Nandar Wirawan
Angina Pektoris
Sindroma klinis yang ditandai dengan nyeri atau tekanan di dada bagian
anterior, penyebab biasanya aliran darah ke coroner tidak tercukupi
aterosklerotik atau obstruksi mengakibatkan suplai oksigen menurun untuk
memenuhi kebutuhan miokard terhadap respons aktivitas fisik atau stress
emosional. Tingkat keperahannya di dasarkan pada aktivitas pencetus dan
pengaruhnya terhdap aktivitas kehidupan sehari-hari
Karakteristik Nyeri Angina
• Stable Angina nyeri yang dapat diprediksi dan konsisten yang terjadi saat
beraktivitas dan berkurang dengan istirahat
• Unstable Angina Disebut juga angina pra-infark atau angina crescendo
gejala lebih sering dan berlangsung lebih lama dari stable angina, nyeri dapat
terjadi saat istirahat
• Angina yang tidak dapat diatasi atau refraktori nyeri dada yang sangat parah
• Angina varian Angina Prenzmetal nyeri saat istirahat dengan elevasi
segmen ST yang reversible disebabkan oleh vasospasme arteri coroner
• Iskemia senyap bukti objektif adanya iskemia (seperti perubahan
elektrokardiografik dengan tes stress) tetapi pasien melaporkan tidak ada gejala
Faktor yang berhubungan dengan nyeri angina tipikal
Aktivitas fisik dapat memicu serangan dengan peningkatan kebutuhan oksigen miokard
Stres dan situasi yang menyebabkan emosi adrenalin dilepaskan dan dapat meningkatkan
tekanan darah serta mempercepat denyut jantung dan meningkatkan beban kerja miokard
Klasifikasi Angina (Canadian Cardiovascular Society)
Manifestasi Klinis
• iskemia otot jantung dapat menyebabkan nyeri atau gejala lainnya (gangguan
pencernaan, rasa tersedak, rasa berat didada, nyeri dirasakan terasa jauh di
dada di belakang sepertiga atas atau di area retrosternal/ tengah sternum)
• Nyeri dapat menjalar ke leher, rahang, bahu, lengan atas (biasanya lengan
kiri)
• Perhatian pada pasien dengan riwayat DM atau gerontik mungkin tidak
mengalami nyeri hebat dengan angina karena neuropati yang mengganggu
neuroreseptor menumpulkan sensasi nyeri
• Rasa lemah atau mati rasa di lengan, pergelangan tangan, sesak napas, pucat,
diaphoresis, pusing, mual dan muntah
• Angina dapat mereda dengan istirahat atau pemberian nitrogliserin
Penilaian dan temuan diagnostic
03
CAD sebagai
akibat 04
01 peradangan C-Reactive
EKG 12 endotel arteri Protein
Lead inflamasi
endotel
vaskuler
02
Prosedur 05
Invasif Peningkatan kadar
(Kateterisasi homosistein, asam
jantung amino
Penatalaksanaan Medis
Nitrogliserin nitrostat, nitrol, nitrobid IV melebarkan vena dan dalam dosis tinggi
dapat melebarkan arteri
Karena beberapa beta bloker juga mempengaruhi reseptor beta adrenergic di bronkiolus,
menyebabkan bronkhokontriksi dikpntraindikasikan pada pasien dengan penyakit
konstriktif paru yang signifikan seperti asma
Terapi Farmakologi
Agen Pemblokir Saluran Kalsium (Antagonis ion kalsium) penurunan otomatisitas sinoatrial dan konduksi antriventrikular
mengakibatkan denyut jantung lebih lambat dan penurunan kekuatan kontraksi otot jantung , menurunkan beban kerja jantung
Calsium Chanel Blocker mengendurkan pembuluh darah menyebabkan penurunan tekanan darah dan meningkatkan
perfusi arteri coroner (Amlodipin, Verapamil, Diltiazem). Penggunaan Short acting nifedipineditemukan tidak dapat ditoleransi
dengan baik dan meningkatkan risiko Mipada pasien dengan hipertensi dan risiko kematian pada pasien SKA
Karena beberapa beta bloker juga mempengaruhi reseptor beta adrenergic di bronkiolus, menyebabkan bronkhokontriksi
dikpntraindikasikan pada pasien dengan penyakit konstriktif paru yang signifikan seperti asma
Calcium Chanel Bloker yang paling umum digunkan adalah amlodipine, verapamil dan diltiazem dapat digunakan pada pasien
yang tidak dapat menggunakan beta bloker digunakan untuk mencegah dan mengibati vasospasme, amlodipine dan felodipine
adalah calcium chanel bloker pilihan untuk pasien gagal jantung efek sampingnya hipotensi, atrioventrikuler, bradikardia,
konstipasi dan gangguan lambung
Terapi Farmakologi
Obat antiplatelet dan Antikoagulan mencegah agregasi platelet yang menghambat aliran darah
Aspirin mecegah aktivasi platelet dan mengurangi insidensi miokard infark dan kematian pada pasien CAD. Dosis 160-325
mg (emergency) dilanjutkan 81-325 mg setiap hari, Karen aspirin dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan perdarahan,
penggunaan Helicobacter pylori dan H2 Blocker (simetidin, Famotidin, Ranitidine atau misoprostol harus dipertimbangkan
Clopidogrel dan Ticoplidine Diberikan pada pasien yang alergi terhadap aspirin atau berisiko untuk MI. obat ini
membutuhkan beberapa hari untuk mencapai efek antiplateletnya, menyebabkan gangguan gastrointestinal, mual, muntah, diare
dan menurunkan tingkat neutrofil
Heparin mengurangi terjadinya MI, jika dapat diberikan secara bolus setiap 4-6 jam, diberikan berdasarkan hasil aPTT (Terapeutik
jika aPTT 1,5 samapi 2 kali nilai aPTT normal.
Kewaspadaan Perdarahan
• Menerapkan tekanan ke tempat tusukan jarum untuk waktu yang lebih
lama dari biasanya
• Menghindari suntikan intramuscular
• Menghindari cedera jaringan dan memar akibat trauma atau
penggunaan atau konstriktif (Manset tekanan darah otomatis)
• Penurunan jumlah trombosit atau lesi kulit ditempat suntikan heparin
dapat mengindikasikan trombositopenia yang di induksi heparin (HIT)
reaksi yang dimediasi antibody terhadap heparin yang
menyebabkan trombosis
Administrasi Oksigen
• Terapi oksigen biasanya dimulai pada awal nyeri dada dalam upaya
meningkatan jumlah oksigen yang dikirimkan ke miokardium dan
untuk mengurangi nyeri
• Efektifitas terapi oksigen ditentukan dengan mengamati laju dan ritme
pernapasan
• Saturasi oksigen darah dipantau dengan pulse oksimetri
• Bagaimana penggunaan oksigen pada pasien tanpa gangguan
pernapasan dan pengaruhnya terhadap hasil? (Ide Research)
PROSES KEPERAWATAN
1 3 5
2 4
Edema Paru Akut Syok Kardiogenik/ Tamponade Miokard Infark/ Efusi Perikardial
Jantung
Perencanaan dan Tujuan
Tujuan utama pasien meliputi memberikan pengobatan yang tepat dan segera ketika terjadi angina,
Pendegahan Angina,
Pengurangan Kecemasan,
Kesadaran dan Pemahaman tentang proses penyakit dan perawatan yang ditentukan
Kepatuhan pada program perawatan diri
Tidak adanya komplikasi
Intervensi Keperawatan