Anda di halaman 1dari 11

PARAKUAT DIKLORIDA

PARAQUAT DICHLORIDE

1. IDENTIFIKASI BAHAN KIMIA


1.1. Golongan
Bipiridilium (6)
1.2. Sinonim/Nama Dagang (3,4,6,7,8,9)
1,1’-Dimethyl-4,4’-bipyridinium dichloride; N,N’-Dimethyl-4,4’-bipyridinium
dichloride; Methyl viologen dichloride; Dimethyl viologen chloride; Paraquat;
Paraquat chloride; Paraquat dichloride; Paraquat dimethylsulfate; Viologen,
methyl; Dimethyldipyridyl chloride; Efoxon; Dextrone X(R); LGC (1622);
Gramoxone (R); Herbaxon; Gramoxon; Gramuron; Crisquat; Esgram;
Gramixel; Gramonol; Weedol; Sweep; Terraklene.
1.3. Nomor Identifikasi
1.3.1. Nomor CAS : 1910-42-5 (6,8)
1.3.2. Nomor EC : 613-090-00-7 (7)
1.3.3. Nomor RTECS : DW227500 (3,7,8)
1.3.4. Nomor UN : 2781 (7)

2. PENGGUNAAN (5,6,8)
Digunakan sebagai herbisida untuk mengontrol pertumbuhan gulma dan rumput
di area pertanian/ perkebunan dan juga area non-pertanian/ perkebunan, seperti
di bandara dan di sekitar bangunan komersial; senyawa fotokromik.

3. BAHAYA TERHADAP KESEHATAN


3.1. Organ Sasaran
(3)
Mata, kulit, sistem pernapasan, hati, jantung, ginjal, saluran cerna .
3.2. Rute Paparan
3.2.1. Paparan Jangka Pendek

1
3.2.1.1. Terhirup
Dapat menyebabkan batuk, nyeri tenggorokan, sakit kepala,
dan hidung berdarah (7).
3.2.1.2. Kontak dengan Kulit
Bipiridilium sulit terabsorbsi melalui kulit yang utuh/ normal.
Timbulnya keracunan fatal melalui absorbsi kulit umumnya
akibat adanya lesi/ luka pada kulit yang parah. Percikan
larutan pekat dapat menyebabkan kerusakan kulit parah,
(6)
tetapi jarang menimbulkan keracunan sistemik . Gejala
yang timbul dapat berupa kulit kemerahan, melepuh,
ulserasi, dermatitis (kontak, iritan, fotoalergi), kerusakan
kuku (perubahan warna, perubahan bentuk, hilangnya kuku)
(6)
.
3.2.1.3. Kontak dengan Mata
Percikan larutan dengan konsentrasi 20% dapat
menyebabkan inflamasi parah, yang timbul secara bertahap
hingga mencapai puncak setelah periode 12 sampai 24 jam.
Hal ini dapat menyebabkan ulserasi pada kornea dan
konjungtiva dengan risiko infeksi sekunder. Masa pemulihan
berjalan perlahan 2 hingga 10 minggu, tetapi biasanya (tidak
selalu) pulih sempurna. Gejala yang timbul dapat berupa
penurunan ketajaman penglihatan, inflamasi kornea
dan/atau konjungtiva parah, edema kornea, kekeruhan
kornea, lachrymal duct stenosis, ulserasi kornea dan
konjungtiva (6).
3.2.1.4. Tertelan
Perlu diwaspadai bahwa gejala keracunan muncul secara
tertunda meskipun telah menelan bahan dalam jumlah
fatal(6).
Menelan larutan bahan 20% atau lebih dapat menyebabkan
luka korosi parah, termasuk perforasi. Gejala awal dapat
berupa disfagia, nyeri oral atau faringeal, kemerahan dan
lepuh, salivasi, mual, muntah (6).

2
Pada kasus yang berpotensi fatal, dapat timbul gejala
letargi, lemah secara umum, mialgia, pening, sakit kepala,
anoreksia, demam, sensasi rasa terbakar yang menyebar,
gelisah, dan agitasi (6).
Kerusakan multiorgan dapat meliputi gagal ginjal,
hepatotoksisitas, edema serebral, kardiotoksik yang
tertunda, fibrosis pulmoner, dan koma. Komplikasi yang
umum terjadi adalah metabolik asidosis, kolaps sekunder
hingga kardiovaskuler, dan hipoksia respiratori. Kematian
umumnya terjadi akibat kerusakan multiorgan dan sirkulasi
pada fase awal (6).
Menelan larutan parakuat 20% sebanyak 15 mL dapat
mematikan. Menelan bahan sebanyak < 20 mg/kg dapat
menimbulkan keracunan ringan yang umumnya dapat pulih.
Menelan bahan sebanyak 20-40 mg/kg dapat menimbulkan
keracunan sedang yang dapat menyebabkan kematian,
tetapi timbulnya gejala keracunan dapat tertunda 1 hingga 4
minggu. Menelan bahan > 40 mg/kg dapat menimbulkan
keracunan berat dan fatal yang terjadi dalam beberapa
jam(6).
3.2.2. Paparan Jangka panjang
3.2.2.1. Terhirup
Paparan jangka panjang dan berulang melalui semprotan di
lingkungan kerja dapat menyebabkan nyeri tenggorokan,
(6)
iritasi hidung, hidung berdarah, batuk, sakit kepala .
3.2.2.2. Kontak dengan Kulit
(7)
Dapat menyebabkan kerusakan pada kuku . Paparan
jangka panjang dan berulang melalui semprotan di
(6)
lingkungan kerja dapat menyebabkan iritasi kulit .
3.2.2.3. Kontak dengan Mata
Paparan jangka panjang dan berulang melalui semprotan di
lingkungan kerja dapat menyebabkan iritasi mata (6).
3.2.2.4. Tertelan

3
Bahaya gangguan kesehatan serius akibat paparan jangka
panjang (4).
4. TOKSIKOLOGI
4.1. Toksisitas
4.1.1. Data pada Hewan
(1)
Rata-rata dosis letal pada monyet adalah 50 mg/kg .
LD50 oral-tikus 100 mg/kg; LD50 oral-tikus 150 mg/kg; LD50 oral-mencit
120 mg/kg; LD50 oral-anjing 25 mg/kg; LD50 oral-kucing 35 mg/kg;
LD50 oral-marmut 30 mg/kg; LD50 oral-ayam 362 mg/kg; LD50 oral-
mammalia 70 mg/kg; LD50 intraperitoneal-tikus 14,8 mg/kg; LD50 kulit-
tikus 236 mg/kg (6).
4.1.2. Data pada Manusia
Menelan 2-4 gram atau 10-20 mL larutan parakuat 20% dapat
(1)
menimbulkan kematian . Perkiraan dosis letal larutan parakuat 20%
pada orang dewasa adalah 10-20 mL, sedangkan pada anak-anak
adalah 4-5 mL (1).
LDLo oral-manusia 214 mg/kg; LDLo oral-lelaki 32 mg/kg; LDLo oral-
perempuan 111 mg/kg (4).
4.2. Data Karsinogenik
IARC: Tidak ada satupun komponen produk yang berada pada tingkat lebih
dari atau sama dengan 0,1% yang teridentifikasi diduga (probable), mungkin
(possible), atau terkonfirmasi (confirmed) karsinogen pada manusia oleh
IARC (9).
4.3. Data Tumorigenik
(10)
Tidak bersifat tumorigenik .
4.4. Data Teratogenik
(10)
Tidak bersifat teratogenik .
4.5. Data Mutagenik
Tidak terbukti menyebabkan mutagenisitas (5,10).

5. PERTOLONGAN PERTAMA PADA KORBAN KERACUNAN


5.1. Terhirup

4
(7,9)
Pindahkan korban ke tempat berudara segar . Berikan pernapasan
(9)
buatan jika dibutuhkan . Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat (7).
5.2. Kontak dengan Kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit, kuku, dan rambut menggunakan sabun dan air yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal, sekurangnya
selama 15-20 menit. Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat (2,7).
5.3. Kontak dengan Mata
Segera cuci mata dengan air yang banyak, sekurangnya selama 15-20
menit dengan sesekali membuka kelopak mata bagian atas dan bawah
sampai dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa
(2,7)
ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat .
5.4. Tertelan
Jangan berikan apapun melalui mulut pada korban yang tidak sadarkan diri
(9)
. Jangan berikan apapun melalui mulut bila terdapat ulkus di dalam mulut
(2)
karena korban kemungkinan tidak dapat menelan . Cuci mulut
menggunakan air. Jika korban dalam keadaan sadar, berikan segelas atau
dua gelas air minum. Berikan arang aktif yang telah dicampurkan dengan air
untuk diminum. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat (2,7).

6. PENATALAKSANAAN PADA KORBAN KERACUNAN


6.1. Resusitasi dan Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk
menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi sirkulasi
darah.
d. Hindarkan pemberian oksigen berlebih pada penderita keracunan
parakuat karena dapat memperparah reaksi peroksidasi lipid di dalam

5
paru-paru. Koreksi hipoksemia menggunakan oksigen suplemental
dalam konsentrasi rendah untuk mencapai pO2 (tekanan parsial oksigen
dalam darah) sekitar 60 mm (1).
6.2. Dekontaminasi
6.2.1. Dekontaminasi Mata (6)
a. Lepaskan kontak lensa (jika ada).
b. Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
c. Secara perlahan, bukalah kelopak mata yang terkena, lalu
lakukan irigasi menggunakan air atau larutan garam normal
sekurangnya selama 30 menit.
d. Jika mata terkena partikel padat, lakukan irigasi dengan sesekali
membuka kelopak mata bagian atas dan bawah sampai
dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal.
e. Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
f. Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
g. Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
h. Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke
dokter.
(6)
6.2.2. Dekontaminasi Kulit (termasuk rambut dan kuku)
a. Lepaskan pakaian dan perhiasan yang terkena bahan.
b. Bawa segera pasien ke pancuran terdekat.
c. Basuh bagian tubuh yang terkena bahan menggunakan air.
d. Lanjutkan irigasi hingga seluruh bahan kimia dipastikan hilang
serta tanda dan gejala mereda.
e. Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
f. Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-
hati untuk tidak menghirupnya.
g. Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.
6.2.3. Dekontaminasi Gastrointestinal (di rumah sakit)

6
a. Jika memungkinkan berikan arang aktif dosis tunggal
secepatnya dalam jangka waktu 4 jam setelah menelan bahan.
Pemberian arang aktif dosis tunggal secara oral untuk anak-
anak adalah 1-2 gram/kg dan untuk orang dewasa adalah 50-
100 gram (6).
b. Kumbah lambung dapat membantu jika dilakukan dalam jangka
waktu 1 jam setelah menelan bahan, tetapi harus didahului
dengan pemberian arang aktif dosis tunggal (1).
6.3. Antidotum
Tidak terdapat antidotum yang terbukti efektif pada percobaan acak
terkontrol. Namun, dapat dipertimbangkan penggunaan N-acetylcysteine
karena dapat bertindak sebagai antioksidan serta dapat mengurangi
kerusakan fibrotik akibat oksigen radikal bebas yang dihasilkan di paru-paru
(6)
pada keracunan bahan tersebut .

7. SIFAT FISIKA KIMIA


7.1. Nama Bahan
Parakuat diklorida
7.2. Deskripsi (4,7)
Berbentuk kristal padat yang tidak berwarna hingga berwarna kuning;
Bersifat higroskopis; Rumus molekul C12H14Cl2N2 / CH3(C5H4N)2CH3・2Cl;
Berat molekul 257,2; Titik lebur >300oC dan dapat menghasilkan uap
beracun termasuk oksida nitrogen dan hidrogen klorida; Kerapatan 1,25;
Suhu penyimpanan 0-6 oC; Larut dalam air; Sedikit larut dalam aseton atau
akohol; Hampir tidak larut dalam hidrokarbon; Dapat terabsorbsi kuat dan
terinaktivasi oleh tanah.
7.3. Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan
7.3.1. Peringkat NFPA (Skala 0-4) (4)
Kesehatan 4 = Tingkat keparahan sangat tinggi sekali
Kebakaran 0 = Tidak akan terbakar
Reaktivitas 0 = Tidak reaktif
(7,8)
7.3.2. Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)
T+ = Sangat toksik.

7
N = Berbahaya terhadap lingkungan.
R 24/25 = Beracun bila kontak dengan kulit dan jika tertelan.
R 26 = Sangat beracun bila terhirup.
R 36/37/38 = Mengiritasi mata, sistem pernapasan, dan kulit.
R 48/25 = Beracun: Berbahaya karena kerusakan serius
pada kesehatan akibat paparan jangka panjang
jika tertelan.
R 50/53 = Sangat beracun bagi organisme perairan, dapat
menyebabkan efek yang merugikan jangka
panjang di lingkungan perairan.
S 1/2 = Jaga terkunci dan jauhkan dari jangkauan anak-
anak.
S 22 = Jangan menghirup debu.
S 28 = Setelah kontak dengan kulit, cuci segera dengan
sejumlah besar ......... (dinyatakan oleh produsen).
S 36/37/39 = Kenakan pakaian pelindung, sarung tangan, dan
pelindung mata/wajah yang cocok.
S 45 = Jika terjadi kecelakaan atau jika anda merasa
tidak sehat, jika memungkinkan segera
menghubungi dokter (perlihatkan label kemasan).
S 60 = Bahan ini dan wadahnya harus dibuang sebagai
limbah berbahaya.
S 61 = Hindari pembuangan ke lingkungan. Rujuk pada
lembar data keamanan/ instruksi khusus.

7.3.3. Klasifikasi GHS (7,9)


Tanda = Berbahaya
Pernyataan bahaya
H372 = Menyebabkan kerusakan organ akibat paparan
yang berkepanjangan atau berulang
H330 = Fatal bila terhirup
H301 = Beracun bila tertelan
H311 = Dapat berbahaya bila kontak dengan kulit
H315 = Menyebabkan iritasi kulit ringan

8
H319 = Menyebabkan iritasi mata serius
H335 = Dapat menyebabkan iritasi saluran napas
H410 = Sangat beracun terhadap kehidupan di perairan
dengan efek jangka panjang
Pernyataan kehati-hatian
P261 = Hindarkan menghirup debu/ uap/ gas/ kabut/
semprotan
P273 = Hindarkan pelepasan ke lingkungan
P305 + P351 + = Jika terkena mata: Basuh mata secara hati-hati
P338 menggunakan air selama beberapa menit.
Lepaskan lensa kontak, jika ada dan mudah
dilakukan. Lanjutkan membasuh mata.
P314 = Segera ke rumah sakit untuk mendapatkan
pertolongan medis jika merasa tidak sehat
P501 = Buanglah isi/ wadah ke tempat pembuangan
limbah yang telah disetujui

8. STABILISASI DAN REAKTIVITAS


8.1. Reaktivitas
Parakuat diklorida bersifat stabil pada media asam, tetapi tidak stabil pada
media alkali (8). Korosif terhadap logam (3).
8.2. Kondisi yang Harus Dihindari
Hindarkan kontak dengan bahan tak tercampurkan (4).
8.3. Bahan Tak Tercampurkan
(3,8)
Tak tercampurkan dengan bahan pengoksidasi kuat , bahan pembasah
(3)
alkilaril-sulfonat .
8.4. Dekomposisi
(3)
Terdekomposisi dengan adanya ultraviolet .
8.5. Polimerisasi
Tidak akan terpolimerisasi (4).

9. BATAS PAPARAN DAN ALAT PELINDUNG DIRI


9.1. Ventilasi

9
Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Sediakan ventilasi
(4)
yang memadai di tempat penyimpanan atau ruangan tertutup .
9.2. Perlindungan Mata
Kenakan kacamata pelindung atau masker wajah yang memadai sesuai
(9)
standar pemerintah, seperti NIOSH (US) atau EN (EU) . Sediakan kran
pencuci mata darurat serta semprotan air deras dekat dengan tempat
kerja (3).
9.3. Pakaian
Kenakan pakaian pelindung (baju lengan panjang, celana panjang, kaus
kaki, dan sepatu) yang memadai (9).
9.4. Sarung Tangan
Kenakan sarung tangan pelindung yang tahan bahan kimia (5,9).
9.5. Respirator
Rekomendasi respirator oleh NIOSH (3)
Kadar hingga 1 mg/m3:
(APF = 10) Setiap respirator pemurni udara dengan masker setengah
wajah yang dilengkapi kartrid uap organik dikombinasikan dengan filter
N95, R95, atau P95. Dapat juga digunakan filter N99, R99, P99, N100,
R100, P100.
(APF = 25) Setiap respirator pemurni udara yang dilengkapi kartrid uap
organik dikombinasikan dengan filter partikulat berefisiensi tinggi.
(APF = 10) Setiap respirator pemasok udara.
(APF = 50) Setiap peralatan pernapasan serba lengkap dengan masker
seluruh wajah.

10. DAFTAR PUSTAKA


1. Geller, R.J. Paraquat and Diquat in Poisoning & Drug Overdose Fifth Ed.
Olson, K.R., et al. (Eds.). McGraw-Hill Companies, Inc./Lange Medical
Books. New York. 2007.
2. Henry, J. and H. Wiseman. Management of Poisoning: A handbook for
health care workers. International Programme on Chemical Safety. World
Health Organization in collaboration with United Nations Environment
Programme and International Labour Organization. Geneva. 1997.
3. http://www.cdc.gov/niosh/npg/npgd0478.html (diunduh Juli 2013)

10
4. http://www.biochem.uci.edu/Safety/MSDS/Methyl%20Viologen%20%28Para
quat%29%20MSDS.pdf (diunduh Juli 2013)
5. http://www.epa.gov/oppsrrd1/REDs/factsheets/0262fact.pdf (diunduh Juli
2013)
6. http://www.toxinz.com/Spec/Print/2194484/147098 (diunduh Juli 2013)
7. http://www.inchem.org/documents/icsc/icsc/eics0005.htmIARC (International
Agency for Research on Cancer) (diunduh Juli 2013)
8. http://www.chemicalbook.com/ProductChemicalPropertiesCB0486572_EN.h
tm (diunduh Juli 2013)
9. http://www.sigmaaldrich.com/MSDS/MSDS/DisplayMSDSPage.do?country=
ID&language=en&productNumber=36541&brand=FLUKA&PageToGoToUR
L=http%3A%2F%2Fwww.sigmaaldrich.com%2Fcatalog%2Fproduct%2Ffluk
a%2F36541%3Flang%3Den (diunduh Juli 2013)
10. http://www.fao.org/fileadmin/templates/agphome/documents/Pests_Pesticid
es/Specs/Paraquat08.pdf (diunduh Juli 2013)

11

Anda mungkin juga menyukai