Anda di halaman 1dari 44

Modul Keperawatan Islami

BUKU PANDUAN TEORI DAN PRAKTEK

( KEPERAWATAN ISLAMI )

SEMESTER IV
KOORDINATOR :
FATHUL KHAIR,M.Pd

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


MUHAMMADIYAH PONTIANAK
Tahun 2020

1
Modul Keperawatan Islami

Datar isi : halaman

Judul modul …………………………………………………………. 1

Deskripsi mata ajar…………………………………………………… 2

Tujuan modul………………………………………………………… 3

Karakteristik mahasiswa……………………………………………… 4

Sasaran pembelajaran…………………………………………………. 6

Lingkupan bahasan …………………………………………………… 7

Metode pengajaran …………………………………………………… 7

Evaluasi……………………………………………………………… 10

Daftar pustaka………………………………………………………. 10

Jadwal perkuliahan…………………………………………………… 12

Materi perkuliahan :

1. Paradigma keperawatan Islam,


2. Masa Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Islam,
3. Profesi perawat dalam perspektif Islam,
4. Prinsip keperawatan Islami,
5. peran keperawatan Islami,
6. Akhlak perawat Muslim,
7. Adab menghadapi pasien lawan jenis,
8. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pendampingan bersuci/berwudhu’,
9. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pendampingan shalat pada pasien,
10.Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan membimbing pasien
bertayammum,
11.Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan Mengingatkan untuk selalu berdoa
kepada Allah dan berdzikir,
12.Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pada pasien menghadapi sakratul
maut
2
Modul Keperawatan Islami

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah swt. Atas limpahan rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga
Modul Fikih Keperawatan ini dapat diselesaikan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah
pada junjungan Nabi besar Muhammad saw. Yang dengan cucuran darah, keringat dan air
mata, Islam di perjuangkan sampai kita dapat merasakan indah beragama Islam ini. Dan
kepada pendiri dan pelopor persyarikatan Muhammadiyah yang dengan kerja kerasnya telah
banyak membuahkan hasil yang cukup mengembirakan sehingga terwujudnya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya.

Sehubungan dengan mata kuliah ini merupakan mata ajar tambahan untuk mahasiswa
dalam bidang penegetahuan agama Islam terkait kepentingan secara individu untuk kebaikan
umat. Adapun fokus mata ajar ini diperkenalan kepada mahasiswa STIK Muhammadiyah
adalah untuk mengetahui dalam pembahasan sebagai berikut:Paradigma keperawatan Islam,
Masa Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Islam, Profesi perawat dalam perspektif Islam,
Prinsip keperawatan Islami, peran keperawatan Islami, Akhlak perawat Muslim, adab
menghadapi pasien lawan jenis, Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan
pendampingan bersuci/berwudhu’, Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan
pendampingan shalat pada pasien, Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan
membimbing pasien bertayammum, Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan
Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada Allah, Implementasi nilai-nilai Islami dalam
keperawatan pada pasien menghadapi sakratul maut.

Alhamdulillah, pada akhirnya modul ini dapat terselesaikan. Mudah-mudahan dapat


memberikan manfaat baik untuk penulis pribadi khususnya, dan bermanfaat juga untuk
pembaca/pembelajar umumnya.

Untuk lebih sempurna modul ini, diharapkan kritikan dan saran untuk disampaikan.
Hingga pada akhirnya nanti dapat menjadi kajian lanjutan bagi penulis dalam penyempurnaan
modul tersebut.

3
Modul Keperawatan Islami

Tujuan modul

Pada akhir modul ini mahasiswa mampu :

1. Mengidentifikasi peranan perawat sebagai perawat Islam


2. Menganalis segala tingkah laku perawat sesuai tuntunan Islam.
3. Menumbuhkan kepribadian perawat yang gemar beramal, bekerja sama, dan
berakhlaqul karimah.
4. Santun secara individual
5. Anggun secara moral
6. Unggul secara intelektual
7. Mempunyai komitmen tinggi terhadap kepentingan umat terkait peranan sosial di
dalam kehidupan bermasyarakat.

PRASYARAT MAHASISWA

- Lulus AISMUH
- Lulus Ibadah Mahdah
- Mengikuti mentoring

Sasaran pembelajaran

Sasaran pembelajaran Terminal

Setelah mengikuti mata ajar ini diharapkan mahasiswa mampu memahami


dan menjelaskan Paradigma keperawatan Islam, Masa Sejarah dan Perkembangan
Keperawatan Islam, Profesi perawat dalam perspektif Islam, Prinsip keperawatan Islami, peran
keperawatan Islami, Akhlak perawat Muslim, adab menghadapi pasien lawan jenis,
Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pendampingan bersuci/berwudhu’,
Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pendampingan shalat pada pasien,
Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan membimbing pasien bertayammum,
Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan Mengingatkan untuk selalu berdoa kepada
Allah, Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pada pasien menghadapi sakratul
maut.
4
Modul Keperawatan Islami

Setelah mengikuti pembelajaran mahasiswa akan dapat :

1. Mengidentifikasi persoalan keprofesian perawat Islam.

2. Menganalis segala tingkah laku (adab) perawat Islam.

3. Menumbuhkan kepribadian perawat yang gemar beramal, bekerja sama, dan berakhlaqul
karimah.

Bahan Kajian

1. Paradigma keperawatan Islam,


2. Masa Sejarah dan Perkembangan Keperawatan Islam,
3. Profesi perawat dalam perspektif Islam,
4. Prinsip keperawatan Islami,
5. peran keperawatan Islami,
6. Akhlak perawat Muslim,
7. Adab menghadapi pasien lawan jenis,
8. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pendampingan bersuci/berwudhu’,
9. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pendampingan shalat pada pasien,
10. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan membimbing pasien
bertayammum,
11. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan Mengingatkan untuk selalu berdoa
kepada Allah,
12. Implementasi nilai-nilai Islami dalam keperawatan pada pasien menghadapi sakratul
maut

Metode Pembelajaran

Metoda pengajaran yang digunakan pada modul study kemuhammdiyahan ini ialah
metoda belajar aktif dan pelatihan untuk menerapkan segala ilmu yang didapat pada modul
ini. Dalam upaya pencapaian sasaran belajarnya, modul Keperawatan Islam ini memilki
berbagai macam kegiatan yang dirancang agar mahasiswa dapat memperoleh berbagai

5
Modul Keperawatan Islami

pengalaman dalam menerapkan pengetahuan yang baru yang diperoleh dari informasi yang
diberikan pada modul ini. Di antara metode itu antara lain :

1. Problem Based Laerning


2. Diskusi dalam kelompok kecil
3. Kuliah
4. Presentasi
5. latihan

No Tahap

1 Menjelaskan teori yang akan dibahas dan klarifikasi Fasilisator


istilah –istilah Keperawatan Islami

2 Definisi masalah ; memberikan pertanyaan- Fasilisator


pertanyaan

3 Baraibstorming Fasilisator

4 Analisa masalah Fasilisator

5 Formulasi pembelajaran Fasilisator

6 Independen Independent

7 Laporan, interview dan presentasi Fasilisator

Evaluasi

Evaluasi hasil pendidikan perseorangan

1. Evaluasi hasil pendidikan di tentukan berdasarkan hasil dan proses pendidikan


mahasiwa
2. Setiap mahasiswa wajib mengikuti 80% dari masing masing kegiatan kuliah,
diskusi kelompok, menyetor hafalan doa dan praktikum
3. Evaluasi terhadap mahasiswa dibagi atas evaluasi proses (60%) dan evaluasi
product ( 40 %)

DAFTAR PUSTAKA
6
Modul Keperawatan Islami

- Al- Fanjari, Ahmad Syauqi. 2010. Rufaidah awwalu mumarridah fi al Islam


(terjemahan): Yogyakarta: Navila.

- Departemen Agama RI. (2004). Al Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: CV Penerbit


3-Art

- Departemen Agama, Ushul Fiqh, Jakarta: PTAI/IAIN, 1986

- Elizabeth Johnson Taylor. (2002). Spiritual Care, Nursing Theory, Research, and
Practice. Prentice Hall: New Jersey

- Fardl,Miftah,Drs,1982, Pokok-Pokok Ajaran Islam, Bandung :Pustaka

- G. Hussein Rassool. (2000). The Crescent and Islam : Healing, Nursing and The
Spiritual Dimension. Some Considerations Toward An Understanding of The
Islamic Perspectives On Caring. Journal of Advanced Nursing; 32(6), 1476-1484

- HAMKA,1984, Pelajaran Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang

- Sarwat, Ahmat. 2011. Seri Fikhul Hayat: Kedokeran. Yogyakarta: DU Publising.

- Omar Hasan Kasule. (2005). Spiritual, Ruuh, Nafs, Qolb, and Care in Islamic
Perspective. Personal correspondence.

METODE, SUMBER, MEDIA DAN JADWAL KEGIATAN PENGAJAR

A. Metode pengajaran

Sasaran Tahap orientasi Tahap latihan Tahap umpan


pembelajaran balik
Sasaran Ceramah Diskusi kelompok Hasil diskusi
kelompok
Pembelajaran Tanya jawab Presentasi
Laporan tugas
Terminal Tugas baca Tugas mandiri
mandiri
Praktikum (tutorial) Ujian praktikum
Ujian tertulis
(tutorial)

B. Sumber Pembelajaran
7
Modul Keperawatan Islami

Selama proses pembelajaran mata ajar Keperawatan Islam,sumber


pembelajaran terdiri dari:

a. Nara sumber ( pengajar topik bahasan )


b. Buku-buku teks atau rujukan yang terdapat dalam daftar rujukan
c. Modul yang diberikan pengajar sesuai dengan topik bahasan
C. Matriks Kegiatan Mata Ajar

Mata ajar : Keperawatan Islami

Beban studi : 2 sks ( 1 sks teori, 1 sks praktikum )

Alokasi waktu : -

INSTRUMEN EVALUASI
Metode dan Jenis Instrumen

NO METODE JENIS INSTRUMEN BOBOT

1 Ujian tulis MID & UAS 1. MCQ 30 % ( MID)


2. Esay
Ujian Praktikum 3. Praktik 40% ( UAS )

2 Tugas Hafalan dan makalah 20 %

3 Kehadiran KHK 10 %

PERATURAN MATA AJAR KEPERAWATAN ISLAMI

1. Mahasiswa wajib datang tepat waktu, ketrlambatan tidak boleh lebih 10 menit
2. Mahasiswa wajib mengikuti dan mengerjakan tugas individu dan kelompok.
3. Jika tidak mengikuti perkulihan selama 3 kali tanpa alasan yang benar dalam satu
semester maka yang bersangkutan tidak lulus.
TUGAS –PENUGASAN MATA KULIAH

KEPERAWATAN ISLAMI

8
Modul Keperawatan Islami

Dalam mata ajar ini anda akan diberikan tugas kelompok dan tugas individu yaitu ;

1. membuat makalah
2. membuat resume
3. Hafalan doa dan dzikir
JADWAL KULIAH DAN PENANGGUNG JAWAB

KELAS A

NO HARI /TGL WKT MATERI METODE PENGAMPU

2 maret 08.00- Kontrak


1 Lecture Rika Yati, S.Sos.I
2020 Perkuliahan
10.30

08.00- SGD
3 maret Paradigma
2 (Presenta Rika Yati, S.Sos.I
2020 keperawatan Islam,
10.30 si)

08.00- Masa Sejarah dan SGD


4 maret
3 Perkembangan (Presenta Rika Yati, S.Sos.I
2020 10.30 Keperawatan Islam, si)

08.00- SGD
5 maret Profesi perawat dalam
4 (Presenta Rika Yati, S.Sos.I
2020 perspektif Islam,
10.30 si)

08.00- SGD
6 maret Prinsip keperawatan
5 (Presenta Amelyadi,M.Ag
2020 Islami,
10.30 si)

08.00- SGD
9 maret peran keperawatan
6 (Presenta Amelyadi,M.Ag
2020 Islami,
10.30 si)

08.00- SGD
10 maret Akhlak perawat
7 (Presenta Amelyadi,M.Ag
2020 Muslim,
10.30 si)

11 maret 08.00-
8 UTS TIM
2020 10.30

08.00- SGD
12 maret Adab menghadapi
9 (Presenta Amelyadi,M.Ag
2020 pasien lawan jenis,
10.30 si)

10 13 maret 08.00- Implementasi nilai- SGD Amelyadi,M.Ag


2020 nilai Islami dalam (Presenta

9
Modul Keperawatan Islami

keperawatan
10.30 pendampingan si)
bersuci/berwudhu’,

Implementasi nilai-
08.00- nilai Islami dalam SGD
16 maret
11 keperawatan (Presenta Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd
2020 10.30 pendampingan shalat si)
pada pasien,

Implementasi nilai-
08.00- nilai Islami dalam SGD
17 maret
12 keperawatan (Presenta Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd
2020 10.30 membimbing pasien si)
tayammum

Implementasi nilai-
08.00- nilai Islami dalam SGD
18 maret
13 keperawatan pada (Presenta Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd
2020 10.30 pasien menghadapi si)
sakratul Maut

08.00- SGD
19 maret Bimbingan berwudlu
14 (Presenta Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd
2020 dan tayammum
10.30 si)

08.00- SGD
20 maret Bimbingan shalat dan
15 (Presenta Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd
2020 zikir
10.30 si)

23 maret 08.00-
16 UAS TIM
2020 10.30

24 maret 08.00- wudhu/bersuci pada


17 Tutorial Tim
2020 10.30 pasien

26 maret 08.00- tayammum pada


18 Tutorial Tim
2020 10.30 pasien

27 maret 08.00-
19 shalat pada pasien Tutorial Tim
2020 10.30

30 maret 08.00-
20 zikir pada pasien Tutorial Tim
2020 10.30

10
Modul Keperawatan Islami

31 maret 08.00- Praktiku


21 Ujian Tim
2020 m
10.30

Materi I
PARADIGMA KEPERAWATAN ISLAM

Paradigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-


nilai dan konsep-konsep dalam menyelenggarakan profesi keperawatan yang
melaksanakan sepenuhnya prinsip dan ajaran Islam. Paradigma keperawatan Islam
11
Modul Keperawatan Islami

dibangun melalui empat komponen besar yaitu : Manusia dan kemanusiaan, lingkungan,
sehat dan kesehatan serta keperawatan.

A. MANUSIA DAN KEMANUSIAAN

Dasar Firman Allah: (QS. At-Tiin : 4)

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-


baiknya”.

(QS : Al-Israa’ : 73-74)

“Dan Sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah
Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat yang lain secara bohong
terhadap kami; dan kalau sudah begitu tentu|ah mereka mengambil kamu Jadi
sahabat yang setia. Dan kalau Kami tidak memperkuat (hati)mu, niscaya kamu
Hampir-hampir condong sedikit kepada merek”,

Manusia adalah mahluk ciptaan Allah yang terbaik bentuknya yang


dimuliakan Allah, terdiri atas jasad, ruh, dan psikologis, dimana seluruh mahluk
lainnya yang berada di langit dan dibumi ditundukan oleh Allah kepada manusia
kecuali Iblis yang menyombongkan diri.

Manusia di dalam Alquran diistilahkan antara lain dengan sebutan Al-Basyar


Allah menjelaskan dalam ayat-ayat :(QS. Shaad : 71)

(ingatlah)ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat: "Sesungguhnya aku


akan menciptakan manusia dari tanah".

1. Makna Al-Basyar adalah gambaran manusia yang diciptakan dari tanah dan
secara materi, yang dapat dilihat, memakan sesuatu, mendengar, berjalan, dan
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam surat An-Nas(QS. Al-Hujurat : 13)

“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang


laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang
yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha
Mengenal”.

12
Modul Keperawatan Islami

2. Makna An-Naas dalam Al-qur’an mengindikasikan bahwa manusia adalah


mahluk sosial.

B. LINGKUNGAN

Dasar ayat-ayat yang menjelaskan tentang lingkungan: (QS. Al-Baqarah


(2):164),

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam


dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi
manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu
Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan
bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum
yang memikirkan”.

Allah menjelaskan kepada kita bahwa alam semesta dan seisinya di ciptakan
atas hak dan kehendak Allah SWT dan di peruntukkan bagi manusia agar manusia
bersyukur serta dapat mempelajari alam semesta ini guna memperkokoh keimanan
dan ketaqwaan terhadap sang Maha Khaliq (Pencipta).

Dan Allah juga mengancam manusia yang berdusta dan berdosa. Betapa
Allah telah menunjukkan kepada manusia terjadinya siklus cuaca dan bagaimana
hujan itu diturunkan kebumi dan bagaimana tumbuhan hidup yang tiada lain agar
manusia dapat menggali dan mempelajari makna ayat-ayat Allah dapat kita simak
pada (QS. Al-A`raf (7) ;

Maka Sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang


telah mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami
sekali-kali tidak jauh (dari mereka).

Melalui ayat-ayat-Nya (QS Albaqarah (2) : 60),

Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami
berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya
dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya
(masing-masing)[55]. Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan
janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

[55] Ialah sebanyak suku Bani Israil

Allah menegaskan baik buruknya kwalitas lingkungan akan berpulang kepada


manusia yang mendiami muka bumi ini dan kemudian memanfaatkannya. Apabila
manusia mampu memelihara lingkungan dengan baik maka akan baiklah kehidupan
ini, begitupula sebaliknya jika manusia merusaknya maka malapetakalah yang akan
13
Modul Keperawatan Islami

menimpanya, seperti : bencana banjir, wabah penyakit-penyakit menular, polusi


udara, dan lain-lain.

Unsur lingkungan dibagi dalam lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

1. Lingkungan internal meliputi genetika (QS. An-Nisa : 19), Hai orang-orang


yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan
paksa[278] dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata[279]. dan
bergaullah dengan mereka secara patut. kemudian bila kamu tidak menyukai
mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu,
Padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

[278] Ayat ini tidak menunjukkan bahwa mewariskan wanita tidak dengan jalan paksa
dibolehkan. menurut adat sebahagian Arab Jahiliyah apabila seorang meninggal dunia,
Maka anaknya yang tertua atau anggota keluarganya yang lain mewarisi janda itu. janda
tersebut boleh dikawini sendiri atau dikawinkan dengan orang lain yang maharnya
diambil oleh pewaris atau tidak dibolehkan kawin lagi.
[279] Maksudnya: berzina atau membangkang perintah.

“Tiap jasad yang tumbuh dari yang haram maka neraka lebih utama baginya.”
(HR. Tirmidzi).
2. Lingkungan eksternal adalah lingkungan disekitar manusia baik fisik (QS. Al-
A`raf (7) ;
Maka Sesungguhnya akan Kami kabarkan kepada mereka (apa-apa yang telah
mereka perbuat), sedang (Kami) mengetahui (keadaan mereka), dan Kami
sekali-kali tidak jauh (dari mereka).
“Kebersihan itu adalah separuh dari iman.” (Hadits riwayat Muslim)
“Terangilah rumahmu dengan shalat dan membaca Al-Qur`an.”(Al-
Hadits)

Lingkungan internal dan eksternal akan mempengaruhi sikap dan perilaku


manusia termasuk persepsinya terhadap sehat-sakit. Manusia sebagai mahluk sosial
mempunyai hubungan yang dinamis dengan lingkunganya serta tidak dapat
dipisahkan dari lingkungannya tersebut. Tindakan kebersihan lingkungan (baik
internal maupun eksternal) adalah merupakan tindakan spiritual dan melestarikan
kehidupan yang sehat dan nyaman. Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya
kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan.
Sebaliknya kotor tidak saja merusak keindahan tetapi juga dapat menimbulkan
berbagai penyakit dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan
penderitaan.

14
Modul Keperawatan Islami

Kebersihan harus diupayakan oleh manusia untuk memelihara diri dan


lingkungannya dalam rangka mewujudkan suatu kehidupan yang bahagia dan
sejahtera baik di dunia maupun di akhirat, memelihara lingkungan baik internal
maupun eksternal harus diupayakan untuk menciptakan nuansa yang Islami
(spiritual) sebagai bagian dari perintah Allah SWT.

Dengan demikian jelaslah bahwa Islam memandang lingkungan sebagai


sesuatu rahmat yang diperuntukkan bagi manusia yang harus senantiasa dijaga,
dipelihara dan dilestarikan untuk kemakmuran dan kesejahteraan manusia baik
individu , kelompok dan masyarakat sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah
SWT.

C. SEHAT DAN KESEHATAN

(Al-Baqarah (2) :201). Dan di antara mereka ada orang yang bendoa: "Ya
Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah Kami dari siksa neraka".

Islam mendorong ummat manusia yang beriman untuk mencapai sesuatu


yang baik bagi mereka didunia dan di akhirat. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan ilmu dan amal saleh dan sebagai prasyarat yang harus dimiliki adalah
sehat /kesehatan. Sehat dan kesehatan dalam perspektif Islam

“Barang siapa sehat badannya, damai dihatinya dan punya makanan untuk
sehari-harinya, maka seolah-olah dunia seisinya dianugerahkan kepadanya”.
(Hadist riwayat At-Turmudzy dan Ibnu Majah)

Berpedoman pada hadist tersebut diatas maka sehat bukan hanya bebas dari
rasa sakit dan cacat belaka. Sehat berabstraksi jauh lebih dalam lagi, yaitu berada
dalam keadaan sejahtera, penuh rasa syukur atas nikmat Allah dalam aspek
jasmani, rohani dan sosial.

Upaya Kesehatan Dalam Al-Qur`an maupun hadist, telah diperingatkan akan


pentingnya memperhatikan kesehatan baik dalam konteks upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Beberapa dalil sebagi landasan upaya kesehatan
adalah :

1. Upaya promotif (QS: Al-Baqarah (2): 95 ). “Ada dua kenikmatan yang sering
dilalaikan orang, yaitu sehat dan waktu senggang”. (HR. Bukhori dan
Muslim)Berdasarkan dalil tersebut di atas maka manusia dilarang merusak diri
baik jasmani maupun rohani, dalam arti manusia wajib memelihara kesehatan
dan meningkatkannya. Dan uraian hadist tersebut dapat dipahami, janganlah kita
mengabaikan kesehatan dan waktu senggang.
15
Modul Keperawatan Islami

2. Upaya Preventif (QS. At-Tahrim (66):6)


Berkaitan dengan upaya preventif dalam Al-Quran dan Al-Hadist dijelaskan
sebagai berikut. “Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan
keluargamu dari siksa api neraka”
“Perhatikanlah lima perkara sebelum datangnya lima perkara, yaitu :1. Masa
hidupmu sebelum datang ajalmu, 2. Masa sehatmu sebelum datangnya sakit. 3.
Masa lapangmu sebelum datangnya sempitmu, 4. Masa mudamu sebelum
datangnya masa tua dan 5. Masa kayamu sebelum datangnya miskin.” (HR.
Ahmad dan Baihaqi).
3. Upaya kuratif
“Berobatlah kamu wahai manusia, karena sesungguhnya Allah tidak
menurunkan suatu penyakit tanpa menurunkan obatnya, kecuali penyakit tua
(mati)” (HR. Ashabus Sunan)
4. Upaya rehabilitatif
“Berbuatlah untuk bekal duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya-
lamanya dan beramllah untuk bekal akheratmu seakan-akan engkau mati besok
pagi” (Al Hadist)
“Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada wajahmu dan hartamu, tetapi ia
melihat hatimu dan amalmu”. (Al Hadist)
Dapat disimpulkan bahwa manusia harus memelihara keseimbangan antara
kehidupan duniawi dan ukhrowi, antara jasmani dan rohani serta perlu adanya
usaha pemulihan yang didasari niat yang sungguh-sungguh dan bekerja keras.

D. KEPERAWATAN

Keperawatan dalam Islam diyakini sejak tegaknya Islam Zaman Nabi Adam,
A.S Sebagaimana dalam Al qur’an Allah berfirman :Dari firman Allah tersebut dapat
disimpulkan bahwa terjadi awal mulanya konsep perawatan jenazah. (QS. Al Maidah
(6) : 31).

Zaman Nabi Ayub AS Ketika nabi Ayub terkena penyakit kulit, istrinya
bernama Siti Rahmah selalu merawat suaminya siang dan malam, untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi nabi ayub AS Siti Rahmah menukar gulungan rambut dengan
empat potong roti. Setelah itu Siti Rahmah berkata : wahai Tuhanku sesungguhnya
perlakuanku ini hanya karena taatku kepada suamiku dan untuk memberikan makan
kepada nabi-Mu, maka telah saya jual gulungan rambutku. Nabi Ayub berdoa kepada
Allah agar penyakitnya di berikan kesembuhan. Firman Allah : (QS. Shaad (38) :
41).

Zaman nabi Muhammad SAW Pada saat nabi Muhammad SAW menyiarkan
agama Allah, banyak kaum wanita menarik suami untuk ikut berjuang dan berperang
dan para wanita tersebut mengikuti perjalanan, selama perjalanan mereka tekun
16
Modul Keperawatan Islami

dalam memberikan pertolongan serta pengobatan kepada pasukan yang terkena luka
dan sakit dalam peperangan. Adapun wanita yang berbai’at kepada Rasullah adalah :
Rubiyi binti Mu’awidz Rubiyi adalah seorang sahabat wanita yang ikut serta
meriwayatkan hadist dari Rasullah . Peran Rubiyi dalam peperangan dapat diketahui
dari riwayat Imam Bukhori, Nasai dan abu Muslim Al Kajji yaitu bertugas memberi
minum kepada mereka yang berperang, melayani mereka, mengobati yang
terluka,serta membawa orang-orang yang gugur ke madinah.

Dari risalah tersebut diatas menunjukkan bahwa Islam telah mengajarkan


tentang keperawatan yang memberikan pelayanan komprehensip baik bio-psiko-
sosio-kultural maupun spiritual yang ditujukan kepada individu maupun masyarakat.
Pelayanan keperawatan berupa bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Keperawatan dalam Islam merupakan manifestasi dari fungsi manusia sebagai
khalifah dan hamba Allah dalam melaksanakan kemanusiaanya, menolong manusia
lain yang mempunyai masalah kesehatan dan memenuhi kebutuhan dasarnya baik
aktual maupun potensial . Permasalahan klien dengan segala keunikannya tersebut
harus dihadapi dengan pendekatan silaturrahmi (interpersonal) dengan sebaik-
baiknya didasari dengan iman, ilmu dan amal serta memiliki kemampuan berdakwah
amar ma’ruf nahi munkar.

Materi II
MASA SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ISLAM TENTANG KEPERAWATAN

A. Sejarah Keperawatan Islam

17
Modul Keperawatan Islami

Kegiatan pelayanan keperawatan telah di mulai sejak seorang perawat muslim


pertama yaitu Siti Rufaidah pada zaman nabi Muhammad saw,yang selalu
memberikan pelayanan terbaik nya bagi yang membutuhkan tanpa membedakan
apakah kliennya kaya atau miskin.adapula yang mengenal Rufaidah Binti
Saad.beliau dikenal sebagai perawat yang memulai praktek keperawatan di masa
nabi Muhammad saw.Beliau juga adalah perawat pertama muslim, beliau hidup
dimasa nabi Muhammad saw,di abad pertama hijriyah sesudah
Masehi,diilustrasikan sebagai perawat teladan,baik dan bersifat empati.

Rufaidah adalah public health nurse dan social worker yang menjadi inspirasi
bagi profesi keperawatan di dunia islam.Rufaidah Binti Saad memiliki nama
lengkap Rufaidah Binti Sa’ad Al Bani Aslam Alkhazraj,yang tinggal di Madinah,
lahir di yathrib dan termasuk kaum anshar.Ayahnya seorang dokter dan ia
mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya disaat kota
madinah berkembang,Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang
sakit,dan membangun tenda diluar masjid Nabawi saat damai,pada saat perang
Badar,Uhud,Khandak dan Perang Khaibar.

Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat,dan


dalam perang khaibar,mereka izin nabi Muhammad saw untuk ikut digaris belakang
pertempuran untuk merawat mereka yang terluka,dan nabi Muhammad saw
mengizinkannya. Tugas ini digambarkan mulia bagi rufaidah,dan merupakan
pengakuan awal untuk pekerjaannya dibidang keperawatan dan medis,

Kontribusi rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang.
Namun, juga terlibat dalam aktifitas sosial dan komunitas, memberi perhatian
kepada setiap muslim,miskin, anak yatim atau penderita cacat mental, merawat
anak yatim dan memberikan bekal pendidikan.Rufaidah juga digambarkan
memiliki keperibadian yang luhur dan empati sehingga memberi pelayanan
keperawatan kepada pasiennya dengan baik pula.sentuhan sisi kemanusiaan adalah
hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi teknologi dan sisi
kemanusiaan mesti seimbang.Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan
pencetus sekolah keperawatan pertama dunia islam.sejarah dunia islam juga
mencatat beberapa nama yang bekerja bersama rufaidah,seperti: Ummu
ammaraaminah, Ummu amin syafiat, Ummu sulaiman,dan hindun, beberapa wanita
muslim terkenal sebagai perawat adalah kuafibat,amin binti abi qaysal ghifari,dan
lainnya.

B. Perkembangan Islam Dalam Keperawatan

Masa sejarah perkembangan islam dalam keperawatan, tidak dapat dipisahkan


dalam konteks perkembangan keperawatan di Arab Saudi khususnya, dan negara-

18
Modul Keperawatan Islami

negara di timur tengah umumnya. Berikut ini akan lebih dijelaskan tentang sejarah
perkembangan keperawatan di masa Islam dan di Arab Saudi khususnya.

1. Masa penyebaran Islam/ The Islamic Period (570 – 632 M).

Dokumen tentang keperawatan sebelum-islam (pre-islamic period)


sebelum 570 M sangat sedikit ditemukan. Perkembangan keperawatan di masa
ini, sejalan dengan perang kaum muslimin/jihad (holy wars), memberikan
gambaran tentang keperawatan dimasa ini. Sistem kedokteran masa lalu yang
lebih menjelaskan pengobatan dilakukan oleh dokter ke rumah pasien dengan
memberikan resep, lebih dominan. Hanya sedikit sekali lilature tentang perawat,
namun dalam periode ini dikenal seorang perawat yang bersama Nabi
Muhammad SAW telah melakukan peran keperawatan yaitu Rufaidah binti
Sa’ad/Rufaidah Al-Asamiya (Tumulty 2001, Al Osimy, 1994) 2)

2. Masa Setelah Nabi/Post –Prophetic Era (632 – 1000 M).

Sejarah tentang keperawatan setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW


jarang sekali (Al Simy, 1994). Dokumen yang ada lebih didominasi oleh
kedokteran dimasa itu. Dr Al-Razi yang digambarkan sebagai seorang pendidik,
dan menjadi pedoman yang juga menyediakan pelayanan keperawatan. Dia
menulis dua karangan tentang “The Reason Why Some Persons and the
Common People Leave a Physician Even if He Is Clever” dan “A Clever
Physician Does Not Have the Power to Heal All Diseases, for That is Not Within
the Realm of Possibility.” Di masa ini ada perawat diberi nama “Al Asiyah” dari
kata Aasa yang berarti mengobati luka, dengan tugas utama memberikan
makanan, memberikan obat, dan rehidrasi.

3. Masa Late to Middle Ages (1000 – 1500 M)

Dimasa ini negara-negara Arab membangun RS dengan baik, dan


mengenalkan perawatan orang sakit. Ada gambaran unik di RS yang tersebar
dalam peradaban Islam dan banyak dianut RS modern saat ini hingga sekarang,
yaitu pemisahan antara ruang pasien laki-laki dan wanita, serta perawat wanita
merawat pasien wanita dan perawat laki-laki, hanya merawat pasien laki-laki
(Donahue, 1985, Al Osimy, 2004) 2).

4. Masa Modern (1500 – sekarang) Early Leaders in Nursing’s Development

Masa ini ditandai dengan banyaknya ekspatriat asing (perawat asing dari
Eropa, Amerika dan Australia, India, Philipina) yang masuk dan bekerja di RS di
negara-negara Timur Tengah. Bahkan dokumen tentang keperawatan di Arab,
sampai tahun 1950 jarang sekali, namun di tahun 1890 seorang misionaris
19
Modul Keperawatan Islami

Amerika, dokter dan perawat dari Amerika telah masuk Bahrain dan Riyadh
untuk merawat Raja Saudi King Saud. (Amreding, 2003) 2).

Dimasa ini ada seorang perawat Timur Tengah bernama Lutfiyyah Al-
Khateeb, seorang perawat bidan Saudi pertama yang mendapatkan Diploma
Keperawatan di Kairo dan kembali ke negaranya, dan di tahun 1960 dia
membangun Institusi Keperawatan di Arab Saudi.

Meskipun keperawatan masih baru sebagai profesi di Timur tengah,


sebenarnya telah dibangun di masa Nabi Muhammad SAW. Dimana
mempengaruhi philosofi praktek, dan profesi keperawatan. Dan sejak tahun
1950 dengan dikenalkannya organized health care dan pembangunan RS di Arab
Saudi, keperawatan menjadi lebih maju dan bukan hanya sekedar pekerjaan (job
training) 7)

Materi III
DIMENSI KEPERAWATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

20
Modul Keperawatan Islami

Islam menaruh perhatian yang besar sekali terhadap dunia kesehatan dan
keperawatan guna menolong orang yang sakit dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan
merupakan modal utama untuk bekerja, beribadah dan melaksanakan aktivitas lainnya.
Ajaran Islam yang selalu menekankan agar setiap orang memakan makanan yang baik
dan halal menunjukkan apresiasi Islam terhadap kesehatan, sebab makanan merupakan
salah satu penentu sehat tidaknya seseorang.

"Wahai sekalian manusia, makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi. Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari apa yang baik-baik
yang Kami rezekikan kepadamu" (QS al-Baqarah: l68, l72).

Makanan yang baik dalam Islam, bukan saja saja makanan yang halal, tetapi juga
makanan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan, baik zatnya, kualitasnya maupun
ukuran atau takarannya. Makanan yang halal bahkan sangat enak sekalipun belum tentu
baik bagi kesehatan.

Sebagian besar penyakit berasal dari isi lambung, yaitu perut, sehingga apa saja isi
perut kita sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Karena itu salah satu resep sehat
Nabi Muhammad SAW adalah memelihara makanan dan ketika makan, porsinya harus
proporsional, yakni masing-masing sepertiga untuk makanan, air dan udara (HR.
Turmudzi dan al-Hakim).

Anjuran Islam untuk hidup bersih juga menunjukkan obsesi Islam untuk
mewujudkan kesehatan masyarakat, sebab kebersihan pangkal kesehatan, dan
kebersihan dipandang sebagai bagian dari iman. Itu sebabnya ajaran Islam sangat
melarang pola hidup yang mengabaikan kebersihan, seperti buang kotoran dan sampah
sembarangan, membuang sampah dan limbah di sungai/sumur yang airnya tidak
mengalir dan sejenisnya.

Islam sangat menekankan kesucian (al-thaharah), yaitu kebersihan atau kesucian


lahir dan batin. Dengan hidup bersih, maka kesehatan akan semakin terjaga, sebab
selain bersumber dari perut sendiri, penyakit seringkali berasal dari lingkungan yang
kotor.

Mengingat kompleksnya faktor pemicu penyakit dan kesakitan, maka profesi


keperawatan tidak bisa dihindari. Kapan dan di mana pun, keperawatan sangat
dibutuhkan, baik yang dilakukan secara sederhana dan tradisional sampai pada yang
semi modern dan supermodern.

Keperawatan secara umum dapat dibagi dua, yaitu pelayanan kesehatan dan
pelayanan medis. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan kesehatan
diartikan sebagai pelayanan yang diterima seseorang dalam hubungannya dengan

21
Modul Keperawatan Islami

pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan tertentu (KBBI, l990:
504).

Menurut Benjamin Lumenta (l989: l5);

 Pelayanan kesehatan ialah kegiatan yang sama, yang dilakukan oleh pranata
sosial atau pranata politik terhadap keseluruhan masyarakat sebagai tujuannya.
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan makrososial yang berlaku antara
pranata atau lembaga dengan suatu populasi, masyarakat atau komunitas
tertentu.
 Sedangkan pelayanan medis ialah suatu upaya dan kegiatan pencegahan dan
pengobatan penyakit, semua upaya dan kegiatan peningkatan dan pemulihan
kesehatan yang dilaksanakan atas dasar hubungan individual antara para ahli
pelayanana medis dengan individu yang membutuhkannya.

Pelayanan medis ini merupakan kegiatan mikrososial yang berlaku antara orang
perorangan (Lumenta, l989: l5). Al Purwa Hadiwardoyo (l989: l6) menambahkan,
pelayanan medis mengandung semangat pelayanan dan usaha maksimal dengan
mengutamakan kepentingan pasien dan mengandung nilai ethos yang tidak egoistis dan
materialistis.

Dengan demikian, pelayanan kesehatan lebih bersifat hubungan antarlembaga atau


institusi kesehatan dengan kelompok masyarakat yang lebih bersifat massal, sedangkan
pelayanan medis lebih bersifat hubungan individual antara pemberi layanan medis,
dalam hal ini dokter, paramedis dan perawat dengan pengguna, pasien atau orang yang
membutuhkan pelayanan medis, dengan lebih menekankankan kepada ethos kerja
profesional dan tidak materialistis.

Materi IV
PROFESI KEPERAWATAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM

22
Modul Keperawatan Islami

A. Profesi Perawat dalam Islam

Mulianya Profesi Perawat Menurut mantan Rektor Universitas Al-Azhar,


Syeikh Mahmoud Syaltout (l973: l24), banyak sekali petunjuk Nabi Muhammad
SAW yang jelas sekali menuntut perlunya profesi keperawatan. Perintah untuk
berobat, peringatan terhadap penyakit menular, perintah mengasingkan diri terhadap
penyakit menular, penjenisan makanan-makanan sehat untuk tubuh, dan lain-lain.
Menunjukkan bahwa baik secara tersurat maupun tersirat Islam sangat menuntut
hadirnya para perawat di tengah masyarakat manusia. Sebab orang yang memiliki
kompetensi di bidang pengobatan dan perawatan kesehatan tidak lain adalah institusi
beserta individu perawat yang mengabdi di dalamnya.

Islam tidak membedakan apakah ia dokter, paramedis atau perawat, sepanjang


ia mengabdi di bidang pengobatan dan perawatan penyakit, maka ia merupakan
orang mulia. Bahkan dalam banyak kitab fikh dan hadits, selalu ada bab khusus yang
membahas tentang penyakit dan pengobatan (kitab al-maridh wa al-thib).

Di dalam Islamic Code of Medical Ethics diterangkan bahwa pengobatan dan


keperawatan merupakan profesi mulia. Allah menghormatinya melalui mukjizat Nabi
Isa bin Maryam dan Nabi Ibrahim yang pandai mengobati penyakit dan selalu
menyebut nama Allah sebagai penyembuh penyakitnya. Sama halnya dengan semua
aspek ilmu pengetahuan, ilmu kedokteran dan keperawatan adalah sebagian dari ilmu
Allah, karena Allah-lah yang mengajarkan kepada manausia apa yang tidak
diketahuinya. Allah berfirman:

Iqra wa rabbukal akram, alladzi allama bil qalam, allamal insana ma lam
ya’lam (Bacalah dan Tuhanmulah yang paling mulia, yang mengajar manusia
dengan perantaraan qalam (baca tulis), dan Dia mengajarkan kepada manusia
segala apa yang tidak diketahuinya. (QS al-Alaq: 3-5).

Melalui ayat ini Allah menyuruh mempelajari alam semesta beserta segenap
organisme dan anorganisme yang ada di dalamnya dengan nama dan kemuliaan
Tuhan, melalui baca tulis, eksperimen, penelitian, diagnonis, dsb. Ini terbukti dengan
semakin banyaknya studi di bidang kedokteran dan kesehatan, semakin terungkap
tanda-tanda kekuasaan Allah terhadap makhluk-makhluk-Nya.

B. Perawat Profesional

23
Modul Keperawatan Islami

Untuk lebih memberikan kesiapan fisik dan mental dalam menekuni profesi
keperawatan, kiranya penting digarisbawahi hal-hal mendasar berikut:

Pertama, hendaklah profesi keperawatan yang disandang dijadikan sebagai


profesi yang sebenarnya. Menurut pakar pendidikan, Ahmad Tafsir (l996), suatu
pekerjaan dapat dipandang sebagai pekerjaan profesional apabila:

1. Memiliki keahlian khusus untuk profesi tersebut, dilengkapi dengan kecakapan


diagnostik dan kompetensi aplikatif untuk membantu klien atau pasien. Ini
berarti para perawat harus terus meningkatkan ilmu, keahlian dan
pengalamannya, baik melalui pembelajaran teoritis maupun praktis. Di tengah
semakin majunya dunia kedokteran dan keperawatan, tentu menuntut setiap
orang yang menggelutinya tidak boleh berhenti untuk menambah ilmu dan skill-
nya untuk disumbangkan kepada masyarakat.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup yang akan dijalani sepenuh waktu, jadi
bukan profesi terpaksa yang akan dijalani sambil lalu. Ketika sudah
memantapkan hati menjadi perawat, haruslah all out menggeluti bidang ini
sampai akhir dengan motivasi yang tulus ikhlas dan penuh pengabdian. Dengan
motivasi dan dedikasi tinggi, tentu jenjang karier dan prospeknya akan terus
meningkat.
3. Profesi haruslah untuk kepentingan masyarakat, bukan individu dan golongan.
Ini berarti prinsip yang mendasari profesi keperawatan adalah kepentingan
masyarakat yang membutuhkan pertolongan, tanpa boleh membedakan status
orang yang diberikan pelayanan.
4. Profesi juga memiliki organisasi dan kode etik tertentu, ini berarti para perawat
mestilah merasakan bahwa dirinya merupakan bagian dari institusi dan
organisasi yang mewadahinya, sekaligus sadar untuk menaati kode etik yang
berlaku.
5. Sebuah profesi pada dasarnya memiliki otonomi, tapi juga tetap terbuka
menjalin kerjasama dengan pihak lain yang terkait. Ini berarti para perawat,
meskipun di satu sisi yakin akan kemampuannya, tapi untuk efektivitas
pekerjaannya, ia harus tertap terbuka dan proaktif bekerjasama dengan para
pihak yang dapat menunjang kesuksesan layanan keperawatan. Jadi dalam
profesi terkandung persyaratan pemilikan kompetensi personal berupa
kepribadian terpuji, kompetensi profesional berupa keahlian, serta kompetensi
sosial berupa semangat pengabdian yang tinggi untuk masyarakat.

Kedua, dalam menjalankan tugas keperawatan hendaknya dibarengi dengan


kecermatan, kehati-hatian dan kewaspadaan guna meminimalisasi risiko negatif
yang mungkin timbul.

24
Modul Keperawatan Islami

Ketiga, para perawat hendaknya lebih proaktif ketika mengabdikan dirinya


kepada masyarakat, tidak pasif menunggu orang sakit datang ke rumah sakit saja.

Dari apa yang dijabarkan di atas, Dapatlah disimpulkan bahwa ketika seorang
menganggap dirinya sebagai seorang professional maka ia harus memliki unsur:
Bertauhid, Amanah, Berakhlaq, Memiliki Ilmu, Keahlian, Tanggung Jawab.

25
Modul Keperawatan Islami

Materi V
PRINSIP – PRINSIP MORAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

Beberapa prinsip moral yang harus diaplikasikan perawat dalam pemberian


asuhan keperawatan menurut Baird, McCorcle dan Grant (1991) diantaranya adalah
autonomy, beneficience, justice, veracity, avoiding killing dan fidelity.

a. Autonomy/Otonomi

Autonomy berarti mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dengan cara menghargai pasien,
bahwa pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.
Perawat harus melibatkan pasien dalam membuat keputusan tentang asuhan
keperawatan yang diberikan pada pasien.

Aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan ini contohnya


adalah seorang perawat apabila akan menyuntik harus memberitahu untuk apa obat
tersebut, prinsip otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan
suatu tindakan keperawatan yang akan dilakukannya, tidak menawarkan pilihan
misalnya memungkinkan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau
kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada
orang yang lemah.

Hukum islam mengajarkan bahwa kita tidak boleh sewenang-wenang pada


kaum yang lemah, Allah ta’ala berfirman dalam Adh Dhuha 9-10,

‫فَأ َ َّما ْٱليَتِي َم فَاَل تَ ْقهَرْ َوأَ َّما ٱلسَّٓائِ َل فَاَل تَ ْنهَر‬

“ Adapun terhadap anak yatim,maka janganlah kamu berlaku sewenang-


wenang dan terhadap peminta-minta, maka janganlah kamu menghardiknya.
(Nawawi,1999).

b. Beneficience

Prinsip beneficience ini oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan
kata lain doing good yaitu melakukan yang terbaik. Beneficience adalah melakukan
yang terbaik dan tidak merugikan orang lain, tidak membahayakan pasien. Apabila
membahayakan, tetapi menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus
menghargai keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang diambil
perawatpun yang terbaik bagi pasien dan keluarga.

26
Modul Keperawatan Islami

Beberapa contoh prinsip tersebut dalam aplikasi praktik keperawatan adalah,


seorang pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program terapi
pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai
kepercayaan bahwa pemberian tranfusi bertentangan dengan keyakinanya, dengan
demikian perawat mengambil tindakan yang terbaik dalam rangka penerapan
prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelah pasien memberikan
pernyataan tertulis tentang penolakanya. Perawat tidak memberikan tranfusi,
padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat
yang terbaik dan menghargai pasien.

Ada kaidah syariat yang dibangun atas prinsip memudahkan dan


menghindari kesulitan dengan catatan, dalam keadaan terpaksa (Qardhawi, 2000).
Adapun dalam kondisi darurat Allah swt berfirman:

‫َّك َغفُو ٌر رَّ حِي ٌم‬


َ ‫اغ َواَل َعا ٍد َفإِنَّ َرب‬ ُ
ٍ ‫َف َم ِن ٱضْ طرَّ َغي َْر َب‬

“Maka barang siapa yang terpaksa sedang ia tidak menginginkanya dan


tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”(Al-An’am : 145).

Begitulah perawat tidak menyelamatkan jiwa pasien tersebut dalam keadaan


terpaksa yaitu tidak memberikan tranfusi yang sebenarnya bisa menyelamatkan
jiwa pasien.

c. Justice

Setiap individu harus mendapatkan tindakan yang sama, merupakan prinsip


dari justice (Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah keadilan, prinsip justice
ini adalah dasar dari tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil
pada setiap pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama.
Tindakan yang sama tidak selalu identik, maksudnya setiap pasien diberikan
konstribusi yang relatif sama untuk kebaikan kehidupannya. Prinsip Justice dilihat
dari alokasi sumber-sumber yang tersedia, tidak berarti harus sama dalam jumlah
dan jenis, tetapi dapat diartikan bahwa setiap individu mempunyai kesempatan
yang sama dalam mendapatkannya sesuai dengan kebutuhan pasien. (Sitorus,
2000).

Sebagai contoh dari penerapan tindakan justice ini adalah dalam keperawatan
di ruang penyakit bedah, sebelum operasi pasien harus mendapatkan penjelasan
tentang persiapan pembedahan baik pasien di ruang VIP maupun kelas III, apabila
perawat hanya memberikan kesempatan salah satunya maka melanggar prinsip
justice ini.

27
Modul Keperawatan Islami

Hukum islam juga mengatur bahwa manusia itu hendaknya berbuat adil pada
sesama. Firman Allah swt :

“Sesungguhnya Allah memerintahkan adil dan berbuat baik” (An-Nahl 90)

d. Veracity

Veracity menurut Chiun dan Jacobs (1997) sama dengan truth telling yaitu
berkata benar atau mengatakan yang sebenarnya. Veracity merupakan suatu
kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk tidak membohongi orang
lain atau pasien (Sitorus, 2000).

Perawat dalam bekerja selalu berkomunikasi dengan pasien, kadang pasien


menanyakan berbagai hal tentang penyakitnya, tentang hasil pemeriksaan
laboratorium, hasil pemeriksaan fisik seperti, “berapa tekanan darah saya suster?”,
bagaimana hasil laboratorium saya suster?’ dan sebagainya. Hal-hal seperti itu
harusnya dijawab perawat dengan bener sebab berkata benar atau jujur adalah
pangkal tolak dari terbinanya hubungan saling percaya antar individu dimanapun
berada. Allah Ta’ala berfirman dalam Al Qur’an (Al Hajj : 30),

“Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta”. (Nawawi,1999 : 447)

e. Fidelity

Sebuah profesi mempunyai sumpah dan janji, saat seorang menjadi perawat
berarti siap memikul sumpah dan janji. Hudak dan Gallo (1997 : 108), menjelaskan
bahwa membuat suatu janji atau sumpah merupakan prinsip dari fidelity atau
kesetiaan. Dengan demikian fidelity bisa diartikan dengan setia pada sumpah dan
janji. Chiun dan Jacobs (1997 : 40) menuliskan tentang fidelity sama dengan
keeping promises, yaitu perawat selama bekerja mempunyai niat yang baik untuk
memegang sumpah dan setia pada janji.

Prinsip fidelity menjelaskan kewajiaban perawat untuk tetap setia pada


komitmennya, yaitu kewajiban melakukan hubungan saling percaya antara perawat
dan pasien yang meliputi menepati janji dan menyimpan rahasia serta caring
(Sitorus, 2000 : 3).

Nabi saw bersabda, HR Thabrani,”Barang siapa membicarakan seorang


dengan suatu yang tidak ada kenyataanya dengan maksud hendak mencelanya,
Allah akan menahanya di neraka jahanam sehingga ia datang dengan
melaksanakan apa yang ia bicarakan tentangnya” (Qardhawi, 2000 : 460)
28
Modul Keperawatan Islami

f. Avoid Killing

Prinsip avoiding killing menekankan perawat untuk menghargai kehidupan


manusia (pasien), tidak membunuh atau mengakhiri kehidupan. Thomhson ( 2000 :
113) menjelaskan tentang masalah avoiding killing sama dengan Euthanasia yang
kata lainya tindak menentukan hidup atau mati yaitu istilah yang digunakan pada
dua kondisi yaitu hidup dengan baik atau meninggal. Ketika menghadapi pasien
dengan kondisi gawat maka seorang perawat harus mempertahankan kehidupan
pasien dengan berbagai cara. Tetapi menurut Chiun dan Jacobs (1997 : 40) perawat
harus menerapkan etika atau prinsip moral terhadap pasien pada kondisi tertentu
misalnya pada pasien koma yang lama yaitu prinsip avoiding killing, Pasien dan
keluarga mempunyai hak-hak menentukan hidup atau mati. Sehingga perawat
dalam mengambil keputusan masalah etik ini harus melihat prinsip moral yang lain
yaitu beneficience, nonmaleficience dan otonomy yaitu melakukan yang terbaik,
tidak membahayakan dan menghargai pilihan pasien serta keluarga untuk hidup
atau mati. Mati disini bukan berarti membunuh pasien tetapi menghentikan
perawatan dan pengobatan dengan melihat kondisi pasien dengan pertimbangan
beberapa prinsip moral diatas.

Mengenai hak hidup islam menjelaskan “Dan janganlah kamu membunuh


jiwa yang dikharamkan Allah membunuhnya melainkan dengan suatu alasan yang
benar”

29
Modul Keperawatan Islami

Materi VI
PERAN DAN FUNGSI PERAWAT PROFESIONAL

Peran ini dikenal dengan istilah care giver. Peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu
keluarga dan masyarakat. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai
comforter, protector, dan advokat, communicator, serta rehabilitator.

1. Sebagai comforter, perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada
klien. Islam mengajarkan bagaimana umat manusia dapat menolong terhadap
sesamanya, pertolongan itu diberikan secara tulus ikhlas dan holistic, sehingga kita
dapat merasakan apa yang klien kita rasakan. Ibarat orang mukmin saling mencintai
kasih mengasihi dan saling menyayangi adalah lukisan satu tubuh jika salah satu
angggota tubuhnya sakit maka seluruh tubuh akan merasa sakit
2. Peran sebagai protector lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan
menjamin agar hak dan kewajiban klien terlaksana dengan seimbang dalam
memperoleh pelayanan kesehatan. Misalnya, kewajiban perawat memenuhi hak
klien untuk menerima informasi dan penjelasan tentang tujuan dan manfaat serta
efek samping suatu terapi pengobatan atau tindakan keperawatan. Dalam islam kita
tidak boleh membuka aib sausara kita sendiri karena jika kita membukanya sama
saja kita memakan bangkai saudara kita
3. Peran sebagai communicator akan nampak bila perawat bertindak sebagai mediator
antara klien dengan anggota tim kesehatan lainnya. Peran ini berkaitan erat dengan
keberadaan perawat mendampingi klien sebagai pemberi asuhan keperawatan
selama 24 jam. Perawat dalam islam harus memberikan dukungan
4. Rehabilitator berhubungan erat dengan tujuan pemberian askep yakni
mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi
normal.

Salah satu peran perawat yang lain adalah mampu menjadi perawat  yang
memiliki visi Transcendental . Maksudnya perawat yang memiliki visi Transcendental
ialah perawat yang bertujuan tidak hanya kesejahteraan di dunia tetapi pengabdian dan
perilakunya ditujukan untuk ibadah dan kesejahteraan akherat.

Rasulullah bersabda :“Kehidupan dunia ini dibandingkan dengan kehidupan


akherat seperti seseorang dari kalian mencelupkan telunjuk ke dalam lautan kemudian
mengangkatnya, air yang menetes dari telunjuk tersebut itulah kehidupan dunia dan air
yang ada di lautan itulah kehidupan akherat” (Hadits Sahih Muslim)

30
Modul Keperawatan Islami

Firman allah swt:

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau
belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa.
Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Surah Al-An’Am ayat 32)

Ciri perawat yang memiliki visi trascedental :

1. menghargai keunikan pasiennya, dan adil terhadap pasien yang berbeda agama.
2. memulai tindakan keperawatan dengan basmalah
3. mampu membimbing pasien untuk bersuci dan sholat
4. mampu membimbing pasien saat sakaratul maut
5. melindungi pasien dari zat makanan dan minuman yang haram
6. memaknai hikmah sakit bagi pasien
7. memperkuat diri dan pasiennya untuk menuju husnul khotimah
8. mengutamakan kesejahteraan akherat di banding dunianya

31
Modul Keperawatan Islami

Materi VII
AKHLAK PERAWAT PROPESIONAL DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Akhlak
Akhlak berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai ataupun tabiat. Menurut
imam al-ghozali akhlak adalah bentuk naluri dalam jiwa seseorang manusia yang
dapat melahirkan sesuatu tindakan dan kekuatan dengan mudah dan spontan tanpa
pikiran.

Rasululloh Sebagai Suri Tauladan, Bila mau mencontoh tentang akhlak


rasululloh tentang akhlak seseorang, maka tidak lain yang pantas dicontoh atau
diteladani adalah Muhammad SAW. Sebelum beliau diangkat menjadi seorang Rosul
saja beliau telah diberi gelar "al-amin" orang yang dipercaya ini membuktikan
kepada kita bahwa Rosul telah diakui orang quraisy sebagai seorang yang pantas
untuk dicontoh, hal ini juga ditegaskan Allah :

"Sesungguhnya pada diri Rosululloh itu terdapat suri tauladan yang baik
bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat dari Allah dan
kedatangan hari kiamat dan mereka banyak mengingat Allah". (QS. Al-ahzab : 21).

Akhlak Rosululloh itu adalah Al-Qur'an dan Hadits, dimana segala tindak-
tanduk atau prilaku Rosululloh itu sesuai dengan perintah Allah, diantaranya

1. Sebagai seorang anak (ketika masih kecil). Rosululloh SAW adalah anak yang
sangat patuh kepada orang tuanya dan senantiasa mendo'akan keduanya.
2. Sebagai seorang remaja, Rosululloh adalah remaja yang pandai bergaul dan
disenangi oleh kawan sebayanya. Bahkan Rosululloh dikenal sebagai orang jujur
dalam segala tindakan dan perbuatannya
3. Sebagai kepala keluarga, dialah orang yang pertama yang berkata "baiti jannati"
rumah tanggaku laksanakan surga bagiku. Bahkan dengan istri-istrinya rosul tak
pernah menyakiti mereka. Bahkan ketika rosululloh terlambat pulang dari sholat
isya, beliau melihat istrinya Aisyah tertidur, namun rosul tidak membangunkan
istrinya itu karena ia menghargainya istrinya tersebut

B. Adab Perawat dalam Islam

Perawat adalah sebuah profesi yang bergerak dibidang jasa kesehatan. Dalam
Islam dikenal dengan nama Ibnu Sina, dialah orang Islam yang pertama yang
mengenalkan konsep kesehatan didaerah Bukit Tursina (Mesir). Oleh karena itu
sebagai seorang perawat muslim kita harus atau bahwa sebenarnya masalah
kesehatan ini juga telah ada dizaman sahabat Rosululloh. Dan islam
sendirimemberikan pengajaran kepada kita tentang bagaimana sebenarnya
memberikan pelayanan kepada pasien secara Islami. Karena Islam bukanlah agama

32
Modul Keperawatan Islami

yang hanya masuk kedalam ruang lingkup ibadah mahdhoh (wajib) saja, tapi Islam
masuk keseluruh aspek manusia diantaranya:

1. Jual beli yang Islami. Dimasa kecilnya Rosululloh telah diajarkan untuk
berdagang oleh pamannya, bahkan sampai menjadi Rosul pun beliau sukses
dalam berdagang
2. Pelayanan Kesehatan yang Islami.
3. Hakim yang Islami.
4. Pemimpin/Kepala Negara yang Islami, Dan lain-lain.

Maka sebenarnya Islam itu bukanlah agama yang sesaat saja, atau bagi
ummatnya saja, tetapi elastis (berkembang) dan masuk kepada semua kehidupan
manusia bahkan sampai akhir zaman.

Adapun akhlak Seorang Perawat adalah:

1. Berakhlakkulkarimah  : Akhlak yang baik


2. Tawadduq/rendah hati : Tidak sombong, Tidak ria, Baik sangka, Mau untuk
dikoreksi.
3. Ikhlas dalam bekerja/Mengharapkan Ridho Allah : Amar ma'ruf dan Nahi
Munkar, Disiplin waktu, Sistematik dalam bekerja.
4. Istighfar dan Taubat : Mengakui kesalahan, Mohon Ampun pada Allah
5. Istiqomah/teguh pendirian : Berpegang kepada syariat Allah
6. Tawakkal kepada Allah : Bekerja semaksimal mungkin, Berdo'a, Dan
menyerahkan hasilnya kepada Allah

33
Modul Keperawatan Islami

Materi VIII
ADAB MENGHADAPI PASIEN LAWAN JENIS

A. Pemeriksaan lawan jenis dalam hukum Islam

Adapun rambu-rambu untuk para ahli medis melakukan prakteknya,


khususnya pada kasus lawan jenis. Ada beberapa adab yang harus dimiliki oleh
seorang ahli medis, termasuk di dalamnya anggota Tim Medis..

Jika dokter laki-laki (dikarenakan tidak terdapat dokter perempuan) dengan


dalih mengobati dan atau pekerjaan-pekerjaan yang berkaitan dengan pekerjaan di
atas (memandang dan menyentuh) seperti; mendeteksi denyut nadi, mengambil
darah dan memijit, dimana dokter tidak memiliki cara lain kecuali terpaksa
memandang badan yang bukan mahramnya atau menyentuh badannya (dan tidak
memungkinkan dia menggunakan kaos tangan atau semacamnya, dengan maksud
menyentuh secara tidak langsung), dalam hal ini menyentuh dan memandang tidak
ada masalah.

Akan tetapi jika dalam masalah ini dokter mampu mengobati hanya dengan
memandang saja dan atau hanya dengan menyentuh pasien yang bukan mahramnya
tersebut maka dokter harus mencukupkan dengan memandang saja atau menyentuh
saja (itupun sebatas darurat) dan lebih daripada itu tidak boleh. Dokter perempuan
dalam hal memandang dan menyentuh pasien laki-laki yang bukan mahramnya juga
berlaku hukum demikian, begitu para ulama mengatakan.

Karena orang yang sakit sengaja menemui dan menaruh kepercayaan


terhadap dokter, para terapis atau ahli medis harus memberikan pelayanan dan
perlindungan yang terbaik bagi pesiennya. Namun harus tetap menjaga syariat.
Misalnya tidak boleh memberikan obat yang haram. Juga harus menjaga hubungan
lawan jenis. Jika pasiennya bukan muhrimnya, hendaklah ada pihak ketiga yang
menemani. Jangan hanya berdua didalam kamar pengobatan.

Telah di nukil dari Imam Musa ibnu Ja’far  yang mengatakan:

“Seorang lelaki buta dengan lebih dahulu meminta izin telah memasuki
rumah Fatimah  (sepertinya dia perlu dengan Rasulullah SAW) Fatimah
mengambil kerudungnya dan beliau bersembunyi di dalam kerudung tersebut
(mengambil hijab), Nabi SAW berkata: Putriku mengapa engkau menutup dirimu
sedangkan dia tidak melihatmu? Beliau berkata: Apabila dia tidak melihat saya,
tapi saya melihat dia dan dia (jika tidak melihat dan buta) tetapi dia mencium bau
wanita. Rasulullah SAW sedemikian gembiranya sambil berkata: Saya bersaksi
bahwa engkau adalah belahan jiwaku”. (Hayaatu Al-Imam Husain,Khutbah Hadrat
Zaenab)
34
Modul Keperawatan Islami

Lihatlah begitu diagungkannya urusan hijab oleh Rasulullah SAW. Allah


Ta`ala menyebutkan dalam firman-Nya surat al-An'am/6 ayat 119:

"Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang


diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya".

Bila memang dalam keadaan darurat dan terpaksa, Islam memang


membolehkan untuk menggunakan cara yang mulanya tidak diperbolehkan. Selama
mendatangkan maslahat, seperti untuk pemeliharaan dan penyelamatan jiwa dan
raganya dengan catatan harus di dampingi mahramnya saat pemeriksaan. Tidak
berduaan dengan sang dokter di kamar praktek atau ruang periksa.

Syarat ini disebutkan Syaikh Bin Baz rahimahullah

“untuk pengobatan pada bagian tubuh yang nampak, seperti kepala, tangan,
dan kaki. Jika obyek pemeriksaan menyangkut aurat wanita, meskipun sudah ada
perawat wanita misalnya, maka keberadaan suami atau wanita lain (selain
perawat) tetap diperlukan, dan ini lebih baik untuk menjauhkan dari kecurigaan”.

B. Adab pria dan wanita

Adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan berguna agar kaum Muslim
tidak tersesat di dunia. Adab-adab tersebut antara lain:

1. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis Allah berfirman: “Katakanlah


kepada laki-laki beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya
dan memelihara kemaluannya. Dan katakalah kepada wanita beriman:
Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara
kemaluannya.” (QS. An-Nur: 30-31)
2. Tidak berdua-duaanRasulullah saw bersabda: “Janganlah seorang laki-laki
berdua-duaan (khalwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
3. Tidak menyentuh lawan jenis Di dalam sebuah hadits, Aisyah ra berkata,
“Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama
sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin).” (HR. Bukhari).
Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan
salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah bersabda,
“Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih
baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (HR. Thabrani
dengan sanad hasan)

35
Modul Keperawatan Islami

Materi IX
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEPERAWATAN ISLAMI

A. Membimbing Pasien Untuk Bersuci (Berwudlu’)


Sebagai perawat kita harus membimbing pasien saat sedang bersuci. Bagi
orang sakit bersuci bisa dilakukan dengan cara berwudhu jika dia mampu namun
jika dia tidak mampu untuk menggerakan badannya untuk berwudhu maka di
bolehkan untuk bertayamum, dan disini perawat membimbing pasien dalam
melaksanakan tayamumnya.

B. Gambar (Contoh)

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,


maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu
dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air,
maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya
kamu bersyukur”.  (Al-Maidah : 6)

Hal-hal yang perlu disiapkan yaitu :

1. Ember atau tempat air dua buah

2. Handuk kecil dua buah

Cara mewudhukan pasien adalah sebagai berikut :

36
Modul Keperawatan Islami

1. Mengambil handuk kecil yang telah disiapkan kemudian disiram dengan air
sedikit demi sedikit dari tempat air yang telah dipisahkan

2. Membasuh/mengusapkan handuk yang telah basah tadi ke wajah dan tangan


pasien secara berurutan. Jika di rasa belum bersih, maka boleh di ulangi
sebanyak tiga kali.

3. Membasuh ubun-ubun cukup dengan menuangkan air secukupnya di tangan


kemudian diusapkan ke kepala pasien.

Handuk yang telah digunakan untuk membasuh wajah dan tangan tidak boleh
digunakan lagi untuk membasuh kaki.

4. Menuangkan air ke handuk kecil yang sudah disiapkan kemudian diusapkan ke


kaki dengan menyela-nyela jari kaki.

Hendaknya mendahulukan anggota wudhu yang kanan daripada yang kiri dan
disarankan menggunakan air hangat agar pasien tidak kedinginan.

37
Modul Keperawatan Islami

Materi X
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEPERAWATAN ISLAMI
A. Membimbing pasien ketika tiba waktu sholat
Karena sholat itu merupakan tiang agam jadi dalam keadaan apapun kita
diwajibkan untuk sholat, maka dari itu sebagai perawat wajib mengingatkan pasien
agar terus menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim.

B. Gambar (Contoh)

“Jagalah (peliharah) segala shalat(mu) dan (peliharalah) shalat wustha.


Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’.” (Al-Baqarah [2]: 238).
Apabila pasien tidak mampu melaksanakan solat dengan berdiri, maka bisa
dengan posisi duduk, jika tidak bisa dalam posisi duduk pasien bisa melakukan
dalam posisi berbaring dengan menghadap ke arah kiblat. Dan untuk pasien yang
kondisinya sangat lemah bisa melakukan solatnya dalam hati.

Berikut tata cara sholat bagi orang sakit/pasien :

1. Diwajibkan bagi orang yang sakit untuk shalat dengan berdiri apabila mampu
dan tak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam shalat wajib
merupakan rukun shalat.

2. Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku' atau sujud , dia tetap
wajib berdiri. Dia harus shalat dengan berdiri dan melakukan rukuk dengan
menundukkan badannya.

3. Orang sakit yang tidak mampu berdiri, maka dia melakukan shalatnya dengan
duduk.
38
Modul Keperawatan Islami

4. Orang sakit yang khawatir akan bertambah parah sakitnya atau memperlambat
kesembuhannya atau sangat susah berdiri, diperbolehkan shalat dengan duduk.

5. Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk, cara
melakukannya adalah dengan berbaring, boleh dengan miring ke kanan atau ke
kiri, dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat.

6. Orang sakit yang tidak mampu berbaring, boleh melakukan shalat dengan
terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat, karena hal ini lebih dekat
kepada cara berdiri.

7. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan shalat dengan semua gerakan di
atas (Dia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga
dengan matanya), hendaknya dia melakukan shalat dengan hatinya.

8. Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan shalat dengan semua gerakan di
atas (Dia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga
dengan matanya), hendaknya dia melakukan shalat dengan hatinya.

39
Modul Keperawatan Islami

Materi XI

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEPERAWATAN ISLAMI

A. Membimbing pasien bertayammum

Jika pasien tidak sanggup bersuci dengan menggunakan air karena kondisinya yang
memang lemah atau karena khawatir sakitnya bertambah parah atau menunda
kesembuhannya, maka dia boleh bertayammum.

B. Adapun cara bertayammum: Telapak tangan ditempelkan di debu yang bersih


dengan sekali tempelan, lalu ditepis-tepiskan agar debunya tidak terlalu banyak, lalu
mengusap ke seluruh wajah pasien. Kemudian menempelkan lagi di debu, lalu
saling diusapkan tangan antara yang satu dan lainnya.

40
Modul Keperawatan Islami

Materi XII
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEPERAWATAN ISLAMI

A. Mengingatkan untuk selalu berdoa/berzikir kepada Allah


“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan
Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri
dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”.
(Ghafir : 60)
Dengan kita berdoa kita bisa lebih dekat dengan ALLAH SWT .

B. Gambar (Contoh)

Membimbing agar selalu berdzikir kepada Allah. Dengan berdzikir hati


pasien yang tidak tenang akan menjadi lebih tenang dan akan menjadi lebih dekat
kepada Allah SWT.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.“
Begitulah Allah SWT menguji manusia ( dengan sakit ), untuk melihat siapa
di antara hambaNya yang memang benar-benar berada dalam keimanan dan
kesabaran. Karena sesungguhnya iman bukanlah sekedar ikrar yang diucapkan
melalui lisan, tapi juga harus menghujam di dalam hati dan teraplikasian dalam
kehidupan oleh seluruh anggota badan. AllahSWT menegaskan bahwa Dia akan
menguji setiap orang yang mengaku beriman,

41
Modul Keperawatan Islami

“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:


“Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami
telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah
mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-
orang yang dusta”. (QS. Al-Ankabuut: 2-3)

Materi XIII
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI ISLAMI
A. Keperawatan Pada Pasien Menghadapi Sakratul Maut
Peran perawat sangat komprehensif dalam menangani klien karena peran
perawat adalah memenuhi kebutuhan biologis, sosiologis, psikologis, dan spiritual
klien. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat. Padahal aspek
spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose harapan
sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut.
Menurut Dadang Hawari (1977,53) “orang yang mengalami penyakit
terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan,
krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus”.
Perawat hendaknya meyakini bahwa sesuai dengan ajaran islam dalam
menjalani fase akhir dari kehidupan manusia di dunia terdapat fase sakaratul maut.
Fase sakaratul maut seringkali di sebutkan oleh Rasulullah sebagai fase yang sangat
berat dan menyakitkan sehingga kita diajarkan do’a untuk diringankan dalam fase
sakaratul maut.
Gambaran tentang beratnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al Qur,an dan
hadis.
“Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat mencabut nyawa orang-
orang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata “rasakan
olehmu siksa neraka yang membakar” (niscaya kamu akan merasa sangat nyeri)
(QS Al Anfal: 50).
Alangkah dahsyatnya sekiranyakamu melihat diwaktu orang-orang zalim
(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedangkan para malaikat memukul
dengan tangannya (sambil berkata)
“keluarkanlah nyawamu!)” Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan
yang sangat menghinakan karena kamu selalu mengatakan terhadap ALLAH
perkataan yang tidak benar dankarena kamu selalu menyombongkan diri terhadap
ayat-ayat-Nya” (QS. Al An’am :93).
Cara malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang
yang bersangkutan bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah
42
Modul Keperawatan Islami

SWT, maka malaikat Izrail mencanut nyawanya dengan kasar. Sebaliknya bila
terhadap orang sholeh cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati.
Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap amat menyakitkan.
“Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya di pukul
pedang. “ ( HR. Ibnu Abu Dunya)
Melihat batapa sakitnya sakaratul maut maka perawat harus melakukan upaya
-upaya sebagai berikut:
1. Membimbing pasien agar berbaik sangka kepada Allah SWT. Pada sakaratul
maut perawat harus membimbing agar berbaik sangka kepada Allah
sebagaimana Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Muslem. “Jangan sampai
seorang dari kamu mati kecuali dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah”,
“selanjutnya Allah berfirman dalam hadist qudsi, Aku ada pada sangka-sangka
hambaku, oleh karena itu bersangkalah kepadaKu dengan sangkaaan yang
baik”.
Selanjutnya Ibnu Abas berkata,“Apabila kamu melihat seseorang menghadapi
maut, hiburlah dia supaya bersangka baik pada Tuhannya dan akan berjumpa
dengan Tuhannya itu”.
Selanjutnya Ibnu Mas´ud berkata :” Demi Allah yang tak ada Tuhan selain
Dia, seseorang yang berbaik sangka kepada Allah maka Allah berikan sesuai
dengan persangkaannya itu”. Hal ini menunjukkan bahwa kebaikan apapun jua
berada ditangannya.
2. Mentalkinkan dengan Kalimat Laailahaillallah. Perawat muslim dalam
mentalkinkan kalimah laaillallah dapat dilakukan pada pasien terminal
menjelang ajalnya terutama saat pasien akan melepaskan nafasnya yang
terakhir.
3. Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali
kata-kata yang baik, Berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.“Apabila kalian
mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka
hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para
malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan.” Maka perawat harus berupaya
memberikan suport mental agar pasien merasa yakin bahwa Allah Maha
Pengasih dan selalu memberikan yang terbaik buat hambanya, mendoakan dan
menutupkan kedua matanya yang terbuka saat roh terlepas dari jasadnya.
4. Membasahi kerongkongan orang yang sedang sakaratul maut. Disunnahkan
bagi orang-orang yang hadir untuk membasahi kerongkongan orang yang
sedang sakaratul maut tersebut dengan air atau minuman. Kemudian
disunnahkan juga untuk membasahi bibirnya dengan kapas yg telah diberi air.
Karena bisa saja kerongkongannya kering karena rasa sakit yang menderanya,
sehingga sulit untuk berbicara dan berkata-kata. Dengan air dan kapas
tersebut setidaknya dapat meredam rasa sakit yang dialami orang yang
mengalami sakaratul maut, sehingga hal itu dapat mempermudah dirinya
43
Modul Keperawatan Islami

dalam mengucapkan dua kalimat syahadat. (Al-Mughni : 2/450 milik Ibnu


Qudamah)
B. Ciri-ciri pokok pasien yang akan melepaskan nafasnya yang terakhir,
yaitu :
1. penginderaan dan gerakan menghilang secara berangsur-angsur yang dimulai
pada anggota gerak paling ujung khususnya pada ujung kaki, tangan, ujung
hidung yang terasa dingin dan lembab,
2. kulit nampak kebiru-biruan kelabu atau pucat.
3. Nadi mulai tak teratur, lemah dan pucat.
4. Terdengar suara mendengkur disertai gejala nafas cyene stokes.
5. Menurunnya tekanan darah, peredaran darah perifer menjadi terhenti dan rasa
nyeri bila ada biasanya menjadi hilang. Kesadaran dan tingkat kekuatan ingatan
bervariasi tiap individu. Otot rahang menjadi mengendur, wajah pasien yang
tadinya kelihatan cemas nampak lebih pasrah menerima.

44

Anda mungkin juga menyukai