Anda di halaman 1dari 16

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Sistem adhesif dalam kedokteran gigi telah dipakai selama 30 tahun terakhir.

Perkembangan bahan adhesif telah menyebabkan restorasi resin komposit lebih dapat

diandalkan dan bertahan lebih lama.18 Sistem adhesif yang lebih baru menghasilkan

kekuatan perlekatan yang tinggi pada dentin yang lembab dan kering, dengan

pembuangan smear layer secara keseluruhan ataupun sebagian. Akan tetapi, kekuatan

perlekatan dapat bervariasi tergantung pada kelembaban intrinsik dentin, daerah yang

dietsa, dan bahan adhesifnya.19

1. Sistem Adhesif

Kata adhesif berasal dari bahasa latin adhaerere yang berarti melekatkan.

Secara terminologi, adhesi adalah suatu proses interaksi zat padat maupun cair dari

suatu bahan (adhesive atau adherent) dengan bahan yang lain (adherend) pada sebuah

interface. Dental adhesion biasanya disebut juga dengan dental bonding. Kebanyakan

keadaan yang berhubungan dengan dental adhesion akan melibatkan adhesive joint.

Adhesive joint adalah hasil interaksi lapisan bahan intermediet (adhesive atau

adherent) dengan dua permukaan (adherend) menghasilkan dua buah adhesive

interface. Enamel bonding agent yang melekat di antara enamel yang dietsa dan

bahan resin komposit, merupakan dental adhesive joint yang klasik.2

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Skema adhesi dan adhesive
joint dental2

Perlekatan yang kuat bahan tumpatan pada dentin sulit didapatkan bila

dibandingkan ke permukaan enamel meskipun telah dilakukan pengetsaan asam. Hal

ini disebabkan adanya komponen tertentu yang dimiliki dentin seperti struktur

tubulus dentin, kelembaban intrinsik dentin dan bersifat lebih hidrofilik dibanding

enamel.20 Beberapa faktor yang memberikan pengaruh pada perlekatan dentin antara

lain komposisi dari dentin (dentin mengandung air lebih banyak 12%, kolagen 18%

dan hidroksiapatit 70%), adanya cairan di dalam tubulus dentin, prosesus odontoblast

yang terdapat pada tubulus dentin, jumlah dan lokasi dari tubulus dentin, serta

keberadaan smear layer. Smear layer tersebut dapat menutup tubulus dentin dan

berperan sebagai barrier difusi sehingga mengurangi permeabilitas dentin.18

Universitas Sumatera Utara


Permukaan dentin yang telah dietsa dapat dikeringkan dengan dua cara yaitu

teknik wet-bonding dan dry-bonding. Teknik wet-bonding yaitu permukaan dentin

dikeringkan dengan cara blotting sehingga permukaan dentin dalam kondisi lembab.

Teknik dry-bonding yaitu permukaan dentin dikeringkan dengan semprotan udara

yang menghasilkan permukaan dentin yang benar-benar kering.10

Teknik ”wet-bonding” mencegah perubahan yang timbul (kolapsnya kolagen)

saat pengeringan dentin yang terdemineralisasi. Penggunaan bahan adhesif pada

dentin yang lembab dimungkinkan oleh penggabungan solvent organik aseton atau

etanol dalam primer atau adhesif. Karena solvent dapat menggantikan air dari

permukaan dentin dan kolagen yang lembab, hal tersebut mendukung infiltrasi

monomer resin ke dalam kolagen. Teknik ”wet-bonding” meningkatkan kekuatan

perlekatan karena air mempertahankan porositas kolagen untuk difusi monomer.9

Penelitian in vitro yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kondisi dentin yang

basah dapat memberi pengaruh buruk dan dapat mengurangi kekuatan perlekatan

bahan adhesif pada dentin, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Kanca

menunjukkan kekuatan perlekatan bahan adhesif dengan pelarut aseton secara

signifikan lebih tinggi pada permukaan dentin yang basah daripada permukaan dentin

yang kering. Tay et al menyebutkan bahwa bahan adhesif yang menggunakan primer

berpelarut air pada permukaan dentin yang basah akan menimbulkan fenomena

”over-wet”.10

Banyak praktisi masih mengeringkan gigi yang telah dietsa untuk memeriksa

enamel yang teretsa. Karena tidak mungkin mengeringkan enamel tanpa

Universitas Sumatera Utara


mengeringkan dentin, kolagen dentin kolaps selama pengeringan udara,

menyebabkan penutupan celah mikro dalam kolagen.9 Jika dilakukan pengeringan

udara pada dentin yang demineralisasi maka dapat mengakibatkan kolapsnya kolagen

dan mencegah infiltrasi resin.14 Adanya air dalam komposisi beberapa bahan adhesif

dapat membasahkan serat kolagen sehingga membuka celah untuk infiltrasi resin

primer. Oleh karena itu, adanya solvent organik dan air dapat menjadi dasar untuk

infiltrasi beberapa adhesif ke dalam dentin yang terdemineralisasi.9

Kanca cit. Yesilyurt membagi sistem adhesif menjadi dua jenis ditinjau dari

tekniknya, yaitu sistem total-etching dan sistem self-etching.19 Van Merbeek B et al.

cit. Purnama Dewi membagi bahan adhesif berdasarkan jumlah tahap-tahap dalam

aplikasi klinisnya yaitu total-etching three-step adhesive (generasi keempat), total-

etching two-step adhesive (generasi kelima), self-etching two-step adhesive (generasi

keenam) dan self-etching one-step adhesive (generasi ketujuh).10 Perbedaan dari

generasi-generasi bahan adhesif yang telah ada terletak pada perlakuan yang

diberikan terhadap smear layer.21

Self-etching telah diperkenalkan untuk mengurangi sensitivitas teknik dengan

menyederhanakan langkah bonding22, yaitu menggabungkan langkah conditioning

dengan langkah infiltrasi monomer hidrofilik (priming). Demineralisasi jaringan

keras gigi terbatas pada daerah infiltrasi monomer. Monomer self-etching yang lemah

dengan pH 2 atau self-etching yang kuat dengan pH 0.8 sudah tersedia saat ini.

Beberapa produk mengandung semua substansi yang digunakan untuk adhesi dalam

satu kemasan (one-bottle system).23 Keuntungan dan kerugian primer dengan

bermacam solvent dapat dilihat pada tabel 1.7

Universitas Sumatera Utara


Tabel 1. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN PRIMER DENGAN BERMACAM
SOLVENT

Solvent Keuntungan Kerugian


Aseton Cepat kering Menguap dengan cepat setelah
dikeluarkan, dapat menguap dari
kemasan; sensitif pada kelembaban
dentin; diperlukan lapisan yang
multipel; menimbulkan bau
Etanol/air Lebih lama menguap, Diperlukan waktu pengeringan yang
kurang sensitif pada lebih lama
kelembaban dentin
Air Lambat menguap, tidak Diperlukan waktu pengeringan yang
sensitif pada kelembaban lama; air dapat menghalangi adhesif
dentin jika tidak dihilangkan
Tanpa solvent Tidak diperlukan Ketebalan lebih tinggi
pengeringan, diperlukan
satu lapisan

Sistem adhesif generasi ke-7 menggunakan sistem self-etching sebagai

karakteristik utamanya, yaitu sistem one-step self-etching. Sistem adhesif ini disebut

juga dengan all-in-one adhesive system,10 ketiga langkah etsa, priming, dan bonding

resin telah digabung,16,22 dalam satu kemasan dengan air, etanol atau aseton.16

Aplikasi dari asam primer menyebabkan demineralisasi dentin dan penetrasi

adhesif.22 Air dan monomer hidrofilik merupakan komponen penting yang akan

menghasilkan ion hidrogen yang diperlukan untuk melarutkan dan mendemineralisasi

gigi.16 Etanol dan/atau aseton juga mendukung kelarutan monomer resin.22

Untuk mendapatkan perlekatan ke dentin yang stabil, sistem adhesif self-etch

harus berpenetrasi melewati smear layer ke dalam dentin. Sistem adhesif one-step

self-etching mengandalkan demineralisasi sebagian dari permukaan dentin oleh

monomer asam untuk menghilangkan smear layer serta mengekspos serat kolagen

Universitas Sumatera Utara


untuk penetrasi monomer resin. Efek pengetsaan sistem adhesif one-step self-etching

berhubungan dengan interaksi monomer fungsional asam dengan komponen mineral

substrat gigi, dan membentuk kesatuan antara permukaan gigi dan adhesif oleh

demineralisasi yang simultan dan penetrasi resin. Sistem adhesif one-step self-etching

harus mengandung air serta monomer hidrofilik yang larut terhadap air seperti 2-

hidroksietil metakrilat (HEMA), sehingga monomer asam dapat penetrasi ke dalam

dentin yang hidrofilik. Kedalaman demineralisasi selama aplikasi adhesif tergantung

pada tipe monomer asam, konsentrasinya, dan lamanya aplikasi serta komposisi

dentin.24

Gambar 2 : Bonding resin pada dentin dengan teknik self-


etch9

Sistem adhesif one-step self-etching adalah alternatif sistem adhesif yang

menguntungkan untuk restorasi karena dapat digunakan dengan mudah dan dirancang

untuk digunakan pada dentin yang kering25,26 Walaupun tidak bisa mendapatkan

dentin yang kering, permukaan dentin dapat dikeringkan setelah preparasi kavitas.25

Universitas Sumatera Utara


Tujuan aplikasi bahan adhesif one-step self-etching adalah untuk memudahkan

prosedur restorasi dengan mengurangi langkah-langkah yang dibutuhkan dalam

prosedur bahan adhesif.26 Keuntungan lain dari sistem adhesif one-step self-etching

yaitu sistem adhesif ini tidak teretsa terlalu jauh ke dalam dentin di bawah smear

layer.25 Pada sistem ini, smear layer tidak disingkirkan sehingga sensitivitas post-

operative, yang disebabkan infiltrasi resin yang tidak sempurna pada tubulus dentin,

dapat dikurangi.25,26 Secara klinis, sistem one-step self-etching ini tidak hanya

mengurangi jumlah tahap aplikasi, tetapi juga menghilangkan beberapa sensitivitas

teknik dari sistem total-etching.26 Meskipun lapisan hybrid dangkal, kekuatan

perlekatan resin ke dentin sangat tinggi.25

Pada umumnya sistem adhesif one-step self-etching atau sistem all-in-one

memiliki kemampuan perlekatan yang lebih lemah dibandingkan sistem adhesif lain.

Hal ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, asam, monomer hidrofilik dan

hidrofobik, solvent organik, dan air digabung bersama dalam satu atau dua botol ini

mempengaruhi fungsi dan efisiensi komponen ini menjadi buruk. Kedua, konsentrasi

solvent yang tinggi. Ketiga, kadar air yang tinggi dan viskositas yang rendah

menyebabkan lapisan adhesif yang tebal selama light cured. Keempat, kemungkinan

beberapa solvent yang tersisa (air), mengganggu polimerisasi resin. Kelima, sifat

hidrofilik yang tinggi setelah polimerisasi, membuatnya berperan seperti membran

yang permeabel. 22

Pada sistem adhesif one-step self-etching, solvent dan monomer fungsional

biasanya 50% dari adhesif. Maka konsentrasi monomer hidrofobik cross-linking

berkurang drastis. Oleh karena kekuatan mekanis bahan adhesif diberikan oleh

Universitas Sumatera Utara


polimerisasi monomer cross-linking, monomer hidrofobik yang lebih sedikit terdapat

pada permukaan gigi setelah aplikasi bahan adhesif ini mengganggu kekuatan

perlekatan.22

Tokuyama Bond Force memiliki pH sebesar 2,3 sehingga dikelompokkan

sebagai self-etch yang ringan. Kemampuan self-etch yang lebih ringan untuk bereaksi

secara kimia dengan kristal hidroksiapatit di dalam smear layer yang

terdemineralisasi sebagian dapat dipertimbangkan. Di samping itu, monomer self-

reinforcing Bond Force diperlukan untuk memberikan lapisan adhesif yang lebih kuat

yang dapat menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi.27

Reis et al cit. Shafiei et al melaporkan bahwa pengurangan kekuatan

perlekatan secara signifikan pada dentin terjadi dengan pembuangan solvent organik

(etanol atau aseton) pada dua macam sistem adhesif. Berkurangnya kekuatan

perlekatan ini ditandai dengan penetrasi monomer yang tidak sempurna ke dalam

dentin yang terdemineralisasi dan penggantian air mungkin mengakibatkan

pengenceran komponen resin, yang mengurangi derajat polimerisasi serta kekuatan

perlekatan.22

Pengetsaan pada ujung enamel rod menghasilkan keuntungan yang besar.

Desain margin enamel dengan bevel 45 derajat merupakan desain yang paling umum

digunakan. Desain ini melindungi struktur gigi yang banyak dan mengekspos ujung

enamel rod. Jika dibandingkan dengan desain 90 derajat, desain dengan bevel 45

derajat memberikan penutupan yang lebih baik untuk enamel.6

Penelitian terdahulu pernah mengevaluasi efek dari aplikasi multipel dari self-

etching atau self-priming adhesives. Meskipun dianjurkan teknik aplikasi double dari

Universitas Sumatera Utara


bahan adhesif untuk menambah kemampuan perlekatannya, tidak ada keuntungan

signifikan yang dilaporkan dari teknik aplikasi ini. Efek dari ketebalan lapisan adhesif

terhadap kekuatan perlekatan tergantung pada bahan adhesif itu sendiri.26 Meskipun

ketebalan lapisan adhesif mempengaruhi kekuatan perlekatan, namun hal ini dapat

ditanggulangi dengan memperpanjang waktu pengeringan udara pada bahan

adhesif.17

Agitasi yang lemah dari bahan adhesif dapat meningkatkan difusi ke dentin

yang terdemineralisasi, terutama bahan adhesif dengan viskositas yang lebih tinggi.

Agitasi yang kuat harus dihindari karena solvent yang tersisa akan berperan sebagai

penghambat dan memberi efek buruk pada perlekatan.28 IIjima et al menyatakan

bahwa bertambahnya waktu aplikasi dan agitasi tidak menambah shear bond strength

secara signifikan. Miyazaki et al cit IIjima et al meneliti shear bond strength pada

enamel jika self-etching bonding diaplikasikan dengan dan tanpa agitasi, dan

melaporkan bahwa kekuatan perlekatan ke enamel bertambah dengan agitasi pada

Imperva Fluorobond, MacBond II dan Unifil Bond. Tetapi, tidak ditemukan adanya

perbedaan signifikan untuk Clearfil SE Bond.29 Shah et al menyatakan bahwa agitasi

tidak menambah shear bond strength secara signifikan pada enamel yang kering tapi

memberikan pengaruh pada dentin yang basah.30 Bianco et al menyatakan bahwa

pada dentin yang kering kekuatan perlekatan paling tinggi didapatkan ketika

dilakukan agitasi yang kuat pada dentin. Ketika dentin dalam keadaan lembab, agitasi

yang lemah dan kuat menghasilkan kekuatan perlekatan yang tinggi.31

Ostby et al cit. IIjima et al melaporkan bahwa bertambahnya waktu aplikasi

dari Transbond Plus self-etching primer dari 3 detik menjadi 16 detik tidak

Universitas Sumatera Utara


menambah shear bond strength secara signifikan. Velasquez et al cit IIjima et al

menyatakan bahwa shear bond strength dengan waktu aplikasi self-etching primer

untuk 30 detik secara signifikan lebih tinggi dari 10 detik.29

Di samping pentingnya metode aplikasi yang berpengaruh pada kekuatan

perlekatan adhesif, faktor yang membedakan kekuatan perlekatan antara bahan

adhesif self-etching yang berbeda-beda seperti penggunaan monomer yang berbeda

dengan sifat yang berbeda, keasaman, stabilitas hidrolitik dan kapasitas interaksi

secara kimia. Faktanya, varian utama di antara bahan adhesif yang menentukan

tingkat penguapan air dan solvent seperti konsentrasi air/HEMA, adanya campuran

fotoinisiator dalam primer dan adanya etanol. Kekuatan perlekatan yang berkurang

dengan waktu pengeringan yang singkat disebabkan oleh solvent yang tersisa seperti

air dan etanol, yang berperan sebagai inhibitor penetrasi monomer dan polimerisasi.

Penemuan yang baru menunjukkan bahwa dengan penambahan 30% etanol pada

bahan adhesif yang diteliti dapat menghasilkan perubahan kekuatan perlekatan. Pada

penelitian yang sama, penambahan 50% etanol mengganggu polimerisasi resin.13

Dalam penelitian ini, akan diuji shear bond strength bahan adhesif one-step

self-etching dengan waktu pengeringan 5 detik, 10 detik, dan 15 detik pada bahan

adhesif.

2.2. Resin Komposit

Resin komposit didefinisikan sebagai bahan tumpatan sewarna gigi yang

mempunyai kombinasi dari tiga dimensi dari sekurang-kurangnya dua bahan kimia

yang berbeda dengan suatu komponen pemisah yang berada di antara keduanya.1,32

Universitas Sumatera Utara


Bahan resin komposit diperkenalkan dalam profesi kedokteran gigi pada awal tahun

1960.1 Bahan ini pada dasarnya merupakan hasil penelitian yang dilakukan oleh R.

Bowen.32 Resin komposit digunakan untuk menggantikan struktur gigi yang hilang

dan memodifikasi warna dan kontur gigi, serta menambah estetik.7

Resin komposit yang pertama kali diciptakan adalah bahan yang sifatnya

autopolimerisasi (swa-polimer), sedangkan berikutnya adalah bahan yang

polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin ini berbahan dasar BIS-GMA, yang saat

ini banyak digunakan, merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis oleh reaksi

antara bisfenol-A dan glisidil metakrilat.34

Resin komposit adalah monomer dimetakrilat, bahan ini mengeras melalui

mekanisme tambahan yang diawali oleh radikal bebas. Radikal bebas ini dapat

diperoleh melalui aktivasi kimia atau energi dari luar (panas dan penyinaran).32 Pada

resin komposit aktivasi sinar, pengkerutan terjadi ke arah sumber sinar. Pada resin

komposit aktivasi kimiawi, pengkerutan terjadi ke arah tengah dari massa resin.

Pengkerutan polimerisasi berhubungan dengan c-factor (faktor konfigurasi). C-factor

merupakan perbandingan antara permukaan yang berikatan dengan permukaan yang

bebas. Semakin tinggi c-factor maka semakin tinggi potensi terjadinya pengkerutan

polimerisasi.33 Hal ini dapat menyebabkan stress pada struktur gigi sehingga

menimbulkan sensitivitas post operative, fraktur gigi, kebocoran mikro dan resiko

terjadinya karies sekunder.33

Dengan memperkecil tekanan interfasial selama peletakan restorasi penting

untuk mendapatkan perlekatan interfasial. Tekanan yang dihasilkan oleh pengerutan

polimerisasi menjadi perhatian utama. Peletakan resin komposit secara incremental

Universitas Sumatera Utara


telah menjadi strategi yang efektif untuk hal ini.28 Pada teknik insersi incremental,

lapisan pertama resin komposit diletakkan pada gingival floor, lapisan kedua serta

ketiga ditempatkan secara diagonal, dan lapisan terakhir digunakan untuk

menyelesaikan tumpatan di bagian oklusal.35 Seperti yang dikatakan oleh beberapa

peneliti, salah satu keuntungan dari teknik incremental adalah pengurangan volume

dari setiap lapisan dapat diimbangi dengan lapisan berikutnya. Penelitian saat ini

mengindikasikan bahwa penggunaan teknik incremental mungkin efektif pada ukuran

kavitas yang besar. Teknik incremental dianjurkan pada kavitas klas I untuk

mengurangi c-factor sehingga memperkecil efek dari tekanan yang merugikan pada

perlekatan adhesif. Beberapa studi menunjukkan bahwa teknik incremental dapat

menambah kekuatan perlekatan pada kavitas klas I dan klas II.36

Resin komposit yang beredar sekarang ini, polimerisasinya dibantu dengan

sinar tampak yang mengandung fotoinisiator champoroquinone yang peka dengan

panjang gelombang 460-470nm, sumber sinar harus diperiksa secara teratur dengan

intensitas 400 mW/cm2 dan membutuhkan sistem bonding untuk meningkatkan

kekuatan perlekatan (adhesi) pada struktur gigi.1,33

Resin komposit diklasifikasikan berdasarkan viskositasnya, yaitu:

1. Resin komposit flowable

Resin komposit ini memiliki ukuran filler yang berkisar antara 0.04-1 μm dan

persentase komposisi atau muatan fillernya berkurang hingga 44-54%.1 Resin

komposit flowable memiliki modulus elastisitas yang rendah, sehingga dapat

digunakan pada bagian servikal. Oleh karena kandungan filler yang rendah, resin

komposit ini menunjukkan tingginya pengerutan selama polimerisasi, daya tahan

Universitas Sumatera Utara


pemakaian yang rendah, dan viskositas yang rendah.2,5,7,8 Kelebihannya yaitu mudah

diadaptasikan, lebih fleksibel, radiopak, dan tersedia dalam warna yang berbeda.5,6

Resin komposit flowable dengan kandungan filler yang lebih rendah dapat digunakan

untuk pit dan fisur sealant atau restorasi anterior yang kecil, sedangkan resin

komposit flowable dengan kandungan filler yang lebih tinggi dapat digunakan untuk

restorasi klas I, II, III, IV, dan V.2

2. Resin komposit packable

Pada akhir tahun 1996 diperkenalkan resin komposit packable atau resin

komposit condensable.4 Resin komposit packable memiliki ukuran partikel filler

yang tinggi,5,6 berkisar antara 0.7-2 μm dan persentase komposisi atau muatan

fillernya berkisar antara 48-65% volume.1 Komposisi filler yang tinggi dapat

menyebabkan kekentalan atau viskositas bahan menjadi meningkat sehingga sulit

untuk mengisi celah kavitas yang kecil. Tetapi dengan semakin besarnya komposisi

filler juga menyebabkan bahan ini dapat mengurangi pengerutan selama polimerisasi,

memiliki koefisien thermal yang hampir sama dengan struktur gigi, dan adanya

perbaikan sifat fisik terhadap adaptasi marginal. Resin komposit ini juga diharapkan

dapat menunjukkan sifat-sifat fisik dan mekanis yang baik karena memiliki

kandungan filler yang tinggi.4 Kelebihan dari resin komposit packable yaitu mudah

dirapikan, mudah mendapatkan kontak yang bagus, dan mudah membentuk anatomi

oklusal, sedangkan kekurangannya yaitu sulit beradaptasi antara satu lapisan dengan

lapisan lainnya, sulitnya penanganan, dan estetis yang kurang.5,6 Resin komposit ini

diindikasikan untuk restorasi klas I, klas II dengan luas kavitas yang kecil, klas V,

dan MOD.2,4,7

Universitas Sumatera Utara


Pada penelitian ini akan dilakukan penumpatan pada klas I restorasi resin

komposit. Resin komposit jenis packable memiliki viskositas yang tinggi sehingga

memiliki kekuatan fisik dan mekanis yang tinggi. Resin komposit jenis packable juga

diindikasikan pada restorasi klas I. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipakai resin

komposit jenis packable untuk penumpatan klas I.

2.3. Waktu pengeringan terhadap bahan adhesif one-step self-etching

Sistem adhesif one-step self-etching menggabungkan self-etching primer dan

bonding dalam satu aplikasi.16,17 Fase pencucian, yang diperlukan untuk

menghilangkan hidroksiapatit yang terlarut dan smear plug pada substrat yang

teretsa, dihilangkan pada sistem adhesif self-etching.14 Dentin primer mengandung

monomer hidrofilik untuk menambah kelembaban dan infiltrasi monomer resin yang

hidrofobik ke dalam matriks demineralisasi pada permukaan dentin yang teretsa.17

Sistem adhesif one-step self-etching mengandung konsentrasi solvent yang lebih

tinggi dan lebih hidrofilik.13,14 Sifat hidrofilik tersebut mengakibatkan sistem adhesif

ini sangat permeabel dan mengurangi kemampuannya untuk menutup dentin secara

hermetis.14

Sejak diperkenalkan sistem self-etching, pengeringan udara yang lemah

umumnya dianjurkan untuk menghilangkan solvent yang tersisa. Umumnya

pengeringan udara yang lemah harus dilakukan untuk mendapatkan kekuatan

perlekatan yang lebih tinggi. Dengan pengeringan udara yang kuat, air pada

permukaan interfasial dapat dihilangkan sehingga menambah efektivitas bonding.13

Universitas Sumatera Utara


Chiba et al melakukan penelitian tentang efek waktu pengeringan terhadap

bahan adhesif self-etching selama 0, 5 dan 10 detik. Hasil penelitian diperoleh waktu

pengeringan yang optimal adalah 5 detik. Pada penelitian tersebut juga dikemukakan

bahwa ketika pengeringan tidak digunakan (0 detik), solvent seperti air dan etanol

menghambat polimerisasi komponen resin dalam bahan adhesif. Kemungkinan waktu

pengeringan yang lebih lama dapat juga memberikan efek yang kurang baik pada

kekuatan perlekatan.16

Sadr et al melakukan penelitian tentang efek waktu pengeringan solvent

terhadap bahan adhesif one-step self-etching dan two-step self-etching selama 2, 5

dan 10 detik. Hasil penelitian diperoleh micro-shear bond strength paling rendah

dengan waktu pengeringan 2 detik. Dengan waktu pengeringan 10 detik, bahan

adhesif two-step self-etching menunjukkan kekuatan perlekatan yang lebih baik

daripada bahan adhesif one-step self-etching. Pada bahan adhesif two-step self-

etching, waktu pengeringan 10 detik telah dapat menghilangkan bahan primer yang

berlebihan dari permukaan dentin, sedangkan pada bahan adhesif one-step self-

etching, waktu pengeringan yang baik adalah 5 detik karena telah tercapai konsentrasi

filler yang optimal. Penelitian terdahulu menunjukkan konsentrasi filler yang lebih

tinggi dari level optimal tidak menambah sifat-sifat dari resin.17

Garcia et al melakukan penelitian tentang pengaruh waktu dan temperatur

pengeringan terhadap kekuatan perlekatan bahan adhesif ke dentin. Pada penelitian

ini digunakan waktu pengeringan selama 5, 20, 30 atau 40 detik dengan temperatur

21oC atau 38oC. Hasil penelitian diperoleh bahan adhesif two-step self-etching

menunjukkan kekuatan perlekatan yang lebih baik pada waktu pengeringan 20 detik

Universitas Sumatera Utara


dan temperatur 38oC. Bahan adhesif one-step self-etching menunjukkan kekuatan

perlekatan yang lebih baik pada waktu pengeringan 30 detik dan 40 detik dengan

temperatur 38oC.13

Mathews et al melakukan penelitian yang membandingkan cara untuk

menghilangkan air pada bahan adhesif self-etching dengan radiasi panas dan

pengeringan udara dan menyatakan bahwa pengeringan dengan udara pada gigi yang

telah dilakukan bonding direkomendasikan untuk menghilangkan air yang

berlebihan.14

Ikeda et al melakukan penelitian tentang efek pengeringan udara dan

penguapan solvent pada kekuatan bahan adhesif one-step yang kaya HEMA dengan

yang tanpa HEMA. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa waktu pengeringan

udara yang lebih lama menghasilkan kekuatan perlekatan yang lebih tinggi secara

signifikan untuk bahan adhesif yang kaya HEMA, tetapi tidak ada perbedaan

signifikan pada bahan adhesif yang tanpa HEMA.37

Instruksi yang diberikan pada saat dilakukan pengeringan udara di mulut

pasien terlihat sulit dikarenakan variabel yang membatasi seperti bentuk atau

konfigurasi kavitas, posisi gigi di mulut, sensitivitas dentin terhadap tekanan udara

yang besar pada gigi vital, dan tekanan udara yang bervariasi dari semprotan udara

yang berbeda.17

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai