GUMRAH WEWARAH
RINGKASAN
Karya tari tugas akhir berjudul Gumrah Wewarah terinspirasi oleh salah satu punokawan
putri yakni tokoh Limbuk. Gumrah Wewarah, Gumrah memiliki arti ramai, keramaian, dan
bercanda yang berkonotasi positif, sedangkan Wewarah memiliki arti nasehat. Gumrah Wewarah
bercerita tentang perjalanan hidup Bathari Kanestren yang berubah wujud menjadi Limbuk, ia
selalu memberikan suasana yang bahagia, sumringah, ramai dan selalu jenaka, memiliki tujuan agar
yang di momong betah, remaket dan bahagia namun dibalik kelucuannya ada nasehat yang tersirat
didalamnya. Mulut Limbuk yang mengucap dan mengurai sebuah makna tentang kesejatian
perempuan nuswantara yang terpilih, dan semua ucapan dan uraian itu selalu disampaikan lewat
mulut yang tersenyum.
Limbuk adalah pamomong yang tergolong masih remaja berkarakter genit namun selalu
memberikan tuntunan dan memuat wewarah didalam kejenakaannya, ia selalu membawa cermin,
sisir dan kacu yang menjadi identitasnya, alat-alat tersebut digunakan untuk menghias dirinya
sendiri ataupun mendandani para putri yang di emong nya.
Karya tari divisualisasikan dalam komposisi tari kelompok , didukung oleh tujuh penari
putri, putri menggambarkan tokoh Limbuk yang berjenis kelamin wanita, selain itu memberikan
pitutur tentang bagaimana seharusnya wanita bersikap, keanggunan dan peranan wanita yang begitu
penting di kehidupan ini. Tujuh penari sebagai simbol pitulungan. Karya ini dipentaskan di
proscenium stage. Pijakan pengembangan gerak berasal dari gerak tari putri gaya yogyakarta
terutama motif gerak kiprah sekaran gecul, merak ngigel, lilingan, dan encot.
ABSTRACT
The dance for the final project named Gumerah Wewarah inspired by one of the punakawan
called limbuk. Gumrah Wewarah, Gumrah means cheerful and comical in positive ways, while
wewarah means advice. Gumrah Wewarah tells the story of Bathari Kanestren who transformed
became a limbuk. She is a woman who is very cheerful and comical. She always brings happiness to
the people around her. When she takes care of princesses, she always delivers advice in comical
ways. The mouth of limbuk delivers a meaning of the genuineness women of Nuswantara, moreover
all speech and advice always delivered through smiling mouth.
Although Limbuk is a teenager nanny who is girlish, she always delivers advice in comical
ways. She always carries a mirror, combs, and handkerchief which are her identity. Those stuffs are
used to help her in grooming.
327
Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH) JOGED
ISSN: 1858-3989
The dance is performed in a dance group. It supported by seven girl dancers. The girl
dancers represent the limbuk who is a woman. Moreover, they give the good examples of the
women’s behavior. They portray elegance and the role of women who are very important in this
life. The seven dancers symbolized a help. This dance had performed in proscenium stage. The
basic movements are the style from Yogyakarta, especially the movements such as kiprah sekaran
gecul, merak ngigel, lilingan, and encot.
328
JOGED Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH)
ISSN: 1858-3989
Limbukan atau sering disebut adegan Gumpit dianggap empu oleh laki-laki. Pada konsep
Mandragini yakni adegan yang terletak hidup orang Jawa ketika seseorang sudah
sebelum goro-goro, atau sebelum adegan menikah maka hidupnya sudah sempurna.
perang gagal. Tokoh-tokoh dalam adegan Secara postur tubuh Limbuk berbadan
Limbukan bisa berdialog tentang apa saja subur atau gemuk memiliki makna bahwa
dengan bebas, tidak terikat pakem, dengan manusia memiliki kelebihan masing-masing,
bahasa yang populer dan juga komunikatif. Limbuk memiliki kepercayaan diri yang tinggi
( Wawancara Mas Panewu Cermo Sutedjo, 28 dan suaranya yang keras, besar dan mblewer
Oktober 2015 di Gedong Kuning, diijinkan seperti laki-laki diikuti dengan keletahnya,
untuk dikutip). Ia dihadirkan sebagai hidungnya pesek, dahinya lebar, bermata
penghibur penonton pertunjukan Wayang keran, hidung kepik, sanggul gedhe
Kulit yang sebelumnya menghadirkan adegan dikembangi, setiap ia berjalan, selalu diiringi
konflik dengan suasana tegang. Tujuannya alat musik kendang yang menjadi iringan khas
membuat dinamika pertunjukan agar terasa seorang yang berbadan besar, memiliki
cair atau fresh serta memberi pesan-pesan karakter genit dan selalu berhias, tak pernah
yang dapat tersampaikan secara tidak terasa ketinggalan membawa sisir, cermin dan kacu.
dan diharapkan agar didengar, dipatuhi atau Sedangkan Cangik memiliki tubuh kurus.
diikuti oleh penontonnya. Pada adegan Orang mengenal tokoh Limbuk dan Cangik
Limbukan juga menceritakan bagaimana sebagai sosok yang jenaka dan suka bercanda
perempuan diposisikan dan diharapkan namun di setiap tindakan dan perilakunya yang
bertingkah laku dalam masyarakat Jawa pada jenaka memiliki petuah dan makna dibaliknya.
umumnya, juga mengandung tuntutan Ada dalang yang memberikan gambaran
kepantasan, norma atau nilai masyarakat Jawa bahwa hubungan Limbuk dan Cangik
terhadap kepantasan perempuan. Limbuk tidak hanyalah rekan satu pekerjaan, namun
pernah terpisahkan dengan tokoh Cangik. sebagian besar dalang menyebutkan Limbuk
Keduanya merupakan abdi dalem emban adalah anak Cangik. ( Sena Wangi,
Punokawan Putri Keraton yang memiliki tugas Ensiklopedi wayang. 1991, p.151).
melayani, menghibur, mengasuh, menjaga Dalam suatu kepercayaan masyarakat
keselamatan dan menjadi pamomong para di Jawa yang sering disebut dengan kejawen,
putri atau ratu di keputren, secara spiritual hal tersebut dituliskan dalam jurnal yang
mendidik dan membentuk moral, karakter, berjudul Jagad Gumelar yang menyatakan
sifat momongannya agar menjadi sosok bahwa Limbuk dianggap bukan sekedar
pemimpin yang Sekarjati. Kedua tokoh sebagai pamomong dalam konteks abdi, tetapi
tersebut memiliki rupa atau bentuk yang ia dipercaya sebagai salah satu Pamong
Jenaka dan lucu. Nuswantara. Masyarakat tertentu percaya
Limbuk digambarkan sebagai abdi bahwa Limbuk adalah wujud nyata yang bisa
yang masih remaja atau gadis sehingga ia menampakkan diri kapanpun ia mau. Ia
sangat peduli dan fokus dengan dipercaya sebagai wujud pamong dari Batari
penampilannya sendiri maupun penampilan Kanestren isteri Batara Ismaya yang wujud
momongannya. Salah satu keingina Limbuk pamongnya adalah Ki Lurah Semar (Timmy
yang sangat besar adalah keinginan untuk Hartadi dan Agung Bimo Sutedjo, Jagad
menikah yang memiliki makna bahwa Gumelar, Tatanan Jagad Raya, Yogyakarta:
perempuan adalah lambang kehormatan, Turanggaseta, 2009, p.20). Bersama Nyi
kekuasaan dan harga diri laki-laki yang harus Cangik, ia dipercaya mengawal Wahyu Putri
dicari dan dipertahankan dan apabila ada yang yang bernama Wahyu Prajna Paramitha. Saat
mengusiknya maka nyawalah taruhannya ini ia dipercaya menduduki wilayah pantai
karena sesungguhnya perempuan adalah selatan bersama Kanjeng Ratu Kidul.
wanita penting yang kanggonan wahyu dan
329
Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH) JOGED
ISSN: 1858-3989
( Wawancara Timmy Hartadi, 2 November menggunakan gerak hasil dari eksplorasi motif
2015 di Tuntungan, diijinkan untuk dikutip) gerak kiprah sekaran gecul, merak ngigel,
Hal tersebut diatas menginspirasi lilingan, dan encot serta eksplorasi properti
penata untuk menumbuhkan ide yang seperti sisir, cermin dan kacu.
kemudian dirancang dan diwujudkan ke dalam
garapan tari. Karya ini mengangkat tokoh II. PEMBAHASAN
Limbuk yang mengacu dari berbagai sumber,
antara lain versi Pedalangan, tinjauan Filosofi, A. Kerangka Dasar Penciptaan
serta versi Kejawen yang sangat percaya akan Karya tari Gumrah Wewarah yang
keberadaan Limbuk itu sendiri. Beberapa versi telah dipentaskan pada tanggal 21 dan 22
diambil, diolah menjadi satu kesatuan yang Januari 2016 di proscenium stage Jurusan Tari
saling melengkapi dan saling menguatkan Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni
kedalam sebuah garapan tari berjudul Gumrah Indonesia Yogyakarta. Penciptaan karya tari
Wewarah ini. ini terinspirasi dari tokoh Limbuk dari
Karya tari berjudul Gumrah Wewarah berbagai versi. Informasi dari para nara
ini mengangkat tema tentang keteladanan sumber, serta ketertarikan penata pada sosok
Limbuk, baik saat sebagai Batari Kanestren serta asal-usul tokoh Limbuk yang belum
yang merupakan sosok ibu Jagad yang baik banyak diketahui orang menjadi sumber
hati dan pengasih sampai berubah ke wujud inspirasi ide atau gagasan. Dengan kata lain
Limbuk sebagai pamong putri Nuswantara rangsang tari berawal dari rangsang visual
yang selalu sumringah dan jenaka. Pamomong kemudian berkembang menjadi rangsang
yang selalu memberikan arahan, petuah serta idesional yang membuat terciptalah karya
tuntunan lewat pendekatan Kawruh Gumrah Wewarah. Gumrah Wewarah,
(pengetahuan kasat mata), pendekatan ngelmu terinspirasi oleh salah satu punokawan putri
(pengetahuan tidak kasat mata) dan yakni tokoh Limbuk. Gumrah memiliki arti
pendekatan ngelmi (pengetahuan yang ramai, keramaian, dan bercanda yang
bersumber dari religiusitas) yang bertujuan berkonotasi positif, sedangkan Wewarah
untuk menjadikan putri yang diemong menjadi memiliki arti nasehat. Gumrah Wewarah
putri yang Sekarjati (Bunga yang sejati) setiap mewakili sebuah kisah tentang sosok seorang
kata yang terucap selalu disampaikan dengan Bathari Kanestren yang telah berubah wujud
mulut yang tersenyum (esem). ( Daruni, menjadi Limbuk. Tema yang diambil tentang
“Limbuk Cangik sebagai Inspirasi keteladanan Limbuk, yang disajikan dengan
Perancangan Koreografi Duet Sih Biyung”, bentuk studi dramatik, diungkapkan dengan
dalam Resital Jurnal Seni Pertunjukan Volume cara simbolik representasional.
14 No. 2 – Desember. Yogyakarta: Fakultas Gerak-gerak tari yang digunakan dalam
Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia karya ini adalah pengembangan gerak tari putri
Yogyakarta, 2013, p. 162) gaya Yogyakarya dan pengembangan dari
Karya tari dalam bentuk koreografi kiprah sekaran gecul, merak ngigel, lilingan,
kelompok ini tidak menggunakan tema dan dan encot, serta eksplorasi properti seperti
konsep komikal atau gecul tetapi apabila ada sisir, cermin dan kacu. Karya tari ini tidak
kesan lucu dan gecul itu hanyalah efek dari dapat lepas dari ketiga properti tersebut karena
karakter tokoh Limbuk yang jenaka dan efek ketiga properti tersebut merupakan identitas
dari bentuk tubuh yang tidak proporsional. Limbuk, baik saat ia menjadi Batari maupun
Gerak nantinya akan berdasarkan sudah berwujud Limbuk. Ketiga properti
pengembangan gerak tari putri gaya tersebut sebagai media untuk memberikan
Yogyakarta yaitu motif encot, ngleyek, ombak tuntunan kepada momongannya. Cermin atau
banyu, untuk menggambarkan saat menjadi pengilon memiliki makna berkaca diri, bahwa
Batari sedangkan saat menjadi Limbuk manusia harus selalu introspeksi kapanpun dan
330
JOGED Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH)
ISSN: 1858-3989
dimanapun. Sisir memiliki makna menata dan merah muda dan rok wiron berwarna ungu,
menjaga mahkota serta kehormatan apalagi kemudian saat memerankan Limbuk rias tetap
bagi wanita. Sedangkan kacu memiliki arti cantik tetapi ditambah aksen lipstik dan blush
membuang hal-hal negatif yang ada di dalam on yang tebal agar terlihat cantik menor dan
diri manusia. penambahan kostum untuk bagian payudara
Karya tari ini ditarikan oleh tujuh dan pantat palsu agar penari terlihat gemuk
orang perempuan. Tujuh sebagai saat menjadi Limbuk. Busana yang digunakan
penggambaran tujuh fase kehidupan manusia kemben bermotif lurik dan jarik berwarna
yang dilalui hingga mencapai kesempurnaan hijau yang diberi motif kawung pada bagian
dalam hidup khususnya yang di rasakan oleh bawah jarik.Saat menjadi Kanestren hair do
perempuan, serta tujuh yang berarti pitulungan yang digunakan adalah sanggul kreasi yang
merupakan salah satu fungsi pamomong. diberi asesoris kepala berupa mahkota dan
Penata memilih penari perempuan dikarenakan menggunakan sumping. Saat menjadi Limbuk
tokoh dan alur cerita yang diambil adalah menggunakan sanggul dan sisir serta asesoris
tentang perempuan, dari penggambaran Batari kepala yang berbentuk seperti sumping.
Kanestren, Limbuk hingga semua nasehat Konsep pencahayan yang digunakan
yang ada pada Limbuk adalah diperuntukkan yaitu, pada adegan intro menggunakan focus
untuk perempuan. Satu perempuan lagi on two point, menggunakan lampu yang
sebagai penggambaran Wahyu Pradja berwarna kuning untuk menggambarkan
Paramitha. keagungan sosok pamomong dan Wahyu
Musik karya ini menggunakan musik Pradja Paramitha. Pada adegan satu
play back dengan format Musical Instrument menggunakan lampu berwarna biru yang
Digital Interface (MIDI) yang diformulasikan menggambarkan suasana mistis di khayangan,
dalam bentuk wafeform audio file. Selain itu kemudian menggunakan warna lampu merah
memiliki tujuan lain untuk menghemat biaya muda untuk menggambarkan Bhatari yang
selama proses latihan serta untuk masih remaja. Pada adegan dua menggunakan
mempermudah proses latihan antara penari lampu general berwarna kuning untuk
dan musik. Musik yang digunakan pada karya menggambarkan kebahagiaan Limbuk turun ke
Gumrah Wewarah ini berpijak pada gendhing- bumi untuk melaksanakan tugasnya. Adegan
gendhing Jawa seperti kemanak, ladrang, tiga menggunakan focus on three point, yang
ayak-ayak, juga memasukan gaya parikan agar masing-masing membawa tiga properti yang
lebih komunikatif. Menggunakan juga gaya berbeda-beda. Warna lampu yang digunakan
cakepan wangsalan. Cakepan wangsalan ialah percampuran antara warna biru, warna kuning
sejenis syair tembang dalam gamelan yang dan warna merah untuk menggambarkan
berisi pantun dengan isi petuah kehidupan. keseriusan Limbuk dalam melaksanaka
Pada adegan introduksi menggunakan dasar tugasnhya. Sedangkan saat ending
lagon plencung jugag atau suluk (tembang menggunakan lampu disorotkan dari belakang
dalang yang kemudian di kembangkan salah satu penari untuk memberikan kesan
sedemikian rupa). Suluk ini menceritakan agung. Tata suara yang baik juga dibutuhkan
tentang kecantikan wanita dari lahir hingga karena mengingat musik yang dipilih adalah
batin. Selain itu juga memasukan unsur-unsur MIDI sehingga sangat membutuhkan sound
mantra Jawa yang digunakan untuk berdoa yang bagus. Adapun Sound yang dibutuhkan
atau memulai memohon keselamatan. adalah Stereo PA system, menggunakan power
Rias yang digunakan dalam tari 5000 watt, speaker 3 way system, Monitoring
“Gumrah Wewarah” berupa rias korektif system menggunakan 4 speaker dan mixer 2
cantik untuk penggambaran Bathari channel.
Kanestren. Busana yang digunakan saat
menjadi Kanestren yaitu kemben berwarna
331
Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH) JOGED
ISSN: 1858-3989
332
JOGED Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH)
ISSN: 1858-3989
gerak tersebut dicari lagi variasinya secara apakah gerak tersebut sesuai dengan tema
bersama-sama. garapan, apakah gerakannya bisa mewakili
Pada tahapan ini, penari akan diberi maksud apa yang hendak disampaikan,
kebebasan untuk bergerak dan berekspresi kemudian level, arah hadap, pola lantai, ruang,
mengikuti instruksi dari penata tari. Pada musik, serta semua yang berkaitan dengan
tanggal 14 Oktober 2015 penata memberikan jalannya proses latihan. Evaluasi di sini
ilustrasi musik, sekelumit cerita tentang dimaksudkan untuk melihat kekurangan-
Limbuk, dan penata meminta penari merespon kekurangan yang terdapat selama proses
dengan melakukan improvisasi gerak. Melalui latihan agar dapat dibenahi secara terus
improvisasi, muncul gerak–gerak baru dari menerus. Menambahkan hal-hal baru yang
para penari dipilih yang dirasa sesuai yang ditemukan selama proses latihan adalah salah
kemudian akan disusun atau dikomposisikan satu cara yang dapat membantu proses
ke dalam bentuk koreografi kelompok. Gerak– perbaikan karya sampai mencapai hasil yang
gerak yang lebih ditekankan ialah diinginkan.
pengembangan motif gerak putri yang
dikembangkan menjadi lebar dan gerak-gerak d. Komposisi
keseharian tentang berhias yang telah Komposisi atau pengorganisasian
distilisasi, yang tidak semata mata terfokus bentuk merupakan akhir dari sebuah metode
dengan gerak geculan, jika ada kesan gecul penciptaan tari. Setelah dilakukan penjelajahan
atau lucu dikarenakan efek dari eksplorasi konsep, eksperimen atau improvisasi gerak
gerak orang yang bertubuh bahenol. sesuai konsep, penilaian berikut pemilihan
gerak maka dilakukan penyusunan,
c. Penilaian (Evaluasi) Gerak perangkaian atau penataan motif-motif atau
Evaluasi dalam bahasa Inggris frase-frase gerak hingga menjadi kalimat dan
evaluation berarti proses penilaian. Penilaian satu wacana koreografi yang utuh.
terhadap hasil proses yang telah dilakukan Dibutuhkan kecermatan, ketelitian, dan
meliputi eksplorasi dan improvisasi yang kreativitas yang tinggi dari penata untuk
dirasa sesuai untuk digunakan, juga penilaian menyusun tiap bagian seperti gerak, pola
terhadap kemampuan penari dalam bergerak. lantai, ruang, volume,waktu dan interaksi dan
Pada kenyataannnya, beberapa gerak yang komunikasi antar penari menjadi sebuah
telah dihasilkan melalui metode sebelumnya koreografi kelompok dan sesuai dengan ide
ada yang dirasa kurang sesuai jika dimasukkan garapan.
ke dalam tatanan tari Gumrah Wewarah,
seperti halnya permainan getaran di pantat dan 2. Urutan Adegan
payudara yang ternyata dapat menimbulkan Garapan ini merupakan karya tari yang
arti yang sangat jauh menyimpang dari apa terispirasi oleh tokoh Limbuk. Ekspresi
yang sebenarnya ingin disampaikan. Untuk gejolak hati tentang keteladanan Limbuk, baik
itulah metode evaluasi menjadi sangat penting saat sebagai Batari Kanestren yang merupakan
dan menentukan terciptanya suatu tatanan sosok ibu Jagad yang baik hati dan pengasih
koreografi yang menarik dan sesuai dengan sampai berubah ke wujud Limbuk sebagai
konsepnya. pamong putri Nuswantara yang selalu
Maksud lain dari evaluasi di sini adalah, sumringah dan jenaka. Pamomong yang selalu
penilaian atau koreksi dari penata mengenai memberikan arahan, petuah serta tuntunan
proses yang sudah dilakukan para penari, lewat pendekatan Kawruh (pengetahuan kasat
penata music, serta semua pendukung yang mata), pendekatan ngelmu (pengetahuan tidak
terlibat di dalam garapan tari ini. Adapun hal- kasat mata) dan pendekatan ngelmi
hal yang akan dievaluasi adalah aspek-aspek di (pengetahuan yang bersumber dari religiusitas)
dalam koreografi, seperti kualitas gerak penari, yang bertujuan untuk menjadikan putri yang
333
Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH) JOGED
ISSN: 1858-3989
334
JOGED Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH)
ISSN: 1858-3989
335
Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH) JOGED
ISSN: 1858-3989
III. Kesimpulan
336
JOGED Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH)
ISSN: 1858-3989
umumnya. Disaat semua orang bisa berbicara Menciptakan sebuah karya yang bukan
dengan mulut dan lidahnya, penata tari atau sekedar tontonan hiburan namun tontonan
pun penari bisa menyampaikan sesuatu atau yang memuat tuntunan.
berkomunikasi dengan gerak-gerak yang Rasa syukur kepada Allah SWT yang
dilakukan oleh tubuh dan ditata hingga telah memberikan nikmat kesehatan sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh. Berkarya proses penggarapan karya tari ini dapar
merupakan sebuah sarana yang paling ideal berjalan dengan baik. Ucapan terimakasih
untuk mencurahkan apa yang dirasakan oleh kepada seluruh pendukung karya tari ini yang
seseorang. Karya tercipta lewat gagasan yang telah memberikan banyak pengalaman. Proses
sebelumnya muncul dalam hati dan fikiran penciptaan karya tari ini diyakini masih
manusia. banyak memiliki kekurangan, terlebih setelah
Gagasan ini kemudian diterjemahkan dihadapkan pada pola tindak kreatif di
kedalam konsep dan direalisasikan kedalam lapangan maupun studio, karena semua yang
bentuk tari. Banyak hal yang dilalui dalam disampaikan penata baru bersifat konseptual,
proses penuangan ide ke dalam bentuk tari. artinya masih dalam ranah pemikiran. Untuk
Segala kemungkinan terbaik dan terburuk itu penata mengharapkan kritik dan saran
mungkin akan dilewati seperti sulitnya sebagai bahan perenungan dan perbaikan.
mencari penari dengan jumlah dan kriteria
yang diinginkan, mengatur penari yang
jumlahnya terbilang cukup banyak, kendala SUMBER ACUAN
pada pendanaan proses penciptaan,
penggabungan beberapa elemen seni a. Sumber Tercetak
pertunjukan seperti tari, musik, setting,
pencahayaan dan lain-lain. Daruni. 2013. “Limbuk Cangik sebagai
Apabila sanggup melalui segala Inspirasi Perancangan Koreografi Duet
kemungkinan buruk tersebut maka terlahir lah Sih Biyung”, dalam Resital Jurnal Seni
karya yang spektakuler dan memuaskan. Pertunjukan Volume 14 No. 2 –
Selain itu, Manfaat bagi penata, yaitu penata Desember. Yogyakarta: Fakultas Seni
mengetahui perbedaan antara pamomong dan Pertunjukan Institut Seni Indonesia
abdi dalem, keluhuran serta keteladanan Yogyakarta.
pamomong. Penata menjadi bisa menghadapi
beberapa watak dan karakter dari masing- Hadi, Y. Sumandiyo. 2012. Koreografi
masing penari. Belajar tidak menilai seseorang Bentuk-Teknik-Isi. Yogyakarta: Cipta
dari penampilan luarnya saja. Belajar Media.
memanagemen diri seperti membagi waktu.
Sadar akan pentingnya sosok perempuan Hartadi, Timmy dan Agung Bimo Sutedjo.
sehingga menata diri sedemikian rupa agar 2009. Jagad Gumelar. Tatanan Jagad
menjadi wanita yang sekarjati. Serta Raya. Yogyakarta: Turanggaseta.
tersampaikan pula niat hati untuk ikut
membantu menjaga kelestarian budaya Jawa Wangi, Sena. 1999. Ensiklopedi Wayang
dan rasa hormat untuk para Leluhur dan para Indonesia 1. Jakarta: Sena Wangi.
sosok pamomong.
Setelah melalui proses selama tiga __________.1999. Ensiklopedi Wayang
bulan lamanya, sehingga telah melewati fase Indonesia 4. Jakarta: Sena Wangi.
olah gerak serta olah rasa. Visi untuk
pencitraan image Limbuk yang bukan sekedar
abdi dalem atau mbok emban, namun yang
sebenarnya adalah sebagai pamomong.
337
Yuni Ratnasari (GUMRAH WEWARAH) JOGED
ISSN: 1858-3989
b. Sumber Lisan
338