentuk

tubuh, pola awarna, jenis kelamin. Setiap keanekaragaman tumbuhan, tingkat

takson sangat penting karena tanpa adanya tingkatan takson, maka manfaat sistem

klasifikasi tidak diperoleh.

Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang

berstruktur tubuh dan perkembangan organ tubuhnya masih sangat sederhana.

Meskipun sebagian ada yang memiliki organ seperti batang, akar, dan daun

namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan yang tidak memiliki bunga dan

jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati. Tumbuhan tersebut tidak

memiliki bunga dan jaringan pembuluh angkut sehingga penyaluran materi di

dalam tubuh dilakukan dengan cara difusi. Termasuk kelompok tumbuhan tingkat

rendah diantaranya ciri-ciri tumbuhan tingkat rendah memiliki ciri khas tumbuhan

tingkat rendah yaitu tumbuhan belah (schizophyta), tumbuhan talus (thallophyta),

tumbuhan lumut (bryophta), serta tumbuhan paku (pteridophyta) sesuai dengan

tumbuhan belah merupakan tumbuhan yang berkembang biak dengan cara

membelah diri dan merupakan tumbuhan bersel satu.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses pembentukan spora dan gametagenesis pada tumbuhan
lumut?
2. Bagaimana proses pembentukan spora dan gametagenesis pada tumbuhan
paku?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pembentukan spora dan gametagenesis pada
tumbuhan tingkat rendah.
2. Bagaimana proses pembentukan spora dan gametagenesis pada tumbuhan
paku?

2
BAB II
PEMBAHASAN

Tumbuhan tingkat rendah merupakan kelompok tumbuhan yang struktur


tubuhnya sederhana. Sebagian tumbuhan tingkat rendah ada yang memiliki organ
seperti batang, akar, dan daun namun bukan merupakan organ sejati. Tumbuhan
yang tidak memiliki bunga dan jaringan pembuluh bukan termasuk organ sejati.
Siklus hidup semua tumbuhan darat bergantian antara dua generasi
organisme multisel yang berbeda: gametophytes dan sporofit. Gametofit haploid
multiseluler ("gamet-memproduksi tumbuhan") adalah nama untuk produksi
dengan mitosis dari haploid gamet-telur dan sperma-yang sekering selama
pembuahan, membentuk zigot diploid. Pembelahan mitosis zigot menghasilkan
sporophyte diploid multiseluler ("spora-memproduksi tumbuhan"). Meiosis dalam
sporophyte yang matang menghasilkan spora haploid, sel-sel reproduksi yang
dapat berkembang menjadi organisme haploid baru tanpa sekering dengan sel lain.
Pembelahan mitosis dari sel spora menghasilkan gametofit multiseluler baru, dan
siklus dimulai lagi.
Tumbuhan tingkat rendah, seperti tumbuhan lumut (Bryophyta) dan
tumbuhan paku (Pteridophyta) melakukan reproduksi baik secara aseksual
maupun secara seksual. Reproduksi secara aseksual yaitu dengan pembentukan
spora, sedangkan reproduksi secara seksual terjadi dengan peleburan antara sel
telur dan sel sperina. Kedua reproduksi ini terjadi pada satu individu dan terjadi
secara bergantian. Proses ini disebut juga pergiliran keturunan atau metagenesis.

A. Pembentukan Spora Dan Gametogenesis Tumbuhan Lumut


(bryophyta)
Lumut ( Bryophyta) adalah sebuah divisi tumbuhan yang hidup didarat,
yang umumnya berwarna hijau dan berukuran kecil (dapat tidak tampak dengan
bantuan lensa), dan ukuran lumut yang terbesar adalah kurang dari 50 cm. Lumut
mempunyai sel-sel plastid yang dapat menghasilkan klorofil A dan B, sehingga
dapat membuat makanan sendiri dan bersifat autotrof. Lumut termasuk kedalam
kingdom plantae, yang mana kingdom plantae meliputi semua organisme yang

3
multiseluler dan telah berdiferensiasi, eukariotik, dan dinding selnya mempunyai
selulosa. Organisme yang termasuk kedalam plantae ini hampir seluruhnya
bersifat autotrof (membuat makanan sendiri) dengan bantuan cahaya matahari saat
proses fotosintesis.
Siklus hidup tumbuhan lumut bersifat metagenesis, karena bergantian
antara reproduksi seksual dan aseksual. Awalnya sporofit menghasilkan spora
yang akan menjadi protonema, dari protonema inilah gametofit terbentuk.
Generasi gametofit ini punya satu sel kromosom yang disebut dengan haploid (n)
dan gametofit ini menghasilkan gametangium (organ reproduksi) yang disebut
dengan anteredium pada jantan dan arkegonium pada betina. Gametangium
dilindungi oleh daun khusus (bract).
Briophyta mengalami dua fase dalam siklus hidupnya, yaitu fase gametofit
dan sporofit. Fase gametofit adalah lumut yang biasa kita lihat sehari-hari.
Gametofit merupakan lumut yang menghasilkan gamet (sel kelamin). Fase
sporofit merupakan lumut yang berada dalam keadaan menghasilkan spora.
Dalam siklus hidupnya, fase gametofit lebih dominan dibandingkan fase
sporofitnya. Hal ini bertolak belakang dengan tumbuhan berpembuluh
(pteridophyta dan spermatophyta) yang memiliki fase sporofit lebih dominan
dibandingkan dengan fase gametofit.
Briophyta bereproduksi secara aseksual dan secara seksual secara
bergantian (metagenesis). Reproduksi secara aseksual (sporofit) terjadi melalui
pembentukan spora. Spora ini dihasilkan dari sporangium (kotak spora). Spora
yang dihasilkan adalah spora haploid (n). Spora ini kemudian akan tumbuh
menjadi protonema.
Adapun reproduksi secara seksual (gametofit) pada Briophyta, yaitu
dengan cara penyatuan gamet betina yang dihasilkan arkegonia berupa sel telur
dan gamet jantan yang dihasilkan oleh antheridia berupa sperma. Sperma bergerak
menuju sel telur di arkegonia dengan perantara air. Pertemuan sel telur dan
sperma menyebabkan terjadinya fertiliasi yang menghasilkan zigot. Zigot
membelah secara mitosis membentuk sporogonium. sporogonium terus
berkembang menjadi sporofit yang diploid (2n).

4
Gambar 05. Daur hidup lumut.
Keterangan gambar:
1. Spora akan berkecambah melalui pembelahan mitosis, membentuk
protonema kecil, berwarna hijau seperti benang yang menyerupai alga hijau
2. Protonema haploid itu terus tumbuh dan berdiferensiasi (buds= gametofit
yang berkembang), dan akhirya membentuk gametofit yang dewasa secara
seksual.
3. Sperma berenang melalui lapisan tipis yang lembab sampai ke arkegonium
dan membuahi telur
4. Zigot (diploid) akan membelah secara mitosis dan berkembang menjadi
sporofit embrionik di dalam arkegonium

5
5. Sporofit menumbuhkan batang panjang (seta) yang muncul dari
arkegonium, akan tetapi dasar sporofit itu tetap menempel pada gametofit
betina
6. Menancap dengan kakinya, nutrisis sporofit tetap bergantung pada
gametofit
7. Pada ujung batang terdapat sporangium, yaitu kapsul tempat pembelahan
meiosis terjadi dan spora haploid berkembang. Ketika penutup sporangium
membuka, spora akan menyebar.

B. Pembentukan Spora Dan Gametogenesis Tumbuhan Paku


(Pteridophyta)
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan berpembuluh yang tidak berbiji,
memiliki susunan tubuh khas yang membedakannya dengan tumbuhan yang lain.
Tumbuhan paku disebut sebagai Tracheophyta berspora, yaitu kelompok
tumbuhan yang berpembuluh dan berkembang biak dengan spora. Bagian-bagian
tubuh berupa akar, batang, dan daun dapat dibedakan dengan jelas.
Tumbuhan paku memiliki kotak spora atau sporangium. Pada sporangium
dihasilkan spora. Banyak sporangium terkumpul dalam satu wadah yang disebut
sorus, yang dilindungi oleh suatu selaput indusium.
Fase pembentukan spora dalam daur hidup tumbuhan paku disebut
generasi sporofit dan fase pembentukan gamet disebut generasi gametofit.
Tumbuhan paku mengalami pergiliran keturunan (metagenesis) dengan dua
generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Berdasarkan jenis
sporanya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tumbuhan paku homospora,
heterospora dan peralihan homosporaheterospora.
 Tumbuhan paku homospora menghasilkan spora dengan ukuran sama
yang tidak dapat dibedakan antara spora jantan dan betina, misalnya
Lycopodium sp. (paku kawat).
 Tumbuhan paku heterospora menghasilkan spora berbeda ukuran. Spora
jantan berukuran kecil disebut mikrospora dan spora betina besar disebut
makrospora, misalnya Selaginella sp.(paku rane), Marsilea sp. (semanggi).

6
 Tumbuhan paku peralihan menghasilkan spora jantan dan betina yang
sama ukurannya, misalnya Equisetum debile (paku ekor kuda).

Gambar 08. Daur hidup paku (pakis).


Keterangan gambar:
1. Sebagian besar pakis adalah homospora, yang berarti menghasilkan
satu jenis spora saja. Setelah spora pakis menempati suatu tempat yang
baik, spora tersebut akan berkembang menjadi gametofit kecil yang
mencukupi dirinya sendiri dengan fotosintesis.
2. Masing-masing gametofit membangun organ yang memproduksi
sperma (disebut anteridia) dan organ yang memproduksi sel telur
(disebut arkegonia), umumnya keduanya matang pada waktu yang
berlainan.
3. Sperma pakis menggunakan flagela untuk berenang melalui cairan dari
anteredium sampai ke sel telur. Zat pemikat (attractant) yang
disekresikan oleh arkegonia membantu mengarahkan sperma.

7
4. Zigot berkembang menjadi sporofit baru, dan tumbuhan muda itu
tumbuh keluar dari arkegonium induknya, yaitu gametofit.
5. Bintik-bintik pada permukaan bawah daun reproduktif (sporofil)
disebut sori (tunggal, sorus). Setiap sorus adalah kumpulan sporangia.
Sporangia melepaskan spora, yang akan menjadi gametofit.

 Perbedaan Metagenesis Tumbuhan Paku Homospora, Heterospora


dan peralihan
Daur hidup pada paku homospora, heterospora, dan paku peralihan
mengalami perbedaannya masing-masing.
o Daur Hidup Paku Homospora

Berikut penjelasan skema metagenesis paku homospora:


 Gametofit pada tumbuhan paku disebut protalium. Protalium merupakan
hasil perkecambahan spora haploid.

 Protalium kemudian menghasilkan dua gamet berbeda, yaitu anteridium


yang menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang menghasilkan sel
telur.

8
 Spermatozoid dan sel telur yang bertemu kemudian membentuk zigot yang
diploid.

 Zigot kemudian tumbuh dewasa menjadi tumbuhan paku dan memulai


fase sporofit.

 Tumbuhan paku membentuk sporofil melalui sporangium.

 Sporangium menghasilkan spora yang haploid dengan metode meiosis.

 Spora tersebut yang kemudian akan menjadi sel spora indukan pada fase
gametofit selanjutnya (prosesnya berulang kembali).

o Daur Hidup Paku Heterospora

Perbedaan yang terlihat dengan metagenesis paku homospora, yaitu


adanya dua jenis spora dan protalium yang berbeda. Berikut penjelasan skema
metagenesis paku heterospora:
 Pada fase gametofit, spora yang dihasilkan memiliki jenis dan ukuran
berbeda, yaitu mikrospora dan makrospora. Mikrospora nantinya akan
membentuk mikroprotalium dan menghasilkan spermatozoid pada
anteridiumnya, sedangkan makrospora akan membentuk makroprotalium
dan menghasilkan sel telur pada arkegoniumnya.

9
 Sama halnya dengan metagenesis paku homospora, sel telur dan
spermatozoid yang bertemu akan membentuk zigot yang diploid.

 Zigot kemudian tumbuh menjadi tumbuhan paku dan dapat membentuk


dua jenis sporofil yang berbeda, yaitu mikrosporofil dan makrosporofil.
Mikrosporofil akan menghasilkan sel indukan betina melalui
mikrosporangium dan makrosporofil akan menghasilkan sel indukan
jantan melalui makrosporangium. Kedua sel indukan tersebut kemudian
akan menjadi sel spora indukan pada fase gametofit selanjutnya (prosesnya
berulang kembali).

o Daur Hidup Paku Peralihan

Perbedaan yang terlihat dengan metagenesis paku heterospora, yaitu


protalium yang dihasilkan pada fase gametofit adalah sama. Namun sporofit yang
dihasilkan memiliki jenis indukan yang berbeda (jantan dan betina).

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Proses pembentukan spora dan gametagenesis tumbuhan lumut :


 Spora akan berkecambah melalui pembelahan mitosis, membentuk
protonema kecil, berwarna hijau seperti benang yang menyerupai alga
hijau
 Protonema haploid itu terus tumbuh dan berdiferensiasi (buds=
gametofit yang berkembang), dan akhirya membentuk gametofit yang
dewasa secara seksual.
 Sperma berenang melalui lapisan tipis yang lembab sampai ke
arkegonium dan membuahi telur
 Zigot (diploid) akan membelah secara mitosis dan berkembang
menjadi sporofit embrionik di dalam arkegonium
 Sporofit menumbuhkan batang panjang (seta) yang muncul dari
arkegonium, akan tetapi dasar sporofit itu tetap menempel pada
gametofit betina
2. Proses pembentukan spora dan gametagenesis tumbuhan paku :
 Sebagian besar pakis adalah homospora, yang berarti menghasilkan
satu jenis spora saja. Setelah spora pakis menempati suatu tempat
yang baik, spora tersebut akan berkembang menjadi gametofit kecil
yang mencukupi dirinya sendiri dengan fotosintesis.
 Masing-masing gametofit membangun organ yang memproduksi
sperma (disebut anteridia) dan organ yang memproduksi sel telur
(disebut arkegonia), umumnya keduanya matang pada waktu yang
berlainan.
 Sperma pakis menggunakan flagela untuk berenang melalui cairan
dari anteredium sampai ke sel telur. Zat pemikat (attractant) yang
disekresikan oleh arkegonia membantu mengarahkan sperma.

11
 Zigot berkembang menjadi sporofit baru, dan tumbuhan muda itu
tumbuh keluar dari arkegonium induknya, yaitu gametofit.
 Bintik-bintik pada permukaan bawah daun reproduktif (sporofil)
disebut sori (tunggal, sorus). Setiap sorus adalah kumpulan sporangia.
Sporangia melepaskan spora, yang akan menjadi gametofit.

B. SARAN
Adapun saran yang dapat disampaikan, hendaknya makalah ini dapat
dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi pembaca dan makalah ini
bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Niel A. 2008. Biologi Jilid 1 Edisi Ke-8. Jakarta : Erlangga


Tjitrosoepomo, Gembong. 2001. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah
Mada University PRESS

13

Anda mungkin juga menyukai