Graves' Disease: Laporan Kasus
Graves' Disease: Laporan Kasus
LAPORAN KASUS
GRAVES’ DISEASE
Pembimbing :
Oleh :
i
i
LEMBAR PENGESAHAN
PIMPINAN SIDANG
CHIEF OF WARDS
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ GRAVES’ DISEASE
”. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk melengkapi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Penulisanmakalahinidapatdiselesaikankarenaadanyabimbingan, petunjuk, nasihat dan
motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada
dokter ruangan, chief of ward, dan dokter pembimbing yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam menyelesaikan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi
maupun susunan bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca
sebagai masukan dalam penulisan makalah selanjutnya. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................2
1.2 Rumusan masalah...........................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................3
2.1 Definisi ...........................................................................................3
2.2 Etiologi dan factor predisposisi.......................................................3
2.3 Patofisiologi ...................................................................................4
2.4 Gejala klinis..............................................................................4
2.4.1 Tirotosikosis .......................................………….. .. 6
2.4.2 Opthalmopati..........................................................................7
2.4.3 Dermopati...............................................................................7
2.4.4 Gejala umum..........................................................................7
2.5 Diagnosis ........................................................................................8
2.5.1 Anamnesis..............................................................................9
2.5.2 Pemeriksaan fisik...................................................................9
2.5.2.1 Inspeksi......................................................................9
2.5.2.2 Palpasi......................................................................10
2.5.2.3 Auskultasi................................................................11
2.6 Pemeriksaan penunjang.................................................................11
2.6.1 Pemeriksaan laboratorium....................................................11
2.6.2 Pemeriksaan Radiologi.........................................................12
2.6.3 Pemeriksaan jarum halus......................................................12
2.7 Penatalaksanaan.............................................................................12
2.7.1 Terapi Non –Farmakologi......................................................12
2.7.2 Terapi Farmakologi................................................................13
2.8. Prognosis.......................................................................................15
2.9 Komplikasi.....................................................................................15
BAB III STATUS ORANG SAKIT..............................................................17
BAB IV FOLLOW UP...................................................................................30
BAB V DISKUSI KASUS..............................................................................32
BAB VI KESIMPULAN................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................37
iii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit graves merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang gejala klinisnya
khas yang berkaitan dengan tirotoksikosis, pembesaran kelenjar tiroid,serta gejala-gejala
opthalmologi seperti eksopthalmus hingga diplopia. Penyakit grave’s terjadi pada 0.5%
populasi dan sebagian besar diderita oleh wanita. Jika dibandingkan dengan penyebab
hipertiroid lainnya penyakit grave’s merupakan penyebab tersering dari hipertiroidisme, yaitu
50-80% dari kasus hipertiroidisme. Penyakit ini disebabkan karena adanya antibodi yang
kerjanya menyerupai Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang beredar dalam sirkulasi.
Antibodi tersebut kemudian merangsang Reseptor TSH yang berada di kelenjar tiroid,
sehingga terjadi peningkatan produksi hormon tiroid (Ngu W, Tymms D,2010).
1
1.2 Tujuan Penelitian
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis dan
pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan wawasan kepada
masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang Graves Disease.
2
33
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Graves disease (GD) adalah penyakit autoimun dimana tiroid terlalu aktif
menghasilkan jumlah yang berlebihan dari hormon tiroid (ketidakseimbangan metabolisme
serius yang dikenal sebagai hipertiroidisme dan tirotoksikosis) dan kelainannya dapat
mengenai mata dan kulit. Penyakit Graves merupakan bentuk tirotoksikosis yang tersering
dijumpai dan dapat terjadi pada segala usia, lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria.
Sindroma ini terdiri dari satu atau lebih dari gambaran tirotoksikosis, goiter, ophtalmopati
(exopthalmus) dan dermopati (Siraj 2018 ).
Genetik Riwayat keluarga dikatakan 15 kali lebih besar dibandingkan populasi umum
untuk terkena Graves. Gen HLA yang berada pada rangkaian kromosom ke-6 (6p21.3)
ekspresinya mempengaruhi perkembangan penyakit autoimun ini. Molekul HLA
terutama kelas II yang berada pada sel T di timus memodulasi respons imun sel T
terhadap reseptor limfosit T (T lymphocyte receptor/TcR) selama terdapat antigen.
Interaksi ini merangsang aktivasi T helper limfosit untuk membentuk antibodi. T
supresor limfosit atau faktor supresi yang tidak spesifik (IL-10 dan TGF-β) mempunyai
aktifitas yang rendah pada penyakit autoimun kadang tidak dapat membedakan mana T
helper mana yang disupresi sehingga T helper yang membentuk antibodi yang melawan
sel induk akan eksis dan meningkatkan proses autoimun.
3
Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena penyakit ini karena modulasi respons imun oleh estrogen.
Hal ini disebabkan karena epitope ekstraseluler TSHR homolog dengan fragmen pada
reseptor LH dan homolog dengan fragmen pada reseptor FSH.
Stress
Stress juga dapat sebagai faktor inisiasi untuk timbulnya penyakit lewat jalur
neuroendokrin.
Merokok
Merokok dan hidup di daerah dengan defisiensi iodium.
Infeksi
Toxin, infeksi bakteri dan virus. Bakteri Yersinia enterocolitica yang mempunyai protein
antigen pada membran selnya yang sama dengan TSHR pada sel folikuler kelenjar tiroid
diduga dapat mempromosi timbulnya penyakit Graves terutama pada penderita yang
mempunyai faktor genetik.
2.3 Patofisiologi
Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan dari
hormon tiroid yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3). Didapatkan pula peningkatan
produksi triiodotironin (T3) sebagai hasil meningkatnya konversi tiroksin (T4) di jaringan
perifer. Dalam keadaan normal hormon tiroid berpengaruh terhadap metabolisme jaringan,
proses oksidasi jaringan, proses pertumbuhan dan sintesa protein. Hormon-hormon tiroid ini
berpengaruh terhadap semua sel-sel dalam tubuh melalui mekanisme transport asam amino
dan elektrolit dari cairan ekstraseluler kedalam sel, aktivasi/sintesa protein enzim dalam sel
dan peningkatan prosesproses intraseluler. Dengan meningkatnya kadar hormon ini maka
metabolisme jaringan,sintesa protein dan lain-lain akan terpengaruh, keadaan ini secara klinis
akan terlihat dengan adanya palpitasi, takikardi, fibrilasi atrium, kelemahan, banyak keringat,
nafsu makan yang meningkat, berat badan yang menurun. Kadangkadang gejala klinis yang
ada hanya berupa penurunan berat badan, payah jantung, kelemahan otot serta sering buang
air besar yang tidak diketahui sebabnya.
Patogenesis GD masih belum jelas diketahui. Diduga peningkatan kadar hormon
tiroid ini disebabkan oleh suatu aktivator tiroid yang bukan TSH yang menyebabkan
kelenjar timid hiperaktif. Aktivator ini merupakan antibodi terhadap reseptor TSH, sehingga
disebut sebagai antibodi reseptor TSH. Antibodi ini sering juga disebut sebagai thyroid
4
stimulating immunoglobulin (TSI). Dan ternyata TSI ini ditemukan pada hampir semua
penderita GD.2 Selain itu pada GD sering pula ditemukan antibodi terhadap tiroglobulin dan
anti mikrosom. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa kedua antibodi ini mempunyai
peranan dalam terjadinya kerusakan kelenjar tiroid. Antibodi mikrosom ini bisa ditemukan
hampir pada 60 -70% penderita PG, bahkan denganpemeriksaan radioassay bisa ditemukan
pada hampir semua penderita, sedangkan antibodi tiroglobulin bisa ditemukan pada 50%
penderita. Terbentuknya autoantibodi tersebut diduga karena adanya efek dari kontrol
immunologik (immunoregulation), defek ini dipengaruhi oleh faktor genetik seperti HLA
dan faktor lingkungan seperti infeksi atau stress (Jamson, L. 2005).
Gambar 1. TSH dan Kelenjar Tiroid Orang Sehat dan Penderita Graves Disease
5
Gambar 2. Patogenesis Graves Disease
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya penyakit Grave memiliki 4 gejala utama
yaitu tirotoksikosis, goiter, opthalmopati, dan dermopati. Adapun patogenesis dari masing-
masing gejala sebagai berikut (Djokomoeljanto R 2005). :
2.4.1. Tirotoksikosis
6
2.4.2 Opthalmopati
Orbital myositis
Diplopia
Proptosis
2.4.3 Dhermopati
Patogenesis dhermopati umurnya sama seperti opthalmologi hanya saja daerah yang
terkena pada daerah pretibia, subperiosteal pada phalanges tangan dan kaki.
Keringat berlebihan
Dada berdebar-debar
Tangan tremor
Libido menurun
2.5 Diagnosis
Diagnosis penyakit Grave (GD) dibuat berdasarkan tanda, gejala, dan hasil tes
laboratorium tambahan. Manifestasi dari ini Penyakit adalah triad Merseburger yang terdiri
dari tirotoksikosis, gondok difus, dan oftalmopati (orbitopati). Selain itu, dermopati juga
salah satu manifestasi dari Graves 'sekalipun memiliki prevalensi rendah. Manifestasi
penyakit Graves mulai dari ringan hingga penuh. Tanda-tanda umum dan gejala Graves
ditunjukkan pada Tabel 1.Secara klinis,penyakit Grave dapat didiagnosis berdasarkan pada
tanda dan gejala tirotoksikosis.
Signs Symptoms
Hyperactivity Palpitation
Tachycardia Agitation
Atrial fibrilation Fatigue
Systolic hypertension Heat intolerant
Warm and moist skin Tremor
Hyper-reflexia Increase apetite
Muscle weakness Weight loss
Menstrual disorder
Meskipun diagnosis dapat ditentukan, pengobatan harus didasarkan pada hasil uji
laboratorium (TSH dan free T4 ) untuk mengkonfirmasi diagnosis dan sebagai dasar untuk
evaluasi pengobatan.Tindakan yang sama (memeriksa laboratorium nilai) diterapkan jika
tanda dan gejala tirotoksikosis tidak tampak atau tidak jelas. Berdasarkan pada konsentrasi
TSH rendah dan fT4 tinggi konsentrasi (tergantung pada reagen), yang diagnosis Grave
Disease dapat ditentukan.
8
terlihat, scintigraphy (pemindaian nuklir tiroid) dapat dilakukan.Bahkan setelah melakukan
semua tes itu, ternyata tidak umum untuk diagnosis Grave Disease masih yangg tidak dapat
ditentukan. (Ginsberg J 2018) Indeks Wayne dapat digunakan untuk melakukan diagnosa
penyakit hipertiroid. Indeks Wayne sendiri merupakan suatu checklist yang berisi ada atau
tidaknya gejala-gejala. Pada indeks tersebut terlihat bahwa penderita merasa lebih suka
terhadap udara panas atau udara dingin, berat badan menurun atau naik, nafsu makan
bertambah atau berkurang, keringat berlebihan, berdebar-debar atau palpitasi, serta gejala dan
tanda-tanda lainnya. Untuk meningkatkan akurasi diagnosa telah dirancang penilaian indeks
Wayne.
2.5.1 Anamnesis
9
karena timbulnya hiperpireksia, gangguan sirkulasi dan kolaps. Keluhan utama biasanya
berupa salah satu dari meningkatnya nervositas, berdebar-debar atau kelelahan. Dari
penelitian pada sekelompok penderita didapatkan 10 gejala yang menonjol yaitu (Ginsberg J
2008 ):
Nervositas
Keringat berlebihan
Tremor
Berdebar-debar
Gejala-gejala hipertiroid ini dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa tahun
sebelum penderita berobat ke dokter, bahkan sering seorang penderita tidak menyadari
penyakitnya.
2.5.2.1 Inspeksi
Pemeriksa berada di depan penderita. Penderita sedikit duduk dengan kepala sedikit
fleksi atau leher terbuka sedikit hiperekstensi agar m.sternokleidomastoideus relaksasi
sehingga kelenjar tiroid mudah dievaluasi. Apabila terdapat pembengkakan atau nodul,
perlu diperhatikanbeberapa komponen berikut (Ginsberg J 2008):
10
Bentuk: apakah difus (leher terlihat bengkak) ataukah berupa noduler local
Pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi, pemeriksa berdiri di belakang
pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan kedua tangan. Beberapa hal yang perlu
dinilai pada pemeriksaan palpasi (Ginsberg J 2008):
Gerakan saat menelan, apakah batas bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trakea
dan kelenjarnya
11
2.6.1 Pemeriksaan laboratorium
Tes faal hati untuk monitoring kerusakan hati karena penggunaan obat antitiroid
seperti thionamides.
Pemeriksaan gula darah pada pasien diabetes, penyakit grave dapat memperberat
diabetes, sebagai hasilnya dapat terlihat kadar A1C yang meningkat dalam darah
Kadar antibodi terhadap kolagen XIII menunjukan Grave Oftalmofati yang sedang
aktif.
12
2.6.2 Pemeriksaan Radiologi
Foto Polos Leher Mendeteksi adanya kalsifikasi, adanya penekanan pada trakea, dan
mendeteksi adanya destruksi tulang akibat penekanan kelenjar yang membesar.
Radio Active Iodine (RAI) scanning dan memperkirakan kadar uptake iodium berfungsi
untuk menentukan diagnosis banding penyebab hipertiroid.
USG Murah dan banyak digunakan sebagai pemeriksaan radiologi pertama pada pasien
hipertiroid dan untuk mendukung hasil pemeriksaan laboratorium
CT Scan Evaluasi pembesaran difus maupun noduler, membedakan massa dari tiroid
maupun organ di sekitar tiroid, evaluasi laring, trakea (apakah ada penyempitan, deviasi
dan invasi).
MRI Evaluasi Tumor tiroid (menentukan diagnosis banding kasus hipertiroid)
Radiografi nuklir dapat digunakan untuk menunjang diagnosis juga sebagai terapi.
2.6.3 Pemeriksaan Jarum Halus
Pemeriksaan sitologi nodul tiroid diperoleh dengan aspirasi jarum halus. Pemeriksaan ini
berguna untuk menetapkan suspek diagnosis ataupun benigna.
2.7 Penatalaksanaan
2.7.1 Terapi Non Farmakologi
Istirahat
Hal ini diperlukan agar hipermetabolisme pada penderita tidak makin meningkat.
Penderita dianjurkan tidak melakukan pekerjaan yang melelahkan/mengganggu pikiran baik
di rumah atau di tempat bekerja.Dalam keadaan berat dianjurkan bed rest total di Rumah
Sakit (Akamizu, 2012).
Diet
Diet harus tinggi kalori, protein, multivitamin serta mineral. Hal ini Antara lain karena
terjadinya peningkatan metabolisme, keseimbangan nitrogen yang negatif dan keseimbangan
kalsium yang negative.
Obat penenang
Mengingat pada GD sering terjadi kegelisahan, maka obat penenang dapat diberikan. Di
samping itu perlu juga pemberian psikoterapi
13
2.7.2 Terapi Farmakologi
Tujuan pengobatan penyakit Grave adalah untuk mengontrol dan perbaiki kondisi
berdasarkan patofisiologi penyakit Graves (reaksi antigen-antibodi di kelenjar tiroid).
Glukokortikoid dapat mengurangi konversi T4 ke T3 dan menurunkan tiroid hormon dengan
mekanisme yang tidak diketahui. Mengingat durasi lama pengobatan Grave Disease,
penggunaan jangka panjang glukokortikoid dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan
daripada manfaatnya, oleh karena itu biasanya tidak digunakan sebagai pengobatan lini
pertama (I.Subekti, 2018).
Obat antitiroid
Obat-obat yang termasuk golongan ini adalah thionamide, yodium,lithium, perchlorat dan
thiocyanat. Obat yang sering dipakai dari golongan thionammide adalah propylthiouracyl
(PTU), 1 - methyl – 2 mercaptoimidazole (methimazole, tapazole, MMI), carbimazole. Obat
ini bekerja menghambat sintesis hormon tetapi tidak menghambat sekresinya, yaitu dengan
menghambat terbentuknya monoiodotyrosine (MIT) dan diiodotyrosine (DIT), serta
menghambat coupling diiodotyrosine sehingga menjadi hormon yang aktif. PTU juga
menghambat perubahan T4 menjadi T3 di jaringan tepi, serta harganya lebih murah sehingga
pada saat ini PTU dianggap sebagai obat pilihan (I.Subekti, 2018).
Obat antitiroid diakumulasi dan dimetabolisme di kelenjar gondok sehingga pengaruh
pengobatan lebih tergantung pada konsentrasi obat dalam kelenjar dari pada di plasma. MMI
dan carbimazole sepuluh kali lebih kuat daripada PTU sehingga dosis yang diperlukan hanya
satu persepuluhnya.
Dosis obat antitiroid dimulai dengan 300 - 600 mg perhari untuk PTU atau 30 - 60 mg per
hari untuk MMI/carbimazole, terbagi setiap 8 atau 12 jam atau sebagai dosis tunggal setiap
24 jam. Dalam satu penelitian dilaporkan bahwa pemberian PTU atau carbimazole dosis
tinggi akan memberi remisi yang lebih besar (I.Subekti, 2018).
14
Indikasi obat anti-tiroid oral:
a) Kemungkinan tinggi remisi (wanita, ringan manifestasi klinis, gondok ringan, negatif atau
TRAb rendah)
c) Lansia, atau komorbiditas dengan penyakit lain itu meningkatkan risiko operasi atau
harapan hidup yang pendek
d) Pasien di panti jompo atau perawatan kesehatan lainnya fasilitas, tidak dapat mengikuti
peraturan terapi yodium radioaktif
g) berat oftalmopati
Tindakan pembedahan
Indikasi utama untuk melakukan tindakan pembedahan adalah mereka yang berusia muda
dan gagal atau alergi terhadap obat-obat antitiroid. Tindakan pembedahan berupa
tiroidektomi subtotal juga dianjurkan pada penderita dengan keadaan yang tidak mungkin
diberi pengobatan dengan I131 (wanita hamil atau yang merencanakan kehamilan dalam
waktu dekat). Indikasi lain adalah mereka yang sulit dievaluasi pengobatannya, penderita
yang keteraturannya minum obat tidak terjamin atau mereka dengan struma yang sangat besar
dan mereka yang ingin cepat eutiroid atau bila strumanya diduga mengalami keganasan, dan
alasan kosmetik. Untuk persiapan pembedahan dapat diberikan kombinasi Antara thionamid,
yodium atau propanolol guna mencapai keadaan eutiroid. Thionamid biasanya diberikan 6 - 8
minggu sebelum operasi, kemudian dilanjutkan dengan pemberian larutan Lugol selama 10 -
14 hari sebelum operasi. Propranolol dapat diberikan beberapa minggu sebelum operasi,
kombinasi obat ini dengan Yodium dapat diberikan 10 hari sebelum operasi. Tujuan
pembedahan yaitu untuk mencapai keadaan eutiroid yang permanen. Dengan penanganan
yang baik, maka angka kematian dapat diturunkan sampai 0.
15
RAI dapat diterapkan pada pasien dengan risiko efek samping obat anti-tiroid dan dengan
komorbiditas (I.Subekti, 2018).
Indikasi terapi RAI:
f) Pasien dengan tirotoksikosis berkala kelumpuhan hipokalemik, gagal jantung kanan yang
disebabkan oleh hipertensi paru atau jantung kongestif kegagalan.
Dengan pengobatan yang teratur dan adanya iodin radioaktif, saat ini
prognosis Grave's disease tanpa komplikasi sangat baik.Prognosis Grave's disease tanpa
komplikasi sangat baik. Namun, apabila terjadi komplikasi, maka prognosis berubah menjadi
sangat buruk, dan berisiko menyebabkan mortalitas. Mortalitas ini terutama meningkat pada
pasien yang berusia di atas 40 tahun, dan diduga disebabkan karena komplikasi
kardiovaskular.
16
Penatalaksanaan dengan obat antithyroid dan kontrol pengobatan yang baik, sangat
V
mendukung prognosis Grave’s disease yang baik, namun relaps masih mungkin terjadi.
3
Risiko relaps dilaporkan meningkat pada pasien yang merokok atau menderita orbitopathy
(Akamizu, 2012).
2.9 Komplikasi
17
17
BAB III
STATUS
ORANG SAKIT
dr. Priska
Jam 21.50 WIB Dokter Chief of Ward:
dr.Aron ,Sp.PD,
ANAMNESIS PRIBADI
18
ANAMNESIS PENYAKIT
Riwayat Psikososial
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, pasien jarang keluar rumah. Pasien tidak
merokok,maupun minum alcohol.
Riwayat Pengobatan
Amlodipine 1 x 10 mg
Riwayat Alergi
19
ANAMNESIS ORGAN
Jantung Sesak napas : (-) Edema : (-)
Lain-lain : (-)
intermitten
Temperatur :36.70C
BB
Keadaan Gizi : BW = × 100 %=%
TB−100
45
: BW = × 100 %=72.58 %
162−100
TB : 162cm
21
KEPALA
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut :
Lidah : dbn
Tonsil/faring : dbn
LEHER
THORAX DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Tidak ada ketinggalan bernafas di kedua lapangan paru
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak dijumpai
Fremitus suara : Stem fremitus kanan = kiri
Iktus :Teraba
22
Perkusi:
Paru
Perkusi : Sonor
Batas paru-hati R/A : Relatif ICS V, absolut ICSVI
Peranjakan : 1cm
Jantung
Batas atas jantung : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kiri jantung : ICS V Lateral LMCS
Batas kanan jantung : ICS IV parasternalis dextra
Auskultasi Paru
Suara pernapasan : Vesikuler
Suara tambahan : Tidak dijumpai
Jantung
M1> M2, P2> P1, T1> T2 ,A2> A1,
Desah diastolis : (-)
HR : 104x/menit, reg, intensitas: dbn
THORAX BELAKANG
Perkusi : Sonor
ABDOMEN
Inspeksi :
Bentuk : Simetris
Gerakan lambung : (-)
Vena kolateral : (-)
Caput medusae : (-)
Lain-lain : (-)
Palpasi : (-)
23
Dinding abdomen : Soepel
HATI
Pembesaran : (-)
Permukaan : (-)
Pinggir : (-)
Nyeri tekan : (-)
LIMPA
Pembesaran :Tidak ada, Schuffner (-), Haecket(-)
GINJAL
Ballotement : Tidak ada
PINGGANG
Deformitassendi : (-)
Lokasi : (-)
Jaritubuh : (-)
24
Tremor ujungjari : (+)
Sianosis : (-)
Lain-lain : (-)
Kiri Kanan
Edema : - -
Arterifemoralis : + +
Arteri tibialispoterior : + +
Arteri dorsalispedis : + +
RefleksKPR : + +
RefleksAPR : + +
Refleksfisiologis : + +
Reflekspatologis : - -
Lain-lain : - -
25
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN
Tanggal : 17/9/2019
26
RESUME
27
VITAL SIGN
Nadi : 104x/menit
Temperatur :36,7°C
THORAX DEPAN
Iktus : Teraba
Perkusi: sonor
THORAX BELAKANG
Perkusi: sonor
tambahan: (-)
ABDOMEN
28
LABORATORIUM Darah
RUTIN Hb : 9,9g%
Eritrosit : 3,85x106/mm3
Leukosit : 9,690x103/mm3
Trombosit : 367x103/mm3
MCV : 81 fL
MCH : 25.7 pg
Ht : 31%
LED :-
Hitung jenis
Eosinofil : 4,70%
Basofil : 0,20%
Neutrofil : 43,10%
Limfosit : 38.60%
Monisit : 4.70%
Tiroid
Kemih
Warna : Kuning
Protein : (-)
Reduksi : (-)
Bilirubin : (-)
Urobilinogen
28 : (+)
Tinja
Warna : Coklat
Konsistensi : Keras
DIANOSIS 1. Hipertiroid + hipertensi std I
BANDING
2. Graves disease
Tindakan suportif :
Medikamentosa :
Propanol 2 × 20 mg
Thyrozol 1 × 20 mg
1. SCAN Tiroid
2. USG Tiroid
29
30
BAB IV
FOLLOW UP
17 September 2019
S : Dada berdebar-debar
O: - Sensorium: CM
- TD: 170/70 mmHg
- HR: 104x/min
- RR: 24x/min
- Temp: 36,7C
A: - Hipertiroid dd graves disease
- Hipertensi stg 1
- Anemia ec penyakit kronis
18 September 2019
S : Dada berdebar-debar
O: - Sensorium: CM
• TD: 190/70 mmHg
• HR: 108x/min
• RR: 28x/min
• Temp: 36,30C
A : - Hipertiroid dd graves disease
- Hipertensi stg 1
- Anemia ec penyakit kronis
19 September 2019
S : panas ,keringat berlebihan, dada berdebar-debar
O:- Sensorium: CM
• TD: 150/70 mmHg
• HR: 100x/min
• RR: 22x/min
• Temp: 36,7 C
S : Dada berdebar-debar
O : - Sensorium: CM
• TD: 150/70 mmHg
• HR: 100x/min
• RR: 22x/min
• Temp: 36,4C
32
Gx. Subyektif Skor Gx. Obyektif Ada Tidak
Palpitasi +2 Tiroid teraba +3 -3
Capai/lelah +2 Eksoftalmus +2 -
Suka dingin +5 Tangan panas +2 -2
Keringat banyak +3
Nervous +2
Tangan basah +1 Nadi
Nafsu makan +3
BB +3 >90 x/mnt +3
< 11 = eutiroid
11-18 = normal
>19 = hipertiroid
Jumlah 28
BAB V
DISKUSI KASUS
TEORI PASIEN
Definisi Seorang pasien perempuan telah
Graves disease (GD) adalah penyakit mengalami dada berdebar ±1 bulan
autoimun dimana tiroid terlalu aktif yang lalu terutama saat beraktivitas.
menghasilkan jumlah yang berlebihan Benjolan semakin lama semakin besar,
dari hormon tiroid (ketidakseimbangan tidak disertai nyeri namun muncul saat
metabolisme serius yang dikenal menelan makanan. Tangan gementar
sebagai hipertiroidisme dan sertai berkeringat ±1 bulan yang
tirotoksikosis) dan kelainannya dapat terakhir , Lemas dan penurunan BB
mengenai mata dan kulit. Penyakit dijumpai dalam 3 bulan terakhir. Nafsu
Graves merupakan bentuk makan dan frekuensi buang air besar
tirotoksikosis yang tersering dijumpai meningkat, mencret disangkal.. sesak
dan dapat terjadi pada segala usia, lebih nafas ditemukan saat aktivitas,
sering terjadi pada wanita dibanding berkurang bila istirahat. kedua mata
pria. Sindroma ini terdiri dari satu atau lebih menonjol. Riwayat buang air kecil
lebih dari gambaran tirotoksikosis, normal.
goiter, ophtalmopati (exopthalmus) dan
dermopati.
.
Manifestasi klinis Ditemukan :
Gejala konstitusi Keringat berlebihan
Ada benjolan di leher
Keringat berlebihan Tangan tremor
Berat badan makin turun Mudah cemas
padahal nafsu makan meningkat Berat badan menurun nafsu
Dada berdebar-debar makan normal
Mudah cemas atau marah Terasa berdebar-debar
Tangan tremor
Haid tidak teratur
Disfungsi ereksi
Libido menurun
Denyut jantung tidak teratur
Ada benjolan di leher
Anamnesis
Ditemukan
. - Pembesaran leher bagian depan
Keringat berlebihan
Nyeri
Tanda-tanda penekanan dan Ada benjolan di leher
ganguan menelan, sesak nafas,
suara serak Tangan tremor
- Umum
Tak tahan hawa panas Mudah cemas
hiperkinesis, capek, BB turun,
Berat badan menurun nafsu
tumbuh cepat, toleransi obat
makan normal
- Gastrointestinal
Hiperdefekasi, lapar, makan Terasa berdebar-debar
banyak, haus, muntah, disfagia,
splenomegali
- Muskular
Rasa lemas
- Genitourinaria
Oligomenorea, amenorea, libido
turun, infertil, ginekomasti
- Kulit
Rambut rontok, kulit basah,
berkeringat, silky hair dan
onikolisis
- Psikis dan saraf
Labil, iritabel, tremor, psikosis,
nervositas, paralisis periodik
dispneu
- Jantung
Hipertensi, aritmia, palpitasi,
gagal jantung
- Darah dan limfatik
Limfositosis, anemia,
splenomegali, leher membesar
- Skelet
Osteoporosis, epifisis cepat
menutup dan nyeri tulang
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
- Lokasi:
lobus kanan, lobus kiri, atau ismus Inspeksi
- Ukuran: - Lokasi:
besar/kecil, permukaan rata/noduler lobus kanan dan lobus kiri
- Jumlah:
uninodusa atau multinodusa - Ukuran:
- Bentuk: permukaan rata
apakah difus (leher terlihat bengkak)
ataukah berupa noduler local - Jumlah:
- Gerakan:
uninodusa
pasien diminta untuk menelan, apakah
- Bentuk:
pembengkakannya ikut bergerak
apakah difus (leher terlihat bengkak)
- Pulsasi:
- Gerakan:
bila nampak adanya pulsasi pada
permukaan pembengkakan pasien diminta untuk menelan
33pembengkakannya ikut bergerak
- Pulsasi:
Tidak dijumpai
Palpasi Palpasi
- Perluasan dan tepi - Perluasan dan tepi
-Gerakan saat menelan, apakah batas - Gerakan saat menelan tidak dapat
bawah dapat diraba atau tidak dapat diraba trakea dan kelenjarnya
diraba trakea dan kelenjarnya
- nyeri tekan tidak dijumpai
- Konsistensi, temperatur, permukaan,
dan adanya nyeri tekan
- Limfonodi dan jaringan sekitarnya
Auskultasi - Auskultasi
“Bruit sound” pada ujung bawah Tidak ditemukan
kelenjar tiroid
Pemeriksaan penunjang Darah lengkap
Pemeriksaan darah lengkap Hb : 9.9 g%
CRP Eritrosit : 3,85x106/mm3
Fungsi ginjal Leukosit : 9,690 x103/mm3
Fungsi hati Trombosit : 367x103/mm3
Metabolisme karbohidrat Ht : 31%
Elektrolit Metabolism karbohidrat
Tes imunoserologi : tiroid , Anti Glukosa darah (sewaktu) :
HIV (method 3 dan Rapid I) 93mg/DL
Fungsi ginjal
BUN: 82mg/dl
Ureum : 43 mg/dl
Kreatinin : 0.45 mg/dl
Elektrolit
Natrium:134 mEq/L
Kalium:4.8 mEq/L
Klorida:104 mEq/L
Fungsi hati
Albumin : 2.3 g/dl
Glukosa darah (sewaktu): 89
mg/dl
Imunodeficiency profile : non
reactive
Penatalaksanaan Farmakologi:
-Farmakologi Inj. Ceftriaxone 2gr/24 jam
-Non farmakologi - IVFD NaCL 0,9 % 20 gtt/i
- Thyroxol 1x 20 mg
Obat antitiroid
- propylthiouracyl (PTU), - Propranolol 2 x 20 mg
- 1 - methyl – 2 mercaptoimidazole
(methimazole, tapazole, MMI Non farmakologi:
-carbimazole Tirah baring
35
36
BAB VI
KESIMPULAN
Kusumo S, et al, Krisis Tiroid. Case Report. Maj Ked Ter Intensif. 2012; 2(4):
220 – 24
Ngu W, Tymms D. Unusual case of weakness in the UK. BMJ Case Reports.
2010; doi:10.1136/bcr.03.2010.2785
Lin S. Thyrotoxic Periodic Paralysis. Mayo Clin Proc. 2005; 80(1): 99-105
Kusrini I,Kumorowulan S.Nilai diagnostic indeks wayne dan indeks Newcastle untuk
penapisan kasus hipertiroid. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembnagan GAKI,
Kementerian Kesehatan RI;2010