Anda di halaman 1dari 13

Makalah Perilaku & Etika Profesi

“Pemahaman Sosial"

Disusun Oleh :
Nama : Darna Darun
Nim : 34180230

Dosen Pengampu : Wahyu Tusi Wardani., Ssi, M.Farm.,Apt

Prodi DIII Farmasi Stikes Surya Global


Yogyakarta
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Makalah ini.

Penyusun bersyukur karena dengan kodrat dan iradat Allah SWT. Penyusun dapat menyelesaikan tugas
dengan baik. Namun dengan kerendahan hati, keterbukaan tangan dan keleluasaan waktu “tak ada
gading yang tak retak” oleh karena itu penyusun berterima kasih akan saran dan kritik sahabat pembaca
budiman. Semoga memberikan manfaat bagi kita semua

Akhirnya semoga makalah ini dapat menjadi ladang amal saleh yang diterima oleh Allah SWT, ilmu yang
bermanfaat dan menjadi bagian dalam mewujudkan agen of change kearah yang diridhai Allah SWT.
Amin.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam dasawarsa terakhir ini ada kecenderungan pergeseran pola penyakit fisik dan akhirnya akan
berdampak pada cara penanggulangannya.Dahulu, sebelum tahun 90-an, penyebab kematian terbesar
adalah acute disorder seperti tuberkulosis, cacar, lepra dan berbagai infeksi yang diyakini disebabkan
oleh virus dan bakteri. Oleh karena itu, cara penanggulangannya juga lebih diarahkan kepada
penggunaan obat-obatan untuk penyembuhan berbagai macam penyakit.

Sejalan dengan kemajuan dalam bidang kedokteran dan obat-obatan, kecenderungan penyakit seperti
di atas dapat berkurang. Namun dengan ditemukannya berbagai macam obat yang manjur untuk
berbagai penyakit yang acute, bukan berarti masyarakat tenang karena penyakit telah dapat
ditanggulangi. Ternyata, di kemudian hari muncul penyakit-penyakit lain yang diyakini oleh beberapa
ahli tidak hanya disebabkan oleh virus dan bakteri tetapi juga terkait dengan Jurnal pola-pola perilaku
individu itu sendiri yang kurang tepat dalam menjaga kesehatan, seperti munculnya kanker paru-paru,
kanker kulit, muntaber, demam berdarah. Sebenarnya penyakit penyakit seperti ini dapat dicegah bila
individu dapat selalu menjaga kebersihan, kesehatan dan selalu mengembangkan kebiasaan perilaku
yang sehat, seperti diet rendah kalori. Penelitian telah mengindikasikan keuntungan kesehatan dengan
mengkonsumsi diet serat pada metabolisme lipid dan glukosa dan mencegah kolon kanker.

Oleh karena itu, setelah tahun 90-an mulai dikembangkan pendekatan biopsikososial yang lebih luas
dari pendekatan medis/biologis dalam mencegah dan menanggulangi berbagai macam penyakit dengan
mengembangkan perilaku sehat dalam masyarakat. Mengembangkan perilaku sehat ini perlu dimulai
dari lingkungan terkecil yaitu keluarga dan sebaiknya dilakukan sedini mungkin. Jika pada usia dini anak-
anak telah diajarkan dan dibiasakan berperilaku hidup sehat maka akan mempermudah dalam
penerapan selanjutnya. Yang menjadi permasalahan selanjutnya adalah bagaimana cara mengajarkan
pola perilaku hidup sehat sejak dinisampai dewasa.

Salah satu cara yang dapat dipakai untuk mengajarkan dan mengembangkan perilaku sehat adalah
dengan pendekatan belajar sosial/pemahaman sosial atau teorinya yg disebut Social Learning Theory.
Pendekatan ini menekankan pada cara belajar melalui observasi terhadap sesuatu contoh/model
perilaku dan selanjutnya observer akan mengimitasikannya dan menerapkan dalam perilakunya sendiri.

I.2 Tujuan Penulisan


A. Untuk mengetahui tentang Social Learning Teory/teory pemahaman sosial dan pengaruhnya dalam
bidang kesehatan

B. Untuk mengetahui aplikasi teori pemahaman sosial

I.3 Rumusan Masalah

A. Apa itu pemahaman social dan bagaimana pengaruh pemahaman soaial dalam bidang kesehatan?

B. Apa sajakah aplikasi teori dari pemahaman sosial ?

BAB II

PEMBAHASAN

II.1 Teori Pemahaman Sosial & Pengaruhnya dalam Bidang Kesehatan

Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi orang lain/kelompok lain secara akurat
dan menafsirkan perilaku mereka. Meskipun tak seorangpun memiliki waktu atau energi yang tak
terbatas untuk mengevaluasi secara cermat suatu individu atau kelompok masyarakat tertentu.

Teori ini bertujuan sekaligus sebagai ilmu dinamika psychososial didalam melancarkan perilaku
kesehatan dan sebagai metode untuk mempromosikan perubahan yang berhubungan dengan perilaku.
Dalam teori ini, perilaku manusia merupakan penjelasan terminology dari sebuah tritunggal, ilmu
dinamika, dan model timbal balik dalam perilaku, faktor personal, serta pengaruh dari likngkungan.
Diantara semuanya, faktor personal sangat penting karena ia merupakan kemampuan dari setiap
individu untuk melambangkan perilaku, untuk mengharapkan hasil dari perilaku, untuk belajar dari
berbagai pengamatan, untuk memiliki kepercayaan dalam menunjukkan sebuah perilaku, untuk
menentukan diri sendiri atau untuk mengatur prilaku diri sendiri, dan untuk reflex serta menganalisa
pengalaman (Bandura, 1997).

Pendidik kesehatan dan para ahli ilmu perilaku dengan kreatif menggunakan teori ini untuk
mengembangkan intervensi, prosedur, atau tekhnik yang dapat mempengaruhi pokok variable-variabel
kognitif, dengan demikian hal ini meningkatkan kemungkinan terjadinya perubahan perilaku. Cabang
provider ini adalah sebuah sejarah singkat dari perkembangan Social Cognitive Theory, yang meliputi
sebuah gambaran dari berbagai konsep kunci, dan menganalisis dua contoh baru dari bagaimana teori
ini digunakan untuk mendesign program pendidikan dalam kesehatan.
Teori Pemahaman Sosial ini dikembangkan oleh Bandura (West dan Wicklund, 1980) yang pada dasarnya
menguraikan ide bagaimana belajar dan merubah perilaku, dan awalnya muncul sebagai kritik terhadap
teori belajar tradisional terhadap berbagai masalah yang kurang dapat diselesaikan. Masalah itu
misalnya bagaimana menciptakan kreativitas kalau hanya berdasarkan reinforcement semata,
bagaimana memandang proses belajar perilaku melalui trial and error jika perilaku itu beresiko seperti
belajar menyetir mobil, apakah reinforcement selalu mutlak diberikan dan sebagainya.Teori ini dalam
menjelaskan terjadinya perilaku melibatkan aspek kognitif, yang diartikan bagaimana manusia
memikirkan sesuatu dan melakukan interpretasi terhadap berbagai pengalaman yang diperoleh. Di
samping itu, teori ini menjelaskan bahwa perilaku yang baru dan kompleks dapat diciptakan dengan
observasi terhadap model yang dihadirkan secara langsung ataupun tidak langsung serta melalui
mental reherseal. Oleh karena itu, teori ini juga disebut observational learning theory. Di sini individu
juga dapat mengembangkan perilaku lewat self-administered reward dan mengembangkan perilaku
hanya dengan berpikir tentang suatu aktivitas.Selain yang tersebut di atas teori ini juga berbeda dari
teori yang lain dalam menjelaskan terjadinya suatu perilaku, yaitu bahwa perilaku terjadi dengan
melibatkan serangkaian proses psikologis.

Teori Belajar Sosial (Social Learing Theory) dari Bandura didasarkan pada tiga konsep :

1. Determinis Resiprokal (reciprocal determinism): pendekatan yang menjelaskan tingkah laku


manusia dalam bentuk interaksi timbal-balik yang terus menerus antara determinan kognitif, behavioral
dan lingkungan. Orang menentukan/mempengaruhi tingkahlakunya dengan mengontrl lingkungan,
tetapi orang itu juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan itu. Determinis resiprokal adalah konsep yang
penting dalam teori belajar sosial Bandura, menjadi pijakan Bandura dalam memahami tingkah laku.
Teori belajar sosial memakai saling-determinis sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena
psiko-sosial di berbagai tingkat kompleksitas, dari perkembangan intrapersonal sampai tingkah laku
interpersonal serta fungsi interaktif dari organisasi dan sistem sosial.

2. Tanpa Renforsemen (beyond reinforcement), Bandura memandang teori Skinner dan Hull terlalu
bergantung pada renforsemen. Jika setiap unit respon sosial yang kompleks harus dipilah-pilah untuk
direforse satu persatu, bisa jadi orang malah tidak belajar apapun. Menurutnya, reforsemen penting
dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukan satu-
satunya pembentuk tingkah laku. Orang dapat belajar melakukan sesuatu hanya dengan mengamati dan
kemudian mengulang apa yang dilihatnya. Belajar melalui observasi tanpa ada renforsemen yang
terlibat, berarti tingkah laku ditentukan oleh antisipasi konsekuensi, itu merupakan pokok teori belajar
sosial.

3. Kognisi dan Regulasi diri (Self-regulation/cognition): Teori belajar tradisional sering terhalang oleh
ketidaksenangan atau ketidak mampuan mereka untuk menjelaskan proses kognitif. Konsep bandura
menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri (self regulation),
mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitif,
mengadakan konsekuensi bagi bagi tingkahlakunya sendiri.
Bandura : Pribadi, Lingkungan dan Tingkah laku saling mempengaruhi

Bandura melukiskan : Teori Belajar Sosial berusaha menjelaskan tingkah laku manusia dari segi interaksi
timbal-balik yang berkesinambungan antara faktor kognitif, tingkahlaku, dan faktor lingkungan. Dalam
proses determinisme timbal-balik itulah terletak kesempatan bagi manusia untuk mempengaruhi
nasibnya maupun batas-batas kemampuannya untuk memimpin diri sendiri (self-direction). Konsepsi
tentang cara manusia berfungsi semacam ini tidak menempatkan orang semata-mata sebagai objek tak
berdaya yang dikontrol oleh pengaruh-pengaruh lingkungan ataupun sebagai pelaku-pelaku bebas yang
dapat menjadi apa yang dipilihnya. Manusia dan lingkungannya merupakan faktor-faktor yang saling
menentukan secara timbal balik (Bandura, 1977).

Tahap-tahap dalam Social/Observational Learning Menciptakan dan mengembangkan perilaku melalui


observational learning ini meliputi empat macam tahap, yaitu:

1. Attentional Processes

Individu dapat belajar melalui observasi apabila ada model yang dihadirkan secara langsung ataupun
tidak langsung, dan secara akurat ada aspek-aspek yang relevan dengan aktivitas model. Respon yang
baru dapat dipelajari dengan cara melihat, mendengarkan dan memperhatikan orang lain, maka
perhatian dalam hal ini menjadi sangat penting. Namun seperti yang kita ketahui tidak semua model
yang dihadirkan akan mendapatkan perhatian dari individu. Oleh karena itu, supaya dapat mengamati
dan belajar dari model maka perlu diarahkan dan ditingkatkan perhatiaannya. Cara yang dipakai tidak
selalu sama untuk semua orang, misalnya anak-anak berbeda dari orang dewasa dalam mengarahkan
perhatian. Namun secara umum untuk meningkatkan perhatian dapat digunakan reward dan
penonjolan pada kualitas model misalnya model mempunyai daya tarik tertentu.Selain itu agar aktivitas
model dapat diperhatikan perlu beberapa strategi antara lain, penekanan pada keistimewaan perilaku,
ucapan ucapan yang menyertai model pada aspek yang pokok dan strateginya, penjabaran aktivitas yang
umum menjadi lebih spesifik dan latihan awal untuk mendeteksi bagian-bagian yang sulit. Sebagai
contoh apabila mengajarkan anak supaya selalu menggosok gigi dapat dilakukan dengan menawarkan
sikat gigi yang menarik, pasta gigi ang tidak selalu pedas, model benar-benar giginya sehat, putih dan
sebagainya.

2. Retention Processes
Setelah aktivitas model diobservasi langkah selanjutnya adalah proses encoding dalam bentuk visual
dan atau verbal symbol. Informasi yang diperoleh ini selanjutnya akan disimpan di memori dalam
short-term memory ataupun long-term memory. Namun sebenarnya tidak semua informasi dari model
akan disimpan oleh individu, jika individu tidak berminat dan tidak perhatian biasanya informasi akan
segera dilupakan. Informasi yang diterima akan lebih fektif jika disampaikan model secara visual
ataupun verbal, tetapi untuk tahap perkembangan awal (anak-anak) informasi secara visual ternyata
lebih baik mengingat perkembangan verbal anak-anak memang belum sempurna. Informasi yang sudah
disimpan itu akan sangat membantu individu apabila sering diulang dengan latihan.

3. Production Processes

Apa yang telah disimpan dalam memori perlu diujudkan dalam bentuk aktivitas. Di sini feedback dapat
diberikan untuk mengoreksi imitasi perilaku sehingga dapat dilakukan penyesuaian. Dalam proses ini
diperlukan syarat-syarat tertentu agar aktivitas dapat terwujud, yaitu:

· Individu mempunyai komponen skill yang mendukung terwujudnya aktivitas yang telah diamati.

· Individu mempunyai kapasitas fisik untuk melakukan koordinasi aktivitas tersebut.

· Hasil dari koordinasi ini dapat diamati.

Seperti contoh mengajarkan anak menggosok gigi, anak memang mampu mengembangkan tangannya
untuk melakukan koordinasi gerakan naik, turun, memegang sikat gigi secara benar dan dapat mudah
melihat aktivitas tersebut.

4. Motivational Process

Di sini reinforcement dapat digunakan sebagai motivator untuk

merangsang dan mempertahankan perilaku agar diwujudkan secara

aktual dalam kehidupan. Menurut Bandura (West dan Wicklund,

1980) ada tiga cara pemberian reinforcement, yaitu:

1) Secara langsung; reinforcement diberikan segera setelah perilaku muncul.

2) Vicarious reinforcement; hanya dengan melihat orang lain merasakan akibatnya seolah-olah
berlaku pada diri sendiri.

3) Self-reward; dengan cara memotivasi diri sendiri, misalnya mengatakan diri sendiri mampu
melakukan aktivitas.

Pada perilaku menggosok gigi inipun ketiga macam reinforcement dapat dilakukan, seperti anak merasa
giginya bersih, segar, melihat model nafasnya lebih segar dan sebagainya.
Namun, penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses
perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi saja. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur
yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”.

1. Efikasi Diri (self Efficacy)

Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan
dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia
mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau
harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil

· Efikasi Diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation)

Efikasi diri adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi
tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan
tindakanyangdiharapkan

· Ekspektasi Hasil (outcomeexpectations) .

Perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu.
Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah,
bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi
(cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dicapai, sedang efikasi
menggambarkan penilaian kemampuan diri. Orang dapat memiliki ekspektasi hasil yang realistik (apa
yang diharapkan sesuai dengan kenyataan), atau sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik
(mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai).

Dalam hubungannya dengan kesehatan efikasi dirisangat meningkatkan pemahamantentang


bagaimanadan mengapa orang-orang mengadopsi perilaku tak sehat dan sehat serta bagaimana cara
mengubahperilaku yang berpengaruh terhadap kesehatan.keyakinan efikasi diri mempengaruhi
kesehatan dalam dua arah. Pertama, efikasi diri mempengaruhi dalam adopsi perilaku
sehat,menguranmgi atau memberhentikan perilaku tak sehat dan pemeliharaan perubahan perilaku
dalam menghadapitantangan dan kesukaran. Kedua, Bendura mengatakan keyakinan efikasi diri
mempengaruhi proses fisiologis tubuh seperti stressyang mencakup sistem kekebalan kurangnya kendali
yang dirasakan atas permintaan lingkungan dapat meningkatkan kepekaan ke arah tejadinya infeksiatau
peradangan dan meningkatnya menjadi penyakit.

2. Efikasi Kolektif

Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial
tertentu, disebut efikasi kolektif Ini buka jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak
orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya
bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang
kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau melakukan diet, tetapi
mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat
kerja dan penyakit infeksi. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk
mengubah gaya hidup manusia. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan
hutan, kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozon, kemajuan teknologi, hukum dan kejahatn,
birorasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya.

II.2 Aplikasi Teori

Belajar melalui observasi ini akan melibatkan orang lain yaitu model dalam memperagakan suatu
aktivitas. Bandura mengusulkan tiga macam pendekatan trtmen, yakni:

1. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling)

mengajari klien menguasai tingkahlaku yang sebelumnya tidak bisa dilakukan (misalnya karena takut).
Tritmen konseling dimulai dengan membantu klien mencapai relaksasi yang mendalam. Kemudian
konselor meminta klien membayangkan hal yang menakutkannya secara bertahap. Misalnya, ular,
dibayangkan melihat ular mainan di etalase toko. Kalau klien dapat membayangkan kejadian itu tanpa
rasa takut, mereka diminta membayangkan bermain-main dengan ular mainan, kemudian melihat ular
dikandang kebun binatang, kemudian menyentuh ular, sampai akhirnya menggendong ular. Ini adalah
model desensitisasi sistemik yang pada paradigma behaviorrisme dilakukan dengan memanfaatkan
variasi penguatan. Bandura memakai desesitisasi sistematik itu dalam fikiran (karena itu teknik ini
terkadang disebut; modeling kognitif) tanpa memakai penguatan yang nyata.

2. Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata,

biasanya diikuti dengan klien berpartisipasi dalam kegiatan model, dibantu

oleh modelnya meniru tingkahlaku yang dikehendaki, sampai akhirnya

mampu melakukan sendiri tanpa bantuan.

3. Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar/cerita.

Kepuasan vikarious (melihat model mendapat penguatan) mendorong klien

untuk mencoba/meniru tingkahlaku modelnya.


Pada prinsipnya fungsi model adalah untuk mempengaruhi pemrosesan informasi (Bandura, 1986).
Namun secara rinci dapat dibedakan dalam berbagai macam fungsi, yaitu:

· Instructor. Di sini peran model mengajarkan keterampilan dan memberikan cara-cara untuk
mengorganisir keterampilan dalam struktur perilaku yang baru.

· Inhibitor dan disinhibitor. Di sini model dapat memperlemah atau memperkuat perilaku yang
telah dipelajari. Model berfungsi sebagai inhibitor apabila perilaku observer menurun karena melihat
akibat negatif pada model, dan sebaliknya sebagai disinhibitor apabila perilaku observer meningkat
karena akibat positif pada model.

· Facilitator. Model menjadi lebih memperjelas perilaku yang telah dipelajari, misal cara menggosok
gigi yang benar, pemilihan sikat gigi dan sebagainya.

· Stimulus Enhancer. Model tidak hanya mendorong perilaku yang sama tetapi juga dapat
merangsang perilaku lain pada situasi yang berbeda. Hal ini dapat terjadi karena adanya perhatian yang
meluas, tidak hanya pada perilaku model tetapi juga mungkin alat yang dipakai, misalnya sikat tidak
hanya untuk gosok gigi.

· Emotional Arousal. Dalam interaksi umumnya melibatkan emosi dan model biasanya juga
memperlihatkan emosi tertentu yang selanjutnya akan membangkitkan emosi observer.

Dalam kenyataanya fungsi model tidak selalu tunggal tetapi dapat bersamaan seperti menjadi
instruktur, facilitator dan disinhibitor.

Jenis – jenis Peniruan (modeling):

1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajara social Albert Bandura. Ciri khas
pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau
mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan.Meniru tingkah
laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru gaya penyanyi yang
disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung. Contoh : Meniru
watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan
langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan cara mewarnai daripada
buku yang dibacanya.
4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

Penerapan dan Penelitian Social Learning Theory

Banyak penelitian telah dilakukan berdasarkan pendekatan teori ini, baik pada anak-anak, remaja dan
orang tua, serta pada berbagai kasus untuk orang normal ataupun mengalami gangguan. Penilitian
tersebut antara lain dilakukan oleh:

1. Andrews dkk. (1997), meneliti pengaruh model orangtua terhadap kecenderungan pemakaian
substance tertentu pada remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kondisi hubungan keluarga
yang baik/akrab orangtua berpengaruh besar dalam memberi contoh anak-anaknya terhadap
pemakaian alkohol, mariyuana dan merokok.

2. Lockwood dan Kundan (1997), yang meneliti tentang peran model terhadap perubahan self-
perception. Dalam penelitian ini dapat ditunjukkan bahwa individu dapat belajar dari orang lain
bagaimana cara mengubah persepsi yang keliru tentang kematian karena penyakit kanker serta
bagaimana mengatasi masalah yang berhubungan dengan penyakit kanker dan masalah perceraian
sehingga tetap dapat bertahan hidup.

BAB III

PENUTUP

III. 1 Kesimpulan

Pemahaman sosial merupakan kemampuan untuk mempersepsi orang lain/kelompok lain secara akurat
dan menafsirkan perilaku mereka.
Pemahaman sosial Dalam hubungannya dengan kesehatan sangat meningkatkan pemahaman tentang
bagaimana dan mengapa orang-orang mengadopsi perilaku tak sehat dan sehat serta bagaimana cara
mengubah perilaku yang berpengaruh terhadap kesehatan. Dimana dalm pemahaman sosial
menjelaskan tentang hubungan dan pengaruh lingkungan (eksternal), pribadi (internal) mempengaruhi
tingkah laku.

Dalam aplikasi teori pemahaman sosial dalm kehidupan ada 3 pendekatan yanbg diperlukan

1. Latihan Penguasaan (desensitisasi modeling)

2. Modeling terbuka (modeling partisipan): Klien melihat model nyata,

3. Modeling Simbolik; Klien melihat model dalam film, atau gambar.

III.2 Saran

Dalam menuliskan atau menjelaskan Teori Social Learning hendaknya mempunyai & mencari referensi
yang lebih banyak

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: Social

Cognitive Theory. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Baron, R.A. and Byrne. D. 1987. Social Psychology: Understanding

Human Interaction. 5

Behavior and Healthy Eating? Journal of Health Psychology.


Vol. (21) no. 2, 194-201.

Anda mungkin juga menyukai