Anda di halaman 1dari 20

ANGINA PEKTORIS KELOMPOK 1 = 1.

ADELA PRITALIA (2020-001)


(Angina Pektoris Tidak Stabil) 2. ADELIA FITRIYANI (2020-002)
3. ADITYA WISNU P (2020-003)
4. AERIN RAKINAUNG (2020-004)
Farmakoterapi Terapan A 5. AGISHA SHEILA BELL (2020-005)
Pendahuluan

Angina Pectoris Klasifikasi Faktor Resiko


Angina stabil: kondisi medis kronis yg tujuan
Suatu gangguan pada dada berupa perasaan terapinya menghilangkan/ meminimalkan
• Usia (wanita tua>pria)
nyeri, karena aktivitas fisik serta kondisi gejala, meningkatkan kualitas hidup & • Obesitas,
stress emosional karena terjadinya mengurangi morbiditas jangka panjang dan • Diabetes,
ketidakseimbangan antara suplai oksigen mortalita (Faktor presipitasi seperti olahraga, • Hipertensi,
dengan kebutuhan oksigen dalam darah emosi, makan dan cuaca dingin, dan hilang • Kolesterol tinggi,
ketika istirahat) • riwayat merokok,
• Penyalahgunaan kokain atau amfetamin,
Angina tidak stabil: sindrom koroner akut, yg
harus diperlakukan sebagai keadaan darurat
• Riwayat keluarga, penyakit gagal ginjal kronis,
(Serangan lebih besar dan sering. Timbul pada • HIV,
Demand O2 waktu istirahat atau ketika sedang tidur) • Gangguan autoimun,
Supply O2 • Anemia
Apa itu Angina Tidak Stabil
(what is unstable angina?)

Unstable angina (UA) adalah sindrom koroner akut


yang ditentukan oleh tidak adanya bukti biokimia dari
kerusakan miokard.
Pasien dengan unstable angina akan mengalami nyeri
dada saat aktivitas berat namun kemudian masih tetap
berlangsung saat istirahat. Tanda-tanda ini akan
menyebabkan terjadinya infark miokard akut. Unstable
angina dan MI akut merupakan syndrome koroner akut
karena ruptur dari aterosklerosis plak pada pembuluh
darah koroner.
Patofisiologi
Normalnya, arteri coroner Kadar O2 yang berkurang memaksa
berdilatasi dan mengalirkan miokard untuk mengubah
lebih banyak darah dan O2 ke metobolisme anerobik menjadi
otot jantung aerobik
02 04

01 03 05
Sewaktu beban kerja Namun, apabila arteri coroner
mengalami kekakuan/ Hasil akhir metabolisme
jaringan meningkat, anerobik yaitu asam laktat, akan
maka kebutuhan O2 menyempit akibat
aterosklerosis & tidak dapat tertimbun sehingga mengurangi
meningkat pH sel dan menimbulkan nyeri
berdilatasi sehingga terjadi
iskemia miokardium
Mengurangi Merokok

Asap rokok mengandung CO yg mengikat oksigen lebih kuat dibanding


hemoglobin sehingga kadar oksigen dalam darah akan berkurang, serta
rokok mengandung nikotin yang akan merangsang pelepasan adrenalin lalu
merangsang denyut jantung.

Terapi Non Rutin Olahraga


Farmakologi Olahraga yang teratur terbukti dapat memperbaiki fungsi paru-paru dan
memperbanyak O2 masuk ke dalam miokard, mencegah pembekuan darah,
dan mempertahankan irama jantung yang normal

Diet Sehat
Mengurangi makanan yang berlemak yg menjadi faktor resiko terjadinya
aterosklerosis, dan beralih ke makanan yg lebih sehat seperti buah atau
sayur. Mengurangi konsumsi garam berlebih juga membantu dalam
mengurangi resiko hipertensi.
Terapi Farmakologi
1. Anti Iskemia
- Nitrat - Beta Blocker - Calcium Channel Blocker

• Keuntungan nitrat = efek dilatasi vena yang • Keuntungan utama terapi penyekat beta terletak pada • Nifedipin dan amplodipin mempunyai efek vasodilator
mengakibatkan berkurangnya preload dan volume efeknya terhadap reseptor beta-1 yang mengakibatkan arteri dengan sedikit atau tanpa efek pada SA Node atau
akhir diastolik ventrikel kiri sehingga konsumsi turunnya konsumsi oksigen miokardium. AV Node. Sebaliknya verapamil dan diltiazem mempunyai
oksigen miokardium berkurang. • Terapi hendaknya tidak diberikan pada pasien dengan efek terhadap SA Node dan AV Node yang menonjol dan
• Nitrat intravena diindikasikan pada iskemia yang gangguan konduksi atrio-ventrikler yang signifikan, sekaligus efek dilatasi arteri.
persisten, gagal jantung, atau hipertensi dalam 48 asma bronkiale, dan disfungsi akut ventrikel kiri. • CCB terutama golongan dihidropiridin, merupakan obat
jam pertama pilihan untuk mengatasi angina vasospastik
Terapi Farmakologi

2. Antiplatelet 4. Antikoagulan

Tidak disarankan memberikan aspirin bersama NSAID (penghambat


COX2 selektif dan NSAID non-selektif)

3. Penghambat Reseptor Glikoprotein IIB/IIIA


Penggunaan penghambat reseptor glikoprotein IIb/IIIa dapat
diberikan pada pasien IKP yang telah mendapatkan DAPT dengan
risiko tinggi apabila risiko perdarahan rendah
Terapi Farmakologi

5. Kombinasi Antiplatelet dan 6. ACE Inhibitor dan Angiotensin 7. Statin


Antikoagulan Receptor Blocker
• Penggunaan warfarin bersama aspirin
dan/atau clopidogrel meningkatkan risiko
perdarahan dan oleh karena itu harus dipantau
ketat (Kelas I-A).
• Kombinasi aspirin, clopidogrel dan antagonis
vitamin K jika terdapat indikasi dapat
diberikan bersama-sama dalam waktu
sesingkat mungkin dan dipilih targen INR
terendah yang masih efektif (Kelas Iia-C).
• Jika antikoagulan diberikan bersama aspirin
dan clopidogrel, terutama, target INR 2- 2,5
lebih terppada penderita tua atau yang risiko
tinggi perdarahanilih
STUDI KASUS
Seorang wanita berusia 40 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada di bagian kiri
menjalar sampai ke punggung belakang, nyeri dirasakan pada saat pasien sedang mencuci pakaian,
pasien memiliki riwayat penyakit jantung.

Evaluasi hari pertama (Senin, 27 Mei 2019). Pasien terlihat lemah. Pasien mengatakan bahwa ia akan merasa
sesak napas jika ia bergerak. Frekuensi nadi 63 kali per menit, irama teratur, denyut kuat, tekanan darah 110/70
mmHg, warna kulit pucat. Saat dilakukan pengkajian pasien mengatakan bahwa ia merasa nyeri dada sebelah kiri
menjalar ke punggung dengan skala nyeri 4, tidak terdapat edema. Diagnosa medik Angina Pektoris, intoleransi
aktivitas yang berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

Hasil pemeriksaan laboratorium, didapatkan


• hasil darah rutin: Hb 10.8 g/dL, Ht 33.8%, MCV 73.8 fl, MCH 23.6 pg, Leukosit 10.43 x 10 3/ul, Limfosit 3.75 x
103 /ul, Monosit 0.79 x 103 /ul
• serologi: Troponin I 0.10 ug/L
• kimia darah: Glukosa sewaktu 102 mg/dL, Kreatinin darah 0.58 mg/dL
• elektrolit: Natrium darah 140 mmol/L, Kalium darah 3.8 mmol/L
• pemeriksaan EKG didapatkan hasil Lead II III avF gelombang T inverse (iskemik inferior).

Pasien mendapat terapi yaitu infus NaCl, ranitidine 2x50 mg intravena, furosemide intravena 1x20 mg, simvastatin
1x10 mg peroral, aspilet 1x80 mg peroral, clopidogrel 1x300 mg, dan ramipril 1x2.5 mg peroral
Evaluasi hari kedua (Selasa, 28 Mei 2019). Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang, skala nyeri 2 (nyeri ringan),
tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 83 x/menit, pernapasan 24 x/menit, EKG: pada gelombang T tidak ditemukan
inverse.
Pasien mendapat terapi yaitu ranitidine 2x50 mg intravena, furosemide intravena 1x20 mg, simvastatin 1x10 mg peroral,
aspilet 1x80 mg peroral, dan ramipril 1x2.5 mg peroral.

Evaluasi hari ketiga (Rabu, 29 Mei 2019). Pasien mengatakan bahwa nyeri berkurang, skala 1 (nyeri ringan), tekanan
darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit, pernapasan18 x/menit. Pasien mengatakan bahwa ia tidak lelah.
Pasien mendapat terapi yaitu ranitidine 2x50 mg intravena, furosemide intravena 1x20 mg, klopidogrel 1x75mg peroral,
simvastatin 1x10 mg peroral, aspilet 1x80 mg peroral, arixtra intravena 1x2,5mg, dan captopril 3x12,5mg peroral.
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny X
Umur : 40 tahun
Riwayat Penyakit : Penyakit jantung

Penyelesaian Kasus
(Menggunakan metode analisis SOAP)
1. SUBJEKTIF
• Pasien merasakan nyeri dada bagian kiri menjalar
sampai ke punggung belakang
• Sesak napas
Penyelesaian Kasus
(Menggunakan metode analisis SOAP)

2. OBJEKTIF (Tanda Vital)


Hari Perawatan
Tanda Vital
Nilai Normal Hari I Hari II Hari III

Skala nyeri Tidak nyeri 4 2 1

Suhu Tubuh 36-37.5 ºC 36,5 ºC - -

Tekanan Darah 110/70 mm/Hg 120/70 mm/Hg 100/70 mm/Hg


< 120/90 mmHg

Nadi (N) 63 x/menit 83 x/menit 82 x/menit


80 – 100 x/menit

Pernapasan (RR) 20 x/menit 24 x/menit 18 x/menit


18-20 x/menit
Jenis Pemeriksaan Satuan Hasil Normal Keterangan
Darah rutin :        
Hb g/dL 10.8 12.0 – 16.0 Menurun
Ht % 33.8 37.0 – 47.0 Menurun
MCV fl 73.8 81.0 – 96.0 Menurun
MCH pg 23.6 27.0 – 36.0 Menurun 2. OBJEKTIF
Lekosit /µl 10.43 x 10 4.0 – 10.0 x 10 Meningkat
(Pemeriksaan
3 3

Limfosit /µl 3,75 x 103 1.00 – 3.70 x 103 Meningkat


Monosit /µl 0,79 x 103 0.00 – 0.70 x 103 Meningkat Laboratorium)
         
Serologi :        
Troponin I µg/L 0,10 < 0,60 Normal
         
Kimia Darah :        
GDS mg/dL 102 70 – 150 Normal
Kreatinin mg/dL 0.58 0.6 – 1.1 Menurun
         
Elektrolit :        
Natrium darah mmol/L 140 132 - 147 Normal
Kalium darah mmol/L 3.8 3.5 – 4.5 Normal
EKG - Lead II III avF (gelombang T inversi) Iskemik inferior
Nama Dosis Rute Hari I Hari II Hari III
Obat
NaCl 0,9% 500cc IV 1 botol - -
Ranitidine 50 mg
IV 2x50 mg 2x50 mg 2x50 mg

Furosemide 20 mg
IV 1x20 mg 1x20 mg 1x20 mg

Clopidogrel 75 mg
Oral 4 tab - 1x75 mg

Simvastatin 10 mg, 20 mg
Oral 1x10 mg 1x10 mg 1x10 mg

Profil Pengobatan Aspilet 80 mg


Oral 1x 80 mg 1x80 mg 1x80 mg

Ramipril 2.5 mg
Oral 1x2.5 mg 1x2.5 mg -

Arixtra 2.5 mg
IV - - 1x2.5 mg
Captopril 12,5 mg
Oral - - 3x12.5 mg
Evaluasi Profil Pengobatan
Nama Obat Regimen Dosis Berdasarkan Literatur Indikasi Efek Samping

NaCl 0.9% 500 cc/ 24 jam   Menggantikan cairan tubuh yang hilang, pemberian dosis besar
mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan dapat menyebabkan
menjaga tubuh agar tetap terhidrasi dengan baik. penumpukan natrium dan
udem.
Ranitidin 2x50 mg (IV) 50 mg diencerkan sampai 20 mL dan Tukak lambung dan tukak duodenum, refluks takikardi (jarang), agitasi,
diberikan selama tidak kurang dari 2 esofagitis, dispepsia episodik kronis, tukak akibat gangguan penglihatan,
menit; dapat diulang setiap 6-8 jam. AINS, tukak duodenum karena H.pylori, alopesia, nefritis
sindrom Zollinger-Ellison, kondisi lain dimana interstisial
pengurangan asam lambung akan bermanfaat.

Furosemide 1x20 mg (IV) Dewasa >15 tahun, dosis awal 20-40 Udem karena penyakit jantung, hati, dan ginjal. gangguan elektrolit,
mg, dosis dapat ditingkatkan sebesar Terapi tambahan pada udem pulmonari akut dan dehidrasi, hipovolemia,
20 mg tiap interval 2 jam hingga efek udem otak yang diharapkan mendapat onset hipotensi, peningkatan
tercapai. diuresis yang kuat dan cepat. kreatinin darah.

Clopidogrel 1x75 mg - 75 mg sekali sehari dengan atau tanpa Menurunkan kejadian aterosklerotik (infark Dispepsia, nyeri perut,
makanan. Tidak diperlukan penyesuaian miokardia, stroke, dan kematian vaskuler) pada diare; perdarahan
dosis pada pasien lanjut usia atau pasien dengan riwayat aterosklerosis yang ditandai (termasuk perdarahan
dengan kelainan fungsi ginjal. dengan serangan stroke yang baru terjadi, infark saluran cerna dan
miokardia yang baru terjadi atau penyakit arteri intrakranial)
perifer yang menetap
Evaluasi Profil Pengobatan(2)
Simvastatin 1x10 mg Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari Hiperkolesterolemia primer, ruam kulit, alopesia, anemia, pusing,
1x20 mg malam hari. kisaran lazim 10-40 mg Untuk mengurangi insiden kejadian koroner klinis depresi, parestesia, neuropati perifer,
sekali sehari malam hari. dan memperlambat progresi aterosklerosis koroner hepatitis,
Penyakit jantung koroner, awalnya 20 pada pasien dengan penyakit jantung koroner
mg sekali sehari malam hari
Aspilet 1x80 mg 75-100 mg diminum sekali sehari Penyakit tromboemboli dan kardiovaskuler, bronkospasme; perdarahan saluran
seperti: stroke iskemik, transient ischemic cerna
attack(stroke ringan), myocardial infarct akut,
stroke, angina pectoris tidak stabil, angina pectoris
stabil kronis
Ramipril 1x2,5 mg 5-10 mg sehari Hipertensi ringan sampai sedang; gagal jantung hipotensi; pusing, sakit kepala,
kongestif, pencegahan infark miokard, stroke, letih, astenia, mual
kematian kardiovaskular atau membutuhkan
revaskularisasi.
Arixtra (Natrium 1x2.5mg 2,5 mg sehari sekali diberikan Pengobatan angina tidak stabil atau non-ST anemia, perdarahan
Fondaparinuks) (IV) secara sub kutan segmen elevasi infark miokard (UA / NSTEMI)
pada pasien kritis (<120 menit)
 
Captopril 3x12,5 mg 12,5 – 25 mg 2 kali sehari, maks Hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau pusing, sakit kepala, letih, astenia,
50 mg dengan terapi tiazid) dan hipertensi berat yang mual 
resisten terhadap pengobatan lain; gagal jantung
kongestif (tambahan); setelah infark miokard;
Penyelesaian Kasus
(Menggunakan metode analisis SOAP)
3. ASSESMEN (DRP)
Data Hari Subjektif Objektif Nama Obat Assesmen (DRP) Plan
Pasien Ke
Ny X 1 Nyeri dada Skala Aspilet Dosis obat terlalu rendah Direkomendasikan dosis aspirin ditingkatkan
nyeri 4 Dimana menurut PERKI, aspirin harus diberikan kepada semua pada pemakaian hari pertama
pasien tanpa indikasi kontra dengan dosis loading 150-300 mg dan
dosis pemeliharaan 75-100 mg setiap harinya untuk jangka panjang,
tanpa memandang strategi pengobatan yang diberikan
2 Nyeri dada Skala Klopidogrel Ada indikasi tanpa obat Dirokemendasikan penggunakan klopidogrel
nyeri 2 1x75 mg mulai digunakan pada hari kedua
3 - - Ranitidine Obat yang lebih efektif tersedia Direkomendasikan obat diganti dengan
Menurut PERKI Penghambat pompa proton diberikan bersama Lanzoprasol 1x30 mg
DAPT (dual antiplatelet therapy - aspirin dan penghambat reseptor
ADP) direkomendasikan pada pasien yang mengunakan
antikoagulan

3 - Elektroli Furosemid Terapi Obat yang tidak diperlukan Direkomendasikan pemakaian Furosemid
t Na dan (Tidak ada indikasi medis) dihentikan, karena dapat mengakibatkan efek
K samping hypokalemia
3 - - Arixtra (Natrium Terapi Obat yang tidak diperlukan Direkomendasikan pemakaian arixtra dihentikan
Fondaparinuks) (Tidak ada indikasi medis)
TERIMAKASIH
Tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai