Anda di halaman 1dari 36

TUGAS 4

KELOMPOK 1
PROTEIN

Oleh :

Erisha Putri NPM: 1815041025


Fajar Rimba Buana NPM: 1815041060
Yuni Saputri NPM: 1815041054

Mata Kuliah : Rekayasa Biokimia

Dosen : Panca Nugahini F, S.T., M.T

Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Lampung
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas  mata kuliah Rekayasa Biokimia. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  Protein bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Panca Nugrahini S.T.,M.T selaku dosen mata kuliah Rekayasa Biokimia
ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang
saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung,22 September 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar nbelakang

Istilah protein berasal dari kata Yunani Proteos, yang berarti yang utama atau yang didahulukan. Kata ini
diperkenalkan oleh seorang ahli kimia belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein adalah zat
yang paling penting dalam setiap organisme.

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh
adalah protein, separuhnya ada didalam otot, seperlima didalam tulang dan tulang rawan, sepersepuluh didalam kulit, dan
selebihnya didalam jaringan lain dan cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan darah, matriks
interseluler dan sebagainya protein. Disamping itu asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekursor sebagian
besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang esensial untuk kehidupan.

Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-
sel dan jaringan tubuh.

1.2 Capaian Pembelajaran


1. Mahasiswa dapat memahami pengertian protein
2. Mahasiswa dapat mengetahui struktur protein
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan protein dan jalur katabolisme protein dalam tubuh
4. Mahasiswa dapat mengetahui regulasi metabolism dan jalur biosintesis protein dalam tubuh
5. Mahasiswa dapat mengetahui uji protein
6. Mahasiswa dapat menjelaskan isi dari makalah ini

1.3    Tujuan

Adapun tujuan tujuan penulisan makalah ini adalah:


1. Agar Mahasiswa dapat memahami pengertian protein
2. Agar Mahasiswa dapat mengetahui struktur dari protein
3. Agar Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan protein dan jalur katabolisme protein dalam tubuh
4. Agar Mahasiswa dapat mengetahui regulasi metabolism dan jalur biosintesis protein dalam tubuh
5. Agar Mahasiswa dapat mengetahui uji protein
6. Agar Mahasiswa dapat menjelaskan isi dari makalah ini
BAB II
ISI

2.1. Struktur Protein

Kata protein berasal dari bahasa Yunani proteios yang berarti "barisan pertama". Kata yang diciptakan oleh Jons J. Barzelius
pada tahun 1938 untuk menekankan pentingnya golongan ini. Struktur protein merupakan sebuah struktur biomolekuler dari
suatu molekul protein. Setiap protein, khususnya polipeptida merupakan suatu polimer yang merupakan urutan yang terbentuk
dari berbagai asam L-α-amino (urutan ini juga disebut sebagai residu). Perjanjiannya, suatu rantai yang panjangnya kurang dari
40 residu disebut sebagai sebagai polipeptida, bukan sebagai protein.Protein memegang peranan penting dalam hampir semua
proses biologi. (Dadan Rosana, 2004)

Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan
pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan
pertumbuhan tubuh. Untuk dapat melakukan fungsi biologis, protein melipat ke dalam satu atau lebih konformasi spasial yang
spesifik, didorong oleh sejumlah interaksi non-kovalen seperti ikatan hidrogen, interaksi ionik, gaya van der Waals, dan sistem
kemasan hidrofobik. Struktur tiga dimensi perotein sangat diperlukan untuk memahami fungsi protein pada tingkat molekul.
(Dadan Rosana, 2004)

Struktur protein bervariasi dalam hal ukuran, dari puluhan hingga ribuan residu. Protein diklasifikasikan berdasarkan ukuran
fisik mereka sebagai nanopartikel (1-100 nm). Sebuah protein dapat mengalami perubahan struktural reversibel dalam
menjalankan fungsi biologisnya. Struktur alternatif protein yang sama disebut sebagai konformasi(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.1 Struktur Protein

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Tumbuhan membentuk protein dari CO2, H2O, dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan merubah protein nabati
menjadi protein hewani. Di samping digunakan untuk pembentukan sel-sel tubuh. Protein juga digunakan sebagai sumber
energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein ialah
sebagai berikut: karbon 50%, hidrogen 7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0,3%, dan fosfor 0,3%.Asam amino
merupakan unit dasar struktur protein. Suatu asam amino-αterdiri dari gugus amino, gugus karboksil, atom H dan gugus R
tertentu yang semuanya terikat pada atom karbon α. Atom karbon ini disebut αkarena bersebelahan dengan gugus karboksil
(asam). Gugus R menyatakan rantai samping.(Dadan Rosana, 2004)
Gambar 2.2. Struktur asam amino.

Sumber: Modul I Sturktur dan Fungsi Protein

Larutan asam amino pada pH netral terutama merupakan ion dipolar (zwitterion), bukan molekul tak terionisasi. Dalam bentuk
dipolar, gugus amino berada dalam bentuk proton  +3 NHdan gugus karboksil dalam bentuk terdisosiasi COO  .
Status ionisasi suatu asam amino bervariasi tergantung pada pH. Dalam larutan asam (misalnya pH 11), gugus karboksil dalam
bentuk tak terionisasi COOHdan gugus amino dalam bentuk terionisasi  +3 NH. Dalam larutan alkali (misalnya pH 1)
gugus karboksil dalam bentuk terionisasi  COO dangugus amino dalam bentuk tak terionisasi (-NH2). Glisin mempunyi
pK gugus karboksil sebesar 2,3 dan pK gugus amino sebesar 9,6. Jadi, titik tengah ionisasi pertama adalah pada pH 2,3 dan
untuk ionisasi kedua pada pH 9,6.(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.3. Status ionisasi asam amino tergantung pada pH

Sumber: Modul I Sturktur dan Fungsi Protein

Susunan tetrahedral dari empat gugus yang berbeda terhadap atom karbon αmenyebabkan asam amino mempunyai aktivitas
optik. Dua bentuk bayangan cermin disebut isomer L dan isomer D. Protein hanya terdiri dari asam amino L, sehingga tanda
isomer optik dapat diabaikan saja dan dalam pembahasan protein selanjutnya asam amino yang dimaksud ialah isomer L,
kecuali bila ada penjelasan.(Dadan Rosana, 2004)
Gambar. 2.4. Konfigurasi absolute asam amino isomer L dan D. R menggambarkan rantai samping. Isomer L dan D merupakan
bayangan cermin.

Sumber: Modul I Sturktur dan Fungsi Protein

Umumnya pada protein ditemukan 20 jenis rantai samping yang bervariasi dalam ukuran, bentuk muatan, kapasitas pengikatan
hidrogen dan reaktivitas kimia. Susunan protein pada semua spesies mulai dari bakteri sampai manusia dibentuk dari 20 asam
amino yang sama dan tidak pernah berubah selama evolusi. Keanekaragaman fungsi yang diperantarai oleh protein
dimungkinkan oleh keragaman susunan yang dibuat dari 20 jenis asam amino ini sebagai unsur pembangun.(Dadan Rosana,
2004)

Asam amino yang paling sederhana ialah glisin, yang hanya mempunyai satu atom hidrogen sebagai rantai samping (Gambar
2.4). Asam amino berikut adalah alamin, dengan gugus metil sebagai rantai samping. Rantai samping hidrokarbon yang lebih
besar (tiga dan empat karbon) ditemukan pada valin, leusin dan isoleusin. Rantai samping alifatik yang lebih besar ini bersifat
hidrofobik, menolak air dan cenderung membentuk kelompok. (Dadan Rosana, 2004)

Sebagaimana akan dibahas kemudian, struktur tiga dimensi protein yang larut dalam air akan menjadi stabil oleh rantai samping
hidrofobik yang berkelompok untuk menghindari kontak dengan air. Perbedaan ukuran dan bentuk rantai samping hidrokarbon
ini memungkinkan protein untuk membentuk struktur yang ringkas dan kompak yang berlubang-lubang.(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.5. Asam amino dengan rantai samping alifatik.

Sumber: Modul I Sturktur dan Fungsi Protein

Pada pembahasan arsitektur protein digunakan pembagian empat tingkatan struktur. Struktur primer adalah urutan asam amino.
Struktur sekunder berhubungan dengan pengaturan kedudukan ruang residu asam amino yang berdekatan dalam urutan linier.
Pengaturan sterik ini memberi struktur periodik. Heliks- αdan untai- menunjukkan struktur sekunder. Dadan Rosana, 2004)

Struktur tersier menggambarkan pengaturan ruang residu asam amino yangberjauhan dalam urutan linier dan pola ikatan-ikatan
sulfida. Perbedaan antara struktur sekunder dan struktur tersier tidaklah terlalu jelas. Di samping itu dikenal juga adanya
struktur kuarterner dan struktur supersekunder yang akan dibahas sekilas di bagian ini (Dadan Rosana, 2004)

2.1.1. Struktur Primer

Pada tahun 1953, Frederick Sanger menentukan urutan asam amino insulin, suatu hormon protein. Hal ini merupakan
peristiwa penting karena pertama kali memperlihatkan dengan tegas bahwa protein mempunyai urutan asam amino
yangtertentu yang tepat. Urutan asam amino inilah yang kemudian dikenal sebagai struktur primer. Selain itu juga
diperlihatkan bahwa insulin terdiri dari hanya asam amino L yang saling berhubungan melalui ikatan peptida antara gugus
amino- αdan gugus karboksil- αprestasi ini merangsang peneliti lain untuk mempelajari urutan asam amino berbagai protein.
Saat ini telah diketahui urutan asam amino yang lengkap lebih dari 10.000 protein. Fakta yang menyolok menyatakan bahwa
tiap protein mempunyai urutan asam amino yang khas dengan urutan yang sangat tepat.(Dadan Rosana, 2004)

Pada protein, gugus karboksil- αasam amino terikat pada gugus amino-αasam amino lain dengan ikatan peptida (disebut juga
ikatan amida). Pada pembentukan suatu dipeptida dari dua asam amino terjadi pengeluaran satu molekul air yang dapat dilihat
pada Gambar 2.5. Keseimbangan reaksi ini adalah ke arah hidrolisis tidak pada sintesis. Oleh sebab itu, biosintesis ikatan
peptida memerlukan energi bebas, sebaliknya hidrolisis ikatan peptida secara termodinamika bersifat eksergonik.(Dadan
Rosana, 2004)
Gambar 2.6. Pembentukan ikatan peptide

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Banyak asam amino yang berikatan melalui ikatan peptida membentuk rantai polipeptida yang tidak bercabang (Gambar 2.7).
Satu unit asam amino dalam rantai polipeptida disebut residu. Rantai polipeptida mempunyai arah sebab unit penyusun
mempunyai ujung yang berbeda, yaitu gugus amino- αdan gugus karboksil- α. Berdasarkan kesepakatan, ujung amino
diletakkan pada awal rantai polipeptida; berarti urutan asam amino dalam rantai polipeptida ditulis dengan diawali oleh residu
aminoterminal. Pada suatu tripeptida Ala-Gly-Trp (AGW), alanin merupakan residu aminoterminal dan Triptofan merupakan
residu karboksil-terminal. Harus diperhatikan bahwa Trp-Gly-Ala (WGA) merupakan tripeptida yang berbeda (Dadan
Rosana, 2004)

Gambar 2.7. Residu asam amino terdapat dalam kotak, rantai dimulai pada ujung amino.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Rantai polipeptida terdiri dari bagian yang berulang secara beraturan yang disebut rantai utama, dan bagian yang bervariabel
yang membentuk rantai samping (). Rantai utama kadang-kadang disebut tulang punggung. Kebanyakan rantai polipeptida di
alam mengandung antara 50 sampai 2000 residu asam amino. Berat molekul rata-rata residu asam amino adalah 110, berarti
berat molekul rantai polipeptida adalah antara 5.500 dan 220.000. Massa protein dapat juga dinyatakan dalam dalton; satu
dalton sama dengan satu unit massa atom. Suatu protein dengan berat molekul 50.000 mempunyai massa 50 kd (kilodalton).
(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.8. Rantai polipeptida dibentuk dari rantai utama yang berulangulang secara teratur (tulang punggung) dan rantai
samping tertentu
Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

(R1, R2, R3 yang berwarna kuning).Sejumlah protein mempunyai ikatan disulfida. Ikatan disulfida antarrantai maupun di
dalam rantai terbentuk oleh oksidasi residu sistein. Disulfida yang dihasilkan adalah sistein (Gambar 2.8). Protein intra sel
umumnya tidak mempunyai ikatan disulfida, sedangkan protein ekstrasel sering mempunyai beberapa. Ikatan lintas non-
belerang yang berasal dari rantai samping lisin ditemukan pada beberapa protein. Misalnya, serat kolagen dalam jaringan
ikat diperkuat dengan cara ini, sama seperti fibrin pada pengumpulan darah.(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.9a Jembatan disulfide(-S-S-) dibentuk dari gugus sulfhidril (-SH) dua residu sistein dan akan menghasilkan satu
residu sistin.

Gambar 2.9b Model ikatan sulfida pada struktur primer.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

2.1.2. Struktur Sekunder

Dapatkah suatu rantai polipeptida berlipat membentuk struktur reguler yang berulang? Untuk menjawab pertanyaan
ini, Pauling dan Corey mempelajari berbagai kemungkinan konformasi polipeptida dengan membuat model-model molekul.
Mereka sangat mentaati hasil pengamatan sudut ikatan dan jarak pada asam amino dan peptida kecil. Pada tahun 1951,
mereka mengemukakan dua struktur polipeptida yang disebut heliksαdan lembar berlipat β(Dadan Rosana, 2004)

Struktur ini berhubungan dengan pengaturan kedudukan ruang residu asam amino dalam urutan linier.Heliks αmerupakan
struktur berbentuk batang.Rantai polipeptida utama yang bergelung membentuk bagian dalam batang dan rantai samping
mengarah ke luar dari helik(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.10. Heliks α .


Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Bentuk heliks αdimantapkan oleh ikatan hidrogen antara gugus NH dan gugus CO pada rantai utama. Gugus CO setiap asam
amino membentuk ikatan hidrogen dengan gugus NH asam amino terletak pada empat residu di depannya pada urutan linier.
Berarti semua gugus CO dan gugus NH pada rantai utama membentuk ikatan hidrogen. Tiap residu asam dengan residu
berikutnya sepanjang aksis heliks Gambar 2.10.(Dadan Rosana, 2004)

Heliks αmempunyai jarak 1,5 oAdengan rotasi 100°, sehingga terdapat 3,6 residu asam amino tiap putaran heliks. Pada heliks
αasam amino yang berjarak tiga dan empat pada urutan linier akan terletak berseberangan dalam heliks sehingga tidak saling
berhubungan. Jarak antara dua putaran heliks αadalah perkalian jarak translasi (1,5 oA) dan jumlah residu pada setiap putaran
3,6 yang sama dengan 5,4 oA. Arah putaran heliks seperti pada skrup dapat bersifat putar kanan (searah jarum jam) dan putar
kiri (berlawanan arah jarum jam) Heliks protein αbersifat putar kanan.(Dadan Rosana, 2004)

Kandungan heliks αdalam protein bervariasi luas mulai dari hampir tidak ada sampai 100%. Misalnya, enzim kimotripsin
tidak mengandung heliks α. Kebalikannya, 75% protein mioglobin dan hemoglobin berbentuk heliks α. Panjang untai tunggal
heliks αbiasanya kurang dari 45 oA(Dadan Rosana, 2004)

Tetapi dua atau lebih heliks αdapat saling berpilin membentuk struktur yang stabil, dengan panjang dapat mencapai 1000
oA(100 nm atau 0,1  m ) atau lebih. Heliks α yang saling berpilin ditemukan pada miosin dan tropomiosin otot, pada fibrin
gumpalan darah dan pada keratin rambut. Bentuk heliks pada protein ini mempunyai peran mekanis dalam pembentukan
berkas serat yang kaku seperti duri landak. Sitoskeleton (penyangga bagian dalam) suatu sel mengandung banyak filamen
yang merupakan dua untai heliks αyang saling berpilin.(Dadan Rosana, 2004)

Struktur heliks αtelah disimpulkan oleh Pauling dan Corey enam tahun sebelum struktur ini terbukti pada mioglobin dengan
pemeriksaan menggunakan sinar X. Uraian tentang struktur heliks αini merupakan peristiwa penting dalam sejarah biologi
molekuler sebab memperlihatkan bahwa konformasi rantai polipeptida dapat diperkirakan bila sifat komponennya diketahui
dengan teliti dan tepat.Pauling dan Corey menemukan corak struktur periodik yang lain yang dinamakan lembar berlipat
β(disebut βsebab merupakan struktur kedua yang mereka temukan sedangkan heliks αsebagai struktur pertama). Lembar
berlipat 0 berbeda dengan heliks a yang berbentuk batang. Rantai polipeptida lembar berlipat β disebut untai β , berbentuk
lurus terentang tidak bergelung tegang seperti heliks α .(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.11. Struktur utama asam amino.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Gambar 2.12. Pita peptide.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein


Gambar 2.13. Struktur berpilin pada heliks α .

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Jarak aksis antara asam amino yang bersebelahan adalah 3,5A sedangkan pada heliks αadalah 1,5 A. Perbedaan lain ialah
pada lembar berlipat βdistabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus NH dan CO pada rantai polipeptida berlainan, sedangkan
pada heliks αikatan hidrogen terdapat antara gugus NH dan CO pada rantai yang sama.(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.14. Lembar berlipat R.

Sunber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Rantai polipeptida yang bersebelahan pada lembar berlipat βdapat searah (lembar βparalel) atau berlawanan arah (lembar
βantiparalel). Misalnya, fibroin sutra hampir seluruhnya terdiri dari tumpukan lembar βantiparalel. Bagian lembar βseperti ini
merupakan struktur yang berulang pada banyak protein. Sering dijumpai unit struktur yang terdiri dari dua sampai lima untai
lembar βparalel atau antiparalel.(Dadan Rosana, 2004)

2.1.3. Struktur Tersier

Struktur tersier menggambarkan pengaturan ruang residu asam amino yang berjauhan dalam urutan linier dan pola
ikatan-ikatan disulfida. Perbedaan antara struktur sekunder dan tersier tidaklah terlalu jelas (lihatGambar 2.15). Kolagen
memperlihatkan tipe khusus suatu heliks dan merupakan protein yang paling banyak ditemukan pada mamalia. (Dadan
Rosana, 2004)

Kolagen merupakan komponen serat utama dalam kulit, tulang, tendon, tulang rawan dan gigi. Protein ekstrasel ini
mengandung tiga rantai polipeptida berbentuk heliks, yang masing-masing sepanjang hampir 1000 residu. Urutan asam amino
dalam kolagen sangat beraturan: tiap residu ketiga hampir selaluglisin. Dibanding dengan protein lain kandungan prolin
dalam kolagen juga tinggi. Selanjutnya, kolagen mengandung 4-hidroksiprolin yang jarang ditemukan dalam protein lain.
Urutan glisin-prolin-hidroksiprolin (Gly-ProHyp) sering kali dijumpai.(Dadan Rosana, 2004)
Gambar 2.15. Perbandingan antara struktur primer, sekunder dan tersier.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Molekul

Kolagen merupakan molekul berbentuk batang, dengan panjang kira-kira 3000 oAdengan diameter hanya 15 oA. Corak
heliks dari gabungan ketiga rantai polipeptida, sama sekali berbeda dengan heliks αdalam satu untai tidak ditemukan ikatan
hidrogen. Tetapi, masing-masing untai heliks kolagen distabilkan oleh daya tolak menolak cincin pirolidin residu prolin dan
hidroksiprolin. Dalam bentuk heliks ini yang lebih terbuka daripada heliks yang terpilin tegang, cincin-cincin pirolidon
berjauhan letaknya. Ketiga untai polipeptida saling berbelit membentuk superheliks.(Dadan Rosana, 2004)

Jarak aksis tiap residu dalam superheliks adalah 2,9 oAdengan hampir tiga residu pada tiap putaran. Ketiga untai heliks ini
saling berikatan melalui ikatan hidrogen. Sebagai donor hidrogen adalah gugus NH residu glisin dan gugus CO residu pada
rantai yang berlainan bertindak sebagai akseptor hidrogen. Gugus hidroksil residu hidroksiprolin juga berperan pada
pembentukan ikatan hidrogen.Dengan ini dapat dimengerti mengapa glisin menempatkan diri pada tiap posisi ketiga pada
rentangan seribu residu yang membentuk heliks kolagen. Bagian dalam heliks tiga untai ini sangat padat. (Dadan Rosana,
2004)

Ternyata glisin merupakan satu-satunya residu yang cocok pada bagian dalam. Karena ada tiga residu pada tiap putaran
heliks, maka tiap residu ketiga pada setiap untai tersebut haruslah glisin. Residu asam amino bersebelahan dengan glisin
terletak pada bagian luar untai dan ruang ini cukup untuk residu prolin dan hidroksiprolin yang besar.(Dadan Rosana, 2004)

Protein yang terdiri atas lebih dari satu rantai polipeptida mempunyai tingkat organisasi struktural tambahan. Masing-masing
rantai polipeptida disebut sub unit. Struktur kuarterner menggambarkan pengaturan sub unit protein dalam ruang. Misalnya
hemoglobin, terdiri atas dua rantai dan dua rantai β.(Dadan Rosana, 2004)

Susunan sub unit hemoglobin pada tetramer ini berperan pada komunikasi antartempat pengikatan O2, C O2, dan H+ yang
berjauhan. Virus sangat memanfaatkan informasi genetik yang terbatas dengan membentuk selubung yang terdiri dari sub
unit-sub unit yang sama secara berulang di dalam susunan yang simetris.(Dadan Rosana, 2004)
Gambar 2.16. Model ruang mioglobin dengan orientasi yang sama.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

2.1.4. Metode Penentuan Struktur Protein

1. Kristalografi Sinar-X

Pemahaman mengenai struktur dan fungsi protein sangat terbantu oleh kristalografi sinar-X, yang merupakan teknik
yang dapat menyatakan posisi tiga dimensi atom dalam molekul protein dengan tepat. Untuk mengembangkan metode ini,
pertama kali diperlukan kristal protein yang diminati sebab teknik ini memerlukan orientasi seluruh molekul dengan tepat.
Kristal protein dapat diperoleh dengan menambahkan amonium sulfat atau garam lain ke dalam larutan pekat protein untuk
mengurangi kelarutannya. Misalnya mioglobin akan berkristalisasi dalam larutan amonium sulfat 3 M (Gambar 2.17).(Dadan
Rosana, 2004)

Gambar 2.17. Kristalisasi mioglobin.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Penggaraman yang lambat menghasilkan kristal yang beraturan, bukan presipitat amorf. Sejumlah protein mudah mengkristal,
sedangkan yang lainnya memerlukan usaha yang lebih besar. Kristalisasi adalah seni, karena memerlukan ketekunan,
kesabaran dan tangan yang dingin. Jumlah protein yang besar dan kompleks yang sudah dikristalisasi terus meningkat.
Misalnya, virus polio sebesar 8500-kd yang merupakan kesatuan 240 subunit protein yang mengelilingi inti RNA, telah dapat
dikristalisasi dan diketahui strukturnya dengan metode sinar-X.(Dadan Rosana, 2004)

Tiga komponen yang berperan dalam analisis kristalografi sinar-X adalah sumber sinar-X, kristal protein dan detektor
(Gambar 2.18). Berkas sinar dengan panjang gelombang 1,54 A diperoleh dengan mengakselerasi elektron terhadap tembaga.
Seberkas sinar X diarahkan pada kristal protein. (Dadan Rosana, 2004)

Sebagian sinar-X akan langsung menembus kristal dan sisanya akan terpencar ke berbagai arah. Berkas yang terpencar (atau
mengalami difraksi) dapat dideteksi dengan film sinar-X. Kehitaman warna film berbanding lurus dengan intensitas sinar-X
yang dipencar atau dengan detektor elektronik status padat.(Dadan Rosana, 2004)

Prinsip dasar kristalografi sinar-X:

1) Sinar-X dipencar oleh elektron. Amplitudo gelombang yang dipencar oleh atom berbanding lurus dengan jumlah elektron.
Atom karbon akan memencar sinar-X enam kali lebih kuat dibandingkan atom hidrogen.

2) Gelombang yang terpencar bergabung kembali. Tiap atom dalam molekul berperan pada difraksi gelombang sinar-X. Pada
film atau detektor gelombang yang dipencar akan saling memperkuat bila dalam fase yang sama dan akan saling
menghilangkan bila tidak dalam fase yang sama.

3) Cara gelombang yang telah terpencar bergabung kembali tergantung hanya pada susunan atom
Gambar 2.18. Dasar percobaan kristalografi sinar-X, kristal dan detector.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Kristal protein yang dimasukkan dalam kapiler dan diletakkan pada posisi yang tepat terhadap berkas sinar-X dan film.
Dengan gerak kristal yang teliti akan dihasilkan fotografi sinar-X berupa susunan titik-titik yang teratur yang disebut refleksi.
Intensitas tiap titik pada fotografi sinar-X dapat diukur dan merupakan data dasar bagi analisis kristalografi sinar-X. Tahap
berikutnya adalah menyusun kembali gambaran protein berdasarkan intensitas tersebut. (Dadan Rosana, 2004)

Pada mikroskop cahaya atau mikroskop elektron, berkas sinar yang terpencar difokuskan oleh lensa-lensa sehingga langsung
memberi gambaran. Tetapi lensa untuk memfokuskan sinar-X tidak ada. Gambaran dapat diperoleh dengan menggunakan
perhitungan matematik yang disebut transform Fourier. Tiap titik menggambarkan gelombang densitas elektron, yang
besarnya sesuai dengan akar pangkat dua intensitas titik. Tiap gelombang juga mempunyai fase, yaitu puncak dan dasar
gelombang. Fase tiap gelombang menentukan apakah gelombang yang berasal dari titik laindiperkuat atau dihapus. Fase ini
dapat diketahui berdasarkan pola difraksi yang dihasilkan oleh standar penandaan logam berat seperti uranium atau air raksa
pada tempat tertentu dalam protein.Sekarang dapat ditafsirkan peta densitas elektron, yang memberikan densitas elektron
pada titik-titik yang tersebar teratur dalam kristal. (Dadan Rosana, 2004)

Gambaran tiga dimensi dari densitas elektron diperlihatkan sebagai suatu bagian-bagian yang paralel dan bertumpukan. Tiap
bagian merupakan lembaran plastik transparan dengan distribusi densitas elektron diperlihatkan oleh garis kontur, sama
dengan garis kontur pada peta survei geologi untuk menggambarkan ketinggian. Tahap berikut adalah penafsiran peta
densitas elektron. Faktor yang kritis adalah analisis resolusi sinar-X yang ditentukan oleh jumlah intensitas yang tersebar
yang digunakan pada sintesis Fourier. Hasil terakhir analisis sinar-X ditentukan oleh derajat kesempurnaan kristal. Bagi
protein, batas resolusi biasanya kira-kira 2 oA .(Dadan Rosana, 2004)

Struktur atom lebih dari 300 protein telah terungkap. Pemahaman struktur molekul yang rinci telah memberi gambaran
bagaimana protein mengenali dan mengikat molekul lain, bagaimana fungsinya sebagai enzim, bagaimana protein melipat
dan bagaimana perkembangannya. Hasil yang luar biasa ini akan terus berkembang dengan cepat dan akan memberi pengaruh
yang besar pada bidang biofisika.(Dadan Rosana, 2004)

2. Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance)

Kristalografi sinar-X dilengkapi dengan spektroskopi NMR, yang mampu mengungkapkan struktur atom suatu molekul
dalam larutan. Inti atom tertentu seperti hidrogen (1H) secara intrinsik bersifat magnetik (lihat Tabel 2.1). Putaran proton
yang bermuatan positif, sama seperti partikel bermuatan lain yang berputar menghasilkan momen magnetik. Momen
magnetik ini terdapat dalam salah satu dari dua orientasi (disebut αdan β) bila dipengaruhi oleh medan magnet dari luar
(Gambar 2.19). Perbedaan energi antara kedua orientasi sebanding dengan kekuatan medan magnetik yang diberikan.(Dadan
Rosana, 2004)
Tabel 2.1.Inti yang penting dalam biologi memberi sinyal NMR

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Gambar 2. 19. Dasar spektroskopi NMR.

Sumber: Modul I Struktur dan Fungsi Protein

Status αmempunyai energi sedikit lebih rendah sehingga sedikit lebih padat (dengan faktor 1,00001) sebab sesuai dengan
medan magnet. Transisi dari tingkat terisolasi rendah (α) ke tingkat βterjadi bila inti menyerap radiasi elektromagnetik dengan
frekuensi yang tepat. Frekuensi Resonansi v0suatu inti adalahγ Hv = 2π(Dadan Rosana, 2004)

dengan Ho adalah kekuatan medan magnetik yang tetap dan merupakan tetapan (disebut rasio magnetogirik) untuk inti
tertentu. Misalnya, frekuensi resonansi 1H dalam medan magnetik 100 kilogauss (10 tesla) adalah 426 megahertz (MHz), yang
terletak pada daerah spektrum frekuensi radio. Hubungan antara energi yang diserap dengan frekuensi akan memperlihatkan
puncak pada 426 MHz(Dadan Rosana, 2004)

Spektroskopi NMR merupakan teknik yang sangat informatif sebab medan magnetik lokal tidak identik dengan medan magnet
Bo yang digunakan untuk semua inti dalam sampel. Aliran elektron sekitar inti magnetik menghasilkan medan magnet lokal
yang berlawanan dengan medan magnet eksternal. Derajat pertahanan terhadap Bo tergantung pada densitas elektron sekitar.
Akibatnya, inti dengan lingkungan berbeda akan menyerap energi dengan frekuensi resonansi yang sedikit berbeda; efek ini
disebut pergeseran kimia. Pergeseran ini dinyatakan sebagai unit fraksional δ(ppm, parts per million) yang relatif terhadap
senyawa standar, seperti derivat tetrametisilen yang larut dalam air. Misalnya, proto-CH3 secara khas mempunyai δsebesar 1
ppm, sedangkan proton aromatik mempunyai δ7 ppm. Pergeseran kimia kebanyakan proton dalam molekul protein terletak
antara 1 dan 9 ppm. Puncak absorpsi spektrum NMR disebut lin (lines). Proton tertentu biasanya lebih dari satu lin sebab
dipengaruhi oleh proton nonekuivalen yang berdekatan; efek ini disebut spin-spin coupling. Atom hidrogen yang dipisahkan
oleh tiga atau kurang ikatan kovalen akan saling berkaitan dengan cara ini.(Dadan Rosana, 2004)

Magnetisasi singkat pada sampel yang diinduksi oleh pulsa frekuensi radio akan menghilang dengan waktu, sampel akan
mengalami relaksasi dan kembali ke status seimbang. Proses relaksasi ini dapat menerangkan struktur dan dinamika
makromolekul sebab sangat sensitif terhadap geometri maupun gerak. Hal lain yang memberi banyak keterangan adalah NOE
(Nuclear Overhauser Effect), suatu interaksi antara inti yang berbanding terbalik dengan jarak antara nukleus pangkat enam.
Magnetisasi akan ditransfer dari inti yang tereksitasi ke inti yang tidak tereksitasi bila keduanya terpisah kurang dari kira-kira 5
oA(Dadan Rosana, 2004)

(Gambar 2.20a). Spektrum spektroskopi inti Overhauser dua-dimensi yang telah ditingkatkan kemampuannya (NOESY =
nuclear Overhauser Enhancement Spectroscop) memperlihatkan grafik pasangan proton yang berdekatan. Garis diagonal
spektrum NOESY sesuai dengan spektrum pergeseran kimia satu-dimensi. Puncak di luar garis diagonal memberi informasi
baru: mengidentifikasi pasangan proton dengan jarak kurang dari 5 oA(Dadan Rosana, 2004)

(Gambar 2.20b). Puncak yang saling tumpang tindih pada spektrum NOESY biasanya dapat dipisahkan dengan menggunakan
spektrum NMR dari protein yang ditandai dengan 15N dan 13C. Iradiasi intiinti ini akan memisahkan puncak NOE sepanjang
aksis, yang merupakan pendekatan yang disebut spektroskopi NMR multidimensi. Struktur tiga dimensi protein dapat
ditentukan dari sejumlah hubungan ini.a) b)(Dadan Rosana, 2004)

Gambar 2.20 Efek inti Overhauser (NOE) mengidentifikasi pasangan proton yang berdekatan. (a) Diagram skematis rantai
polipeptida dengan limaproton. Proton 2 dan 5 sangat berdekatan (terpisah -4 oA), sedangkan pasangan lain terpisah lebih jauh.
(b) Spektrum NOESY yang sangat disederhanakan. Diagonal menunjukkan lima puncak sesuai dengan lima proton pada
puncak di atas diagonal dan satu puncak di bawah menunjukkan proton 2 berdekatan dengan proton 5.(Dadan Rosana, 2004)

Hanya teknik spektroskopi NMR dan kristalografi sinar-X yang dapat mengungkap-kan struktur tiga dimensi atom yang rinci
dari protein dan biomolekul lain. Metode sinar-X memberi gambaran resolusi paling baik, tetapi memerlukan kristal. Metode
NMR, sebaliknya, efektif untuk protein dalam larutan dan memerlukan larutan sangat pekat (-1mM atau 15 mg/ml untuk
protein 15-kd). Ukuran yang paling besar untuk saat ini dalam pemakaian metode NMR adalah 30 kd, sebab protein yang lebih
besar tidak memberikan hasil yang akurat. Akan tetapi, banyak yang dapat dilaksanakan dalam batas-batas ini sebab domain
protein biasanya lebih kecil dari 30 kd. Selain itu spektroskopi sinar NMR juga dapat menerangkan dinamika. Teknik NMR dan
sinar-X saling melengkapi dalam mempelajari struktur (Dadan Rosana, 2004)

2.2. Fungsi Dan sifat Protein


2.2.1 Fungsi Protein
Menurut Ngili (2013), protein memiliki fungsi-fungsi biologis sebagai berikut:
1. Katalis enzim
Enzim merupakan protein katalis yang mampu meningkatkan laju reaksi sampai 1012 kali laju awalnya.
2. Alat transport dan penyimpanan
Banyak ion dan molekul kecil diangkut dalam darah maupun di dalam sel dengan cara berikatan pada protein
pengangkut. Contohnya, hemoglobin merupakan protein pengangkut oksigen. Zat besi disimpan dalam berbagai
jaringan oleh protein ferritin.
3. Fungsi mekanik
Protein menjalankan perannya sebagai pembentuk struktur. Misalnya, protein kolagen yang menguatkan kulit, gigi,
serta tulang. Membran yang mengelilingi sel dan organel juga mengandung protein yang berfungsi sebagai pembentuk
struktur sekaligus menjalankan fungsi biokimia lainnya.
4. Pengatur pergerakan
Kontraksi otot terjadi karena adanya interaksi antara dua tipe protein filamen, yaitu aktin dan miosin. Miosin juga
memiliki aktivitas enzim yang berfungsi untuk memudahkan perubahan energi kimia ATP menjadi energi mekanik.
Pergerakan flagela sperma disebabkan oleh protein.
5. Pelindung
Antibodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus,
bakteria, dan sel-sel asing lain.
6. Pelindung
Antibodi merupakan protein yang terlibat dalam perusakan sel asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus,
bakteria, dan sel-sel asing lain.
7. Proses informasi
Rangsangan luar seperti sinyal hormon atau intensitas cahaya dideteksi oleh protein tertentu yang meneruskan sinyal
ke dalam sel. Contoh protein rodopsin yang terdapat dalam membran sel retina.

2.2.2. Sifat-sifat Protein


Menurut poedjiadi, 1994 sifat protein yang penting:

1. Menurut Ionisasi : apabila larut dalam air akan membentuk ion ( + dan - )
2. Denaturasi : perubahan konformasi serta posisi protein sehingga aktivitasnya berkurang atau kemampuannya
menunjang aktivitas organ tertentu dalam tubuh hilang → tubuh mengalami keracunan.
3. Viskositas : tahanan yang timbul adanya gesekan antara molekul didalam zat cair yang mengalir.
4. Kristalisasi : proses yang sering dilakukan dengan jalan penambahan garam amonium sulfat atau NaCl pada larutan
dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya.
5. Sistim Koloid : sistem yang heterogen terdiri atas dua fase yaitu partikel kecil yang terdispersi dari medium atau
pelarutnya ( Poedjiadi ,1994).

Sifat fisikokimia setiap protein tidak sama, tergantung pada jumlah dan jenis asam aminonya. Protein memiliki berat
molekul yang sangat besar sehingga bila protein dilarutkan dalam air akan membentuk suatu dispersi koloidal. Protein dapat
dihidrolisis oleh asam, basa, atau enzim tertentu dan menghasilkan campuran asam-asam amino (Winarno, 2004). Sebagian
besar protein bila dilarutkan dalam air akan membentuk dispersi koloidal dan tidak dapat berdifusi bila dilewatkan melalui
membran semipermeabel. Beberapa protein mudah larut dalam air, tetapi ada pula yang sukar larut. Namun, semua protein
tidak dapat larut dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, atau benzena (Yazid, 2006).

Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-pengaruh fisik dan zat kimia, sehingga mudah mengalami perubahan
bentuk. Perubahan atau modifikasi pada struktur molekul protein disebut denaturasi. Protein yang mengalami denaturasi akan
menurunkan aktivitas biologi protein dan berkurannya kelarutan protein, sehingga protein mudah mengendap. Bila dalam
suatu larutan ditambahkan garam, daya larut protein akan berkurang, akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan.
Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik
mantel air yang melingkupi molekul-molekul protein; selain itu penggumpalan juga dapat terjadi karena aktivitas enzim-
enzim proteolitik (Yazid, 2006).

Molekul protein mempunyai gugus amino (-NH2) dan gugus karboksilat (-COOH) pada ujung-ujung rantainya. Hal ini
menyebabkan protein mempunyai banyak muatan (polielektrolit) dan bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan asam dan
basa. Pada larutan asam atau pH rendah, gugus amino pada protein akan bereaksi dengan ion H+, sehingga protein bermuatan
positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektroforesis, molekul protein akan bergerak ke arah katoda. Sebaliknya, pada larutan
basa atau pH tinggi, gugus karboksilat bereaksi dengan ion OH-, sehingga protein bermuatan negatif. Bila pada kondisi ini
dilakukan elektroforesis, molekul protein akan bergerak ke arah anoda. Adanya muatan pada molekul protein menyebabkan
protein bergerak di bawah pengaruh medan listrik (Yazid, 2006).

Setiap jenis protein dalam larutan mempunyai pH tertentu yang disebut titik isoelektrik (TI). Pada pH isoelektrik (pI),
molekul protein yang mempunyai muatan positif dan negatif yang sama, sehingga saling menetralkan atau bermuatan nol.
Akibatnya protein tidak bergerak di bawah pengaruh medan listrik. Pada titik isoelektrik, protein akan mengalami
pengendapan (koagulasi) paling cepat dan prinsip ini digunakan dalam proses-proses pemisahan atau pemurnian suatu protein
(Yazid, 2006).

2.3 Sintesis Protein


Skema Sintesis Protein

Awal mula proses sintesis protein dilakukan oleh Paul Zamecnik yang melakukan percobaan pengamatan proses
tersebut pada tikus pada tahun 1950-an.Pada saat itu, Paul menggunakan asam amino radioaktif yang dimasukkan ke
dalam tubuh tikus. Kemudian ditemukanlah dimana tempat terjadinya proses sintesis protein.Kemudian setelah itu,
Paul bersama Mahlom melakukan penelitian dan diperoleh kesimpulan bahwa yang berperan dalam proses sintesis
adalah molekul RNA pemindah/ RNAt.Sebelum RNAt membawa asam amino, terlebih dahulu RNAt mengenal urutan
dari nukleotida sehingga dapat disusun sebagai asam amino. Hal ini dibuktikan dalam sebuah penelitian oleh Francis
Crick.Baiklah untuk memperjelas pemahaman mengenai proses sintesis berikut kami sampaikan tiga tahap proses
sintesis protein.(Anonim, 2019)

Tahapan-Tahapan Sintesis Protein

Tahap 1 : Replika DNA

Tahap Sintesis Protein – Replika


DNA

Sebagaimana kita ketahui bahwa makhluk hidup dalam melakukan pertumbuhan dan berkembangbiakan, tiap sel pada
tubuh makhluk hidup akan melakukan pembelahan sel, baik itu secara mitosis maupun meiosis.Tahukah sahabat
sekalian, ternyata ada proses penggandaan komponen dalam sel sebelum melakukan pembelahan.Salah satunya yaitu
penggandaan DNA yang dalam istilah biologi sering disebut proses replikasi. (Anonim, 2019)

Dengan demikian replikasi merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam nukleus sel dimana DNA baru telah
dihasilkan dari DNA induk dan proses replikasi ini dibantu oleh enzim helikase.Enzim helikase pada proses replikasi
DNA berperan untuk melepaskan basa dan jugaikatan hidrogen yang terdapat pada rangkaian ikatan DNA di dalam
nukleus sel.Dengan bantuan enzim helikase dalam proses replikasi DNA maka induk DNA akan melakukan
penggandaan menghasilkan DNA baru yang bentuknya sama dengan induknya.Selain enzim helikase ada juga enzim
yang membantu proses replikasi DNA yang terjadi pada beberapa virus yaitu enzim polimerase.Pendapat ini
disampaikan oleh Baltimore, Temin dan Muzushima pada tahun 1970 yang menyampaikan ada beberapa virus dapat
melakukan proses sintesis DNA berasal dari RNA yang menghasilkan rantai tunggal dengan bantuan enzim yang
disebut DNA polimerase. (Anonim, 2019)
Tahap 2 : Transkripsi

Tahap Sintesis Protein – Transkripsi

Tahap selanjutnya adalah transkripsi. Pada tahap ini terjadi penguraian kode genetik DNA yang terjadi di dalam
sitoplasma dan membentuk tiga jenis RNA yaitu mRNA, tRNA dan rRNA.Tahap transkripsi terjadi di sitoplasma
dengan bantuan enzim RNA polimerase. (Anonim, 2019)

Dengan bantuan enzim tersebut, proses transkripsi ini diawali dengan proses pembukaan rantai ganda pada DNA dan
menghasilkan rantai tunggal yang mempunyai peran sebagai rantai sense dan rantai yang lain yang berasal dari
pasangan DNA berperan sebagai rantai anti sense.Pada tahap transkripsi terbagi lagi menjadi tiga tahap sebagai berikut
:

(1) Tahap Permulaan ( Inisiasi )

Pada proses replikasi kita mengenal terdapat daerah pangkal replikasi, pada transkripsi ini kita akan mengenal
promoter.Promoter merupakan daerah DNA tempat melekatnya RNA polimerase sehingga dapat melakukan proses
transkripsi.Setelah RNA melekat pada promoter, kemudian promoter melakukan pengikatan terhadap sekumpulan
protein. Proses inilah yang disebut sebagai faktor transkripsi.Ketiga komponen yaitu promoter, RNA polimerase dan
faktor transkripsi dalam proses transkripsi disebut sebagai kompoleks inisiasi transkripsi, yang mana RNA polimerase
mempunyai peran sebagai pembuka rantai ganda pada DNA. (Anonim, 2019)

(2) Tahap Pemanjangan ( Elongasi )

Selanjutnya setelah terjadi pembukaan rantai ganda DNA oleh RNA plomerase, akan terjadi penyusunan untaian
nukleotida-nukleotida RNA oleh RNA dengan ketentuan arah 5’ ke arah 3’.Kemudian pada tahap ini akan terjadi
pemanjangan RNA yang sejalan dengan proses terbentuknya pasangan DNA dengan basa nitrogen.Kemudian karena
RNA tidak mempunyai basa pirimidin (T) tapi mempunyai urasil (T), selanjutnya RNA akan membentuk pasangan
urasil (U) dengan dibantu oleh adenin (basa yang terdapat dalam rantai DNA).Sehingga pada rantai RNA terdapat tiga
jenis basa antara lain sitosin, guanin dan adeninyang akan berpasangan dengan basa komplemen.Sesuai dengan aturan
pasangan basa antara lain adenin berpasangan dengan urasil dan guanin berpasangan dengan sitosin. (Anonim, 2019)

(3) Tahap Akhir ( Terminasi )


Pada tahap ini akan terjadi penyatuan kembali rantai DNA seperti semula. Kemudian RNA polimerase akan terlepas
dari rantai DNA dan akan membentuk RNA m yang baru.Untuk Sel prokariotik yaitu sel yang tidak mempunyai
nukleus (inti sel terbungkus oleh membran), RNA hasil dari proses transkripsi akan aktif berperan menjadi RNA m
setelah melalui tahap tertentu.Akhirnya RNA m akan mempunyai tiga jenis urutan basa nitrogen yaitu pada
nukleotidaRNA m dari hasil transkripsi yang disebut sebagai kodon (triplet) (Anonim, 2019)

Tahap 3: Translasi

Tahap Sintesis Protein – Translasi

Pada tahap ini terjadi proses translasi, yaitu proses penerjemahan. Kode kodon yang berasal dari RNA m
diterjemahkan sehingga menjadi asam amino yang akan membentuk protein.Kode-kode yang berbeda dari masing-
masing urutan pada basa nitrogen akan diterjemahkan menjadi asam-asam amino yang berbeda pula.Sebagai contoh
penerjemahan yang terjadi pada asam amino fenilalanin yang merupakan hasil penerjemahan dari kodon tiga basil
urasil (UUU).Asam amino glisin merupakan hasil penerjemahan dari kode CGC, asam amino serin merupakan hasil
penerjemahan dari kode UCA, dan asam amino triptofan merupakan hasil penerjemahan dari kode UGG.Pada tahap ini
setidaknya untuk menghasilkan protein yang berasal dari penerjemahan kodon mRNA membutuhkan 20 macam jenis
asam amino.Selanjutnya akan dihasilkan rantai polipeptida yang spesifik dari beberapa asam aminosehingga pada
tahap ini akan terbentuk protein yang spesifik pula.Dalam proses translasi terdapat tiga tahap sebagai berikut :

(1) Tahap Permulaan ( Inisiasi )

Pada tahap ini terjadi pengikatan oleh bagian terkecil ribosom pembawa kode genetik asam amino yang kemudian akan
dibuat dan mengikat pada mRNA dan pada inisiator tRNA.Kemudian terjadi pembentukan komplek inisiasi dari
molekul ribosom yang mengikat secara bersama tiga molekul tersebut.Kemudian molekul tRNA akan melakukan
pengikatan dan pemindahan asam amino yang dari sitoplasma ke bagian ribosom tentunya dengan bantuan enzim dan
juga energi GTP (guanosin trifosfat).Dalam pemindahan ini pada ujung masing-masing tRNA membawa satu
antikodon dansatu asam amino.Terakhir pada tahap ini terjadi pengaktifan asam amino oleh tRNA dan pada mRNA
akan dihubungkan antara kodon dan antikodon. (Anonim, 2019)

(2) Tahap Pemanjangan ( Elongasi )

Tahap selanjutnya setelah asam amino sudah aktif, terjadi penghubungan oleh ikatan peptida yang akan terbentuk
ikatan polipeptida pada ujung tRNA pembawa asam amino.Sebagai contoh asam amino fenilalanin akan dibawa oleh
tRNA yang antikodonnya adalah AAA sehingga kemudian berhubungan pada kodon mRNA UUU.Selanjutnya rantai
ikatan polipetida akan mengalami pemanjangan dikarenakan adanya penambahan asam amino. (Anonim, 2019)
(3) Tahap Akhir ( Terminasi )

Selanjutnya pada tahap terminasi, setelah tRNA membawa antikodon dan kemudian antikodon tersebut bertemu
dengan kodon UGA, UAA dan juga UAG.Setelah itu akan terjadi pelepasan rantai ikatan polipeptida yang sudah
terbentuk, kemudian setelah terlepas dari ribosom maka akan diolah menjadi protein yang bersifat fiungsional.
(Anonim, 2019)

2.4. Regulasi Metabolisme Dan Jalur Biosintesia Protein Dalam Tubuh


2.4.1. Regulasi Metabolisme Protein
Protein tersusun atas sejumlah asam amino yang membentuk suatu untaian (polimer) dengan ikatan peptida. Selain itu,
protein juga memiliki gugus amina (NH2) dan gugus karboksil (COOH). Berdasarkan banyaknya asam amino dapat
dibedakan menjadi:
1. Peptida jika terdiri atas untaian pendek asam amino (2 - 10 asam amino).
2. Polipeptida jika terdiri atas 10 - 100 asam amino.
3. Protein jika terdiri atas untaian panjang lebih dari 100 asam amino.
Beberapa jenis protein antara lain:
1. Glikoprotein yaitu protein yang mengandung karbohidrat.
2. Lipoprotein yaitu protein yang mengandung lipid.(Heru.,2016)
Asam amino esensial adalah golongan asam amino yang harus tersedia dalam diet karena tidak dapat disintesis oleh tubuh,
sedangkan asam amino non-esensial adalah golongan asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh (dalam hati). Terdapat 8
jenis asam amnio esensial yaitu: Isoleucin, Leucin, Lysin, Phenylalanine, Threonine, Tryptophan, Valine, dan Methionin
(mengandung unsur sulfur). (Heru.,2016)
Protein dalam tubuh digunakan untuk keperluan:
1. Pembentukan jaringan baru seperti: rambut, kuku.
2. Mengganti jaringan yang rusak seperti: pengelupasan mukosa usus.
3. Mengganti asam amino yang hilang misalnya lewat urin.
4. Mensintesis asam amino nonesensial dengan menggabungkan asam keto melalui
    proses transaminasi oleh hati.
5. Mensintesis molekul fungsional seperti; hormon, enzim dsb.

Proses Pencernaan Protein.


Protein dalam makanan tidak dapat diserap oleh mukosa usus, akan tetapi setelah dalam bentuk asam amino dapat diserap
dengan baik. (Heru.,2016)
1. Pencernaan protein di mulut: secara mekanis, sedangkan secara enzimatis belum.
2. Pencernaan protein di lambung: sel mukosa lambung yaitu sel parietal (Chiefcell) mensekresikan asam lambung (HCl),
sedangkan sel zymogen mensekresikan proenzim pepsinogen. Proenzim pepsinogen oleh HCl diaktifkan menjadi enzim
pepsin. Protein setelah didenaturasi (dirusak) oleh HCl,kemudian dihidrolisis oleh enzim pepsin menjadi peptida sederhana.
3. Pencernaan di usus halus: cairan pankreas mengandung proenzim trypsinogen dan chymotrypsinogen. Proenzim
trypsinogen dan chymotrypsinogen diaktifkan menjadi enzim trypsin dan chymotrypsin oleh enzim enterokinase yang
dihasilkan oleh sel-sel mukosa usus halus. Enzim trypsin dan chymotrypsin berperan memecah polipeptida menjadi peptida
sederhana. Selanjutnya peptide tersebut dipecah menjadi asam amino oleh enzim peptidase (erepsin). Enzim peptidase dapat
dibedakan menjadi 2 macam berdasarkan aktivitasnya yaitu enzim aminopeptidase memecah gugus amina dari polipeptida
dan karboksipeptidase memecah gugus karboksil dari polipeptida. Nuklease memecah asam nukleat (DNA dan RNA)
menjadi nukleotida.
4. Absorpsi protein: setelah menjadi asam amino selanjutnya diabsorpsi dengan cara difusi fasilitasi melalui mukosa yeyenum
dan ileum. Asam amino yang berasal dari makanan (diet) dan dari pemecahan protein tubuh selanjut dibawa oleh sirkulasi
darah ke dalam amino acid pool (gudang penimbunan asam amino) yaitu darah dan cairan jaringan (interseluler). Asam
amino selanjutnya digunakan untuk: biosintesis protein tubuh di dalam ribosom, mengganti jaringan yang rusak, dan jika
diperlukan dapat diubah menjadi sumber energi. (Heru.,2016)

Perubahan Protein sebagai Sumber Energi


Protein dapat digunakan sebagai sumber energi setelah mengalami proses deaminasi di hati. Perombakan protein menjadi
sumber energi disebut meknaisme glukoneogenesis. Senyawa nonnitrogen yang mengandung atom C, H, dan O diubah
menjadi asetil Co-A untuk sumber energi. (Heru.,2016)

2.4.2. Jalur Biosintesia Protein

Pembuatan berbagai jenis protein merupakan peristiwa terpenting bagi sel, karen aprotein tak hanya membentuk
struktural dari sel. Protein juga dapat menyusun enzim yang mengkatalisis produksi biomolekul organik sisa yang dibutuhkan
untuk bertahan hidup. Genotipe dikodekan dalam DNA yang dinyatakan sebagai fenotipe oleh protein dan produkkatalisis
enzim.(Jaya.,2019)

DNA bertempat di inti untuk bergerak melalui mebran nuklir. RNA transkripsi ( beruntai tunggal) bergerak keluar dari inti
untuk ribosom yang terletak disitoplasma dan retikulum endoplasma yang kasar untuk mengarahkan perakitan protein. Gen
yang tidak benar mampu membuat protein, namun mereka memberikan cetak birun dalam RNA yang mengarahkan sintesis
protein. Tahapan proses sintesis protein(Jaya.,2019) :

1. Transkripsi

Transkripsi terjadi didalam nukleus dan merupakan pengalihan dari kode genetik dari DNA-RNA komplementer. Enzim
RNA polimerase dapat menempelkan dan membuka ritsleting molekul DNA menjadi dua untaian yang terpisah. Enzim ini
juga dapat mengikat segmen promotor DNA yang dapat mengindikasikan awal untai tunggal DNA yang akan di salin. Selain
itu, enzim ini dapat bergerak sepanjang DNA, lalu mencocokan nukleotida DNA dengan RNA komplementer serta nukleotida
dapat menciptakan sebuah molekul RNA baru yang dapat dipolakan DNA . (Jaya.,2019)

Menyalin DNA sampai RNA polimerase yang mencapai sinyal terminasi yang merupakan satu set spesifik nukleotida yang
mendai akhir dari gen yang disalin dan sinyal melepaskan DNA dengan RNA yang baru dicetak. RNA memiliki tiga jenis
yaitu :

 mRNA ditranskripsi dari DNA dan membawa informasi genetik dari DNA yang akan diterjemahkan menjadi asam
amino.
 tRNA menafsirkan kodon 3 huruf dari asam nukleat dengan kata asam amino satu huruf.
 rRNA merupakan jenis yang paling melimpah dari RNA, bersama protein terkait menyusum ribosom. (Jaya.,2019)

Ketika RNA selesai menyalin segmen tertentu dari DNA, maka DNA akan mengkonfigurasi ulang kedalam struktur double-
helix asli. (Jaya.,2019)

2. Translasi

Konversi informasi yang terkandung dalam urutan nukleotida mRNA menjadi urutan asam amino yang bersatu untuk
menciptakan protein. mRNA bergerak ke ribosom dan dibaca oleh tRNA yang akan menganalisis bagian dari tiga urutan
nukleotida yang disebut kodon. Tiga nukleotida kodon spesifik untuk asam amino tertentu. Sinyal setiap kodon untuk
masuknya asam amino menggabungkan urutan yang benar untuk membuat protein tertentu yang dikodekan DNA.
Terjemahan selanjutnya sampai ribosom mengakui kodon yang menandai akhir urutan asam amino. Setelah protein dibuat,
mereka dikemas dan diangkut ke tujuan keakhir jalur yang menarik. Langkah yang melibatkan 3 organel :
1. Vesikul mengangkut protein dari ribosom-aparatus golgi.
2. Vesikel bermigrasi ke mebran dan melepaskan protein mereka ke luar sel.
3. Lisosom mencerna dan mendaur ulang bahan limbah yang digunakan kembali oleh sel.

Enzim yang ada dalam aparatus golgi akan memodifikasi protein dan menyertakan mereka dalam vesikel baru dari
permukaan aparatus golgi. Vesikel kecil, amplop membran yang tertutup dibuat dalam retikulum endoplasma dan digunakan
untuk mengangkut zat melalui sel. Lisosom merupakan jenis khusus dari vesikel yang berisi enzim pencernan untuk sel dan
berguna dalam pemecahan produk limbah sisa protein, karbohidrat, lemak, dan asam nukleat kedalam bagian komponen yang
disusun ulang dan penggunaan kembali oleh sel. Tahapan Proses Sintesis Protein. (Jaya.,2019)

2.5. Uji Protein

1. Uji Belerang.

Ikatan disulfida merupakan jenis ikatan kovalen lain yang dimiliki oleh peptida dan asam amino dalam protein
(Hart 2003). Sistein merupakan asam amino yang mengandung atom S pada molekulnya. Reaksi Pb-asetat dengan asam-
asam amino tersebut akan membentuk endapan berwarna gelap, yaitu garam PbS. Penambahan NaOH dalam percobaan ini
adalah untuk mendenaturasikan protein sehingga ikatan yang menghubungkan atom S dapat terputus oleh Pb-asetat
membentuk PbS, sedangkan Pb berfungsi sebagai donor Pb + (Girindra 1986). Hasil percobaan pada literatur sampel albumin
0.02% akan membentuk endapan PbS, sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut mengandung asam amino yang
rantainya samping mempunyai senyawa belerang.

S2+(aq) + Pb2+(aq)     PbS(s)


Gambar. Reaksi Uji belerang (Girindra,1986)

Sistein merupakan asam amino non esensial bagi manusia yang memiliki atom S, bersama-sama dengan metionin,
karena memiliki atom S, sistein menjadi sumber utama dalam sintesis senyawa-senyawa biologis lain yang mengandung
belerang. Sistein dan metionin pada protein juga berperan dalam menentukan konformasi protein karena adanya ikatan
hidrogen pada gugus tiol.Sumber utama sisteina pada makanan adalah cabai, bawang putih, bawang bombay,brokoli, haver,
dan inti bulir gandum (embrio). L-sistein juga diproduksi secara industri melalui hidrolisis rambut manusia
dan babi serta buluunggas (ArbiantoPurwo 1993).

Tambah 1 ml larutan protein dalam larutan 2.5 ml NaOH 10%, didihkan beberapa menit. Tambah 1 tetes larutan Pb-asetat
5%, lanjut pemanasan beberapa menit kembali sambil mengamati warna yang terjadi. Uji ini dilakukan terhadap albumin
0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton 0.02%.( Ilmi Amalia Yasin, 2015)

Tabel. Hasil Uji Belerang


Sampel Hasil Gambar Keterangan

Gelatin 0.1% - bening

Kasein0.1% - Tidakberwarna

Pepton 0.1% - Cokelat

Sumber: Ilmi Amalia Yasin, 2015

Keterangan :
( + ) mengandung sistein / sulfur
( - ) tidak mengandung sistein / sulfur

2. Uji Millon

Uji Millon digunakan untuk mengidentifikasi protein yang mengandung tirosin dalam suatu sampel yang ditandai
dengan terbentuknya kompleks berwarna merah pada sampel protein. Tirosin merupakan asam amino yang mengandung
gugus fenol pada rantai samping-nya (gugus R-nya). Pereaksi millon mengandung merkuri dan ion merkuro dalam asam
nitrit dan asam nitrat. Gugus fenol pada tirosin ini akan ternitrasi membentuk garam merkuri dengan pereaksi millon yang
akan membentuk endapan putih dan kompleks berwarna merah jika dipanaskan. (Poedjiadi 2007).

Tabel. Hasil Uji Millon

Sampel Hasil Gambar Keterangan


Gelatin 0,1% - Putih

Kasein 0,1% + Kuning Kemerahan

Pepton 0,1% - Putih

Urea 0,1% - Putih

Sumber: Ilmi Amalia Yasin,2015

Keterangan :
( + ) mengandung tirosin
( - ) tidak mengandung tirosin

Uji ini dilakukan  pada sampel, gelatin, kasein, pepton, dan urea dengan konsentrasi 0,1%.

Gambar. Reaksi Uji Millon (Annonymous,2012)

Hasil percobaan yang kami lakukan reagen yang positif adalah kasein 0,1% dengan menghasilkan warna kuning merahan,
sedangkan untuk gelatin 0,1% , pepton 0,1% dan urea 0,1 % berwarna putih yang berarti negatif. Hal ini sesuai dengan
pendapat sedangkan menurut Sajuthi Dondin et.al. (2010) bahwa kasein merupakan protein yang paling banyak mengandung
asam amino tirosin.( Ilmi Amalia Yasin,2015)
Gambar. Asam Amino
Tirosin
sumber: Ilmi Amalia Yasin,2015

Tirosin merupakan gugus R dari asam amino polar yang larut dalam air atau lebih hidrofilik dibandingkan dengan
asam amino nonpolar, karena golongan ini mengandung gugus fungsional yang mengikat ikatan hydrogen dengan air.
Bentuk yangumum adalah L-tirosin (S -tirosin), yang juga ditemukan dalam tiga isomer struktur: para, meta,dan orto
(Lehninger 1982). Tirosin dalam bentuk tirosina, memiliki peran kunci dalampengaktifan beberapaenzim tertentu melalui
proses fosforilasi (membentuk fosfotirosina) pada transduksi signal. Bagi manusia, tirosina merupakan prekursor  hormon
tiroksin dan triiodotironin yang dibentuk dikelenjar  tiroid, pigmen kulit melanin, dan dopamin, norepinefrin dan epinefrin
(Winarno FG 2004).

3. Uji Susunan Protein


a. Uji adanya Unsur C, H dan O

Dimasukkan 1ml albumin kedalam cawan porselin, ditaruhkan kaca objek diatasnya kemudian dipanaskan. Diperhatikan
adanya pengembunan pada gelas objek yang menunjukan adanya hidrogren (H) dan oksigen (O). Diambil gelas objek, lalu
diamati bau yang terjadi. Bila tercium bau rambut terbakar, berarti protein mengandung unsur Nitrogen (N), bila terjadi
pengarangan berarti ada atom karbon (C). Percobaan diulangi menggunakan serbuk gelatin.

b. Uji adanya unsur atom N

Dimasukkan 1ml larutan albumin didalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
Diperhatikan bau amonia yang terjadi dan diuji dengan kertas lakmusmerah yang telah dibasahi akuades. Terbentuknya bau
amonia menenjukan adanya N. Percobaan diulangi menggunakan serbuk gelatin.

c. Uji unsur atom S

Dimasukkan 1ml larutan albumin didalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan.
Ditambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5%. Bila larutan menghitam, berarti Pbs terbentuk, kemudian ditambahkan 4 tetes
HCl pekatd dengan hati-hati. Percobaan diulangi menggunakan serbuk gelatin.(Idris Affandi,2015)

N Sample Atom C Atom H Atom O


o
1 PutihTelur + + +
2 gelatin + + +

Sumber: Idris Affandi,2015

Tabel3. Uji Atom S

N Smaple WarnaHitam BauBlerang


o
1 Gelatin + +
2 Albumin + +
Sumber: Idris Affandi,2015

Tabel4. Uji N

N Smaple Hasil
o
1 Gelatin Bauamis (+)
2 Albumin Bauamis(+)
Sumber: Idris Affandi,2015

pada percobaan uji susunan elementer protein digunakan larutan albumin dan gelatin yang dimasukkan dalam cawan
porselin serta di atasnya diletakkan gelas obyek. Setelah beberapa saat dipanaskan, terjadi pengembunan pada kedua gelas
obyek. Hal ini menandakan pada kedua zat yang diuji terdapat unsur hidrogen dan oksigen, di mana jika kedua unsur ini
bereaksi dan membentuk ikatan karena pemanasan, maka akan membentuk unsur dalam bentuk gas. Sedangkan pada
pengamatan bau rambut terbakar untuk membuktikan adanya unsur nitrogen, keduanya positif menghasilkan bau rambut
terbakar. Hal ini dikarenakan bahwa di dalam rumus empiris kedua larutan sama-sama memiliki unsur nitrogen. Lalu pada
uji kandungan unsur karbon, terbukti pada kedua larutan positif mengandung karbon. Hal ini, ditandai oleh adanya pada
hasil pemanasan kedua larutan tersebut menyisakan gumpalan hitam (arang). Pada percobaan uji adanya atom N, hasil yang
di dapatkan adalah albumin dan gelatin sama-sama memberikan hasil positif terhadap bau amoniak dan kertas lakmus
merah, yang mengidentifikasikan adanya atom N yaitu dengan berubahnya kertas lakmus merah menjadi biru menandakan
pH 14. Dan pada percobaan uji adanya atom S, albumin yang ditambahkan NaOH lalu dipanaskan kemudian ditambahkan
PbAc dan HCl pekat memberikan sama-sama hasil positif terhadap terbentuknya PbS dan bau khas belerang, sedangkan
pada gelatin juga memberikan sama-sama hasil positif terhadap terbentuknya PbS dan bau khas belerang.( Idris
Affandi,2015)

4. Uji Koagulasi
Protein dengan penambahan asam atau pemanasan akan terjadi koagulasi. Pada pH iso-elektrik ( pH pada larutan
tertentu biasanya sekitar 4-4,5 dimana protein mempunyai muatan positiof dan muatan negative sama, sehingga saling
menetralkan) kelarutan protein sangat menurun atau mengendap. Pada temperature diatas 60  kelrutan akan berkurang
(koagulasi) karena pada temperature yang tinggi energy kinetic protein meningkat sehingga terjadi getaran yang cukup kuat
untuk merusak ikatan atau struktur sekunder, tersier dan kuarterner koagulasi (Ambar Puspita Madyaningratri dkk,2015)

Perlakuan Pengamatan
5mL lar.protein + 2tetes as.asetat 1M Menggumpal
Panaskan
Ambil endapan dan uji kelarutan dg air Endapan tidak larut
Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

5. Uji kelarutan Protein


Pada uji kelarutan protein, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan asam maupun basa. Daya
larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada yang mudah larut dan ada pula yng sukar larut. Namun,
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol
absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkup
molekul-molekul protein.

6. Uji pengendapan protein dengan Garam


Pada uji pengendapan protein dengan garam, pengaruh penambahan garam terhadap kelarutan protein berbeda-
beda, tergantung pada konsentrasi dan jumlah muatan ionnya dalam larutan. Semakin tinggi konsentrasi dan jumlah muatan
ionnya, semakin efektif garam dalam mengendapkan protein. Peristiwa pemisahan atau pengendapan protein oleh garam
berkonsentrasi tinggi disebut salting out. (Idris Affandi, 2015)

Perlakuan Pengamatan
10mL lar.protein + (NH4)2SO4 Larutankuningcair
Sampai jenuh
Saring dan uji kelarutan dg air Larut
Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

Pada uji ini sampel albumin ditambahakan garam (NH 4)2SO4 sampai jenuh (membentuk endapan) kemudian disaring dan
diuji kelarutan endapannya. Diperoleh hasil bahwa larutan tersebut berwarna kuning dan endapan dapat larut dalam air.
Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol dikarenakan terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus hidroksifenil
yang bewarna, protein yang mengandung tirosin akan memberikan uji positif.Ketika endapan dilarutkan dalam aquades,
endapan tersebut kembali terlarut. Hal ini sesuai dengan sifat alamiah endapan protein yang larut dalam air.

Reaksi yang terjadi adalah:


Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016
7. Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic
Pada uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic, sebagian besar protein dapat diendapkan dengan
penambahan asam-asam organic seperti asam pikrat, asam trikloroasetat, dan asam sulfosalisilat. Penambahn asam-asam
menyebabkan terbentuknya garam proteinat yang tidak larut. Kemudian, protein dapat pula mengalami denaturasi
irreversible dengan adanya logam-logan berat seperti Cu2+, Hg2+, atau Pb2+, sehingga mudah mengendap (sirajuddin 2012).
Perlakuan Pengamatan
Tab 1 lar.albumin+lar. HgCl2 2% Larutankuning, adagumpalansedikit
Tab 2 lar.albumin+lar.Pb-asetat 5% Larutankuning, larut
Tab 3 lar.albumin+AgNO3 5% Larutankuning, adagumpalanbanyak
Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

Pada uji ini sampel albumin ditambahkan logam HgCl 2 2%, Pb-asetat 5%, dan AgNO3 5%. Diperoleh hasil
bahwaalbumin yang direaksikan dengan HgCI 2 dan AgNO3 menghasilkan endapan putih. Hal ini terjadi karena larutan
albumin akan membentuk endapan karena adanya gugus sulfurhidril yang dikandung oleh protein. Jadi dalam hal ini Ag dan
Hg bereaksi dengan protein akan memberikan endapan karena logam tersebut diikat oleh albumin sehingga logam tersebut
mengendap. Semua sampel terbentuk endapan atau gumpalan kecuali logam Pb-asetat. Hal ini tidak sesuai dengan teori,
yang seharusnya protein akan menggumpal atau membentuk endapan setelah ditambahkan logam. Dalam hal ini endapan
disebabkan karena protein mengalami denaturasi irreversible dengan adanya logam-logam berat seperti Cu 2+, Hg2+, atau
Pb2+. Berdasarkan teori yang ada, protein yang mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya dan berkurang
kelarutannya, sehingga mudah mengendap (Yazid, 2006)

Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

.
Reaksi yang terjadi adalah:

Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

8. Uji biuret
Pada uji biuret, ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-
ikatan peptide yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap
dua buah ikatan peptide atau lebih, tetapi negative untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap
senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus: -CH 2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2. Biuret adalah senyawa
denga dua ikatan peptide yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea (Yazid 2006).
Tambah 1 ml NaOH dalam 3 ml larutan protein dan kocok. Tambah 1 tetes larutan CuSO 4 0.1%, kocok kembali. Jika tidak
terjadi perubahan warna, tambah larutan CuSO4 1 atau 2 tetes.
Tabel. Hasil Uji Biuret

Sampel Hasil Gambar Keterangan


Gelatin 0,1% + Ungu

Kasein 0,1% - Biru

Pepton 0,1% - Putih

Sumber: Ilmi Amalia Yasin, 2015


Keterangan :
( + ) mengandung asam amino (ikatan peptida)
( - ) tidak mengandung asam amino (ikatan peptida)
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada  pemanasan dua molekul urea. Uji biuret
digunakan untuk mengetahui adanya ikatan peptida pada sampel protein. Komposisi dari reagen ini adalah senyawa kompleks
yang mengandung unsur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N) dan merupakan hasil reaksi antara dua
senyawa urea (CO(NH2)2). Dalam suasana basa (penambahan NaOH), ion Cu 2+ yang berasal dari pereaksi  biuret (CuSO4) akan
bereaksi dengan gugus  –CO dan  – NH dari rantai peptida yang menyusun protein membentuk kompleks berwarna violet. (Ilmi
Amalia Yasin, 2015)

Sumber: Ilmu amalia Yasin, 2015


Gambar. Reaksi Uji Biuret

Pada Uji Biuret hanya larutan gelatin yang positif mengandung peptida. Karena pada larutan gelatin menunjukkan warna
violet dengan CuSO4. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam sampel tersebut terdapat ikatan peptida yang menggabungkan
asam amino yang satu dengan yang lainnya. Sedangkan larutan kasein dan pepton negatif, tidak mengandung peptida. Hal
ini ditunjukkan kedua larutan tersebut tidak menunjukkan warna violet. Larutan kasein menunjukkan warna biru
dikarenakan pengaruh dari larutan CuSO4 yang berlebih. (Ilmi Amalia Yasin, 2015)

9. Uji ninhidrin
Pada uji ninhidrin, semua asam amino atau peptida yang mengandung asam α-amino bebas akan bereaksi dengan
ninhidrin membentuk senyawa yang berwarna biru.Kompleks berwarna biru dihasilkan dari reaksi ninhidrin dengan hasil
reduksinya, yaitu hidrindantin dan amonia. Pada reaksi ini, dilepaskan CO 2 dan NH4 sehingga konsentrasi asam α-amino
bebas dapat ditentukan secara kuantitatif dengan mengukur jumlah CO 2 dan NH3 yang dilepaskan. Protein yang
mengandung sedikitnya satu gugus karboksil dan gugus asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin.Prolin,
hydroxyproline, dan 2-, 3-, and 4-asam aminobenzoat menghasilkan senyawa berwarna kuning (hasil positif).Beberapa
amina seperti anilin dengan uji ninhidrin memberikan warna orange hingga merah (hasil negatif). Warna ungu juga
menunjukkan sampel mengandung asam amino (hasil positif). Jika terbentuk warna lain seperti (kuning, orange dan merah)
maka uji negatif. Pada kondisi yang sesuai, intensitas warna yang dihasilkan dapat dipergunakan untuk mengukur
konsentrasi asam amino secara kalorimetrik. Metode ini amat sensitif bagi pengukuran konsentrasi asam amino (Lehninger
1982).

Tambah 0.5 ml larutan ninhidrin 0.1% ke dalam 3 ml larutan protein. Memanaskan kedua larutan ke dalam
penangas air mendidih selama 10 menit, perhatikan perubahan warna larutan yang terjadi. Uji ini dilakukan terhadap larutan
albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton 0.02%.

Tabel. Hasil Uji Ninhidrin


Sampel Hasil Gambar Keterangan
Gelatin 0,1%

- Putih

Kasein 0,1%

- Putih

Pepton 0,1%

- Putih

Sumber: Ilmi Amalia Yasin, 2015


Keterangan :
( + ) mengandung gugus amino bebas
( - ) tidak mengandung gugus amino bebas

10. Uji xantoprotein


Pada uji xantoprotein, reaksi pada uji xantoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul
protein. Tidak semua protein mengandung asam amino yang mengandung cincin benzena. Dari 20 jenis asam amino,
terdapat 3 asam amino yang mengandung gugus benzena (cincin fenil) yaitu fenilalanin, triptofan dan tirosin. Jika protein
yang mengandung cincin benzena ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah
menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya
berubah menjadi jingga (Sumardjo, 2008)

C N R + HNO 3 NO 2

H
C O

C O O H

C oNa
O ra n g e

Sumber: Shinta Selviana, 2014

Bahan yang di gunakan dalam uji pengaruh pH adalah sampel D (sosis) , sampel C ( bubur bayi) , sampel H (madu),
sampel B (pepton), sampel F(santan). Pereaksi yang di gunakan dalam uji pengarh pH adalah HNO 3 dan NaOH 50%. Alat
yang di gunakan dalam uji pengaruh pH adalah tabung reaksi sejumblah sampel , pipiet tetes, dan waterbath.( Shinta
Selviana, 2014)
Gambar Metode Percobaan Uji Xantoprotein

Sumber: Shinta, Selviana, 2014

Hasil Pengamatan:

Warna Hasi Hasil


lI II
Preaks Sesudah Sesudah di
Bahan Sebelum
i di Panaskan
di
panaska dan di +
Panaskan
n NaoH
Larutan HNO3 dan NaoH 50 %

D Orange Kuning Kuningjingg


+ +
muda a
C Kuning Kuning Kuningjingg
+ +
a
H Bening Bening Kuningjingg
+ -
a
B Bening Bening Kuningjingg
+ -
a
F Bening Kuning
Kuning - -

Sumber: Shinta Selviana, 2014

Keterangan : + positif mengangandung asam amino bebas


- Tidak terdapat asam amino bebas
Hasil I : Shinta dan Fitriani, Kelompok A, Meja 5, 2014
Hasil II : Laboratorium Biokimia Pangan, 2014
Gambar Hasil Pengamatan Uji Xantoprotein

Sumber: Shinta Selviana, 2014

Berdasarkan hasil pengamatan dari ke lima sampel yang posif mengandung asam amino aromatic adalah sampel D,
C, H, F, yang di tandai adanya perubahan warna setlah penambahan NaOH menjadi warna kuning jingga sedangakn pada
sampel B tidak terdapat asam amino aromatic karena tidak ada perubahan warna kuning jinga.
Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang digunakan untuk menunjukkan adanya gugus benzena
(cincin fenil). Asam amino yang menunjukkan reaksi positif untuk uji ini adalah tyrosin, phenilalanin, dan tryptophan.
Reaksi positif ada uji xantoprotein adalah munculnya gumpalan atau cincin warna kuning. Pada uji ini, digunakan larutan
HNO3 yang berfungsi untuk memecah protein menjadi gugus benzene (Anonim, 2010).
Uji xantoprotein akan menghasilkan warna orange pada reaksi yang menghasilkan turunan benzena dengan
penambahan basa. Uji xantoprotein digunakan untuk asam amino yang mengandung inti benzene. Reaksi yang digunakan
adalah reaksi nitrasi pada inti benzena yang terdapat di protein oleh asam nitrat pekat. Reaksi ini positif untuk triptofan,
fenilalanin, dan tirosin. Warna hasil reaksi dengan asam nitrat pekat adalah kuning tua, sedangkan warna orange muncul
ketika reaksi ditambahkan dengan NaOH sebagai basa. Orange pekat pada fenol menunjukkan adanya inti benzene pada
gugus fenol. Hal itu memang sangatlah tepat karena fenol memang memiliki gugus benzene (Harper, 1980). 
Reaksi xantoprotein terjadi pada saat larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan
protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi
adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung
tirosin, fenilalanin dan triptofan. Kulit kita bila kena asam sitrat berwarna kuning, itu juga karena reaksi xantoprotein ini
(Poedjiadi, 2005).
Asam amino aromatik adalah asam amino yang mempunyai gugus benzena, suatu senyawa dikatakan aromatik
apabila memenuhi aturan Hückel. Asam amino aromatik terdiri dari fenilalanin, tirosin dan triptofan. Ketiga asam amino ini
disebut asam amino esensial yaitu, asam amino yang harus didatangkan dari luar tubuh dan diperlukan oleh makhluk hidup
sebagai penyusun protein atau sebagai kerangka molekul-molekul penting. Ia disebut esensial bagi suatu spesies organisme
apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu memproduksi dan mesintesinya sendiri atau selalu kekurangan
asam amino yang bersangkutan. Sebagian besar asam amino ini hanya dapat disintesis oleh sel tumbuhan, sebab untuk
sintesisnya memerlukan senyawa nitrat anorganik (Marliya, 2012).
Asam amino aromatik terdiri dari beberapa macam yaitu fenilalanin, tirosin, dan triptofan. Ketiga senyawa asam
amino aromatik ini Bersifat relatif non polar, hidrofobik dan fenilalanin adalah yang paling hidrofobik . Tirosin mempunyai
gugus hidroksil dan triptofan mempunyai cincin indol sehingga mampu membentuk ikatan hidrogen yang penting untuk
menentukan struktur enzim. Asam amino aromatik mampu menyerap sinar UV λ 280 nm sehingga sering digunakan untuk
menentukan kadar protein (Marliya, 2012).
Fenilalanin bersama-sama dengan tirosin dan triptofan merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau
penyampaian pesan (neurotransmitter) pada sistem saraf otak. Asam amino ini bertugas mengontrol berat badan, karena
efeknya dalam mengatur tiroid dan dan menekan nafsu makan. (Marliya, 2012).
Asam amino non essensial adalah asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh manusia dengan bahan baku asam
amino lainnya. Contohnya Alanin, Asparagin, Asam Aspartat, Asam Glutamat, Glutamin dan Prolin
Asam amino essensial adalah asam amino yang harus didatangkan dari luar tubuh manusia karena sel – sel tubuh
tidak dapat mensintesisnya. Sebagian besar asam amino ini hanya dapat disintesis oleh sel tumbuhan, sebab untuk
sintesisnya memerlukan senyawa nitrat anorganik.
Contohnya Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Fenilalanin, Treosin, Valin dan Triptofan.
Asam amino semi essensial adalah asam amino yang dapat menghemat pemakaian beberapa asam amino essensial.
Definisi semi essensial juga dapat diartikan asam amino yang dapat mencukupi untuk proses pertumbuhan orang dewasa,
tetapi tidak mencukupi untuk proses pertumbuhan anak – anak. Contohnya Arginin, Histidin, Sistin, Glisin, Serin dan
Triosin.
Nitrasi adalah reaksi substitusi atom H pada gugus benzena oleh gugus nitro (NO 2). Pereaksi yang digunakan
adalah asam nitrat pekat (HNO3). Senyawa yang terbentuk memiliki nama nitrobenzena (Yusdi, 2012).

Sumber: Shinta Selviana, 2014

HNO3 pekat berperan dalam reaksi nitrasi inti benzena, peranan HNO 3 pekat tidak dapat digantikan, karena nitrasi
memerlukan HNO3 pekat agar reaksi dapat berlangsung. NaOH 50% berfungsi menciptakan suasana basa sehingga
terionisasi dan didapat nilai ionisasi di atas trayek pH isolistrik menghasilkan ion negatif. NaOH harus 50%, karena apabila
kurang dari 50% tidak akan terionisasi, apabila lebih dari 50% maka akan jenuh. NaOH ditambahkan setelah pemanasan
agar bereaksi sempurna, apabila penambahan dilakukan diawal tidak akan terionisasi.
Pemanasan pada metode xantoprotein lebih lama dibanding dengan uji Millon, karena pada uji xantoprotein ini
asam amino aromatik yang diidentifikasi yaitu, tirosin, fenilalanin dan tripofan, sedangkan pada uji millon hanya tiroson
saja.
Fungsi penambahan pereaksi NaOH dan HNO 3adalah agar terjadi nitrasi pada inti benzena yang terdapat dalam molekul
protein sehingga terjadi endapan putih yang berubah menjadi kuning apabila dipanaskan.
Asam amino aromatik merupakan asam amino yang mempunyai gugus -R non polar, di mana gugus -R di dalam
golongan asam amino ini merupakan hidrokarbon dan bersifat hidrofobik. Golongan ini mengandung gugus -R alifatik
(alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin) sedangkan dengan dua lingkaran aromatik (fenilalanin dan triptofan) dan satu
mengandung sulfur (metioin). Pada prolin gugus alfa -aminonya tidak bersifat bebas, tetapi disubstitusi oleh sebagian gugus
-Rnya yang menghasilkan struktur melingkar (Sudarmadji, 1989).
Asam amino aromatik merupakan asam amino yang mempunyai gugus -R non polar, di mana gugus -R di dalam
golongan asam amino ini merupakan hidrokarbon dan bersifat hidrofobik. Golongan ini mengandung gugus -R alifatik
(alanin, valin, leusin, isoleusin dan prolin) sedangkan dengan dua lingkaran aromatik (fenilalanin dan triptofan) dan satu
mengandung sulfur (metioin). Pada prolin gugus alfa -aminonya tidak bersifat bebas, tetapi disubstitusi oleh sebagian gugus
-Rnya yang menghasilkan struktur melingkar.
Pada percobaan ini terdapat kesalahan harusnya sempel Susu kental manis tidak mengandung ikatan peptida. Hal ini
mungkin terjadi karena kurang teliti dalam kebersihan alat-alat yang dipakai. Sebaiknya kebersihan alat diperhatikan dengan
baik karena dapat menyebabkan kontaminasi sehingga sangat mempengaruhi hasil akhirnya. Halinijuga dapat
disebabkankarenakonsentrasi yang digunakan pada pembuatansampeltidaksebandingdenganpelarutnyayaitu air
sehinggamenjadikanlarutantersebutberkonsentrasirendah.
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih
yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti bezena yang terdapat
pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin, dan triptofan. Kulit kita jika
terkena asam nitrat akan berwarna kuning, itu juga karena terjadi reaksi xanthoprotein.
Senyawa berwarna jingga tersebut terbentuk karena asam amino yang direaksikan dengan HNO3 teroksidasi sehingga
membentuk endapan kuning yang merupakan endapan protein sample tersebut, kemudian endapan tersebut direaksikan
dengan NaOH sehingga terbentuk senyawa yang berwarna jingga yang menunjukkan adanya asam amino aromatik pada
bahan, selain itu koagulasi proein merupakan aspek kestabilan bahang yang dapat berkaitan dengan susunan dan urutan
asam amino dalam protein.
Senyawa berwarna jingga terbentuk karena asam amino yang direaksikan dengan HNO 3 teroksidasi sehingga
membentuk endapan kuning yang merupakan endapan protein sampel tersebut, kemudian endapan tersebut direaksikan
dengan NaOH sehingga terbentuk senyawa yang berwarna jingga yang menunjukkan adanya asam amino aromatik pada
bahan.
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan
putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi pada inti benzena yang
terdapat pada molekul protein. Jadi reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triftofan. Kulit
kita bila terkena asam nitrat berwarna kuning, itu juga karena reaksi xanthoprotein ini.
Asam amino aromatik adalah jenis asam amino yang terdiri atas beberapa atom karbon yang umumnya kurang larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Sampel yang mengadung gugus asam amino aromatik yang terdapat dalam
protein untuk mensintesa peptida gugus karboksil dari asam amino sebelumnya diaktifkan dahulu. Metode yang biasa
digunakan pada kimia organik adalah sistem asam klorida. Senyawa asam amino dan HNO 3 menghasilkan endapan protein
yang berwarna kuning lalu senyawa tersebut direaksikan dengan Hg2+.
Protein(akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling utama”) adalah senyawa organik kompleks
berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain
dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta
fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau
mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan
(imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam
transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak
mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan
penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam
biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier
(tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat). Struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang
dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Sementara itu, struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari
berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder
misalnya ialah sebagai berikut:
alpha helix (α-helix, “puntiran-alfa”), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
beta-sheet (β-sheet, “lempeng-beta”), berupa lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang
saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H)
beta-turn, (β-turn, “lekukan-beta”); dan
gamma-turn, (γ-turn, “lekukan-gamma”).
Gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder akan menghasilkan struktur tiga dimensi yang dinamakan
struktur tersier. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara
fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan
membentuk struktur kuartener. Contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode:
1) Hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N hcl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan
instrumen amino acid analyzer
2) Analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman
3) Kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa
4) Penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform
Infra Red (FTIR). Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-
beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa
dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita
amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein
sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di
dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan
komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing
komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada
struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.( Shinta Selviana, 2014)

11. Pengendapan Alkohol


Penentuan protein metode pengendapan alkohol adalah kompetisi pembentukan antara protein-air dengan alkohol-
air.Alkohol dapat mengendapkan protein karena gugus fungsional dari alkohol lebih kuat mengikat air sehingga kelarutan
protein dalam ar berkurang. Pada protein ujung C asam amino yang terbuka dapat bereaksi dengan alkohol dalam suasana
asam membentuk senyawa protein ester. Pembentukan ester ini ditunjukan oleh adanya endapan yang terbentuk (Rismaka,
2009).

Perlakuan Pengamatan
Tab 1 lar.albumin+HCl 0,1M Gumpalantidaklarut
+Etanol 95%
Tab 2 lar.albumin+NaOH 0,1M Larut
+Etanol 95%
Tab 3 lar.albumin+bufferasetat pH 4,7+ Gumpalantidaklarut
Etanol 95%
Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

Pada uji ini sampel albumin direaksikan dengan HCl 0,1M, NaOH 0,1M, dan buffer aetat pH 4,7 dalam tabung yang
berbeda yang kemudian ditambahkan etanol 95%. Dari hasil percobaan tersebut, terdapat gumpalan pada tabung 1 yang
direaksikan dengan asam kuat. Hal ini terjadi karena setelah ditambahkan dengan larutan HCl, pH larutan protein berada di
bawah titik isoelektrik. Pada keadaan ini kelarutan protein berada pada titik minimumnya, sehingga dengan penambahan
asam kuat membuat larutan protein semakin cepat mengendap karena kelarutannya dalam air sangat berkurang. Ketika
ditambahkan dengan etanol, larutan protein semakin banyak yang mengendap. Hal ini terjadi karena gugus –OH dari etanol
lebih mudah terhidrasi daripada molekul protein, sehingga kelarutan protein dalam air berkurang (Tarsana, 2010).

Pada tabung 2 tidak terbentuk gumpalan setelah direaksikan dengan NaOH dan ditambahkan etanol. Hal ini disebabkan
karena penambahan NaOH ke dalam larutan protein menyebabkan pH larutan di atas pH isoelektrik sehingga kelarutan
protein dalam air meningkat dan larutan tetap bening. Ketika ditambahkan dengan etanol pun, larutan 
tetap bening. Hal ini terjadi karena molekul-molekul protein yang kelarutanya telah meningkat akibat penambahan basa
tidak kalah bersaing dengan gugus –OH dari etanol untuk mengikat air, sehingga molekul protein tidak mengendap dan
larutan tetap bening (Fredrica, 2012).

Untuk tabung 3 yang direaksikan dengan buffer asetat pH 4,7 dan ditambahkan etanol, terbentuk gumpalan. Endapan
yang terbentuk mengindikasikan terjadinya denaturasi protein. Denaturasi ini disebabkan karena buffer asetat sangat kuat
mempertahankan pHnya pada pH 4 sehingga dapat merusak keseimbangan switer ion ke kondisi asam di bawah titik
isoelektrik.

Perubahan struktur yang diakibatkan proses denaturasi adalah perubahan konfigurasi protein α-heliks menjadi
memanjang. Hal ini disebabkan karena rusaknya ikatan hidrogen dan ikatan nonpolar yang terjadi pada struktur berlipat dari
protein (Setyowuri, 2010).

Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

12. Denaturasi protein


Pengendapan protein dilakukan dengan denaturasi protein. Denaturasi dapat dilakukan akibat adanya perubahan pH,
temperature, dan penambahan senyawa kimia. Penambahan pelarut organik akan menggantikan beberapa molekul air di
sekitar daerah hidrofob dari permukaan protein yang berasosiasi dengan protein sehingga menurunkan konsentrasi
air dalam larutan. Dengan demikian kelarutan protein akan menurun danmemungkinkan terjadinya pengendapan (Muslim,
2010).
Perlakuan Pengamatan
Tab 1 lar. Albumin + HCl 0,1M, Terjadi 2 fasa,atas = larutan
dipanaskanlaludinginkan + buffer asetat pH bawah = gumpalan
4,7
Tab 2 lar. albumin + NaOH 0,1 M Terjadi 3 fasa,atas = lar.keruh,
dipanaskanlaludinginkan + buffer asetat pH tengah = gumpalankuning
4,7 bawah = gumpalan
Tab 3 lar. albumin + buffer asetat pH 4,7 Menggumpalkasar
dipanaskanlaludinginkan
Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016

Pada uji ini sampel dalam 3 tabung direaksikan dengan HCl 0,1M, NaOH 0,1M,
dan ditambahkan buffer asetat. Tabung 1 memberikan hasil 2 fasa dimana atas larutan
dan bawah berupa gumpalan. Tabung 2 memberikan hasil 3 fasa dimana atas larutan
keruh, tengah gumpalan berwarna kuning, dan bawah berupa gumpalan. Sedangkan
tabung 3 memberikan hasil berupa gumpalan kasar. Penggumpalan ini terjadi setelah
dilakukannya pemanasan. Proses pemanasan dapat menyebabkan rusaknya struktur
protein. Pemanasan akan membuat protein terdenaturasi sehingga kemampuan mengikat
airnya menurun. Hal ini terjadi karena energi panas akan mengakibatkan terputusnya
interaksi non-kovalen yang ada pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan
ikatan kovalennya yang berupa ikatan peptida. Proses ini biasanya berlangsung pada
kisaran suhu yang sempit. Denaturasi protein dapat diakibatkan bukan hanya oleh
adanya pemanasan, tetapi juga pH, dan juga pelarut organiknya.

Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016


Reaksi yang terjadi adalah:

Sumber: Citra Suci Ramadhani, 2016


BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari Makalah ini,dapat disimpulkan bahwa:


1. Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan
pembentuk tubuh kita, maka protein yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan
dan pertumbuhan tubuh.
2. Pada tahun 1953, Frederick Sanger menentukan urutan asam amino insulin, suatu hormon protein. Hal ini merupakan
peristiwa penting karena pertama kali memperlihatkan dengan tegas bahwa protein mempunyai urutan asam amino
yangtertentu yang tepat. Urutan asam amino inilah yang kemudian dikenal sebagai struktur primer.
3. Struktur tersier menggambarkan pengaturan ruang residu asam amino yang berjauhan dalam urutan linier dan pola
ikatan-ikatan disulfida
4. Metode Penentuan Struktur Protein terdapat 2 macam,yaitu:Kristalografi Sinar-X dan Spektroskopi NMR (Nuclear
Magnetic Resonance)
5. protein memiliki fungsi-fungsi biologis sebagai : Katalis enzim,Alat transport dan penyimpananFungsi mekanik,
Pengatur pergerakan, Pelindung , Proses informasi
6. Menurut poedjiadi, 1994 sifat protein yang penting:
- Menurut Ionisasi : apabila larut dalam air akan membentuk ion ( + dan - )
- Denaturasi : perubahan konformasi serta posisi protein sehingga aktivitasnya berkurang atau kemampuannya
menunjang aktivitas organ tertentu dalam tubuh hilang → tubuh mengalami keracunan.
- Viskositas : tahanan yang timbul adanya gesekan antara molekul didalam zat cair yang mengalir.
- Kristalisasi : proses yang sering dilakukan dengan jalan penambahan garam amonium sulfat atau NaCl pada
larutan dengan pengaturan pH pada titik isolistriknya.
- Sistim Koloid : sistem yang heterogen terdiri atas dua fase yaitu partikel kecil yang terdispersi dari medium atau
pelarutnya .
7. Proses sintesa protein dibagi menjadi 3 tahap:
- Tahap 1 : Replika DNA
- Tahap 2 : Transkripsi
- Tahap 3: Translasi
- Tahap Akhir ( Terminasi )
8. Pada tahap transkripsi terbagi lagi menjadi tiga tahap sebagai berikut :
(1) Tahap Permulaan ( Inisiasi )
(2) Tahap Pemanjangan ( Elongasi )
(3) pasangan basa antara lain adenin berpasangan dengan urasil dan guanin berpasangan dengan sitosin.
9. Dalam proses translasi terdapat tiga tahap sebagai berikut :
(1) Tahap Permulaan ( Inisiasi )
(2) Tahap Pemanjangan ( Elongasi )
(3) Tahap Akhir ( Terminasi )
10. Berdasarkan banyaknya asam amino dapat dibedakan menjadi 3 macam
11. Tahapan proses sintesis protein:Transkripsi,Translasi
12. Untuk uji protein ,terdapat umumnya 12 uji,yaitu:
- Uji Belerang.
- Uji Millon
- Uji Susunan Protein
- Uji Koagulasi
- Uji kelarutan Protein
- Uji pengendapan protein dengan Garam
- Uji pengendapan protein dengan logam dan asam organic
- Uji biuret
- Uji ninhidrin
- Uji xantoprotein
- Pengendapan Alkohol
- Denaturasi protein
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Idris. 2015. Laporan Praktikum Bikomia.Universitas Bangka Belitung

Ambar Puspita Madyaningratri.2015. Laporan Praktikum Biokimia Percobaan ke III IdentifikasiProtein. Universitas Islam
Bandung

Andresjiala ( 2010). Makalah Kimia Tentang "Protein" . http://andresjiala.blogspot.com/2013/05/makalah-kimia-tentang-


protein.html. Diakses : 20 Agustus 2019

Arbianto Purwo. 1993. Biokimia Konsep-Konsep Dasar. Bandung (ID): ITB Pr

Fredrica,Debrina.2012. Biokimia:Protein. http://bio-protein.blogspot.com/2012/12/nama-debrina-fredrica-np2111111669.html.

Hardjasasmita, Pantjita. 2006. Ikhtisar Biokimia Dasar. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.

Harper, et al., (1980), Biokimia (Review Of Physilogical Chemistry) Edisi 17. EGC : Jakarta.

Ilmi Amalia Yasin dkk.2015.Laporan Praktikum Biokimia Hewan : PROTEIN (1)(Uji Millon, Uji Hopkins-Cole, Uji Ninhidrin,
Uji Belerang, Uji Xantoproteat, Uji Biuret). Institut Pertanian Bogor

Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga

Marliya, Rita, (2012). Asam Amino Aromatik.ritamarliya0228 fkipunsyiah.blogspot.com/2012/11/asamamino-aromatik .html.


Diakses 6 April 2014.

Muslim,Wahyuew.2010. Resipitasi Plasma Protein Untuk Uji


Farmakokinetik.http://farmasi07itb.wordpress.com/2010/03/13/presipitasi-plasmaprotein-untuk-uji-farmakokinetik/.
Diakses pada hari Minggu tanggal 21 Agustus 2019

Ngili, Yohanis.2013.Biokomia Dasar. Bandung: Rekayasa Sains.

Poedjadi, Anna. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas Indonesia Press: Jakarta.

Yazid,Estien. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI

Poedjadi, Anna., (2005), Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia : Jakarta.

Poedjiadi. 2007.  Dasar-dasar Biokimia. Jakarta (ID): UI Press

Poedjiadji.1994.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta : Universitas Indonesia

Rismaka. 2009. Uji Kualitatif Protein dan Asam Amino.http://www.rismaka.net/2009/06/uji-kualitatif-protein-dan-asam-


amino.html. Diakses pada hari Minggu tanggal 21 Agustus 2019

Shinta Selviana.2014.Laporan Praktikum Biokimia Pangan Protein I Uji Xantoprrotein. Universitas Pasundan Bandung

Sirajuddin S.    2012.    Penuntun    Praktikum    Biokimia. Makassar: UniversitasHasanuddin.

Sumardjo D. 2008.Pengantar Kimia: BukuPanduanKuliahMahasiswaKedokterandan Program Strata I FakultasBioeksakta.


Jakarta: PenerbitBukuKedokteran EGC.

Sumarlin LO. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Sukabumi: UMMI Press.

Winarno FG. 2004.  Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): GramediaLehninger. 1982.Dasar-Dasar Biokimia Jilid I . Maggy
Thenawidjaja, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga.Terjemahan dari:  Principles of Biochemistry.

Yazid E. 2006. Penuntun Praktikum Biokimia. Yogyakarta: ANDI

Yusdi, (2012). Reaksi Substitusi dan Tatanama Senyawa Benzena dan Turunannya.yyusdi.blogspot.com/2012/ 11/reaksi-
substitusi-dan-tatanama-senyawa_20.html. Diakses 21 Agustus 2019.

Anda mungkin juga menyukai