Cekunagan West Natuna
Cekunagan West Natuna
CHAPTER 1
EXPLORATION HISTORY
Pendahuluan
Wilayah teritorial laut Indonesia yang berada di bagian selatan dari Laut Cina
Selatan, dikenal sebagai wilayah Cekungan Laut Natuna terdiri dari dua area cekungan,
Cekungan Natuna Barat dan Timur yang dipisahkan oleh Natuna Ridge, merupakan
tonjolan keluar dari Sunda Platform. Cekungan Natuna Barat merupakan perluasan
sebelah timur dari Cekungan Malay. Terdapat kira-kira ditengah antara Malay Peninsula
dan Pulau Kalimantan, dekat dengan Pulau Anambas sebelah selatan dan Pulau
Natuna sebelah timur. Cekungan ini memanjang dengan arah baratdaya – timurlaut,
dan meluas melewati garis median sampai wilayah air Malaysia. Cekungan ini
Karena lokasi Cekungan Natuna Barat ini terisolasi, Conoco Indonesia Inc., Gulf
Resources Ind.Ltd. dan Premier Oil hanya memproduksi minyak dari cekungan ini.
Tingkat Produksi tertentu sekitar 116.000 BOPD atau kurang dari 9 % dari total produk
liquid Indonesia. Produksi Conoco sekitar 9.000 BOPD (Puncak produksi 125.000
BOPD tahun 1994), Gulf sekitar 2.000 BOPD (puncak produksi 46.300 tahun 1997),
sedangkan Premier sekitar 6000 BOPD (puncak produksi 16500 BOPD tahun 1991).
Wilayah ini juga mengandung penemuan beberapa gas suspensi. Tidak ada gas
yang diproduksi di cekungan Natuna Barat ini; namun, eksploitasi komersial dari
cadangan gas ini sedang berlangsung untuk proyek pengembangan gas regional. hal
ini menunjukan bahwa gas akan menjadi komoditi penting di area ini dalam waktu
dekat.
cekungan ini mulai dari tahun 1968 sampai sekarang menghasilkan lapangan-lapangan
minyak yang sangat banyak diantaranya yang terbesar Lapangan South Natuna Sea
Blok B PSC, Kakap Blok PSC, Natuna Sea Block A PSC. Disamping itu juga ditemukan
Natuna Sea Block I, Northwest Sea Block II, Natuna Block B PSC, Cumi-Cumi PSC,
Pendahuluan
Model tektonik lempeng untuk Asia Tenggara telah dikemukakan oleh beberapa
penulis (diantaranya Hall, 1995; Rangin et al 1990; Daly et al 1991; Daines, 1985;
Parker & Gealey 1983; Tapponier et al 1982). Kebanyakan penulis ini mengemukakan
teorinya berdasarkan data geologi dan paleomagnetik, kebanyakan dari model tersebut
Lokasi dari Indonesia pada pertemuan antara Lempeng Pasifik, Eurasia, dan
rekontruksi menjadi semakin sulit. Oleh karena itu diskusi ini hanya akan tertuju pada
ringkasan dari event utama yang mempengaruhi perkembangan tektonik dari Cekungan
publikasi terbaru oleh Hall et al (1995 & 1996) dan membagi sejarahnya dari Eosen
Posisi relatif dan gerakan lempeng India, Australia,dan Eurasia sungguh dibatasi
dengan pergerakan cepat India ke utara, tapi belum colliding dengan Kolistan Island Arc
sepanjang bagian selatan batas Lempeng Eurasia. Bukti awal collision India dan
Eurasia disajikan oleh obduksi ophiolit cretaceus disisi barat Lempeng India yang mana
adalah folded dan unconformably diatas carbonat Eocene Tengah. Peristiwa ini
Area dalam cekungan Natuna Barat adalah bagian yang stabil dari Sunda
Bagian barat dari zona collision bergerak ke timur seperti Lempeng India, inisiasi dari
West Natuna, Malay, dan Thailand Basins menghasilkan seluruh daerah cekungan
iniasi ekstensional.
Malay, dan West Natuna Basins. Kekuatan transtensional di West Natuna Basins
menghasikan graben-graben. Pada bagian selatan dan barat daya West Natuna Basin,
Sumatra, Java yang pernah mengalami compresional mayor pada akhir Oligosen Awal
yang meginversi cekungan . Ini adalah hasil reverse dari zona subduksi ke selatan
menghasilkan penutup marginal basin dan subsequen arc collision. Inversi ini juga
membuktikan banyak basin-basin West Natuna dan Malay oleh unconformity yang
tersebar luas pada 31 ma dan juga bersamaan waktu dengan akhir rifting utama West
Malay Basins, tetapi banyak tingkat lemah. Kira-kira pada 23 ma tanda pertama inversi
West Natuna Basins adalah jelas angular unconformity.akibat rotasi diantaranya Proto
South china(searah jarum jam) dan Malay Peninsula, sumatra, dan Borneo(tidak searah
jarum jam),hasil compresi pada bagian timur barat daya dan zona transtensional
Indochina dengan bagian barat borneo dan ekstensional Gulf Thailand Menyebabkan
Disini rotasi Borneo sudah lengkap, spreading sudah berhenti di South China
Sea dan extension dan spreading dimulai di Laut Andaman. Inversi di Sumatra back-arc
basins dimulai sebagai oblique subduction dan subsequent dextral stike-slip motion.
3) Syn-inversion
4) Post-inversion
Crustal Extensional
Crustal extensional dan rifting di West Natuna Basin berlangsung selama Eocen
Bawah sampai Oligocene dalam reaksi atas collision dari Indian Subcontinen dengan
Eurasia. Faktor pertama rift trend adalah transtensional di graben baratlaut dan
timurlaut,yang mana diisi oleh lacustrine deposits terjadi secara lateral karena extrusi
Indi-china dan rotasi dari Zona Subduksi Sumatra sebagai akibat dari lekukan lempeng
India dan Asia. Faktor kedua rift trend yang dominant di tenggara dan baratdaya.
Post-rift Quiescence period
Dari Oligosen tengah sampai awal miosen West Natuna Basin memasuki masa
Syn-Inversion
Bukti pertama dari inversi di West Natuna Basin terjadi pada 23 ma dalam
dimulainya phase graben utama. Reaktifasi dan reversal dari patahan sebelumnya
mengontrol formasi. Inversi dimulai dengan pataha graben besar dan disusul dengan
graben-graben yang lebih kecil. Dasar geometri struktur righ-lateral shear regime.
Post-Inversion
Inversi dan pergerakan sesar hampir berhenti pada Miocene Tengah dan
cekungan regional mengalami fase subsidens tenang selama Formasi Muda mengalami
deposisi.
CHAPTER 3
terkait dengan sejarah tektonik cekungan,yakni syn-rift, post-rift, syn-inversion dan post-
inversion. Batasan – batasan sequen ini sisi coin dengan batas –batas unit
litostratigrafi.
Sediment tersier di Cekungan Natuna Barat, seperti juga dalam Malay Basin
dan Penyu (sub) Basin, adalah endapan granitik dan Basement Pre-Tersier
minor marin pada miocen awal. Kondisi utama marin hanya berjalan selama miosen
Tabel ilustrasi umum stratigrafi variasi facies regional, kejadian hidrokarbon dan
ketidakselarasan penting.
Syn-rift Sequences
Formasi Belut adalah unit deposisi syn-rift yang mengisi half graben Natuna
Barat. Terletak secara tidak selaras di atas granitik dan basement metamorphik Pra-
Tersier dan berada di atas lapisan Formasi Gabus Atas. Variasi ketebalan kira-kira
550-2000 feet. Distibusi dan pola deposisi dikontrol oleh kehadiran extensional half-
graben dan rift valley. Dengan litologi clastic red bed (batupasir arcosik yang
ketebalan dari 200 – 100 feet, merupakan sequence serpih yang diinterpretasikan
valley.
Post-rift sequences
dan serpih berlapis Formasi Gabus Atas. Batupasir Formasi Gabus Atas berbutir
halus hingga sangat halus, blocky atau menghalus ke atas sama dengan Gabus
fluvial.
Syn-inversion
Miocene Awal. Formasi ini didominasi serpih tetapi interkelasi batupasir dengan sifat
fisik reservoir yang bagus ditemukan setempat dan dinamakan sebagai “Intra Barat
terdiri dari batupasir berlapis, serpih, terdapat seam dan interkelasi batubara.
Batupasir mendominasi Formasi Gabus Bawah yang mengindikasikan local uplift
dan erosi terjadi selama Miocene Awal yang menghasilkan influx coarse clastics dan
intrupsi transgresi yang berawal dari pengendapan Formasi Barat. Formasi Arang
swamp didominasi coastal plain akibat invrsi cekungan dan perubahan muka laut
relative.
Post inversion
Di atas Formasi Arang adalah Formasi Muda, diendapkan secara tidak selaras
Cekungan Natuna Barat. Formasi in terdiri dari batulumpur (mudstone), serpih dan
pasir.
CHAPTER 4
PETROLEUM SYSTEM
Petroleum system dari Cekungan Natuna Barat termasuk integrasi dari batuan
induk, batuan reservoar, batuan tudung, dan proses generasi-migrasi dan akumulasi
dari petroleum. Cekungan terdiri dari beberapa graben berumur paleogen yang diiisi
dengan klastik pada oligosen sampai miosen awal, dan pada Miosen Tengah
deposenter dari cekungan ini diisi oleh Formasi Arng dan Muda yang tebal. Kehadiran
dan penyebaran dari sedimen mempunyai peranan yang penting untuk petroleum
Batuan reservoar
Diketahui batuan reservoar pada Cekungan Natuna Barat ini adalah batupasir
yang hadir hampir disemua tingkat stratigrafi, Meliputi Lower Gabus Miosen awal,
Upper Gabus akhir oligosen sampai awal miosen, Lower Arang, dan Formasi Arang
Tengah. Batupasir ini diendapkan sebagai fluvial channel yang utamanya ada pada
Formasi Gabus sampai intertidal estuarine sebagai sand bars pada Formasi Arang.
keatas (fining upward), jenis batupasir berupa quartzose dan subarkosic, pada
umumnya butiran halus di bagian atas dan semakin kasar dengan meningkatnya
masiv dengan ketebalan 350 ft. Batupasir ini mempunyai porositas fair-excellent
dengan persentase dari 16% sampai 27%, menurun denga bertambahnya kedalaman.
Permeabilitas bervariasi dari 15 sampai 2000 mD. Batupasir Lower Gabus ini mewakili
reservoar utama di Anoa dan KF Fields. Di Lapangan Anoa terdiri dari 10 batupasir
berdasarkan data di Cekungan Natuna Barat ini. Conoco membagi Upper Gabus
Formasi di bagian barat dari SNS Block B menjadi dua formasi, dinamakan Gabus pada
distributary channel, channel bar, dan sheet splays. Struktur sedimen internal terdiri dari
steep trough dan planar crossbeds, scour surface, ripple marks, dan clay drapes.
Bioturbasi jarang sampai intermitten dan merupakan unit confined sampai butiran halus.
Kebanyakan bagian atas penampang secara umum lebih ke sand-prone dan terlihat
secara areal meluas, tubuh batupasir tubular dengan kualitas reservoar yang lebih baik.
Porositas batupasir dibagian bawah bervariasi antara 17-26%, meningkat kearah atas
Formasi Barat terutama terdiri dari shale di hampir semua bagian dari cekungan
ini, kecuali di bagian timur laut, dimana formasi ini lebih berpasir. Tetapi pada beberapa
tempat lokal, interbeds batupasir mungkin berkembang dan berkontribusi sebagai
reservoir yang penting. Dikenal sebagai Intra Barat batupasir, reservoir ditemukan di
tetapi penyebarannya agak sedikit terbatas di bagian tengah sampai ke barat cekungan
ini. Batupasir didalam sekuen Lower Arang mengindikasikan hampir tidak terlihat
glauconite dan beberapa clay drape. Secara umum lebih kasar dan bersih dibandingkan
reservoar bagus sampai sempurna dengan porositas bervariasi antara 26% dan 32%,
dan permeabilitas berkisar dari 49 sampai 3000 mD. Akumulasi hidrokarbon pada
reservoar ini ditemukan di lapangan Belida, Sembilang, Tembang, Bawal, Belut, dan
Kakap.
Batupasir Formasi Arang Tengah secara umum berbutir halus sampai kasar,
marginal. Interbedded batupasir dengan shale dan lapisan tipis batubara terdiri dari
umumnya reservoar yang baik dengan porositas sampai 32% dan permeabilitas 90-
6000 mD.
Penampang Middle Arang secara umum tidak matang untuk menghasilkan
minyak di Cekungan Natuna Barat; tetapi secara suhu matang lebih lanjut di bagian
barat cekungan Malay. Dalam hubungan dengan batupasir middle Arang ini tidak
dianggap sebagai reservoar yang penting di wilayah, dan hanya ada pada sedikit
Interbedded shales dalam Formasi Lower Gabus dan Formasi Keras/Gajah yang
melapisi di bagian atas bisa berperan sebagai batuan penutup yanf efektif untuk
kehadiran dan penyebaran, secara wilayah terbatas hanya pada wilayah graben
Pada Lapangan Anoa interbedded shales ketebalannya antara 50 ft dan 270 ft,
dan berperan sebagai batuan penutup yang efektif untuk akumulasi minyak dan gas
sampai 10 sistem acquivers. Formasi Keras/Gajah Shale lebih tebal, sealing capacity
semakin tinggi, dan secara wilayah memberikan sealing integrity yang lebih luas. Keras
lateral dengan sekuen sand-shale pada Formasi Lower gabus. Data sumur menunjukan
bahwa ketebalan dari formasi ini bervariasi dari 300 ft di Terubuk-1 dan lebih dari 1500
ft di Raja Gajah-1.
Barat Shale Seals
Formasi Barat merupakan sekuen sedimen post-rift terdiri dari dominasi shale.
Penyebarannya luas hampir diseluruh Cekungan Natuna Barat yang menutupi Formasi
Upper Gabus dan memberikan regional seal yang efektif untuk migrasi hidrokarbon
kearah atas. Shale menebal terhadap pusat cekungan, tetapi pada umumya tipis atau
Arang Shales ditemukan menyebar secara luas dalam cekungan kecuali diatas
Graben utama yang terinversi. Formasi ini secara umum berasosiasi dengan lignit tipis.
Arang Shales merupakan regional seals yang menutupi Reservoir Formasi Lower
Arang, seperti pada Lapangan Belida, Sembilang, Bawal, Tembang, Belut dan Maraton.
Formasi ini juga sebagai seal pada Reservoar potensial Middle Arang.
untuk seluruh area dari Cekungan Natuna Barat. Tidak adanya kriteria tertentu sebagai
prediksi awal sebelum pemboran mengenai volume hidrokarbon dan jenis telah
membuat analisis resiko yang sulit. Analisis sampel dari data sumur mengindikasikan
bahwa Coals dan Coaly Shale dari Formasi Arang merupakan batuan induk terkaya di
area ini. Tetapi pada umunya secara thermal belum matang, kecuali di area cekungan
yang lebih dalam pada area yang menjadi matang secara batas.
Untuk mendapatkan data tentang batuan induk ini dilakukan analisis baik
langsung data geokimia batuan induk sedangkan anlisis secara tidak langsung
induk tertentu dan tipe berdasarkan data geokimia minyak mentah (crude oil).
Potensi sumber minyak dari penampang Lower Gabus dan Belut diukur
berdasarkan data dari sumur tertentu yang pada umumnya menunjukan potensi yang
jelek sampai cukup. Tetapi pada umumnya sampel yang diambil berada pada batas
danau atau pada tahap selanjutnya dari penampang synrift yang berkembang ketika
sedimentasi bekas dari subsidence. Berdasarkan studi danau purba resen, batas
lingkungan danau diketahui didominasi oleh material organik darat yang diendapkan
Fasies batas danau purba dan sekarang (kedalaman air < 150 m) mempunyai
kandungan karbon total yang berkisar antara 0.1 hingga 2.0 wt.% dan Hidrogen Index
kebanyakan dibawah 150 mgHC/gOC. Kisaran kandungan karbon total dan hidrogen
indeks merupakan tipikal untuk kebanyakan penampang yang di penetrasi pada sumur.
Hasil studi dari synrift diatas Blok B Laut Natuna Selatan yang dilakukan Conoco
berdasarkan data geokimia dari 30 sumur, geometri lapisan seismik dan peta isopach
yang di dominasi oleh gas prone (type III kerogen) pada Tenggol Arch dan area ke
selatan dan utara dari Bawal/Anambas Graben. Tipe ini sangat sedikit menyimpan
pediatrum algae yang memiliki karakteristik pada fasies teroksidasi. Fasies margin
danau bergradasi sampai fasies lakustrine yang lebih dangkal yang secara progresif
Jenis batuan induk ini hadir dominan pada Formasi Arang. Tetapi juga hadir di
Formasi Gabus dan Belut pada beberapa sumur. Jumlah ketebalan batubara dari
ketebalan rata-rata 33 ft (10m). Batubara ini tipis (3m) dan interbedded dengan
Kualitas dan kandungan batuan induk dari batubara Arang ditentukan dari data
Rock-Eval Pyrolisis data dari 22 sumur dan 177 analisis. Potensi genetis
(S1+S2/TOC*100) dari batubara ditemukan dengan kisaran antara 782 samapi 117
mgHC/gOC dengan P10, P50, dan P90 dari 470, 305, dan 210 mgHC/gOC. Secara
menarik, kualitas batuan yang terukur oleh potensi genetis, mengindikasikan bahwa
distribusi normal dari log coal dan coaly shales. Hal ini mendukung bahwa tipe dari
material organik kontribusinya sama baik coal maupun coaly shale. Potensi batuan
induk dari Upper Gabus, Lower Gabus, dan Belut coals memperlihatkan kesamaan
Oil Families
Pada dasarnya terdapat tiga famili minyak utama. Ketiga famili ini dipercaya
berhubungan dengan kitchen batuan induk dari half graben yang berbeda. Tiga Famili
oil ini dipisahkan berdasarkan nilai isotop karbon stabil dan pristane/phytane (Pr/Ph)
Minyak yang dihasilkan dari batuan induk lakustrine segar dan brackhish. Contoh :
Ikan Pari
Minyak dihasilkan dari Batuan induk yang didominasi oleh material organik
terrestrial. Contoh : Lapangan Belut, Gajah, Anoa, KF-1, KG-5, Terubuk, dan Belida.
Minyak yang berasal dari campuran alga dan material organik terrestrial.
Pematangan (Maturation)
geokimia mendukung bahwa minyak dihasilkan dari batuan induk deep lacustrine syn-
rift yang berada di Bawal/Anambas Graben mulai pada awal antara 30-24 Mya. Fasies
lakustrine dalam diinterpretasikan hadir pada kedalaman antara 9,000 ft dan 12,000 ft
pada sumur Ikan Emas-1, atau lebih dalam pada basemen yang lebih dalam.
potensi untuk lateral migration lebih prospektif untuk menghasilkan minyak dari fasies
fasies lakustrin dangkal dengan campuran yang terutama batuan induk gas-prone, yang
kemudian berlangsung antara 24 sampai 10 Mya. Gas dengan beberapa minyak yang
dihasilkan dari batuan induk ini mampu mengisi struktur late syn-inversion, seperti di
Hasil plot antara S1/TOC vs Ro dengan kedalaman untuk Batubara Arang dan
Gabus menunjukan bahwa expulsi hidrokarbon mulai sekitar 7,000-7,500’ paling awal,
tapi kebanyakan pada kedalaman dibawah 7,500 ft. Jumlah perkiraan hydrocarbon
yang terekspulsikan versus level tertentu dari vitrinite reflectance dari data yang diukur
Batubara Arang dari sumur Bandeng. Timing dari ekspulsi diperkirakan terlalu lambat,
berasosiasi dengan burial dari Formasi Muda yang mendorong batubara Arang ke
kedalaman yang bisa menghasilkan dan mengekspulsikan hidrokarbon. Hal ini akan
menghasilkan ekspulsi pada akhir 6 Mya sampai sekarang untuk Arang coal. Waktu
ekspulsi di Cekungan Malay kearah barat mulai pada awal 20 mya. Interpretasi tersebut
mendukung bahwa Arang Coal memberikan kontribusi sedikit untuk menghasilkan dan
Pada prinsipnya batuan induk pada Cekungan Natuna Barat yang terpikirkan
adalah Keras Shale (Corelab, 1995). Walaupun Barat dan batubara dari Upper Gabus
dan Arang juga bisa sebagai batuan induk oleh beberapa pekerja. Pengujian dari
sejarah burial dari beberapa formasi mendukung bahwa hanya tingkat Keras Shale
telah masuk ke top oil window ketika perangkap (trap) mulai terjadi di cekungan ini.
Keras terlihat memasuki oil window pada permulaan dari Miosen tengah dan
oleh Michael and Adrian (1995), bagaimanapun, terdapat dua petroleum system yang
teridentifikasi pada Block B PSC bagian barat : yaitu Lower Arang dan Gabus Coals
dan coaly shale, serta sediment lakustrine syn-rift dari Formasi Belut dan Gabus.
Di bagian utara dari cekungan, terpisah dari Keras shale, Formasi Benua dan
Brown Shale anggota dari Formasi Gabus Tengah dipercaya sebagai batuan induk
utama. Penyebaran dari batuan induk ini yang utamanya didominasi oleh shale
lakustrine, tidak menyebar secara luas, Formasi tersebut secara luas dikontrol oleh dan
dibatasi bagian dari pusat pengendapan half graben. Dari titik mulai terjadi
pematangan, hanya Keras Shale dan Formasi Benua yang bias menghasilkan minyak
dan mengalami fase expulsion, ketika Brown Shale tidak mungkin menjadi cukup
matang. Beberapa wilayah dari KB grabens dan NB trough dianggap sebagai fasies
material organic dengan baik sampai cukup. Fase generasi dan expulsion yang telah
berhenti selama periode ini, khususnya di bagian selatan dari KB Graben dimana
inversion paling menonjol. Mengambil terhadap anggapan factor-faktor diatas, hasil dari
sumur yang dib or di area dan jumlah dari hidrokarbon yang dihasilkan dan dikeluarkan,
hanya petroleum system di bagian selatan Cekungan Natuna Barat yang bias bekerja.
STRUCTURAL PLAY
dengan sejarah structural dari cekungan. Pada akhir dari Eosen, extension dari kerak
dihasilkan dalam perkembangan dari komplek rift pada cekungan, Memiliki cirri khas
berupa kombinasi dari grabens dan hal grabens dengan pola sesar normal timurlaut-
baratdaya. Dari akhir oligosen sampai miosen tengah, fase kompresi dan wrenching
disebabkan oleh structural inversion pada Cekungan Natuna Barat. Dihasilkan pola
baratlaut – tenggara dengan pola pergerakan lateral pada cekungan Malay-Natuna.
Dua jenis perangkap hidrokarbon yang terbukti terdiri dari inversion-related dan
hidrokarbon yang luas pada Cekungan Natuna Barat berasosiasi dengan pergerakan
Variasi dari structural styles dikenali didalam cekungan meliputi normal, reverse
dan sesar mendatar, bersamaan dengan inverse dan sesar mendatar yang
kompresional, antiklin asimetri, yang lebih kenal sebagai “Lipatan Sunda“. Tipikal dari
lipatan ini terletak pada sisi hanging wall dari sesar. Terbentuk dari kombinasi dari
proses ekstensi dan kompresi, dan beberapa sesar mendatar hanya mempunyai
pengaruh sedikit atau tidak sama sekali berpengaruh. Beberapa contoh lapangan
Bintang Laut, Bawal dan Buntal. Pergerakan terbatas dari batuan dasar bisa terlihat
pada bagian barat dari Anambas Graben, di Area Kima dan Sembilang. Komplek
oleh sesar mendatar sebagaimana kompresi seperti pada area Raja Gajah Graben.
Empat sesar mendatar utama (AF, AB, Angsa, dan Cumi-Cumi) merupakan
sesar utama yang teramati pada cekungan Natuna Barat. Seluruh sesar ini memiliki
sebelum tetap. Beberapa sesar mendatar lolos melalui sealing shale dari Lower Arang
dan Muda sampai lapisan laut dan oleh karena itu kurang mampu menjadi perangkap
hidrokarbon.
STRATIGRAPHIC TRAPS
ini secara umum dianggap sebagai play yang beresiko tinggi, oleh karena itu pada
masa lalu tidak aktif dikejar untuk eksplorasi. Namun seiring berkembangnya konsep
seismik stratigrafi yang menggabungkan data seismik dengan data sumur play ini mulai
dipelajari.
Barat, bernama Pink, Yellow, Mauve, dan Red Horison (Corelab,1995). Dengan
Tipe lain dari stratigraphic play adalah incised-valley dan stratigraphic pinch-out.
Incised valley mengisi perangkap ditemukan di utara Lapangan Belida dan Timurlaut