Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN BERPIKIR KRITIS DALAM KEPERAWATAN

TERHADAP PASIEN PRASEKOLAH

Atikah Ulfah Marwa

ninanamanis@gmail.com

Abstrak

latar belakang : keterampilan berpikir kritis pada mahasiswa keperawatan itu perlu, dengan
berpikir kritis mahasiswa tahu apa yang akan ia lakukan selanjutnya, ini juga membantu pasien
prasekolah dalam menghadapi hospitalisasi yang mengakibatkan kecemasan. Tujuan :
mempelajari sikap berpikir kritis yang kedepannya dapat menemukan jalan keluar. Metode
penelitian : literature review dengan cara menganalisis artikel, jurnal maupun text book. Artikel
yang digunakan 14 referensi yang diterbitkan sepuluh tahun terakhir yang menggunakan
google scholar, google book dan science direct. Hasil : dari hasil literature review dapat
disimpulkan, dengan mempelajari berpikir kritis mahasiswa keperawatan dapat mengmukakan
pendapat dengan kritis, bila sudah menjadi perawat, dapat menciptakan ide agar pasien
prasekolah memimalisir kecemasan dan stress. Kesimpulan : adanya pelajaran berpikir kritis
mahasiswa keperawatan mampu memecahkan masalah dengan berdiskusi. Perawat juga dapat
membuat pasien terkhusus prasekolah merasa nyaman dengan membahkan ide seperti
memberikan permainan terapeutik ataupun membacakan dongeng.
Kata kunci: berpikir kritis, hospitalisasi, pasien prasekolah, keperawatan.

Abstract

background: learning critical thinking in nursing students is necessary, by thinking critically


the student knows what he will do next, this also helps preschool patients in carrying out
hospitalizations that are trying to cope. Objective: to look for critical thinking that can find a
way out. Research methods: literature review by analyzing articles, journals and textbooks.
The article used 14 references published over the last ten years using Google Scholar, Google
Books and Science Direct. Results: From the results of the literature review it can be concluded,
with critical thinking nursing students can express opinions with criticism, if they are already
nurses, can create ideas so that preschool patients minimize trying and stress. Conclusion:
Students who are critical in learning nursing problems are able to solve problems by discussing.
Nurses can also make patients connected comfortably, equipped with good ideas such as
providing therapeutic games or reading fairy tales.

Keywords: critical thinking, hospitalization, preschool patients, nursing.


PENDAHULUAN jenis kelamin, pendidikan, dan
Menurut Halpern (1996) pengalaman kerja serta status
berpikir kritis adalah suatu upaya yang perkawinan (Sumartini, 2010).
dilakukan dalam memberdayakan Sedangkan dijelaskan oleh lainnya
keterampilan atau strategi kognitif bahwa factor salah satunya yang bisa
untuk menentukan tujuan yang menurunkan kemampuan berpikir kritis
diharapkan. Oleh karena itu untuk seseorang adalah terjebak dalam
memberikan perawatan yang aman dan rutinitas, dan juga cara tersering yang
efektif bagi pasien dengan kebutuhan membuat terjebak dalam rutinitas
yang kompleks sangat penting bagi adalah membiasakan kita menggunakan
perawat dapat mengembangkan model kebiasaan berlebihan (Rubenfeld
keterampilan berfikir kritis (Kaddoura, & Scheffer, 2007). Berpikir kritis juga
2010). berpengaruh bagi pasien terkhususnya
bagi pasien anak.
Berbagai faktor yang bisa
menyebabkan perbedaan dalam Hospitalisasi merupakan
mengukur berpikir kritis diantara hasil keadaan dimana seseorang dalam
seseorang yang satu dengan yang kondisi yang mengharuskan untuk
lainnya. Menurut American Society of mendapat perawatan dirumah sakit
Registered Nurses (2007) adalah untuk mengatasi atau meringankan
dijelaskan berpikir kritis dalam sakitnya. Hospitalisasi pada anak dapat
keperawatan sangat dipengaruhi oleh menimbulkan kecemasan dan stress
karakter psikologis, fisiologis, serta dimana hal itu diakibatkan karena
dapat dipengaruhi oleh lingkungan adanya perpisahan, kehilangan control,
internal maupun eksternal seperti usia, ketakutan mengenai kesakitan pada
tingkat kepercayaan, keterampilan, tubuh, serta nyeri dimana kondisi
stress, dan kelelahan, serta rekan kerja. tersebut belum pernah dialami
Sedangkan hasil penelitian lainnya sebelumnya. Respon fisilogis yang
dikatakan bahwa kemampuan berpikir dapat muncul akibat kecemasan yang
kritis perawat dalam melaksanakan tidak teratasi yaitu seperti adanya
proses keperawatan tidak dipengaruhi perubahan pada system kardiovaskuler
oleh karakteristik individu seperti umur, berupa palpitasi, denyut jantung
meningkat, perubahan pola nafas yang terhadap pasien prasekolah. Rumah
semakin cepat, nafsu makan menurun, Sakit sebagai pemberi layanan
gugup, pusing, tremor, hingga kesehatan bertanggung jawab untuk
insomnia,keluar keringat dingin, wajah memberikan pelayanan yang bermutu
menjadi kemerahan, gelisah, rewel, dan aman. Salah satunya perawat,
anak mudah terkejut, menangis, perawat perlu berpikir kritis pula
berontak, menghindar hingga menarik terhadap pasien terkhusus pasien
diri, tidak sabar, tegang, waspada prasekolah.
terhadap lingkungan, hospitalisasi juga
METODE PENELITIAN
akan berdampak pada perkembangan
anak dimana juga akan mengakibatkan Metoode penelitian yang
terganggunya proses pengobatan. digunakan adalah literature review
Perawatan anak yang berkualitas tinggi dengan cara menganalisis artikel, jurnal
akan dapat mengurangi kecemasan dan maupun text book yang berkaitan
ketakutan yang terjadi karena bila dengan pembelajaran mahasiswa
kecemasan dan ketakutan tidak keperawatan belajar berpikir krits untuk
ditangani akan membuat anak menolak membuat keputusan dalam tindakan
tindakan perawatan dan pengobatan keperawatan.
yang diberikan sehinngga akan
Artikel yang digunakan 14
mempengaruhi lamanya perawatan,
referensi yang diterbitkan sepuluh
memperberat kondisi anak bahkan
tahun terakhir yang menggunakan
menyebabkan kematian pada anak,
google scholar, google book dan science
dampak dari anak sakit yang tidak
direct. Dalam mencari artikel, kata
ditangani juga akan menyebabkan
kunci yang digunakan ialah hubungan
kesulitan dan kemampuan membaca
berpikir kritis dalam keperawatan
yang buruk, memiliki gangguan bahasa,
terhadap pasien prasekolah.
menurunnya kemampuan intelektual
dan social serta fungsi imun (Saputro,
2017).
HASIL
Penelitian ini secara umum
Dari pencarian literature, dalam
bertujuan untuk mengetahui hubungan
mengurangi kecemasan pada pasien
berpikir kritis dalam keperawatan
prasekolah dapat menggunakan sikap jenis kelamin. Jumlah perawat
keperawatan, berpikir kritis. Perawat perempuan di Indonesia sampai saat ini
diharapkan memberikan pelayanan yang masih memegang peranan yang lebih
baik dan profesional salah satunya banyak dibandingkan dengan perawat
pasien pra sekolah. Pasien prasekolah laki-laki. Hal ini disebabkan oleh latar
pada awalnya memiliki kecemasan saat belakang budaya dan kebangsaan serta
memasuki rumah sakit karena adanya sejarah keikutsertaan perawat sebagian
stresor berupa berpisah dengan besar adalah perawat perempuan yang
keluarga. Perawat dapat menggunakan turut serta dalam mengembangkan
sikap berpikir kritis agar pasien dan kesehatan (Priharjo, 2008).
klien meminimalisir kecemasaan
Menurut Suyanto (2008),
diantara keduanya. Juga sebagai
seorang perawat apabila sudah bekerja
mahasiswa keperawatan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan
menguasai sikap berpikir kritis dan
kepada pasien selama ≥ 6 tahun dengan
profesional sehingga dapat
latar pendidikan D3 atau S1
meningkatkan kualitas kesehatan pasien
keperawatan maka perawat tersebut
dan menjaga hubungan baik mitra
sudah bisa menjadi ketua tim dalam
kesehatan maupun pasien dan keluarga
kelompoknya, karena sudah memiliki
pasien.
pengalaman dalam melaksanakan
PEMBAHASAN asuhan keperawatan.

Karakteristik Perawat Bekerja Di Faktor Yang Mempengaruhi


Ruang Rawat Inap Yang Penerapan Berpikir Kritis Perawat
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
Menurut Maslow dalam Siti
Hasil penelitian ini Mariyam (2006:4) Dalam menjalani
menunjukkan bahwa jenis kelamin kehidupan diperlukan kondisi fisik baik.
sebagian besar perempuan (73%). Hasil Kondisi fisik merupakan kebutuhan
penelitian ini menemukan tidak adanya fisiologi paling dasar bagi kebutuhan
perbedaan kemampuan berpikir kritis manusia. Ketika kondisi fisik seseorang
antara laki-laki dan perempuan. Tidak terganggu padahal seseorang tersebut
ada perbedaan yang signifikan dihadapkan pada situasi yang menuntut
kemampuan berpikir kritis berdasarkan pemikiran matang untuk memecahkan
suatu masalah yang dihadapi, maka kelamin, usia, pendidikan, status
kondisi seperti ini sangat dapat perkawinan dan status kepegawaian.
mempengaruhi pikirannya, sehingga Sedangkan yang ada hubungan
pemecahan masalah tidak dapat signifikan antara karakteristik dengan
diselesaikan dengan baik. penerapan berpikir kritis perawat dalam
melaksanakan asuhan keperawatan
Dikatakan juga bahwa motivasi
adalah lama kerja (Yanti
dapat mempengaruhi berpikir kritis
Sutriyant,2019)
seseorang. Motivasi merupakan hasil
faktor internal dan eksternal. Motivasi
Menurut Aprisunadi (2011)
adalah upaya yang dilakukan untuk
dalam penelitiannya tidak menemukan
menimbulkan rangsangan, dorongan
adanya hubungan yang bermakna antara
ataupun pembangkit tenaga seseorang
usia dan kualitas dalam memberikan
agar mau berbuat sesuatu atau
asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini
memperlihatkan perilaku tertentu yang
tidak sejalan dengan hasil penelitian
telah direncanakan untuk mencapai
Feng at all (2010) dimana hasil
tujuan yang telah ditetapkan. Dorongan
penelitiannya menunjukkan bahwa
yang kuat dalam bekerja dapat
faktor pengalaman dan usia secara
memberikan semangat seseorang untuk
signifikan adalah faktor yang paling
berpikir kritis dalam memecahkan
mempengaruhi kemampuan seorang
masalahnya. Menciptakan minat adalah
perawat dalam memberikan asuhan
cara yang sangat baik untuk memberi
keperawatan pada pasien.
motivasi pada diri demi mencapai
tujuan (Kort 1987, dalam Zafri, 2012).

Hubungan Karakteristik Dengan Proses Hospitalisasi Pasien


Penerapan Berpikir Kritis Dalam Prasekolah
Melaksanakan Asuhan Keperawatan
Kecemasan yang dialami anak
Asuhan Keperawatan
selama dilakukan tindakan keperawatan
Hubungan karakteristik dengan dipengaruhi oleh kecemasan
penerapan berpikir kritis perawat dalam hospitalisasi, yang terdiri dari tiga fase.
melaksanakan asuhan keperawatan Pertama fase protes, ditunjukkan
tidak ada hubungan antara jenis dengan reaksi anak yaitu menangis,
berteriak, mencari dan memegang erat adaptasi untuk mencapai tahap
orang tua, menolak bertemu dan penerimaan, karena tahap penerimaan
menyerang orang yang tidak dikenal ini biasanya terjadi setelah anak dirawat
baik secara verbal maupun fisik. Kedua di rumah sakit selama beberapa hari
adalah fase putus asa yang ditandai atau dalam jangka waktu lebih dari tiga
dengan anak tidak begitu aktif, menarik hari dan tiap anak memiliki waktu
diri dari orang lain, sedih, tidak tertarik adaptasi yang berbeda-beda
terhadap lingkungan, tidak komunikatif, (Hockenberry & Wilson, 2013).
dan menolak makan atau minum. Pada
fase ketiga, yaitu fase penerimaan, anak Berpikir Kritis Terhadap Pasien
mulai menunjukkan ketertarikan pada Prasekolah
lingkungan dan berinteraksi dangkal
Berpikir kritis dibutuhkan dalam
dengan orang lain atau perawat
menangani pasien prasekolah, seperti
(Hockenberry & Wilson, 2013)
bagaiman cara perawat mengurangi
kecemasan pasien dan stress pasien
Pada hari pertama anak dirawat
prasekolah, dengan berbagai hal
di rumah sakit, anak berada pada fase
dilakukan, seperti bermain. Begitulah
pertama yaitu fase protes. Anak masih
berpikir kritis bekerja, kita dapat
belum merasa nyaman berada di rumah
menemukan solusi. Pasien prasekolah
sakit. Mereka menolak kenyataan
juga perlu diperhatikan agar dapat
bahwa mereka harus berada di rumah
mempererat hubungan antara perawat
sakit dengan menerima berbagai macam
dan pasien.
terapi. Belum lagi, mereka harus
beradaptasi dengan lingkungan, Contoh permainan yang
rutinitas, dan orang-orang yang baru. dilakukan seperti Permainan terapeutik.
Bukan lagi teman yang ada untuk Permainan terapeutik memiliki
mengajak bermain, akan tetapi perawat beberapa tujuan, yaitu aktivitas
dan tim medis lain yang sering datang pembelajaran, aktivitas pengalihan, dan
mengunjungi mereka dan memberikan aktivitas ekspresif. Permainan
berbagai macam prosedur yang terapeutik sebagai aktivitas pengalihan
membuat stres. Hal ini mengindikasikan atau diversional membantu anak dalam
bahwa anak belum melewati fase mengalihkan perhatian pada aktivitas
yang disukainya (Hockenberry & pasien prasekolah seperti terapi bermain
Wilson, 2013) Mendongeng merupakan dan mendongeng,
salah satu aktivitas yang dapat
SARAN
digunakan dan sesuai dengan
perkembangan umur mereka (Andriana, Akan lebih baik perawat saat
2011) melakukan wawancara memberikan
. sebuah game yang menyenangkan atau
Terapi bermain diharapkan menceritakan sebuah dongeng agar
dapat menjadi alternative dalam pasien tidak merasa gugup ataupun
menangani kecemasan anak. Agar anak cemas dan memberikan rasa nyaman
dapat bermain secara efektif dirumah kepada pasien.
sakit. Hal ini didukung oleh berbagai
REFERENSI
penelitian yang dilakukan diantaranya
Afifah, E. (2005). Hubungan Penerapan
oleh Kaluas I, Ismanto dan Kundre
Metode Pembelajaran
(2015) didapatkan hasil bahwa terapi
Collaborative Learning (CL) And
bermain puzzle dan bercerita juga
Problem Based Learning (PBL)
efektif dalam penurunan kecemasan
Dengan Motivasi Belajar Pada
anak usia prasekolah selama
Mahasiswa Keperawatan
hospitalisasi di ruang anak manado. Jadi
Universitas Indonesia. Jurnal
berpikir kritis terhadap pasien
Keperawatan Indonesia, 9(1).
prasekolah memiliki dampak yang baik
untuk meningkat kualitas kesehatan Fathi, A., & Simamora, R. H. (2019,
pasien. March). Investigating nurses’
coping strategies in their
KESIMPULAN DAN SARAN
workplace as an indicator of
KESINPULAN quality of nurses’ life in

Dengan berpikir kritis Indonesia: a preliminary study. In

mahasiswa keperawatan memngetahui IOP Conference Series: Earth and

menangani pasien prasekolah dalam Environmental Science (Vol. 248,

mengurangi kecemasan akibat No. 1, p. 012031). IOP

hospitalisasi contoh dari perlakuan Publishing.

pengurangan kecemasan terhadap


Hidayat, S., & Nur, L. (2018). Nilai dengan Kepedulian (Caring)
Karakter, Berpikir Kritis dan Perawat dalam Melaksanakan
Psikomotorik Anak Usia Asuhan Keperawatan di RSUD
Dini. Jurnal Ilmiah Visi, 13(1), Kota Depok. Jurnal Kedokteran
29-35. dan Kesehatan, 15(2), 148-160.

Huriah, T., Kep, M., & Kom, S. K. Rif'at, A., Nurachmah, E., & Azidin, Y.
(2018). Metode Student Center (2019). Pengalaman Penerapan
Learning: Aplikasi pada Kemampuan Berpikir Kritis
Pendidikan Keperawatan. Perawat Saat Memberikan Asuhan
Kencana. Keperawatan Pada Bayi Berat
Lahir Rendah Di RSUD Dr. H.
Izzaty, R. E., & Si, M. (2017). Perilaku
Moch. Ansari Saleh
Anak Prasekolah. Elex Media
Banjarmasin. DINAMIKA
Komputindo.
KESEHATAN JURNAL
Legi, J. R., Sulaeman, S., & Purwanti, KEBIDANAN DAN
N. H. (2019). Pengaruh KEPERAWATAN, 10(1).\
Storytelling dan Guided-Imagery
Saptarini, V. A., Azizah, L. M. R., &
terhadap Tingkat Perubahan
Rahmawati, I. (2019).
Kecemasan Anak Usia Prasekolah
GAMBARAN CITRA TUBUH
yang Dilakukan Tindakan
PADA MAHASISWA S1
Invasif. Journal of Telenursing
KEPERAWATAN SEMESTER 2
(JOTING), 1(1), 145-156.
TINGKAT I DI STIKES BINA
Marita, R. A. S., Abidin, Z., & Amanati, SEHAT PPNI MOJOKERTO.
S. (2018). Profil Kemampuan
Simamora, N. R. H., & Kep, M. (2009).
Berpikir Kritis Mahasiswa
Buku ajar pendidikan dalam
Fisioterapi melalui Self
keperawatan. EGC.
Assessment dan Peer
Assessment. Proceeding of The Somantri, I. (2016). Efektifitas Terapi
URECOL, 306-312. Mendongeng terhadap Kecemasan
Anak Usia Toddler dan
Ramadhiani, O. R., & Siregar, T.
Prasekolah Saat Tindakan
(2019). Hubungan Berpikir Kritis
Keperawatan. Jurnal Implementasi Pembelajaran
Keperawatan Padjadjaran, 4(3). Inkuiri Terbimbing Berbasis
Permainan Dalam Meningkatkan
Sudibjo, N., & Tondok, L. R. S. (2019).
Kreativitas Anak Usia Dini. JPI
METODE BOOK TALK
(Jurnal Pendidikan
UNTUK MENUMBUHKAN
Indonesia), 5(2), 212-220.
KETERAMPILAN BERPIKIR
KRITIS DAN KOMUNIKASI Sutriyanti, Y., & Mulyadi, M. (2019).
EKSPRESIF VERBAL PADA Analisis Faktor-Faktor yang
ANAK USIA 3-4 Mempengaruhi Penerapan
TAHUN. Jurnal Berpikir Kritis Perawat dalam
Pendidikan, 20(2), 111-125. Melaksanakan Asuhan
Keperawatan di Rumah
Suryaningsih, N. M. A., Cahaya, I. M.
Sakit. JURNAL KEPERAWATAN
E., & Poerwati, C. E. (2016).
RAFLESIA, 1(1), 21-32.

Anda mungkin juga menyukai