OLEH
BAMA YANI
17100025421003
PRODI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
2020
FISIOLOGI PASCA PANEN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Alhamdulillah Penulis haturkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan Rahmat serta Nikmatnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan
Makalah Fisiologi Pasca Panen Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian,
Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat, Payakumbuh. Selanjutnya Shalawat
beriring salam tidak lupa Penulis sampaikan buat tokoh revolusi Agama Islam
yaitu Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun berdasarkan penyesuaian kurikulum dan materi
perkuliahan yang dibahas untuk mata kuliah Fisiologi Pasca Panen bagi
mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat,
Payakumbuh. Materi berkaitan dengan Respirasi Pasca Panen.
Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat menjadi sumber pengayaan
pemahaman mahasiswa dan menambah kecintaan dan kepedulian pada ilmu
pertanian terutama dalam Fisiologi Pasca Panen tentang Respirasi Pasca Panen.
Kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan dari semua pihak yang peduli
akan perkembangan ilmu Pertanian.
Bama Yani
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
Faktor terpenting yang dapat menghambat pada bahan nabati seperti buah-
buahan dan sayuran adalah respirasi, produksi etilen, transpirasi dan faktor lain
yang juga penting untuk diperhatikan adalah menghindari komuditi terhadap suhu
atau cahaya berlebihan dan kerusalan patologis atau kerusakan fisik . Pada
umumnya semua produk hortikultura setelah dipanen masih melakukan proses
respirasi.
Keragaman akan laju respirasi pascapanen buah dan sayur sering dijadikan
sebagai indikator tingkat laju kemunduran dari produk dan untuk mengetahui daya
simpan buah dan sayuran sesudah dipanen. Semakin tinggi tingkat laju
respirasinya maka semakin cepat laju kemunduran dan semakin cepat kematian
yang terjadi. Intensitasrespirasi dianggap sebagai ukuran laju jalannya
metabolisme, Laju respirasi menimbulkan suatu pola respirasi yang menyebabkan
buah dan sayuran dikelompokkan kedalam dua kelompok. Ada buah yang masuk
dalam kelompok buah klimaterik dan ada pula yang tergolong ke dalam kelompok
1.3 Tujuan
BAB II
Pada buah atau sayuran yang baru dipetik, respirasi masih tetap
berlangsung. Sel tanaman maupun hewan menggunakan energi yang telah
dihasilkan dan digunakan untuk mempertahankan protoplasma, membran
protoplasma, dan dinding sel.
Pada waktu masih berada pada tanaman induknya, buah dan sayuran serta
bunga potong melangsungkan proses kehidupan dengan cara melakukan respirasi,
yaitu proses biologis yang menyerap oksigen untuk digunakan pada proses
pembakaran (oksidasi) dan kemudian menghasilkan energi dengan diikuti
pengeluaran sisa pembakaran berupa gas karbondioksida dan air. Setelah organ
dipanen ternyata buah, sayuran dan bunga potong masih melangsungkan proses
respirasi yang mencirikan bahwa organ panenan tersebut masih dalam keadaan
hidup. Menurut Kader (1985) bila proses respirasi dipilah dalam tahapan, maka
terdapat tiga tahap dalam proses respirasi. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut
ini:
a. Perombakan polisakarida menjadi gula-gula sederhana,
b. Oksidasi gula-gula sederhana menjadi asam piruvat, dan
c. Perubahan (transformasi) aerob dari piruvat dan asam-asam organik lain
menjadi karbondioksida, air, dan energi.
Dalam proses respirasi, umumnya glukosa akan diubah menjadi berbagai
senyawa yang lebih sederhana dan disertai dengan pembebasan energi.
Persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
aktivitas sel-sel hidup. Untuk jelasnya dapat dibedakan antara fotosintesis dengan
respirasi sebagai berikut ini :
Fotosintesis Respirasi
1.Hanya terjadi pada sel tanaman 1.Terjadi pada setiap sel aktif dan
yang mempunyai klorofil hidup pada tanaman dan hewan.
2.Perlu adanya sinar matahari 2.Berlangsung selama sel tersebut
masih hidup baik pada tempat yang
terang ataupun tempat yang gelap
3.Menggunakan air dan karbon 3.Menggunakan bahan pangan dan
dioksida
4.Terjadi pembebasan oksigen
akan menentukan pola respirasi yang spesifik untuk setiap jenis buahbuahan dan
sayuran (Nurjanah, 2002).
Laju respirasi menentukan potensi pasar dan masa simpan yang berkaitan
erat dengan: kehilangan air, kehilangan kenampakan yang baik, kehilangan nilai
nutrisi dan berkurangnya nilai cita rasa. Masa simpan produk segar dapat
diperpanjang dengan menempatkannya dalam lingkunngan yang dapat memper
lambat laju respirasi dan transpirasi melalui penurunan suhu produk, mengurangi
ketersediaan oksigen (O2) atau meningkatkan konsentrasi CO2, dan menjaga
kelembaban nisbi yang mencukupi dari udara sekitar produk tersebut (Utama,
2013).
3. Reaksi tingkat ketiga merupakan jalur yang disebut siklus Krebs (TCA=
Tricarboxylic Acid ). Pada tingkat ini senyawa-senyawa intermedier yang
dihasilkan akan teroksidasi menjadi CO2, H2O dan energi. Empat elektron
ditransfer ke NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide) dan FAD ( Flavine
Adenine Dinucleotide) untuk setiap gugus asetil yang dioksidasi dengan disertai
sedikit pembebasan energi.
Substrat adalah bahan kimia yang menjadi subjek untuk dimodifikasi yang
dapat bereaksi dengan pereaksi yang menghasilkan suatu produk.
Protein dan lemak dapat pula berperan sebagai substrat dalam proses
respirasi. Berbagai hubungan antara substrat dengan hasil intermedier respirasi
dapat dikemukakan sebagai berikut :
dengan menganalisis bahan tersebut. Jarang hanya gula saja yang dipakai sebagai
substrat selama respirasi.
Berbagai bentuk zat lain dapat pula digunakan sebagai substrat dalam
respirasi.. Zat lainnya misalnya pati, selulosa, pektin, lemak, bahkan protein dapat
sebagai substrat. Respirasi ditentukan dengan pengukuran CO2 dan O2 yaitu
dengan pengukuran laju penggunaan O2 atau dengan penentuan laju pengeluaran
CO2. Proses respirasi dengan mengukur perubahan kandungan gula, jumlah ATP,
jumlah CO2 yang dilkeluarkan, dan jumlah O2 yang digunakan secara praktis
sukar dapat diukur.
BAB III
2. Pola Non-klimakterik.
1. Respirasi Klimakterik
tekstur. Pada buah klimakterik, selain terjadi kenaikan respirasi juga terjadi
kenaikan kadar etilen pada proses pematangan. Perlakuan etilen atau propilen
akan menstimulir proses respirasi & sintesis etilen secara autokatalitik. Contoh
buah yang tergolong klimaterik yaitu : nangka, srikaya, sirsak, papaya, jambu,
durian, dll.
Pada buah non klimaktetik, Pada proses pematangan tidak terjadi kenaikan
respirasi & kenaikan kadar etilen pada saat dimulainya proses pematangan buah
sehingga CO2 yang dihasilkan terus menurun secara perlahan sampai fase
senescene. Dan etilen yang dihasilkan pun rendah atau mengalami perubahan
selama fase perkembangan buah, mulai dari pembelahan sel selama fase
senescene.
BAB IV
RESPIRASI
Atas dasar laju dan pola respirasi dan pola produksi etilen selama
pematangan dan pemasakan, komoditi hortikultura (terutama yang berbentuk
buah) dapat digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu buah klimaterik dan non-
klimaterik. Klimaterik menunjukkan peningkatan yang besar dalam laju produksi
karbondioksida (CO2) dan etilen (C2H4) bersamaan dengan terjadinya pemasakan.
Sedangkan non-klimaterik tidak menunjukkan perubahan, umumnya laju produksi
karbondioksida dan etilen selama pemasakan sangat rendah. Contoh buah yang
tergolong klimaterik adalah apel, apokat, pisang, pepaya, tomat, dan semangka.
Sedangkan buah-buah yang termasuk dalam golongan non-klimaterik meliputi
anggur, cherri, mentimun, terong, jeruk, cabe, nanas, dan stroberi.
A. Faktor Internal
3. Ukuran Produk
Produk yang kecil mempunyai laju respirasi lebih besar daripada produk
yang besar. Misalnya, kentang yang kecil-kecil mempunyai laju respirasi yang
lebih besar daripada kentang yang besar per satuan berat. Hal ini disebabkan
karena kentang yang lebih kecil mempunyai luas permukaan lebih besar daripada
kentang yang lebih besar sehingga lebih banyak permukaannya bersentuhan
dengan udara. Dengan demikian berarti lebih banyak oksigen yang berdifusi ke
dalam jaringan.
5. Jenis Jaringan
B. Faktor Eksternal
1. Suhu
2. Etilen ( C2H4 )
3. Oksigen
4. Karbondioksida
Konsentrasi CO2 yang sesuai dapat mempertahankan mutu buah dan sayur
sayuran yang disimpan karena respirasinya terhambat sehingga perubahan-
perubahan pada bahan tersebut terhambat. Misalnya, pada jeruk konsentrasi 5 %
5. Kerusakan buah
BAB V
BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
6. DAFTAR PUSTAKA
Mattoo, A.K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K. Chachin, K. Ogata and C.T. Phan.,
1975. Chemical Changes During Maturation and Ageing. The Avi
Publishing Company. Inc., Connecticut.
Nurjanah, Sarifah. 2002. Kajian Laju Respirasi Dan Prodeuksi Etilen Sebagai
Dasar Penentuan Waktu Simpan Sayuran Dan Buah-Buahan. Jurnal
Bionatura, Vol. 4, No. 3, 148 – 156.
Phan, C.T., Er. B. Pantastico, K. Ogata, and K. Chachin, 1975. Respiration and
Peak of Respiration. In Pantastico, Er. B. (Ed). Postharvest Physiology,
Handling, and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and
Vegetables. The Avi Publishing Company. Inc., Connecticut.
Wills, R.B.H., Mc. Glasson, W.B., Graham, D., Lee, T.H., and Hall, E.G., 1989.
Postharvest – An Introduction to The Physiology and Handling of Fruits,
and Vegetables. An Avi Book, Van Nostrand Reinhold, New York.